Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Arsitektur
Islam
1. Kesultanan Delhi
2. Tugas (kuis dan forum)
11
Fakultas Teknik Arsitektur MK10230 Dr.Ir.M. Syarif Hidayat, M.Arch.
Abstract Kompetensi
Kuliah ini memperkenalkan sejarah budaya Setelah mengikuti mata kuliah ini
Islam arsitektur keagamaan yang diharapkanan dapat menjelaskan
mencakup empat belas abad dan tiga karakteristik arsitektur serta faktor yang
benua, Asia, Afrika, dan Eropa dari mempengaruhinya
berbagai periode dan tempat-tempat dan
membahas karakteristik arsitektur,
perkotaan, dan gaya mereka dalam
hubungannya dengan lingkungan sejarah,
politik, dan intelektual mereka.
1.1 Pendahuluan
Kawasan Asia Selatan adalah sebuah wilayah geopolitik di bagian selatan benua
Asia, terdiri dari daerah-daerah di dalam dan sekitar anak benua India. Secara umum Asia
Selatan meliputi negara-negara atau daerah berikut; Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa,
Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Teritori Britania di Samudera Hindi. Adapun istilah anak benua
India lebih tepat dipakai untuk wilayah-wilayah yang terletak di Lempeng India.
Secara geografis, Asia Selatan berbatasan dengan Asia Tengah di utara, Asia Timur
di timur, Asia Tenggara di sisi tenggara, Asia Barat di sebelah barat dan juga Samudra
Hindia di sebelah selatan. Pegunungan Himalaya merupakan batas utara dan timur Asia
Selatan, sedangkan Laut Arab dan Teluk Bengali merupakan batas selatannya.
Pegunungan Hindu Kush di Afganistan dan Pakistan utara biasanya dianggap sebagai batas
barat laut anak benua India.
Selain itu, Asia Selatan juga merupakan tempat ditemukannya ciri-ciri geografis yang
biasanya terdapat di benua yang lebih luas, misalnya sungai es, hutan hujan, lembah,
padang pasir, dan padang rumput di wilayah yang hanya setengah luas Amerika Serikat
India utara kemudian dapat ditembus oleh tentara muslim pada masa Dinasti
Gaznawi di bawah komando Mahmud Gaznawi. Mereka mampu menggulingkan dinasti-
dinasti Hindu, seperti Hindushah dari Wayhind pada tahun 1206 M, termasuk mengurangi
kekuasaan Rajput dengan kewajiban membayar jizyah, dan menerobos Kerajaan Somnath
di Gujarat, Kalinjar, serta Benares. Suatu tindakan yang berpengaruh bagi pengembangan
Islam di wilayah ini adalah pendirian sejumlah masjid dan pembentukan satuan-satuan
tentara yang terdiri dari orang-orang India. Sebelum diruntuhkan oleh Dinasti Ghuri, Dinasti
Ghaznawi telah berhasil menguasai Punjab dan menjadikan Lahore sebagai Ibu Kota.
Berikutnya perluasan imperium Islam di India berlanjut pada masa Muizzuddin Ghuri
di akhir abad ke-12. Raja-raja lokal Rajput ditumbangkan: Prithvi Raj III, raja Chawhan dari
Ajmer dan Delhi, ditaklukan pada tahun 1192; dan Jayachandra, raja Gahadavala dari
Benares dan Kanawj, pada tahun 1194. Serangan selanjutnya dilancarkan terhadap
Ganges-Jumana Doab, Gujarat, Bihar, Bengali, Gawr, dan Assam.
Dalam ekspansinya, Muizzuddin Ghuri membawahi jenderal-jenderal
budak terkemuka yang mendukung keberhasilannya. Mereka adalah Panglima Yildiz di
Aybak berada di Delhi ketika Muizzuddin terbunuh, dan dia menjadi penggantinya dalam
memerintah India utara yang dipusatkan di Delhi. Muizzuddin tidak hanya
membebaskannya dari perbudakan tapi juga memberikan kuasa kesultanan padanya. Akan
tetapi selama empat tahun masa pemerintahannya ditandai dengan perjuangan melawan
Iltutmish naik tahta Delhi, saat kesultanan berada dalam posisi sulit dan tidak stabil. Sikap
menentang dari para jenderal senior rekan Aybak seperti Qabacha dan Yildiz, juga
perlawanan dari para penguasa Hindu, dan yang paling mengancam diantara semuanya
adalah kekuatan besar yang tumbuh dari Chinggisid Mongol di Perbatasan Utara-Barat.
