Вы находитесь на странице: 1из 34

BAB III

LAPORAN KASUS
PADA Tn. D DENGAN MASALAH GANGGUAN ISOLASI SOSIAL PADA
KASUS DEPRESI DI RUANG.....

Pengkajian

A. IDENTITAS
Nama : Tn. D Tgl Pengkajian : 15-07-2014
Umur : 26 Tahun No. Register : 035097
Jenis Kelamin : Laki laki
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : DS. Kebat Kubu Kota Manna Bengkulu Selatan
Tgl Masuk : 10-07-2014
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Penanggung Jawab
Nama : Tn. L
Umur : 48 Tahun
Alamat : DS. Kebat Kubu Kota Manna Bengkulu Selatan
Hubungan : Ayah Kandung
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam

B. Alasan Masuk
Pasien Ulangan Masuk RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu Tanggal 10-
07- 2014 diantar oleh keluarganya dengan keluhan berblcara kacau, sering
melamun, tidur kurang, dan mengoceh sendiri. Pada saat dilakukan pengkajian
pada tanggal 15-07-2014 klien tampak, sering melamun, banyak di tempat tidur,
tidak mau melakukan aktifitas, dan klien jarang berkomunikasi dengan klien yang
lain. Klien juga jarang mengkonsumsi obat saat dirumah, tidur klien kurang. Obat
yang di minum klien dirumah yaitu Alprazolam 2 x 0,5 mg, Risperidon 2x2 mg,
dan TP 2 x 2 mg. Saat berada di rumah, keluarga kurang mensuport daiam proses
pengobatan yang sedang di jalankan pasien, dengan tidak melakukan apa-apa jika
pasien kambuh. Pada saat penyakit Klien kambuh, Keluarga Klien mengantar
Klien ke RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu.
MK : 1. Isolasi sosial
2. Depresi
3. Koping keluarga Tidak efektif
4. Regimen Terapeutik inefektif

C. Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Ia mengatakan
mengalami gangguan jiwa dan dirawat di rumah sakit RSKJ pada tahun 2001, di
karenakan semua tindakan klien tidak dianggap oleh keluarganya dan lingkungan
sekitar dikarenakan klien pernah di rawat di RSKJ, klien juga merasa putus asa
akan penyakit ginjal yang di deritanya. dan akhimya klien pun banyak melamun,
mengurung diri dikamar, tidur klien kurang dan klien juga pernah berbicara kacau,
sehingga membuat klien tidak mengkonsumsi obat yang telah di programkan dan
akhirnya klien pun dibawak oleh keluarganya ke RSKJ Soeprapto Provinsi
Bengkulu.
MK : 1. Isolasi sosial
2. Depresi
3. Koping Individu tidak efektif .

D. Faktor Presipitasi
Klien merasa tidak berguna, karena semua tindakan klien yang dilakukan
tidak dianggap oleh keluarga dan teman-teman klien., karena status klien yang
pernah di rawat di RSKJ tersebut. Sehingga pasien banyak melamun, tidur kurang,
tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari, mengisolasi diri di kamar, dan
terkadang sering mengoceh sendiri.
MK : 1. Isolasi Sosial
2. Depresi
3. Koping individu Tidak efektif
4. Resiko tinggi gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
E. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
S : 36,4C
TB : 168 cm
BB : 51Kg
Keluhan Fisik : Tidak ada keluhan fisik yang dialami klien

F. Psikososial
A. Genogram

Ket : : Laki Laki


: Perempuan
: Pasien
: Sudah Meninggal
: Serumah
: Menikah

Keterangan :
Klien merupakan anak Kedua dari Empat bersaudara. Kedua Orang tua
Klien masih ada dan tinggal bersama ke dua anaknya. Saudara pertama Klien
telah menikah, sedangkan adik klien yang pertama dan terakhir masih tinggal
bersama dengan kedua orang tuanya. Klien .larang berkomunikasi dengan
anggota keluarganya, sedangkan kedua orang tua klien sibuk dengan
pekerjaannya, klien merasa putus asa akan penyakit ginjal yang di deritanya,
sehingga klien merasa tidak dianggap karena kedua orang tua kien yang terlalu
sibuk akan pekerjaannya sebgai petani.
B. Konsep diri
1) Citradiri
Pada saat di RSKJ pasien menyukai semua anggota tubuhnya karena
semua itu di eiptakan Tuhan YME menyukai apa yang ada di dalam
dirinya, tidak ada organ di dalam tubuhnya yang tidak ia sukai, Ia
bersyukur apa yang Tuhan berikan kepada dirinya.
MK : Tidak ada masalah Keperawatan.
2) Identitas
Pasien mengatakan namanya Tn.D Alamat DS. Kebat Kubu Kota
Manna Bengkulu Selatan, Pasien tinggal bersama kedua Orang tuanya,
Pasien mengatakan ia sekolah sampai kelas 6 sd. Klien berhenti sekolah
karena orang tua Tn. D tidak mempunyai biaya dan putus asa akan
penyakit ginjal yang dideritanya. Pasien beragama islam
MK : Tidak ada masalah Keperawatan
3) Peran
Didalam keluarganya, pasien mengatakan berperan sebagai anak
kedua, saat klien melakukan tindakan untuk membantu kedua orang
tuanya, semua tindakan klien pun merasa tidak dianggap oleh kedua orang
tuanya dan keluarganya.
MK : Resiko tinggi harga diri rendah
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin sembuh dan berkumpul lagi dengan
keluarganya, akan tetapi keluarga pasien jarang menjenguk pasien.
MK : Koping Keluarga Tidak efektif
5) Harga Diri
Kontak mata Klien tidak ada. Klien merasa tidak lagi di perdulikan
oleh keluarganya, karena keluarga klien yang jarang menjenguk klien
selama dirawat di RSKJ
MK : 1. Resiko tinggi Harga diri rendah
2. Koping keluarga tidak efektif
C. Hubungan sosial
Pasien kurang berinteraksi dengan apa yang ada disekitarnya, pasien juga
kurang berinteraksi dengan perawat. Ia akan berinteraksi jika di panggil dan
diajak bieara oleh perawat. Pasien tanpak banyak di tempat tidur dari pada
berinteraksi dan berbincang-bineang dengan orang lain. MK : Gangguan
lnteraksi sosial
D. Spiritual
Pasien beragama Islam selama di rumah sakit pasien tidak melakukan ibadah.
Pasien mengetahui apa dan kapan saja shalat 5 waktu di jalankan, akan tetapi
pasien malas untuk melakukannya.
MK : Koping individu Tidak efektif

G. Status Mental
a) Penampilan
Penampilan pasien kurang rapi dengan pakaian jarang di ganti, dan pasien
kurang menyadari pentingnya kebersihan diri.
MK : Defisit perawatan diri.

