Вы находитесь на странице: 1из 9

STUDI KERENTANAN PESISIR

DI KABUPATEN BANGKA BARAT KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SKRIPSI

SHENDY ADITYA ANGGARA


NPM 230210120031

DIRANGKUM OLEH
WIDHIANTO HARSONO
NPM 230210150045
Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan yang memiliki garis pantai 99.093 km (BIG
2000). sehingga memiliki wilayah pesisir yang luas dengan potensi sumber daya alam yang besar.
Pesisir sebagai wilayah yang strategis untuk pengembangan dan pemanfaatan berbagai aktivitas
anthropogenik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya dan daerah
lainnya. Pesisir di Indonesia merupakan wilayah yang memiliki multifungsi, sebagai pemukiman,
industri, pertambakan, pariwisata, pelabuhan dan lain sebagainya.
Pesisir merupakan kawasan peralihan/transisi antara ekosistem daratan dan lautan, dimana
ke arah darat mencakup daerah yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan, seperti
pasang surut, interusi air laut, gelombang, dan angin laut, dan ke arah laut mencakup daerah
perairan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses daratan dan dampak kegiatan manusia,
seperti aliran air sungai, sedimentasi, dan pencemaran (Dahuri, et al., 2001). Dinamika wilayah
pesisir ini ini juga menjadikan pesisir
Secara geografis, Kabupaten Bangka Barat terletak pada 105o 00 106o00 Bujur Timur
(BT) dan 01o 00 02o 10 Lintang Selatan (LS).Wilayah Kabupaten Bangka Barat didominasi
berbatasan langsung dengan laut, dan mempunyai garis pantai sepanjang 284 km. Kabupaten
Bangka Barat beriklim Tropis Type A dengan variasi hujan antara 56,2 mm hingga 292,0 mm tiap
bulan dengan curah hujan terendah pada bulan Agustus. Suhu rata-rata berdasarkan data dari
stasiun Meteorologi Pangkal Pinang menunjukkan variasi antara 25,9 oC hingga 28,0 oC,
kelembaban udara bervariasi antara 76%-88% dan intensitas penyinaran matahari rata-rata
bervariasi antara 2,4-7,4 jam serta tekanan udara antara 1009,2-1011,1 mb. (dppbangkabarat 2000)
Kabupaten Bangka Barat sebagai daerah penghasil timah di Indonesia. Kegiatan
pertambangan timah sebagian besar dilakukan didaerah pinggiran pantai, Daerah Alirah Sungai
(DAS), lereng bukit, hutan dan lahan-lahan reklamasi sisa penambangan oleh PT Timah Tbk,
dimana kegiatan pertambangan itu dilakukan dengan alat alat sederhana maupun alat-alat berat.
Kerusakan alam terjadi hingga daerah panta, tempat bermuara sungai-sungai yang mebawa air dan
lumpur dari lokasi penambangan liar. Kawasan pantai, hutan bakau disejumlah lokasi juga rusak
akibat limbah penambangan.
Kerentanan fisik wilayah pesisir merupakan kondisi yang akan meningkatkan proses
kerusakan di wilayah pesisir, seperti abrasi, sedimentasi atau tengelamnya wilayah pesisir.
Variabel yang sangat berpengaruh terhadap perubahan wilayah pesisir terdiri dari dua variabel
geologi (geomorfologi, elevasi/ketinggian permukaan di wilayah pantai dan perubahan garis
pantai) dan variabel proses fisik laut (kenaikan muka air laut, pasang surut dan gelombang)
(Pendleton 2005).
Kerentanan atau vulnerability telah muncul sebagai suatu konsep sentral dalam memahami
akibat bencana alam serta untuk mengembangkan strategi pengelolaan resiko bencana. Definisi
secara umum kerentanan adalah tingkatan suatu sistem yang mudah terkena atau tidak mampu
menanggulangi bencana.Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari aspek fisik, sosial kependudukan
dan ekonomi. Kerentanan fisik menggambarkan suatu kondisi fisik yang rawan terhadap faktor
bahaya (hazard) tertentu. Selain itu, kerentanan adalah sekumpulan kondisi dimana suatu akibat
keadaan (faktor fisik, social, ekonomi, dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya
upaya pencegahan dan penanggulangan bencana(Bakornas 2007). Pentingnya mengetahui
kerentanan pesisir ini yaitu sebagai fungsi mitigasi kerusakan pesisir dan pengelolaan,
pemanfaatan kawasan pesisir.
Parameter kerentanan fisik pesisir yaitu diantaranya:
Geomorfologi
Geomorfologi didefinisikan sebagai ilmu tentang bentuk permukaan bumi beserta aspek-
aspek yang mempengaruhinya. Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentang alam
atau bentuk lahan. Terkait dengan dampak kenaikan muka air laut, tipe bentuk lahan perlu
diketahui untuk mengindikasikan ketahanan atau resistensi suatu bagian pantai terhadap erosi dan
akresi akibat kenaikan muka air laut(Pendleton 2005).

