Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang
dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula
Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem
tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan.
2.2 Epidemologi
Alergi makanan bisa menyerang siapa saja dengan kadar yang berbeda beda. Pada
saat seseorang menyantap makanan kemudian timbul perasaan tidak enak pada tubuhnya
maka mereka akan beranggapan bahwa mereka alergi terhadap makanan tersebut. Fakta
membuktikan, tidak semua anggapan tersebut benar. Hanya 1% pada orang dewasa dan
3% pada anak anak yang terbukti jika mereka memang benar benar alergi terhadap
makanan tertentu.
Alergi makanan umumnya terjadi pada anak-anak. Sekitar 1-2% bayi alergi
terhadap susu sapi, sekitar 8% anak menunjukkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap
makanan, dan 2% orang dewasa juga menderita alergi makananPerkiraan insidensi alergi
makanan yang diantara IgE dan merupakan hipersensitivitas tipe I berkisar dari 0,1%
hingga 7,0% populasi.
2.3 Etiologi
a. Faktor Internal
3
sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi
kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.
Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai
masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan
setempat.
Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan penyerapan alergen
bertambah.
b. Fakor Eksternal
Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau
beban latihan (lari, olah raga).
Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya.
2.4 Patofisiologi
Saat pertama kali masuknya alergen (ex. telur ) ke dalam tubuh seseorang yang
mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika untuk
kedua kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan yang sama barulah tampak gejala
gejala timbulnya alergi pada kulit orang tersebut.Setelah tanda tanda itu muncul maka
antigen akan mengenali alergen yang masuk yang akan memicu aktifnya sel T ,dimana
sel T tersebut yang akan merangsang sel B untuk mengaktifkan antibodi ( Ig E ). Proses
ini mengakibatkan melekatnya antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil.
Apabila seseorang mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama maka
akan terjadi 2 hal yaitu,:
1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin memberikan efek terhadap
berbagai sel terutama dalam menarik sel sel radang misalnya netrofil dan eosinofil,
sehingga menimbulkan reaksi peradangan yang menyebabkan panas.
4
2. Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi ( Ig E ) yang merangsang sel
mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak , kemudian histamin
tersebut beredar di dalam tubuh melalui pembuluh darah. Saat mereka mencapai kulit,
alergen akan menyebabkan terjadinya gatal,prutitus,angioderma,urtikaria,kemerahan
pada kulit dan dermatitis. Pada saat mereka mencapai paru paru, alergen dapat
mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi yang paling ditakutkan dikenal dengan
nama anafilaktik syok. Gejala ini ditandai dengan tekanan darah yang menurun,
kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian.
2.5 Pathway
Faktor predisposisi
Antigen menggenali
alergen
IgE berikatan
Hipertermi
dnegan sel mast
Melepas histamin
Melalui pembuluh
darah
Alergen
Gatal Asma
Ansietas
Kerusakan jaringan 6
Kerusakan
integritas kulit
Resiko infeksi
2.6 Klasifikasi
kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat dengan antibodi dan dibersihkan dari
dalam sirkulasi darah lewat kerja fagositik.
Reaksi ini yang juga dikenal sebagai hipersensitivitas seluler, terjadi 24 hingga 72 jam
sesudah kontak dengan alergen
a. Uji kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau,
kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu,
telur, kacang, ikan).
7
b. Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit
5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.
c. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun.
Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah
atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.
d. Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
e. Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
f. Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food chalenge
didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit intraepitelial dan
IgM. IgE ( dengan mikroskop imunofluoresen ).
g. Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.
h. Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti
2.9 Terapi
Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan :
1. ELIMINATION DIET: beberapa makanan harus dihindari yaitu Buah, Susu, Telur,
Ikan dan Kacang, di Surabaya terkenal dengan singkatan BSTIK. Merupakan
makanan-makanan yang banyak ditemukan sebagai penyebab gejala alergi, jadi
makanan-makanan dengan indeks alergenisitas yang tinggi. Indeks ini mungkin lain
untuk wilayah yang lain, sebagai contoh dengan DBPFC mendapatkan telur, kacang
tanah, susu sapi, ikan, kedelai, gandum, ayam, babi, sapi dan kentang, sedangkan
Bischop mendapatkan susu, telur, kedelai dan kacang.