b) Pembicaraan
Selama pembicaraan Klien tampak tidak fokus dengan pembicaraan yang ada,
klien hanya berdiam diri dan menjawab prtanyaan dengan singkat.
MK : Isolasi sosial

c) Aktivitas Motorik
Pada saat pengkajian klien terlihat tidur-tiduran di tempat tidurnya, klien
kurang berinteraksi dan klien tidak mengikuti kegiatan yang di lakukan di
dalam ruangan seperti membersihkan tempat makan, menyapu, mengepel dll..
MK : Isolasi sosial

d) Alam Perasaan
Klien ingin berkumpul lagi dengan keluarganya, akan tetapi kluarga klien
tidak ada yang menjenguk klien di RSKJ sehingga klien merasa kecewa, sedih
yang mendalam dan sempat putus asa.
MK : Kerusakan proses emosi: kesedihan

e) Afek
Afek klien tumpul, pasien hanya berinteraksi bila ada stimulus
yang kuat.
MK : Afek tumpul
f) Interaksi selama wawancara
Saat dikaji interaksi klien lambat terkadang tidak menjawab pertanyaan yang
di sampaikan perawat, jawaban klien apa adanya, singkat., kontak mata pasien
mau menatap perawat saat wawancara.
MK : Gamgguan Interaksi social

g) Persepsi
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan pernah mendengar suara-
suara yang menyuruh klien untuk memberontak, suara-suara itu muncul di saat
klien sedang melamun dan merasakan sedih yang mendalam.
MK : 1. Resiko Tinggi Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

h) Isi Pikir
Selama pengkajian tidak ditemukan gangguan isi fikir seperti obsesi, phobia,
hipokondria, depersonalisasi, ide yang terkait serta waham pada diri pasien.
MK : tidak ada masalah keperawatan

i) Proses Pikir
Selama pengkajian pasien tidak memiliki gangguan proses pikir pada saat
wawancara, pembicaraan pasien dengan perawat sesuai dengan konteks
pertanyaan yang diajukan perawat serta tidak ditemukan sirkumstansial,
tengensial, kehilangan asosiasi, flight of ideas, bloking dan preverensi.
MK : tidak ada masalah keperawatan

j) Tingkat kesadaran
Pasien memiliki kesadaran compos mentis. Pasien mampu berinteraksi dengan
perawat, pada saat pengkajian pasien mampu menunjukkan waktu pagi hari,
sedang di rawat di Rumah Sakit khusus jiwa Soeprapto Bengkulu serta pasien
mampu mengenali perawat.
MK : tidak ada masalah keperawatan

k) Memori
Pada saat dilakukan pengkajian tidak ditemukan adanya gangguan daya ingat,
baik jangka panjang maupun jangka pendek hal ini dibuktikan dengan pasien
mampu mengingat pertama kali ia dirawat dan mampu menceritakan
kehidupan nya sebelum di rawat dan klien mampu mengenali nama perawat
yang baru ia kenali.
MK : tidak ada masalah keperawatan

l) Tingkat konsenterasi dan berhitung


Pasien mampu menambah dan mengurangi angka-angka yang sederhana dan
mengurang angka-angka dengan kelipatan dua, pasien mampu berkonsentrasi
dengan mematuhi perintah perawat,pada saat pasien disuruh mandi pasien
langsung mandi.
MK : tidak ada masalah keperawatan

m) Kemapuan penilaian
Pasien mampu mengambil keputusan saat perawat memberikan pilihan untuk
melakukan tindakan mandi dulu atau makan dulu yang akan dilakukan, pasien
dapat mengambil keputusan dengan memilih mandi dulu sebelum makan.
MK : tidak ada masalah keperawatan

n) Daya Titik Diri


Pesien menyadari kalau sedang di rawat di RS khusus Jiwa Soeprapto Provinsi
Bengkulu dan pasien menyalahkan orang dirinya sendiri.
MK : Harga diri rendah

H. Kebutuhan Persiapan Pulang


A. Makan
Pasien makan 2 kali sehari, porsi yang sediakan selalu habis, dan tidak
membebani orang lain.
MK : tidak ada masalah keperawatan
B. BAK/BAB
Out put dan intake pasien seimbang, pasien BAB 1 kali sehari, dan BAK 5
kali sehari, pasien bisa BAK/BAB sendiri dan menggunakan WC yang
disediakan. Setelah BAB/BAK pasien menyiram sendiri.
MK : tidak ada masalah keperawatan
C. Mandi
Pasien mandi 2x sehari menggunakan sabun, jarang sikat gigi
menggunakan odol.
MK : Defisit perawatan diri.
D. Berpakaian
Pasien bisa memakai pakaian sendiri, pasien juga tidak memiliki kesalahan
dalam memilih dan menggunakan pakaian.
MK : tidak ada masalah keperawatan
E. Istirahat dan Tidur
Pasien tidur lebih kurang 8 jam dan pasien banyak melamun sebelum tertidur.
MK : tidak ada masalah keperawatan
F. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengungkapkan bahwa ia sedang dirawat di Rumah Sakit Khusus Jiwa
Soeprapto Bengkulu. Pasien juga tidak tahu bagaimana pengobatan
selanjutnya apabila pasien keluar dari Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto
Provinsi Bengkulu. Pasien selelu minum obat secara teratur, akan tetepi pasien
tidak mengetahui apa nama, fungsi dari obat yang diminumnya.
MK : Regimen terapeutik inefektif
G. Kegiatan didalam rumah
Selama di rumah pasien dapat mengepel, menyapu, mencuci pakaian dan
mengatur keperluan sehari-hari dengan sendiri, dan tidak mau membebankan
orang tuanya lagi.
MK : tidak ada masalah keperawatan
H. Kegiatan di luar rumah
Kegiatan di luar rumah, pasien biasanya mandiri seperti membeli rokok di
waning, pasien jarang berkomunikasi dengan masyarakat, sehingga kegiatan di
luar rumah pasien terbatas.
MK : Gangguan interaksi sosial: Isolasi sosial

I. Mekanisme Koping
Pasien mengungkapkan perasaannya dengan orang lain sehingga pasien banyak
diam. Pasien bercerita ketika ditanyakan oleh perawat dan tidak mau
menceritakan kepada orang lain, pasien hanya memendam masalahnya sendiri,
pasien juga biasanya merokok dan beharap ada anggota keluarganya yang ingin
menjemput pasien sehingga bisa berkumpul lagi di rumah.
MK : Koping Indifidu tidak efektif
J. Masalah psikososial dan lingkungan
A. Masalah dengan Keluarga
Selama dirawat di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu
pasien belum jarang di jenguk oleh keluarganya. Pasien mengatakan
keluarganya kurang memperhatikan dirinya. Saat dirumah, keluarga seperti
tidak memperdulikan pasien ketika pasien mengalami ganguan jiwa.
MK : Koping keluarga tidak efektif
B. Masalah dengan perumahan
Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa, di rumah pasien sering mengobrol
dengan Orang tunya serta adik-adiknya, sesekali pasien sering berbelanja ke
waning utuk membeli keperluan sehari-hari.
MK : Tidak ada masalah keperawatan
C. Masalah dengan lingkungan
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ia tidak memiliki masalah
apapun dalam lingkungan dan masyarakat disekitar rumahnya, dirumah sakit
klien jarang berkomunikasi dengan orang lain tanpa di beri stimulus yang kuat
terlebih dahulu.
MK :Isolasi sosial

3.1.11 Aspek medis


DX medis : F33
klien mengkonsumsi obat sejak pertama dirawat di RSKJ ini, obat yang di
konsumsi saat ini adalah Alprazolam 2 x 0,5 mg, Risperidon 2x2 mg, dan Trihexil
Penidil 2x2 mg.