Bangsa Khalji di Bengal dan Bihar juga menarik dukungan mereka. Keberaniannya yang
besar, kecerdasannya dalam mengatur strategi dan pemanfaatan waktu membuatnya
menghadapi semua kesulitan dan menangani berbagai masalah. Dia mengecam balik sikap
permusuhan para jenderal Turki; membungkam perlawanan Hindu; membangun kembali
kekuasaannya di provinsi-provinsi timur, juga menyelamatkan kerajaannya dari serangan
pasukan Mongol.
Iltutmish adalah penguasa berdaulat pertama Delhi dan dianggap sebagai pendiri
Kesultanan Delhi. Dia dianugrahi penghargaan untuk jasanya menciptakan fondasi negara
yang tahan lama, mengorganisir administrasi dan mengembangkan kebijakan politik dasar
negarawan. Pada tahun 1229 M, Al-Mustanshir, khalifah Abbasiah di Baghdad, memberikan
mandat otoritas kepada Iltutmish. Hal ini membuat Kesultanan Delhi diakui secara legal pun
moral di mata penguasa Muslim ortodoks. Iltutmish juga menjaga hubungan baiknya dengan
ulama dan mashayikh sehingga ia diterima dan mendapat legitimasi bagi kesultanannya
yang baru.
Sama halnya seperti Rukunuddin, Bahram pun tidak mampu memimpin. Selama
kepemimpinan putra dan putri Iltumish yang tak meyakinkan ini, memberikan kesempatan
pasukan Mongol menekan perbatasan, sehingga Lahore dan Multan menjadi sasaran
penyerangan. Gubernur-gubernur di provinsi juga memiliki kesempatan memperluas
otonomi mereka sedangkan para penguasa Hindu, khususnya Rajput, menunjukkan tanda-
tanda ketidakpuasan.
Pada tahun 1246 M pemerintahan diambil alih oleh Nasiruddin Mahmud yang yang terkenal
dengan kesalehan, kesederhanaannya dan paling baik pribadinya diantara para penguasa
abad ke-12 M. Konon, Nasiruddin tidak pernah menerima satu sen pun uang negara
sebagai gajinya. Dikarenakan Nasirudin tidak dianugrahi seorang putra, maka ia digantikan
oleh Ghiasuddin Balban seorang mantan budak dari Sultan Iltumish.
Sosok terkuat dan paling mendominasi diantara kelompok ini adalah Ghiasuddin Balban. Dia
telah memperoleh kekuasaan yang cukup besar bahkan sebelum aksesi Sultan Nasiruddin
Mahmud, penguasa terakhir dari garis keluarga Iltutmish. Tak lama setelah aksesi
Nasiruddin Mahmud, Balban dianggap sebagai naib al-mamlakat (raja muda), yang
mengakibatkan pengaruh bayangan sebagai wali mengurangi kekuasaan sultan. Selama
Setelah menjabat posisi tertinggi kesultanan, Balban meyakini bahwa kelemahan mahkota
terletak pada akar semua penyakit negara. Gagasan tentang monarki, pemerintahan dan
agama, terungkap dalam pidato-pidatonya kepada putra-putranya dan para bangsawan,
yang seringkali disebut sebagai teori politik nya. Berbagai elemen pemikirannya, meskipun
tidak rumit atau cukup komprehensif untuk dipertimbangkan sebagai sebuah teori, tetap
masuk akal. Balban menampilkan kekuatan besar dan kekejaman dalam menghancurkan
rival politik, pemberontak, menghukum gubernur dan kepala daerah yang keras kepala.
Balban terkenal akan kediktatorannya, baginya the blood iron policy untuk keamanan dan
penegakan hukum Allah di negerinya. Sepeninggal sultan Balban, beliau digantikan cucunya
Kaikobad (1287-1289 M) yang bergelar Muizzuddin. Sultan muda ini lebih suka berfoya-foya
dan tidak berpengalaman dalam hal administrasi negara sehingga segera kehilangan semua
kendali urusan negara. Melihat itu, para pembesar istana pun bersekongkol mengkudetanya
lalu menggantikannya dengan putranya, Kaimus (1289 M) yang baru berusia tiga tahun,
agar pemerintahan tidak keluar dari garis keturunan Balban. Kepemimpinan Sultan Kaimus
tidak menjanjikan harapan bagi keberlangsungan Dinasti Mamluk, hingga berakhir di tangan
klan Khalji dengan tampuk kepemimpinan dipegang oleh Jalaluddin Firuz yang berhasil
melepaskan Kesultanan Delhi dari pengaruh bangsawan Turki.