Kemiringan Pantai
Elevasi adalah perbedaan vertikalantara dua titik atau jarak bidang referensi yang telah
ditetapkan ke suatu titik tertentu. (Sostrodarsono 2005). Elevasi daerah pesisir mengacu kepada
ukuran ketinggian pada daerah tertentu yang berada di atas permukaan laut rata-rata. Kajian
mengenai elevasi pesisir sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengestimasi luas daratan
yang terancam (Sakka 2014).

Perubahan Garis Pantai


Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara darat dan air laut dengan posisi tidak tetap
dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi (Triatmodjo
1999). Perubahan garis pantai ini banyak dilakukan oleh aktifitas manusia seperti pembukaan
lahan, eksploitasi bahan galian di daratan pesisir yang dapat merubah keseimbangan garis pantai
melalui suplai muatan sedimen yang berlebihan (Sakka 2014). Di sepanjang kawasan pantai
terdapat segmen-segmen pantai yang mengalami erosi, disamping ada bagian-bagian yang
mengalami akresi/sedimentasi dan segmen stabil.

Kenaikan Muka Laut


Permukaan laut adalah rerata ketinggian muka laut terhadap daratan. Rerata ketinggian
muka air tersebut dipengaruhi oleh aksi angin, gelombang serta pasang surut yang diamati dan
dicatat selama beberapa waktu (hari, bulan, atau tahun). Dalam sejarah geologi tercatat bahwa
selama periode jutaan tahun telah terjadi perubahan-perubahan vertikal daratan terhadap lautan.

Pasang Surut
Pasang surut adaah proses naik turunnya muka laut secara berkala yang ditimbulkan oleh
adanya gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari terhadap massa air di bumi.
Pengetahuan mengenai kondisi pasang surut di Indonesia sangat penting untuk berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan laut dan pantai seperti pelayaran, pengelolaan sumberdaya pesisir atau
pertahanan nasional. Untuk mengetahui kondisi pasut di suatu perairan agar dapat diprediksi
dengan akurasi yang baik maka diperlukan data pengukuran sedikitnya 15 hari atau 30 hari selama
18.6 tahun. Pasang surut diperairan pantai merupakan pasut yang menjalar dari laut terbuka/lepas
Gelombang
Gelombang yang terbentuk di permukaan laut pada umumnya karena adanya proses alih
energi dari angin ke permukaan laut. Gelombang merambat ke segala arah membawa energy yang
kemudian dilepaskan ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan gelombang ini dapat
menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai suatu pantai. Gelombang yang mendekati
pantai akan mengalami pembiasan (refraction), dan akan memusat (convergence) jika mendekati
semenanjung, atau menyebar (divergence) jika menemui cekungan.
Metode penelitian mengenai studi kerentanan pesisir ini dapat dilakukan dengan
pendekatan SIG (Sistem Informasi Geografi). Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan
studi kerentanan pesisir ini dengan pendekatan SIG, sepeti yang dilakukan (Firdaus, Jaya, &
Apdillah, 2012) dengan judul Aplikasi SIG untuk Penentuan Daerah Potensial Rawan Bencana
Pesisir di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Data yang digunakan dalam penelitian
in data raster dan data vektor yang diolah pada ArcView, lalu diolah dan dianalisis secara spasial
untuk dapat memetakan wilayah yang mempunyai tingkat rawan bencana pesisir. Selain itu,
menurut(Sulma 2012) dengan judul Kerentanan Pesisir terhadap Kenaikan Muka Air Laut (Studi
Kasus: Surabaya dan Daerah Sekitarnya) yang melakukan pendekatan SIG untuk dapat memetakan
secara spasial daerah pesisir yang mempunyai kerentananterhadap kenaikan muka air laut.
Penelitian ini menggunakan metode observasi, yang meliputi survei lapangan, observasi
citra dan studi litelature. Metode observasi adalah pengamatan langsung menggunakan alat indera
atau alat bantu untuk penginderaan suatu atau bjek. Obervasi juga merupakan basis sains yang
dilakukan dengan menggunakan panca indera atau instrument sebagai alat bantu
penginderaan(Husaini & Purnomo 2008). Observasi yang dilakukan untuk mengetahui kondisi
pesisirdi dua kecamatan yaitu Kecamatan Muntok dan Kecamatan Paritiga. Pada kecamatan
Muntok pengukuran di lakukan di empat titik yaitu di Pantai Tanjung Kalian, Pantai Batu Rakit,
dan dua titik di Pantai tembelok. Sedangkan, pada Kecamtan Paritiga pengukuran dilakukan di
empat titik yaitu di Pantai Siangau, Pantai Peratau Panjang, dan dua titik di Pantai Pala.
Selain itu, dilakukan juga observasi citra. Obervasi citra dilakukan dengan cara mengunduh
data data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Data tersebut seperti peta digital, citra
spasial, parameter oseanografi dan lain sebagainya. Data tersebut diunduh memalui website
penyedia data secara gratis. Setelah itu data-data tersebut diolah mengunakan software ArcMap
10.2 dan ODV (Ocean Data View).
Pengolahan data dari penelitian:
a. Geomorfologi (Bentuk Lahan)
Mengolah data geomorfologi data yang diperlukan yaitu dari Peta Rupa Bumi Indonesia
(RBI) Badan informasi Geospasial (BIG). Jenis data RBI yang digunakan adalah data land
used(tata guna lahan) dengan skala 1 :25000. Selanjutnya Peta tersebut didigitasi sehingga
didapatkan data atata guna lahan berupa air tawar, hutan rawa, pasir, semak, rawa, rumput/tanah
kososng, pemukiman, mepang, tegalan, kebun, dan sawah irigasi. Jenis bentuk lahan ini
diklasifikasi sesuai dengan kriteria CVI dengan pemberian rangking/skor kerentanan dari 1 (sangat
rendah) hingga 5 (sangat tinggi) kemudian dihitung luas masing-masing kelassesuaiError!
Reference source not found..