3.1.12 Dafitar Masalah Keperawatan


1. Resiko Tinggi Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. Isolasi Sosial
3. Resiko tinggi harga diri rendah
4. Depresi
5. Gangguan Interaksi Sosial
6. Defisit perawatan diri
7. Regimen Terapeutik Inefektif
8. Koping Individu Tidak efektif
9. Koping Keluarga Tidak Efektif

3.1.13 Pohon masalah

3.2 Analisa Data


Nama Pasien : Tn.D Ruangan :
Umur : 26 Tahun No. Register :035097
No Data Senjang Masalah
1. Ds :
a. klien mengatakan jika dahulu pernah mendengar Resiko tinggi
suara-suara yang tidak jelas. gangguan persepsi
Do : sensori : halusinasi
a. dahulu klien terkadang suka mengoceh sendiri.
2. Ds:
a. klien mengatakan tidak mau berkomunikasi dengan
orang lain.
b. klien mengatakan lebih suka tidur dibanding
melakukan aktifitas. Isolasi Sosial
Do :
a. klien terlihat banyak di tempat tidur dan menyendiri
3. DS:
a. klien mengatakan malas untuk berinteraksi dengan
orang lain. Gangguan interaksi
DO : sosial
a. klien terlihat tidur-tiduran dari pada berinteraksi
dengan yang lainnya
4. DS :
a. klien tidak mengkonsumsi obat karena klien
menganggap obat itu tidak penting baginaya.
DO : Regimen terapeutik
a. klien tampak malas mengkonsumsi obat karena inefektif
bingun dan tidak tahu kegunaan obat itu dan efek yang
timbul jika tidak mengkonsumsi obat tersebut.
5. DS :
a. klien putus asa akan penyakit yang dideritanya.
b. Klien mengatakan semua tindakan yang klien lakukan
tidak di anggap oleh keluarganya. Harga Diri rendah
DO :
a. Klien tampak menyendiri, sedih dan putus asa akan
penyakit yang dideritanya.
6. DS :
a. klien mengatakan malas menceritakan masalahnya
dengan orang lain Koping Individu
DO: Tidak Efektif
a. klien banyak tidur dan tidak banyak bicara.
b. klien banyak menghabiskan waktu sendiri.
7. DS
:
klien mengatakan selama dirawat keluarga pasien Koping Keluarga
jarang menjenguk pasien Tidak Efektif
DO:
a. Keluarga klien tampak tidak pernah mengunjungi
klien.
8. DS:
a. Klien mengatakan malas untuk mandi.
DO: Defisit Perawatan diri
a. Klien tampak jarang mengganti pakaiannya.
b. Rambut, kuku klien tampak kusut dan panjang.
9. DS
:
a. Klien mengatakan sering melamunkan tentang
penyakitnya. Depresi
DO:
a. klien tampak kurang tidur.
b. klien tampak sering melamun.

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko Tinggi Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. Isolasi Sosial
3. Depresi
4. Resiko Tinggi Harga diri rendah
5. Gangguan Interaksi Sosial
6. Defisit perawatan diri
7. Regimen Terapeutik Inefektif
8. Koping Individu Tidak Efektif
9. Koping Keluarga Tidak Efektif

3.4 Rencana tindakan keperawatan


3.4.1 Intervensi Isolasi sosial
Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial
A. Tindakan penatalaksanaan keperawatan jiwa pada klien yang mengalami
isolasi sosial.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x 24 jam dengan
tujuan dan keriterian hasil sebagai berikut: Tujuan khusus : 1. Klien
dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi:
Expresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.
1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan klien
yang disukai.
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan bersikap empati dari menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.
Rasional:
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran huungan
interaksi selanjutnya.
Tujuan khusus : 2 Klien dapat menyebutkan penyebab depresi Kriteria
evaluasi:
Klien dapat menyebutkan penyebab depresi yang berasal dari:
1) Diri sendiri
2) Orang Lain
3) Lingkungan
Intervensi:
Membantu pasien menyadari prilaku isolasi sosial
1. Pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
2. Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain
3. Diskusikan keuntungan bila klien hanya megurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain
4. Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain
5. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
Rasional :
Diketahui penyebabnya akan dapat dihubungkan dengan factor
resipitasi yang dialami klien.
Tujuan khusus : 3 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria evaluasi :
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhuungan dengan
orang lain.
2. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tantang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
2. Beri kesempatan dengan klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhuungan dengan orang lain
3. Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
pengungkapan rasa tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain.
5. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan kerugian tidak
berhuungan dengan orang lain.
6. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
7. Diskusikan bersama klien tentang kerigian tidak
berhubungan dengan orang lain
8. Beri reinforcemen positif terhadap kemampuan
pengungkapan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
Rasional :
1. Klien harus di coba berinteraksi secara bertahap agar
terbiasa membina hubungan yang sehat dengan orang lain.
2. Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga
timbul motivasi untuk berinteraksi.
B. Melaksanakan tujuan khusus pada keluarga
Tindakan penatalaksanaan keperawanan jiwa pada keluarga pasien yang
mengalami isolasi sosial dilakukan dengan cara (direja,2011)
a. Melaksanakan tujuan khusus (TUK 1) keluarga
1) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
2) Penjelasan isolasi sosial
3) Cara merawat pasien isolasi sosial
4) Latih (simulasi)
5) Rencana tindak lanjut keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat klien
b. Melaksanakan tujuan khusus (TUK 2) keluarga :
1) Evaluasi kemampuan keluarga
2) Latih langsung kepada pasien
3) Rencana tindak lanjut keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat klien
c. Melaksanakan tujuan khusus (TUK 3) keluarga :
1) Evaluasi kemampuan keluarga
2) Evaluasi kemampuan klien
3) Rencana tindak lanjut keluarga follow up dan rujukan
3.4.2 Intervensi Halusinasi
A. Diagnosa I: gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
1. Tindakan penatalaksanaan keperawanan jiwa pada pasien yang
mengalami gangguan halusinasi dapat dilakukan dengan cara:
Melakukan Tujuan Khusus (TUK I) : Membina hubungan saling percaya
1. Sapa klien dengan ramah
2. Tanyakan nama lengkap klien, dan nama panggilan yang disukai
3. Jelaskan tujuan pertemuan
4. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
5. Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien
Melaksanakan tujuan khusus (TUK II) : klien dapat mengenal halusinasi
1. Adakan kontak mata secara sering dan singkat secara bertahap
2. Observasi prilaku verbal dan non verbal yang berhubungan dengan
halusinasinya
3. Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi
perawat
4. ldentifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi
halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi
5. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi
muncul
6. Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat teijadi halusinasi
7. Beri reinforcement positif atau pujian terhadap kemampuanklien dengan
mengungkapkan perasaannya
Melaksanakan tujuan khusus (TUK III)
Klien dapat mengontrol halusinasi
1. ldentifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila halusinasi
muncul
2. Menghardik halusinasi
3. Temui perawat atau teman, atau anggota keluarga
4. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
5. Membantu klien untuk minum obat secara teratur
6. Meminta keluarga atau teman atau perawat menyapa klien jika tampak
bicara sendiri
7. Beri pujian dan penguatan terhadap tindakan yang positif
8. Bersanma klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya
halusinasi
9. Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengontrol
halusinasi
10. Dorong klien untuk memilih cara yang digunakan dalam menghadapi
halusinasi
11. Beri pujian dan penguatan terhadap pilihan yang benar
12. Diskusikan bersama klien hasil upaya yang telah dilakukan
Melaksanakan tujuan khusus (TUK 4)
Klien mendapatkan dukungan keluarga atau memanfaatkan sistem pendukung
untuk mengendalikan halusinasi
A. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga (ucapkan salam,
perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak dan eksplorasi perasaan.
1. Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Prilaku halusinasi
b) Akibat yang terjadi jika prilaku halusinaasi tidak ditanggapi
c) Cara keluarga menghadapi klien halusinasi
d) Cara keluarga merawat klien halusinasi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN

Nama : Tn.D Pertemuan/SP : 1 SP I


Ruangan : Murai B No. Register :035097
Diagnosa : Isolasi sosial pada kasus Depresi

NO TGL/HARI IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 15-07-2014 1. selamat pagi! Perkenalakn nama
SELASA Saya perawat p. Saya senang dipanggil S :
perawat p. "Siapa nama Tn.? Senang - Klien
dipanggil apa? mengatakan Nama,
2. Apa keluhan Tn. D hari ini? dan mau menjawab
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap semua pertanyaan
tentang keluarga dan teman-teman Tn. perawat.
D? mau dimana kita bercakap-cakap? - Klien mau
Bagaimana kalau diruang tamu? Mau menceritakan
berapa lama? bagaimana kalau 15 keluhan yang klien
menit? rasakan.
3. Apa yang Tn. D rasakan selama 0 :
dirawat disini? Tn. D merasa - Klien tampak
sendirian? mendengarkan
4. Kalau boleh tau apa yang perawat.
menyebabkan Tn D di antar kesini? - Kontak mata
5. Siapa yang mengantar Tn. D? klien ada
6. Tn. D tidak usah takut, rahasia Tn. D - Klien tampak
aman dengan saya.. silahkan Tn. D mulai mempercayai
cerita! perawat dengan
7. Oh.... Tn. D sudah punya teman mau duduk
disini? disamping perawat.
8. Apa yang menghambat Tn. D dalam A :
berteman atau bercakap-cakap dengan - Tujuan tercapai
pasien yang lain? P:
- SP dilanjutkan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN

Nama : Tn.D Pertemuan/SP : 2 SP I


Ruangan : Murai B No. Register :035097
Diagnosa : Isolasi sosial pada kasus Depresi

NO TGL/HARI IMPLEMENTASI EVALUASI


1 16-07-2014 1. apa yang membuat bapak kurang suka S :
RABU bergaul dengan orang lain? - Klien
2. apakah karena sikap dan perilaku mengatakan
orang lain terhadap bapak atau ada hal Nama, dan mau
lain? menjawab
3. menurut bapak apa keuntungan kalau semua
kita punya banyak teman? pertanyaan
4. Dan apa juga kerugiannya jika bapak perawat.
tidak punya banyak teman? - Klien mau
5. Nah pak banyak untungnyakan pak.. menceritakan n
kalau begitu apakah bapak mau punya keluhan yang
banyak teman? klien rasakan.
6. jikalau bapak mau bapak jangan O :
sungkan untuk berkenalan dengan orang - Klien tampak
lain. mendengark an
7. apabila bapak sudah mengerti dan tahu perawat.
apa saja keuntungan dan kerugian dari - Kontak mata
bergaul dengan orang lain. Maka kita klien ada
akan mempelajari cara berkenalan lagi - Klien tampak
pak. mulai
8. Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempercayai
bercakap-cakap tadi? perawat dengan
9. Besok kita akan mengobrol lagi ya mau duduk
pak.. disamping
10. besok saya mengajarkan cara berkenalan perawat.
dengan orang lain. A:
11. dimana kita mengobrol besok pak? - Tujuan
Bagaimana kalau disini lagi? tercapai
12. mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 P :
menit lagi aja? - SP
13. Kalau begitu Sampai besok pak! dilanjutkan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN

Nama : Tn.D Pertemuan/SP : 3 SP I


Ruangan : Murai B No. Register :035097
Diagnosa : Isolasi sosial pada kasus Depresi
NO TGL/HARI IMPLEMENTASI EVALUASI
1 17-07-2014 1. Selamat pagi ! Masih ingat dengan S :
KAMIS saya pak? - Klien
2. Bagaimana perasaan bapak hari ini? mengatakan
Tidurnya semalam nyenyak atau tidak Nama, dan mau
pak? menjawab semua
3. Apakah bapak masih mengingat pertanyaan
keuntungan dan kerugian bergaul dengan perawat.
orang lain yang kita obroli kemarin pak? - Klien mau
4. wah bapak lupa ya? Kalua begitu kita menceritakan
akan bahas lagi ya pak keluhan yang
5. Baiklah pak sesuaijanji kita kemarin, klien rasakan.
jika bapak belum paham,kita akan ulangi - Klien
lagi. hari ini kita akan berinteraksi mengulangi dan
tentang penyebab bapak kurang suka memperaktik
bergaul dan apa saja keuntungan dan kan apa yang
kerugian dari bergaul dengan orang diajarkan
lain." perawat.
6. "kita mengobrolnya disini saja ya pak. O:
7. "sesuai janji kemarin kita - Klien tampak
mengobrolnya 15 menit saja.! mendengarkan
8. "apa yang membuat bapak kurang suka perawat.
bergaul dengan orang lain? - Kontak mata
9. "apakah karena sikap dan perilaku klien ada
orang lain terhadap bapak atau ada hal - Klien tampak
lain? mulai
10. "menurut bapak apa keuntungan kalau mempercayai
kita punya banyak teman? perawat dengan
11. Dan apa juga kerugiannya jika bapak mau duduk
tidak punya banyak teman? disamping
12. "Nah pak banyak untungnya kan pak.. perawat.
kalau begitu apakah
13. "jikalau bapak mau bapak jangan
sungkan untuk berkenalan dengan orang A :
lain. - Tujuan
14. "apabila bapak sudah mengerti dan tahu tercapai
apa saja keuntungan dan kerugian dari
bergaul dengan orang lain. Maka kita
akan mempelajari cara berkenalan lagi
pak.
15. "Baiklah pak kalau begitu besok saya P :
akan mengajarkan cara berkenalan - SP
dengan orang lain pak. dilanjutkan
16. "Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap-cakap tadi?"
17. Besok kita akan mengobrol lagi ya pak..
18. "besok saya akan mengajarkan cara
berkenalan dengan orang lain.
19. dimana kita mengobrol besok pak?
Bagaimana kalau disini lagi ?
20. "mau berapa lama? Bagaimana kalau 15
menit lagi aja?
21. "Kalau begitu Sampai besok pak!