Khizr Khan berhasil menguasai Delhi dan mengangkat dirinya sebagai Sultan. Dia
mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw. Menurut Firistha, rakyat sangat bahagia
di bawah pimpinannya. Khizr khan digantikan oleh anaknya Mubarak Shah yang juga
terkenal baik. Namun dia terbunuh pada tahun 1434 M oleh seorang bangsawan bernama
Sadrul Mulk. Lalu keponakannya, Muhammad Shah naik tahta dan membalaskan dendam
kematian pamannya. Ia memimpin selama 12 tahun lalu digantikan oleh anaknya Alauddin
Alam Shah yang merupakan raja terakhir dan terlemah dalam dinastinya. Dia secara
sukarela menyerahkan tahtanya pada Bahlul Lodi seorang bangsawan Afghan yang dengan
kesepakatan bersahabat membolehkan raja terakhir dari Dinasti Sayyid hidup dengan damai
di Badaun sampai akhir hayatnya.
Sultan Lodi adalah satu-satu nya sultan Delhi yang berasal dari suku bangsa Pathan.
Bahlul Lodi naik tahta pada tahun 1451, aksinya yang menonjol adalah penaklukan Jaunpur.
Dia berkuasa selama 38 tahun dan meninggal pada 1389 M. Nizam Khan, putera kedua
2.6.2 Hukum
Hukum dibawah pemerintahan kesultanan Delhi tidak benar-benar
memakai hukum Islam. Secara etika keagamaan, para penguasa kesultanan ini
tidak berpegangan pada tuntunan keislaman. Sangat jarang ditemukan sultan
yang shaleh. Keuangan penguasa dan bangsawan dikontrol dengan ketat.
Di ajmer sebuah kota sekitar 350 km, diselatan barat Delhi di jantung wilayah
Rajasthan, terdapat sebuah mesjid jamik yang selamat dari keruntuhan.
Mesjid didirikan pada 1199, enam tahun setelah wilayah India bagian utara jatuh
ketangan penguasa muslim.
altamsh
Konstruksi
Perluasan mesjid
pertama
Perluasan
ala i
kedua
darwaja
minaret
Qutb
minar
Gambar 3. 6 Makam
jembatan
makam
Komplek
istana
citadel
pelataran
Makam
ghiyath
Gambar 3. 8 Denah
Dinasti tughlak pada awalnya juga telah membuat makam tidak berada di Delhi tapi di tetapi
berada di Multan sekitar 500 km di sebelah barat-utara (sekarang masuk dalam wilayah
Pakistan).
Ahmad, Muhammad Basheer, 1941 The Administration of Justice in Medieval India: The
judicial system under the Sultans and Badshash of Delhi. India Publisher: The Aligarh
Historical Research Institute.
An-Namr, Abdul Munim, 1959, Tarikhul Islam fi al-Hind. Darun Nasyr, Darul Ahdi al-Jadid li
ath-Thabaah.
Azra, M.A, Prof. Dr. Azyumardi, dkk, 2003, Ensiklopedi Islam,Jakarta,PT Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Islam, Riazul and C. E. Bosworth,1998, History of Civilizations of Central Asia Vol.IV; The
Age of Achievement A.D.750 to The End of The Fifteenth Century,UNESCO
Karim, M. Abdul, 2007, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta, Pustaka Book
Publisher.
Metcalf, Barbara D, Metcalf Thomas R. 2002. Concise History of India, Unite Kingdom,
Cambridge University Press.
Poole, Stanley Lane, M.A, 1906, History of India; Medieval India from the Mohammedan
Conquest to the Reign og Akbar the Great, London. The Grolier Publisher.
Ruslan, Heri. Jejak Islam di Anak Benua India, Republika Online, 10 Juli 2011. 16 Des.
2011,http://republika.co.id:8080/koran/0/138686/Jejak_Islam_di_Anak_Benua_India.
Yatim, M.A., Dr. Badri, 2002, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II, Jakarta,
Rajawali Press.
Nateson, M.S., 1917, Pre-Mussalman India; A History of the Motherland Prior to the
Sultanate of Delhi, Srirangam, Sri Vani Vilas Press.