b. Elevasi/Kemiringan Pantai
Data yang diperlukan untuk mengolah klasifikasi kemiringan pantai yaitu data DEM
(Digital Elevation Model) yag menggambarkan bentuk topografi permukaan bumi. Data GDEM
(Global Digital Elevation Model) turunan dari satelit Aster. Selanjutnya data GDEM diolah
dengan perangkat lunak Global Mapper, untuk menentukan area of interest, dan koreksi.
Kemudian dilakukan pengolahan data dengan ArcMap 10.2.2. dan diklasifikasikan sesuai dengan
Indeks Kerentanan Pesisir padaError! Reference source not found..

c. Laju Perubahan Garis Pantai


Data yang diperlukan untuk mendapatkan klasifikasi perubahan garis pantai (meter/tahun)
yaitu data citra landsat, kemudian dilakukan pemerosesan citra yang meliputi proses kombinasi
band (kanal). Kombinasi band yang digunakan yaitu kombinasi band garis pantai untuk melihat
perbedaan antara daratan dan laut. Setelah pemrosesan citra, selanjutnya adalah proses konversi
data raster menjadi data vector dengan menggunakan softwareArcMap 10.2.2 dengan mendgitasi
data raster, kemudian melakukan perhitungan perubahan garis pantai sesuai klasifikasi padaError!
Reference source not found..

d. Kenaikan Muka Laut


Satelit AVISO dan Jason 1-Jason 2 merupakan satelit yang mempunyai misi untuk
mempelajari dinamika laut global. Data trend kenaikan muka air laut yang dihasilkan berformat
netCDF menggunakan sistem grid berukuran 27,8 km x 27.8 km dengan cakupan seluruh dunia.
Pengolahan data diawali dengan mengekstrak data berformat NetCDF (.nc) dengan menggunakan
Ocean Data View (ODV) menjadi data berformat (.txt) pada area yang diinginkan. Data dalam
bentuk grid ini kemudian dikonversi ke dalam perangkat lunak ArcMap 10.2 dan dilakukan
interpolasi dan resampling menjadi data raster dengan resolusi 30 meter. Lalu diklasifikasi sesuai
pada Error! Reference source not found..