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN

Nama : Tn.D Pertemuan/SP : 4 SP II


Ruangan : Murai B No. Register :035097
Diagnosa : Isolasi sosial pada kasus Depresi
NO TGL/HARI IMPLEMENTASI EVALUASI
1 18-07-2014 1. "Selamat pagi pak! bagaimana S :
JUMAT perasaan bapak hari ini?" - Klien mengatakan
2. "Sudah diingat-ingat lagi pelajaran Nama, dan mau
kita kemarin? menjawab semua
3. "Coba bapak ulangi... yaa bagus pertanyaan perawat.
pak.. - Klien mau
4. "Kalau begitu sesuai janji kita menceritakan keluhan
kemarin.. saya akan mengajarkan yang klien rasakan.
bapak tentang cara berkenalan - Klien mengulangi
dengan orang lain. dan
5. "begini caranya pak.." memperaktikkanapa
6. "Bapak ulurkan tangan, kemudian yang diajarkan
bapak perkenalkan nama bapak. Perawat
alamat bapak, hobi bapak O:
7. "contoh" "ulukan tanagn - Klien tampak
kemudian, "perkenalkan nama saya mendengarkan
Puspa. Saya senang dipanggil P, perawat.
tinggal dijalan Tutwuri Handayani - Kontak mata klien
Hobi saya Memancing. Dan ada
seterusnya hingga bapak sudah - Klien tampak
merasa akrab. mulai mempereayai
8. "Jika tidak ada lagi yang ingin di perawat dengan mau
bicarakan, bapak dapat menyudahi duduk disamping
perkenalannya. Lalu bapak bisa buat perawat.
janji untuk bertemu lagi dengan - Klien
teman bapak yang baru berkenalan memperaktikkan cara
tadi. Begitu pak., misalnya 1 jam berkenalan
lagi atau lainnya. A:
9. "Baiklah kalu begitu coba bapak - Tujuan tercapai
peraktikkan pelajaran kita ini? P:
10. "Apabila bapak sudah bisa, besok kita - SP dilanjutkan
akan eoba berkenalan dengan orang
lain. Tapi jika bapak masih lupa dengan
pelajaran kita ini. Maka besok kita
akanulangi lagi sampai bapak bisa.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN

Nama : Tn.D Pertemuan/SP : 5 SP II


Ruangan : Murai B No. Register :035097
Diagnosa : Isolasi sosial pada kasus Depresi
NO TGL/HARI IMPLEMENTASI EVALUASI
1 19-07-2014 1. "Selamat pagi pak! bagaimana S :
SABTU perasaan bapak hari ini?" - Klien mau
2. "Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita menceritakan
kemarin? keluhan yang
3. "Coba bapak ulangi... wah bapak klien rasakan.
masih kurang paham ya.. 0:
4. "Kalau begitu sesuai janji kita - Kontak mata
kemarin.. saya akan mengajarkan klien ada
kembali pada bapak tentang cara - Klien tampak
berkenalan dengan orang lain. mulai
5. "Disi aja kita mengobrolnya ya pak. 15 mempercayai
menit aja kok. perawat dengan
6. "begini caranya kemarin pak.." mau duduk
7. "Bapak ulurkan tangan, kemudian disamping
bapak perkenalkan nama bapak, alamat perawat.
bapak, hobi bapak dan lain-lain. - Klien
8. "contoh" "ulukan tanagn kemudian, memperaktikkan
"perkenalkan nama saya Puspa. Saya cara berkenalan
senang dipanggil P, tinggal dijalan A :
Tutwuri Handayani Hobi saya - Tujuan
Memancing. Dan seterusnya hingga tercapai
bapak sudah merasa akrab. P:
9. "Jika tidak ada lagi yang ingin di - SP
bicarakan, bapak dapat menyudahi dihentikan
perkenalannya. Lalu bapak bisa buat
janji untuk bertemu lagi dengan teman
bapak yang baru berkenalan tadi. Begitu
pak., misalnya 1 jam lagi atau lainnya.
10. "Baiklah kalu begitu coba bapak
peraktikkan pelajaran kita ini?
11. "baguss!!" "Apabila bapak sudah bisa,
besok kita akan coba berkenalan dengan
orang lain. Tapi jika bapak masih lupa
dengan pelajaran kita ini. Maka besok
kita akan ulangi lagi sampai bapak bisa."
12. "jangan lupa ya pak.. bapak
ingat ingat cara ini dan pelajari terus ya
pak sampai bisa.."
13. "baiklah pak sesuai janji kuta tadi.
Waktu kita telah habis.
14. "sebelumnya pak saya mau pamitan.
besok saya tidak akan di sini lagi pak.
Karena penelitian saya telah berakhir
hari ini?
15. "jadi saya harap bapak memperaktikkan
sendiri dengan orang lain tentang cara
berkenalan tadi pak. Agar bapak
mempunyai banyak teman.
16. "baiklah pak kalau begitu sampai
ketemu lagi pak.!!

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. D
No. Register : 035097
Ruangan : Murai B
Dari intervensi yang di tegakkan dan implementasi yang dilakukan maka dapat di tegakkan
evaluasi keperawatan dengan menggunakan format SOAP yang hasilnya sebagai berikut:
No Diagnose keperawatan Evaluasi
1 Isolasi sosial S:
1. Klien dapat menyebutkan penyebab dari
Isolasi sosial
2. Klien mau mengungkapkan kepada perawat
tentang mengapa klien tidak mau mengobrol
dengan orang lain.
3. Klien telah mengetahui keuntungan dan
kerugian dari berhubungan dengan orang lain.
4. Klien masih belum mau berinteraksi dengan
orang lain kecuali dengan perawat yang
merawatnya.
O:
1. Klien tampak terbuka dengan perawat, tapi
tidak dengan teman yang lainnya.
2. Klien tampak mulai mau melakukan
aktifitas.
3. Kontak mata klien mulai ada.
4. Klien masih belum menyadari pentingnya
kebersihan diri.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi dilanjutkan dengan menitipkan ke
perawat ruangan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Selama melakukan asuhan keperawatan jiwa Tn "D" dengan Gangguan Isolasi