2. MINIMAL DIET 1 (Modified Rowes diet 1): terdiri dari beberapa makanan
dengan indeks alergenisitas yang rendah. Berbeda dengan elimination diet, regimen
ini terdiri dari beberapa bahan makanan yang diperbolehkan yaitu : air, beras, daging
sapi, kelapa, kedelai, bayam, wortel, bawang, gula, garam dan susu formula kedelai.
Bahan makanan lain tidak diperbolehkan.
4. EGG and FISH FREE DIET: diet ini menyingkirkan telur termasuk makanan-
makanan yang dibuat dari telur dan semua ikan. Biasanya diberikan pada penderita-
penderita dengan keluhan dengan keluhan utama urtikaria, angionerotik udem dan
eksema.
8
5. HIS OWNS DIET: menyingkirkan makanan-makanan yang dikemukakan sendiri
oleh penderitanya sebagai penyebab gejala alergi.
Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilakukan provokasi dengan 1 bahan
makanan setiap minggu. Makanan yang menimbulkan gejala alergi pada provokasi ini
dicatat. Disebut alergen kalau pada 3 kali provokasi menimbulkan gejala alergi.
Waktunya tidak perlu berturut-turut. Jika dengan salah satu regimen diet tidak ada
perbaikan padahal sudah dilakukan dengan benar, maka diberikan regimen yang lain.
Sebelum memulai regimen yang baru, penderita diberi carnaval selama seminggu,
artinya selama 1 minggu itu semua makanan boleh dimakan (pesta). Maksudnya adalah
memberi hadiah setelah 3 minggu diet dengan baik, dengan demikian ada semangat
untuk menjalani diet berikunya. Selanjutnya diet yang berikutnya juga dilakukan selama
3 minggu sebelum dilakukan provokasi.
Bila diet tidak bisa dilaksanakan maka harus diberi farmakoterapi dengan obat-
obatan seperti yang tersebut di bawah ini :
1. Kromolin, Nedokromil.
Dipakai terutama pada penderita dengan gejala asma dan rinitis alergika. Kromolin
umumnya efektif pada alergi makanan dengan gejala Dermatitis Atopi yang
disebabkan alergi makanan. Dosis kromolin untuk penderita asma berupa larutan 1%
solution (20 mg/2mL) 2-4 kali/hari untuk nebulisasi atau berupa inhalasi dengan
metered-dose inhaler 1,6 mg (800 g/inhalasi) 2-4 kali/hari. Untuk rinitis alergik
digunakan obat semprot 3-4 kali/hari yang mangandung kromolin 5.2 mg/semprot.
Untuk konjungtivitis diberikan tetes mata 4% 4-6 x 1 tetes mata/hari.Nedokromil
untuk nebulisasi tak ada. Yang ada berupa inhalasi dengan metered-dose inhaler dan
dosis untuk asma adalah 3,5 mg (1,75 mg/inhalasi) 2-4 kali/hari. Untuk konjungtivitis
diberikan tetes mata nedokromil 2% 4-6 x 1-2 tetes mata/hari.
2. Glukokortikoid.
Digunakan terutama bila ada gejala asma. Steroid oral pada asma akut digunakan
pada yang gejala dan PEF nya makin hari makin memburuk, PEF yang kurang dari
60%, gangguan asma malam dan menetap pada pagi hari, lebih dari 4 kali perhari, dan
memerlukan nebulizer serta bronkodilator parenteral darurat. menggunaan
9
bronkodilator. Steroid oral yang dipakai adalah : metil prednisolon, prednisolon dan
prednison. Prednison diberikan sebagai dosis awal adalah 1-2 mg/kg/hari dosis
tunggal pagi hari sampai keadaan stabil kira-kira 4 hari kemudian diturunkan sampai
0,5 mg/kg/hari, dibagi 3-4 kali/hari dalam 4-10 hari. Steroid parenteral digunakan
untuk penderita alergi makanan dengan gejala status asmatikus, preparat yang
digunakan adalah metil prednisolon atau hidrokortison dengan dosis 4-10
mg/kg/dosis tiap 4-6 jam sampai kegawatan dilewati disusul rumatan prednison oral.
Steroid hirupan digunakan bila ada gejala asma dan rinitis alergika.
