Вы находитесь на странице: 1из 4

Artikel

1. Nira Tebu
Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,
kemudian air hasil gilingan itu disaring dan air itu yang dinamakan nira dan
proses penyaringan ini sering dinamakan ekstraksi. Jadi nira adalah air hasil
gilingan atau ekstraksi dari tanaman tebu, di dalam nira terdapat banyak sekali
zat-zat yang terkandung didalamnya, misalnya daun kering, blendok, pektin atau
polisakarida starch, karena biasanya tebu yang digiling didalam pabrik dalam
keadaan kotor, kering, tidak dicuci, dan tidak dikuliti terlebih dahulu (Risvan,
2009).
Adapun komposisi yang terkandung dalam nira menurut penelitian Soejoto
(1975) adalah:
Komposisi Besarnya
Brix 16,88 17,85 %
HK Pol 82,69 83,49 %
Sukrosa 12,09 13,24 %
Gula Reduksi 79 1,35 %
Abu Fosfat 0,7 1,25 %
Sumber : Soejoto, 1975
Adapun syarat mutu nira yang baik menurut penelitian Sumarno (1997),
adalah:
Komposisi Besarnya
Polarisasi 93,34 %
Hk Pol 94,40 %
Warna 50,63 %
Turbidy 394
Sumber : Sumarno, 1997
2. GKP (Gula Kristal Putih)
Gula kristal putih (GKP) merupakan bahan pemanis alami dari bahan baku
tebu atau bit yang digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga maupun
untuk bahan baku industri pangan. Manfaat gula disamping sebagai sumber kalori,
yang dapat menjadi alternatif sumber energi dan di sisi lainnya gula juga dapat
berfungsi sebagai bahan pengawet dan tidak membahayakan kesehatan konsumen
(Sugiyanto, 2007).
3. Derajat Brix Nira
Brix adalah zat padat kering terlarut dalam suatu larutan yang dihitung
sebagai sukrosa. Zat yang terlarut sebagai gula (sukrosa, glukosa, fruktosa, dan
lain-lain), atau garam-garam klorida atau sulfat dari kalium, natrium, kalsium dan
lain-lain merespon dirinya sebagai brix dan dihitung setara dengan sukrosa.
Satuan brix merupakan satuan yang digunakan untuk menunjukkan kadar gula
yang terlarut dalam suatu larutan. Semakin tinggi derajat brixnya maka semakin
manis larutan tersebut. Sebagai contoh kasus dalam pengolahan nira bahwa nilai
brix adalah gambaran seberapa banyak zat pada terlarut nira. Di dalam padatan
terlarut tersebut terkandung gula dan komponen bukan gula. Sebagai gambaran,
bila diperoleh nilai brix 17% maka dalam setiap 100 bagian nira terdiri dari 17
bagian brix dan 83 bagian air (Risvank, 2011).
Nama alat ukur brix adalah refraktometer, refractometer adalah sebuah alat
yang biasa digunakan untuk mengukur brix atau padatan yang terlarut dalam suatu
larutan. Pengukuran dilakukan dengan meneteskan nira pada kaca sensor dan
angka brix dapat segera dibaca. Pada nira, padatan terlarut terdiri atas gula dan
bukan gula (Edy, 2011).
4. Defikasi
Pemurnian cara defekasi adalah cara pemurnian yang paling sederhana,
bahan pembantu hanya berupa kapur tohor. Kapur tohor hanya digunakan untuk
menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira (Subiyanto, 2012). Proses ini
digunakan dipabrik-pabrik gula diluar negeri untuk memproduksi gula merah atau
raw sugar yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan gula
rafinasi. Raw sugar dilebur kemudian di proses lagi dengan menggunakan bahan
kimia dan proses tertentu. Pabrik gula merah hanya menggantung pengaruh
penambahan
5. Fungsi Bahan
Nira tebu dengan kulit dan nira tebu tanpa kulit berfungsi sebagai
perbandingan pada derajat brix sebelum dan setelah perlakuan defekasi. Larutan
kapur digunakan untuk pemurnian pada proses defekasi. Kapur tohor berfungsi
untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira. Gula kristal putih warna
beda berfungsi untuk perbandingan kecerahan jenis GKP. Gula kristal putih
ukuran beda sebagai perbandingan besar jenis butir GKP. Larutan yodium
berfungsi untuk titrasi. Larutan standar tio sulfat berfungsi untuk indikator titrasi
dengan larutan iodium, titik akhir saat timbul warna ungu muda. HCl 5% untuk
indikator titrasi. Larutan kanji 0,2% sebagai indikator yang merubah warna biru
menjadi hilang. Aquades berfungsi untuk peneraan pada larutan
6. SNI Gula Kristal Putih
Tabel 1. Syarat Mutu Gula Kristal Putih SNI 3140.3:2010
No Parameter Uji Satuan Persyaratan
GKP 1 GKP 2
1 Warna
1.1 Warna kristal CT 4,0 - 7,5 7,6 10,0
1.2 Warna larutan (ICUMSA) IU 81 - 200 201 300
2 Besar jenis butiran mm 0,8 1,2 0,8 1,2
3 Susut pengeringan (b/b) % Maks 0,1 Maks 0,1
4 Polarisasi ( Z, 20), Z Min 99,6 Min 99,5
5 Abu konduktiviti (b/b) % Maks 0,10 Maks 0,15
6 Bahan tambahan pangan
6.1 Belerang dioksida (2) mg/kg Maks 30 Maks 30
7 Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 2 Maks 2
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 2 Maks 2
7.3 Arsen (As) mg/kg Maks 1 Maks 1
Sumber : SNI 3140.3:2010
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional.2010.SNI 3140.3:2010 Gula Kristal
Putih.Jakarta:BSN.
Edy Sofyadi.2011.Aspek Budidaya, Prospek, Kendala, dan Solusi Pengembangan
Sorgum di Indonesia.Jakarta:UI Press.
Risvank.2011.Pemurnian Nira di Pabrik Gula.Yogyakarta:Gajah Mada
University.
Risvan, K.2009.Penentuan Kadar Gula Reduksi Nira Tebu.Jakarta:UI Press.
Subiyanto.2012.Kelayakan Tekno-Ekonomi Migrasi Teknologi Proses Produksi
Gula Kristal Putih dari Sulfitasi ke Defekasi Remelt Karbonatasi, Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 14, No. 1, April 2012 Hlm.56-61.
Sugiyanto, C.2007.Permintaan Gula di Indonesia.Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 8, No. 2, Desember 2007, hal 113-127.

Вам также может понравиться