Sosial Pada Kasus Depresi diruangan Murai B Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ)
Soeprapto Begkulu, Penulis berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan
keperawatan secara optimal sesuai dengan teori yang ada, beberapa kendala selama
menerapkan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan
yang komperhesif setiap tindakan,yaitu :
4.1 Pengkajian
Hasil pengkajian pada Tn.D ditemukan data bahwa penyebab klien masuk kembali
ke RSKJ Soeprapto daerah Bengkulu, yaitu pasien masuk tanggal 10 juli 2014 dengan
keluhan utama pasien sering berbicara kacau, sering melamun, tidur kurang, dan
mengoceh sendiri. di rumah, keluarga tidak melakukan apa-apa jika penyakit pasien
kambuh.
Keluarga juga jarang mengajak pasien untuk kontrol ulang ke RSKJ disebabkan
kesibukan keluarga, dana, serta jarak antara rumah dan RSKJ soeprapto Bengkulu yang
sangat jauh maka keluarga kurang memperhatikan pasien dalam menjalani proses
pengobatan, sehingga penyebab dari kambuhnya Tn.D merupakan dampak dari
kurangnya dukungan keluarga pada proses penyembuhan serta pengobatan Tn.D.
Pada pengkajian penulis sulit dalam mendapatkan data yang bersumber dari
keluarga pasien, karena keluarga tidak mengunjungi pasien selama dirawat, disamping itu
kondisi keluarga yang menyebabkan keluarga tidak mengunjungi pasien dikarenakan
jarak antara rumah pasien dan RSKJ yang jauh yaitu dari desa kebat kubu kota Manna
Bengkulu Selatan, kemudian dari ekonomi keluargapun tidak memungkinkan keluarga
untuk mengunjungi pasien secara rutin, hal ini menyebabkan data yang diambil kurang
lengkap. Menurut Yosep, 2011 bahwa data dari keluarga merupakan data yang sangat
penting dalam proses pengkajian terhadap pasien karena keluarga adalah support system
tcrdekat dan 24 jam bersama dengan pasien, keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mandiri dan patuh mengikuti program pengobatan.
Pada saat pengkajian penulis mendapatkan beberapa keserasian antara tinjauan teori
dengan tinjauan kasus. Menurut Keliat, 2010. Pasien dengan Isolasi sosial pada kasus
depresi adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain. Hal inilah yang biasanya membuat klien banyak mengurung
diri, melamun, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Sedangkan pada pengkajian kasus, perilaku yang teramati pada Tn.D pasien banyak
berada di tempat tidur, enggan melakukan aktifitas tanpa di perintahkan terlebih dahulu,
kebersihan diri kurang diperhatikan. hal ini disebabkan pasien sering melamun dalam
keadaan sendiri dan tidur-tiduran di tempat tidurnya, pasien lebih banyak menyendiri dan
banyak diam dari pada bercerita tentang masalahnya dengan orang lain. Saat klien
mendapat stimulus dari orang lain, klien mulai menceritakan tentang masalah yang
dihadapinya. Perilaku dan isi Isolasi sosial yang tidak muncul adalah berbicara singkat,
rasa percaya terhadap orang lain yang tidak ada dan expresi wajah datar. Hal ini
dikarenakan pasien sudah kooperatif mau berbincang dengan perawat dan menjawab apa
yang ditanyakan oleh perawat.
Pada factor predisposisi pada teori ditemukan munurut, Yosep 2011 adanya factor
perkembangan, factor sosiokultural, factor Biokimia, factor psikologi, factor genetika dan
pola asuh. Sedangkan pada kasus ditemukan gangguan pada factor perkembangan, karena
ekonomi yang kurang, keluarga pasien tidak mampu memenuhi keinginan pasien. Pada
factor sosiokultural karena tumbuh kembang pasien berjalan sesuai usia, dan tidak teijadi
gangguan genetik.
Pada factor presipitas penulis juga menemukan beberapa kesenjangan pada teori
menurut Yosep , 2011 dan kasus yaitu pada teori dikatakan bahwa terjadinya gangguan
hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan external seseorang.
Sedangkan pada kasus penulis menemukan faktor stresor pasien akibat dari semua
tindakan klien tidak dianggap oleh keluarganya dan disamping itu penyakit yang diderita
pasien yang tak kunjung sembuh sehingga membuat pasien merasa putus asa dan
menganggap tidak ada gunanya lagi hidup dan membuat pasien mengisolasikan dirinya
dikamar, sering melamun, tidur kurang. kemudian pada saat pasien dirawat terakhir pada
tahun 2013 sebelum yang sekarang, kondisi saat pulang pasien sudah mau untuk
berinteraksi dengan orang lain walaupun harus ada sedikit stimulus terlebih dahulu.
Dalam menjalani perawatan di rumah pasien mengatakan jika keluarganya jarang melihat
pasien meminum obatnya atau tidak. dan kurang mengontrol obat pasien sudah habis atau
belum keluarga juga kurang mensupport dalam proses pengobatan yang dilakukan oleh
pasien.
Disini penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus, yaitu pada teori
dikatakan bahwa factor pencetus isolasi sosial itu terdiri dari antara teori dan apa yang
ada pada kasus, karena pada kasus factor pencetus pasien kambuh karena putus obat,

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah masalah klien yang ditemukan dari data- data yang
telah dianalisa berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan : Adapun diagnosa
keperawatan pasien pada kasus tetapi tidak ditemukan pada tinjauan teori ini dikarenakan
data yang didapatkan pasien menunjukkan semua diagnosa keperawatan yang muncul
namun penulis menjalankan diagnosa yang dianggap prioritas oleh penulis.
Adapun diagnosa menurut Yosep, 2011 adalah :
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah kronis
3. Resiko tinggi Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
4. Ketidak berdayaan
5. Defisit perawatan diri
6. Koping Individu Tidak Efektif
7. Kurangnya motivasi
Dari hasil tinjauan kasus yang dilakukan oleh perawat diagnosa ditegakka adalah:
1. Resiko Tinggi Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Ditegakkannya diagnosa resiko tinggi gangguan isolasi sosial ini dikarenakan riwayat
penyakit pasien dahulu mengatakan pasien pernah menderita halusinasi, sehingga
kemungkinan halusinasi yang pernah diderita pasien tersebut dapat kambuh sewaktu-
waktu.
2. Isolasi Sosial
Ditegakkannya diagnosa isolai sosial dikarenakan pasien banyak ditempat tidur,
jarang melakukan aktifitas, dan tidak mau berkomunikasi dengan teman
seruangannya.
3. Depresi
Ditegakkannya diagnosa depresi dikarenakan pasien sering melamun, tidur pasien
kurang.
4. Harga diri rendah
Ditegakkannya diagnosa harga diri rendah ini dikarenakan pasien pemah mengatakan
tidak ada gunanya lagi hidup dengan keadaan penyakit seperti ini.
5. Gangguan Interaksi Sosial
Ditegakkannya diagnosa gangguan interaksi sosial ini dikarenakan pasien jarang
melakukan interaksi dengan orang lain, pasien banyak di tempat tidur saja.
6. Defisit perawatan diri
Ditegakkannya diagnosa deficit perawatan diri ini dikarenakan pasien jarang mandi,
kuku pasien panjang, pakaian pasien jarang diganti dan rambut pasien terlihat tidak
rapi.
7. Regimen Terapeutik Inefektif
Ditegakkannya diagnosa regimen terapeutik inefektif ini dikarenkan pasien pernah
mengatakan malas mengkonsumsi obat dikarenakan pasien tidak tahu kegunaan obat
tersebut dan pasien juga menganggap tidak ada gunanya meminum obat.
8. Koping Individu Tidak Efektif
Ditegakkannya diagnosa koping individu tidak efektif karena pasien banyak berdiam
diri di tempat tidur dan pasien juga mengatakan malas untuk melakukan aktifits dan
berkomunikasi dengan orang lain.
9. Koping Keluarga Tidak Efektif
Ditegakkannya diagnosa koping keluarga tidak efektif karena keluarga pasien jarang
mengontrol pasien dalam mengkonsumsi obat dan keluarga pasien juga jarang
menjenguk pasien saat dirawat di RSKJ.