3. Beta adrenergic agonist
Digunakan untuk relaksasi otot polos bronkus. Epinefrin subkutan bisa diberikan
dengan dosis 0,01 mg/kg/dosis maksimum 0,3 mg/dosis.
4. Metil Xantin
Digunakan sebagai bronkodilator. Obat yang sering digunakan adalah aminofilin dan
teofilin, dengan dosis awal 3-6/kg/dosis, lanjutan 2,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam.
5. Simpatomimetika
Simpatomimetika terdiri atas :
Efedrin : 0,5 1,0 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam
Orciprenalin : 0,3 0,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Salbutamol : 0,1 0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
2.10 Prognosis
Alergi makanan biasanya akan membaik pada usia tertentu. Setelah usia 2 tahun
biasanya imaturitas saluran cerna akan membaik. Sehingga setelah usia tersebut gangguan
saluran cerna karena alergi makanan juga akan ikut berkurang. Bila gangguan saluran
cerna akan membaik maka biasanya gangguan perilaku yang terjadipun akan berkurang.
Selanjutnya pada usia di atas 5 atau 7 tahun alergi makananpun akan berkurang secara
bertahap. Perbaikan gejala alergi makanan dengan bertambahnya usia inilah yang
menggambarkan bahwa gejala Autismepun biasanya akan tampak mulai membaik sejak
periode usia tersebut. Meskipun alergi makanan tertentu biasanya akan menetap sampai
dewasa, seperti udang, kepiting atau kacang tanah.
10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ALERGI MAKANAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Identitas Pasien meliputi : nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat)
2. Riwayat kesehatan
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya
6. diare
7. demam
d. Kronologis keluhan
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau
yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya
pasien mengatakan pernah mengalami nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya
bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal dan pernah
menjalani perawatan di RS atau pengobatan tertentu.
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang
sama.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : biasanya pasien tampak lemas dengan tanda-tanda syok
anafilaksis.
b. Tanda-tanda Vital
- Suhu : menurun (< 37,40C)
12
- Nadi : meningkat (>100x/menit)
- Respirasi : meningkat (>20 x/menit)
- Tekanan darah : menurun (S < 120 mmHg, D < 80 mmHg)
c. Head to toe
1. Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala :-
- Wajah : angioedema
- Leher : vena jugularis tampak datar
- Telinga :-
2. Pemeriksaan integumen
- Kulit : kemerahan dan gatal
- Kuku : perlu dikaji adanya sianosis
3. Pemeriksaan dada
- Paru-paru : dispnea
- Jantung : hipotensi, takikardi
4. Pemeriksaan abdomen
- Mual, muntah, diare, sakit perut
- Bising usus meningkat
5. Pemeriksaan genetalia dan anus
- Inkontinensia, sensasi kehangatan, perut kram dan nyeri
6. Pemeriksaan ekstremitas
- Adanya kelelahan otot
7. Pemeriksaan neurosensori
- Kegelisahan, ketakutan, tingkat kecemasan, pusing
4. Pola fungsi kesehatan
Aktifitas/ istirahat
Gejala: Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena adanya rasa sesak,
lemas dan pusing serta gatal/ pruritus.
Tanda:Gangguan rasa gatal pada sekujur tubuh.
Kardiovaskuler
13
Gejala: Palpitasi, takikardia, hipotensi, renjatan.
Tanda: Pada EKG ditemukan aritmia, T mendatar atau terbalik, fibrilasi ventrikel
sampai asistol.
Integritas Ego
Gejala: Perasaan tidak berdaya, putus asa
Tanda: Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira.
Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
Makanan/ cairan
Gejala: Mual, muntah, sakit perut dan dapat terjadi diare.
Neurosensori
Gejala: pusing.
Tanda:Tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma, disorientasi, halusinasi dan
kejang.
Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Sakit kepala (pusing), sakit di bagian perut, gatal pada sekujur tubuh.
Pernapasan
Gejala:dispnea
Interaksi Sosial
Tanda: Ketidakmampuan untuk berkomunikasi akibat berbagai gangguan pada
tubuh, seperti gatal, sesak.