e. Rerata Pasang Surut


Langkah pertama dalam mempredikasi tinggi pasang surut di perairan pesisir Kabupaten
Bangka Barat adalah menentukan titik koordinat. Penentuan titik koordinat ini dilakukan karena
input pada saat memprediksi pasang surut adalah koordinat titik. Penggunaan koordinat titik juga
dimaksudkan untuk mendapatkan tinggi pasang surut yang dekat dengan garis pantai. Proses
selanjutnya adalah pengolahan dengan menggunakan perangkat lunak TMD untuk mendapatkan
nilai predikasi tinggi pasang surut. Data predikasi tinggi pasang surut yang telah di-export dalam
bentuk ASCII tersebut diolah dengan menggunakan Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai
tunggang pasang surut. Tunggang pasang surut (tidal range) merupakan perbedaan tinggi air pada
saat pasang tertinggi dengan tinggi air pada saat surut terendah. Tunggang pasang surut didapatkan
dari pasang tertinggi (HHW) dikurangi dengan surut terendah (LLW).

f. Gelombang
Data tinggi rata-rata gelombang diperoleh dari ECMWF, pengolahan data diawali dengan
mengekstrak data netCDF dengan resolusi 0.175o x 0.175o lalu dipotong sesuai wilayah kajian
penelitian, kemudian dieksport dalam bentuk .txt. Nilai ini kemudan dikonversi ke dalam
perangkat ArcMap10.2.2 dan dilakukan interpolasi. Ekstraksi nilai tinggi rata-rata gelombang
diklasifikasi sesuai table data.

Ranking Indeks Kerentanan pesisir


Variabel Fisik Tidak Kurang Sangat
Bobot Sedang Rentan
Rentan Rentan Rentan
Skor 1 2 3 4 5
Kemiringan
0.3 >30 20 - 30 10 - 20 5 - 10 <5
Pantai (%)
Perubahan Garis >2,0 1,0 2,0 1 (-1) -1 (-2) < -2,0
0.05
Pantai(m/thn) Akresi Akresi Stabil Abrasi Abrasi
Rata-Rata Pasut
0.1 < 1,0 1,0 2,0 2,0 4,0 4,0 6,0 > 6,0
(m)
Rata-rata Tinggi
0.3 < 0,55 0,55-0,85 0,85 1,05 1,05 1,25 > 1,25
Gelombang (m)
Ketinggian
Ketinggian Ketinggian < m, struktur
Ketinggia Ketinggian daratan 10- 5-10 m, pesisir,
Geomorfologi 0.2 n daratan daratan 20 20 dan bangunan, pantai
> 30 m 30 m Alluvial muara, berpasir,
plains laguna delta,
mangrove
Tinggi Muka air
0.05 <1,8 1.8 2.5 >2.5 3 >3 3.4 >3.4
laut (mm/year)

Kerentanan pesisir dianalisis berdasarkan nilai CVI (Coastal Vurnerability Index). Secara
umum metode CVI menerapkan pendekatan yang sederhana dalam penyediaan dasar numerik
perangkaian bagian-bagian dari garis pantai terhadap perubahan fisik sehingga dapat digunakan
dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang beresiko tinggi (Gornitz 1997). Metode ini telah
digunakan dalam program nasional penilaian kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka air laut
di Amerika Serikat.)

Hasil analisis indeks kerentanan fisik pesisir terlihat pada gambar. Berdasarkan analisisi
enam parameter di daerah kajian penelitian tersebut, diketahui bahwa kawsan pesisir Kabupaten
Bangka Barat dikategorikan memiliki 3 kategori kerentanan yaitu kurang rentan, sedang, dan
rentan. Kawsan pesisir yang dikategorikan rentan yaitu kawasan pesisir di Kec. Paritiga dan sedikit
di Kec. Tempilang. Secara umum daerah Kab. Bangka Barat didominasi kategori sedang yang
berada di Kec. Simpang teritip, Muntok, Kelapa. Sedangkan daerah yang memiliki kategori kurang
rentan berada di daerah Kec. Jebus sebelah barat, hal ini disebabkan disebabkan jenis pantai
didaerah tersebut yaitu bertebing tinggi cukup kuat untuk menghadap proses perubahan
(kerusakan) daerah pesisir. Sedangkan, untuk kategori rentan di daerah Kec. Paritiga karena
disebabkan kawasan ini berhadapan dengan laut lepas. Faktor gelombang tinggi dan tunggang
pasut yang cukup tinggi menyebabkan kawasan ini rentan terhadap kerusakan pesisir.

Вам также может понравиться