Sedangkan diagnosa yang penulis angkat dari pengkajian melalui analisa data namun
tidak ada di tinjauan teori adalah :
1. Regiment terapeutik inefektif
2. Koping Keluarga Tidak Efektif
3. Gangguan interaksi sosial
Diagnosa regiment terapeutik inefektif kenapa penulis angkat karena pada saat
penulis melakukan pengkajian penulis menemukan bahwa klien jarang mengkonsumsi
obat saat dipulangkan kerumah, sehingga terapi yang dijalani oleh pasien berhenti
yang mengakibatkan gangguan Isolasi sosial yang dialami pasien terjadi kembali,
bukan hanya itu pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang pernah menjeguknya,
pasien mengatakan keluarga kurang memperhatikan dirinya, pasien mengatakan jika
keluarganya jarang melihat pasien meminum obat atau tidak, dan kurang mengontrol
obat pasien sudah habis atau belum. sejak dibawa ke RSKJ soeprapto, pasien tidak
pernah dikunjungi oleh keluarga selama dirawat, support keluarga kurang dalam
mengontrol pasien untuk minum obat atau mengontrol obat pasien habis atau tidak
memperparah gangguan Isolasi sosial yang pasien alami.
Penulis mengangkat diagnosa koping keluarga tidak efektif karena selama
dirawat belum ada keluarga yang menjenguk pasien dan karena keluarga juga kurang
memperhatikan pengobatan pasien dirumah, dan factor jarak antara rumah ke RSKJ
yang jauh.
Pada diagnosa gangguan interaksi sosial mengapa penulis angkat karena pada
saat pengkajian dengan pasien mendapatkan data dari observasi pasien banyak di
tempat tidur dan jarang untuk berinteraksi sosial dengan teman yang lainnya yang
seruangan dengan klien.
4.3 Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang disusun penulis berdasarkan masalah yang diangkat
serta masalah yang penulis temukan selama melakuka pengkajian, dalam perencanaan ini
penulis tidak menemukan hambatan dan kesulitan yang berarti dikarenakan adanya
dukungan dan bekeija sama yang baik dengan pasien, perawat ruangan, dan tim kesehatan
yang lainnya.
Rencana keperawatan disesuaikan dengan kemampuan penulis, situasi, kondisi
rumah sakit dan literature tentang perawatan gangguan jiwa terutama gangguan Isolasi
sosial, sebagai pembuatan perencanaan. Secara teoritis ada beberapa kesenjangan
intervensi pada teori dan kasus karena tidak dapat dilakukan meliputi :
Gangguan interaktif dan regiment terapeutik inefektif tidak terdapat pada teori
namun penulis angkat, karena seperti yang telah dijelaskan pada diagnosa keperawatan
pada saat penulis melakukan kegiatan penulis menemukan data-data yang mendukung
untuk diangkatnya masalah dan intervensinya. Sehingga intervensi yang penulis tegakkan
berdasarkan diagnosa yang ditemukan adalah:
Pada DX I yaitu Gangguan Isolasi sosial : Depresi intervensi yang diberikan adalah
yang pertama klien membina hubungan saling percaya dengan perawat, Klien dapat
menyebutkan penyebab depresi, klien menyadari prilaku isolasi sosial, ke dua Klien dapat
menyebutkan keuntungan berhuungan dengan orang lain, Klien dapat menyebutkan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, ketiga mengajarkan klien cara berkenalan
dengan orang lain, dan menyerukan klien untuk berkenalan langsung dengan orang lain.
Pada SP keluarga yaitu Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat
pasien, Penjelasan isolasi sosial, Cara merawat pasien isolasi sosial, Latih (simulasi),
Rencana tindak lanjut keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat klien, Evaluasi
kemampuan keluarga, Latih langsung kepada pasien, Rencana tindak lanjut keluarga/
jadwal keluarga untuk merawat klien. Dalam memberdayakan sistem keluarga (keluarga
mampu merawat pasien dirumah) tidak dapat dilakukan karena selama pasien menjalani
perawatan dan penulis melakukan penelitian tidak ada keluarga yang menunggu dan
mengunjungi pasien.
Dari diagnosa diatas bahwa SP keluarga tidak dapat penulis lakukan karena
keterbatasaan waktu dan tidak ada keluarga datang dalam mensupport pasien selama
penulis mejalankan asuhan keperwatan dalam proses pengobatan maka dari itu penulis
menitip pada perwat ruangan lainnya jika keluarga pasien datang agar menyampaikan
kepada keluarga pasien mengenai intervensi atau SP yang ditunjuka pada keluarga.
Seharusnya keluarga berperan aktif dalam proses penyembuhan pasien selama
dirawat karena dukungan keluarga sangatlah penting. Hal ini dikarenakan pasien dirawat
merasa tidak diperhatikan dan diperdulikan sehingga proses penyembuhan beijalan
dengan lambat pasien menjadi tidak semangat padahal pasien ingin cepat pulang dan
berkumpul dengan keluarganya kembali.