3.2 diagnosa keperawatan
3.3 Perencanaan
15
selama 3x24 jam, diharapkan kulit tetap Pengawasan kulit
- Amati warna, kehangatan
bersih, utuh dan bebas iritasi
NOC: (suhu), bengkak, getaran,
Menunjukkan integritas jaringan
tekstur, edema, dan nanah
- Terbebas dari adanya lesi jaringan
- Integritas kulit yang baik bisa pada ektremitas
- Periksa kemerahan,
dipertahankan (sensasi, elastisitas,
perubahan suhu yang
temperature dan pigmentasi )
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit ekstrim, atau drainase
- Perfusi jaringan baik
dari kulit dan membran
- Mampu melindungi kulit
- Mampu mempertahankan kelembaban mukosa
- Pantau infeksi,
kulit
khususnya pada daerah
Skala penilaian :
1 = Selalu edematous
2 = Sering - Pantau kelainan
3 = Kadang-kadang
kekeringan dan
4 = Jarang
5 = Tidak pernah kelembaban kulit
Pengendalian resiko - Periksa keketatan pakaian
- Memantau faktor resiko dari perilaku - Catat perubahan kulit
Berikan HE
dan lingkungan yang memperparah
- Ajarkan anggota keluarga
- Mengenal perubahan pada status
tentang tanda kerusakan
kesehatan yang mempengaruhi kulit
kulit, jika diperlukan
- Ajarkan kepada keluarga
tentang perawatan luka.
Kolaborasi
Konsultasikan pada ahli gizi
tentang pemberian makanan.
Dan nutrisi secara enteral
dan parenteral untuk
meningkatkan kemungkinan
penyembuhan luka
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC:
Pengurangan ansietas
selama 3x24 jam diharapkan ansietas
Kaji dan
berkurang
dokumentasikan tingkat
NOC:
Kontrol ansietas dibuktikan dengan: kecemasan
Meneruskan aktivitas yang Selidiki dengan pasien
dibutuhkan meskipun ada kecemasan tentang teknik yang
16
Menunjukan kemampuan untuk telah dimiliki dan belum
berfokus pada pengetahuan dan dimiliki, untuk
ketrampilan baru mengurangi ansietas
Mengidentifikasi gejala yang
dimasa lalu
merupakan indicator ansietas pasien HE
Sediakan informasi
sendiri
Tidak menunjukan perilaku agresif factual menyangkut
Mengkomunikasikan kebutuhan dan
diagnosis, perawatan
perasaan negative secara tepat
dan prognosis
Instruksikan pasien
tentang penggunaan
teknik relaksasi
Jelaskan semua
prosedur, termasuk
sensasi yang biasanya
dirasakan selama
prosedur
Kolaborasi
Berikan pengobatan
untuk mengurangi
ansietas sesuai dengan
kebutuhan
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC:
Pengendalian infeksi
selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak
Pantau dan tanda gejala
terjadi
infeksi
NOC:
Kaji faktor yang
Pengendalian resiko dibuktikan dengan:
Tebebas dari tanda dan gejala infeksi meningkatkan serangan
Meunjukan hygiene pribadi yang
infeksi
adekuat Pantau hasil laboratorium
Mengindikasikan status Amati penampilan
gastrointestinal, genitourinaria, dan praktik hygiene pribadi
imun dalam batas normal untuk perlindungan
Menggambarkan factor yang
terhadap infeksi
menunjang penularan infeksi HE
Melaporkan tanda dan gejala infeksi Instruksikan untuk
serta mengikuti prosedur pernapasan menjaga hygiene pribadi
dan pemantauan untuk melindungi tubuh
17
terhadap infeksi
Ajarkan kepada pasien
dan keluarganya
tanda/gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkannya ke pusat
kesehatan
Kolaborasi
Berikan terapi antibiotic,
bila diperlukan
BAB IV
PENTUP
4.1 Kesimpulan
Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang
dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula
Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem
tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan.
Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu
reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan
hipersensitifitas terhadap makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III
dan IV.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya alergi :
1. Faktor Internal
Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung,
enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA
sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi
kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.
Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai
masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan
setempat.
Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan penyerapan alergen
bertambah.
2. Fakor Eksternal
Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau
beban latihan (lari, olah raga).
18
Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya.
4.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak
kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Untuk itu, sangat diharapkan kepada para
pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya demi tercapainya kesempurnaan penyusunan
makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, Jakarta:EGC..
19
Carpenito LD.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta: EGC.
20