4.4 Implementasi Keperawatan


Pada teori intervensi yang dilakukan untuk pasien isolasi sosial ini biasanya
dilakukan selama beberapa minggu. Sedangkan pada kasus penulis hanya melakukan
Implementasi selama 5 x 24 jam saja. Oleh karena itu terdapat kesenjangan antara
intervensi yang ad dengan implementasi yang dilakukan oleh penulis. Dalam mengatasi
hal tersebut saat penulis selesai melakukan implementas dengan waktu yang terbatas itu,
penulis menitipkan kepada perawat ruangan agar dapat melanjutkan intervensi yang
belum dilakukan itu. Disamping itu penulis juga menitipkan pesan kepada perawat
ruanagn tentang apabila ada anggota keluarga pasien yang datang menjenguk pasien agar
kiranya perawat ruanagn dapat melakukan tindakan keperawatan pada keluarga pasien.
Sebelum penulis menitipkan kepada perawat ruangan penulis sudah melakukan
sebagian besar dari perencanaan yang ada baik dan benar sesuai dengan kebutuhan dalam
kondisi pasien saat itu, intervensi/SP utama yang ditunjukan bagi pasien, hal-hal yang
mendukung dalam pelaksanaan adalah peran serta klien yang baik dan keijasama dengan
perawat ruanagan dalam membantu penulis melaksankan asuhan keperawatan yang
diberikan.
Hal-hal yang mengahambat adalah penulis tidak dapat melaksankan tindakan
keperawatan 24 jam penuh diruangan perawatan dikarenakan keterbatasan waktu penulis,
pemecahan masalahnya adalah mengadakan kerjasama dengan perawat ruangan untuk
melaksakan asuhan keperawatan yang berkelanjutan dan kegiatan TAK yang dilakukan
sesuai jadwal.
Menurut penulis agar intervensi dapat dilakukan sesuai dengan apa yang diinginkan
sangat membutuhkan waktu yang cukup lama dan intervensi harus diterapkan secara terus
menerus dan berkesinambungan untuk melatih kemampuan pasien agar dapat
melaksanakan kegiatan sesuai dengan kemapuan yang dimilki pasien, serta peran aktif
keluarga dalam membantu perawatan klien di RSKJ Soeprapto Bengkulu.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Selama pasien di rawat di Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto Provinsi
Bengkulu, prioritas implementasi pada kasus yang dialami Tn. "D" adalah gangguan
isolasi sosial : Depresi. Hasilnya pasien sudah memahami penyebab isolasi sosial,
memahami keuntungan dan kerugian dari berinteraksi dengan orang lain dan klien telah
bisa memperagakan cara berkenalan agar klien dapat mengaplikasikannya dengan cara
berkenalan orang lain yang ada seruangan dengan klien.
Hasil akhir setelah perawat melakuka asuhan keperawatan di RSKJ Soeprapto
Provinsi Bengkulu, pasien tampak tenang, pasien sudah mulai berinteraksi dengan orang
lain walaupun dengan stimulus terlebih dahulu.
Setelah dilakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah pada pasien Tn.D semua masalah belum sepenuhnya teratasi,
khusunya pada tindakan keperawatan yang berhubungan dengan keluarga, seharusnya
keluarga dapat berperan dalam proses asuhan keperwatan yang direncanakan namun
dikarenakan selama penulis melaksanakan askep, keluarga pasien tidak ada yang
berkunjung.
Untuk itu supaya askep pada keluarga dapat terlaksana peulis menitipkan kepada
perawat ruangan agar bisa menjalankan askep pada keluarga jika nanti keluarga pasien
datang menjenguk, dengan begitu masalah yang dihadapi penulis dapat berkurang. Dalam
hal ini pasien sudah mulai mau berinteraksi dengan orang lain walaupun dengan adanya
stimulus terlebih dahulu.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa Tn.D dengan Gangguan
Isolasi sosial : Depresi diruangan Murai B Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto
Provinsi Bengkulu selama 5 hari perawatan maka penulis dapat menarik kesimpulan:
1. Dalam pengkajian yang dilakukan pada Tn.D ditemukan perbedaan antara konsep
teori dengan kasus, terdapat kesenjangan pada pengkajian baik itu gejala Isolasi
sosial, factor predisposisi, sampai pada factor presipitasi. Pengkajian pada keluarga
tidak didapatkan karena selama penulis melakukan penelitian, keluarga pasien tidak
mengunjungi pasien. Disamping itu kondisi keluarga yang tidak mengunjungi pasien
dikarenakan jarak antara rumah pasien dan RSKJ yang jauh yaitu Desa Kebat Kubu,
Kota Manna Bengkulu Selatan, dari segi ekonomi pun tidak memungkinkan bagi
keluarga untuk selalu mengunjungi pasien secara rutin.
2. Diagnosa yang diangkat pada kasus yaitu, Resiko Tinggi Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi, Gangguan Isolasi Sosial : Depresi, Harga diri rendah, Gangguan
Interaksi Sosial, Defisit perawatan diri, Regimen Terapeutik Inefektif, Koping
Individu Tidak Efektif, Koping Keluarga Tidak Efektif.
3. Intervensi yang ditegakkan oleh penulis sudah sesuai dengan teori dan diagnosa
yang penulis tegakkan yaitu gangguan Isolasi sosial : Depresi..
4. Pada implementasi semua rencana keperawatan khusunya pada pasien sudah
terlaksana kecuali intervensi mengaplikasikan berkenalan secara langsung, dan
intervensi pada keluarga tidak terlaksana, dikarenakan selama penulis melakukan
penelitian, waktu penelitian yang kurang memungkinkan serta keluaraga tidak
mengunjungi pasien secara rutin selama dirawat, disamping itu kondisi keluarga yang
menyebabkan keluarga tidak mengunjungi pasien dikarenakan jarak antara rumah
pasien dan RSKJ yang jauh yaitu Desa Kebat Kubu Kota Manna, Bengkulu Selatan.
5. Pada tahap evaluasi, hasilnya pasien sudah mengerti dan memahami akan
keuntungan dan kerugian dari berinteraksi dengan orang lain, penyebab isolasi sosial,
dan cara berkenalan denagn orang lain. Setelah dialkukan evaluasi terdapat tindakan
keperwatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada pasien Tn.D semua
masalah belum sepenuhnya teratasi, khusunya pada tindakan keperwatan yang
berhubungan dengan keluarga.
Dari hasil akhir asuhan keperwatan yang dilaksanakan oleh penulis dapat ditarik
kesimpulan penulis sudah mampu mejelaskan konsep teori asuhan keperawatan, mampu
menerapkan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, mcnentukan diagnosa, mampu
membuat rencana tindakan, mampu menerapkan rencana tindakan yang telah disusun,
mampu menganalisa kesenjangan antara konsep teori dengan aplikasi asuhan
keperawatan, dan menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa yang
dilaksanakan pada klien pada gangguan Isolasi Sosial: Depresi.
5.2 Saran
1. Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto Bengkulu
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam meningkatkan
pelayanan di RSKJ dan dapat meningkatkan prasarana yang ada di RSKJ Soeprapto Provinsi
Bengkulu. Kemudian bagi perawat ruangan agar dapat memberikan asuhan keperwatan jiwa
secara profesional serta meningkatkan asuhan keperwatan pada keluarga dengan melakukan
home visit secara berkesinambungan.
2. Institusi Pendidikan Poltekkes Provinsi Bengkulu
Diharapkan lebih meningkatkan pemahaman mengenai kepewatan jiwa, kemudian agar
kiranya praktek keija klinik jiwa lebih ditingkatkan, agar kiranya dapat menambah referensi
khusunya keperawatan jiwa, melakukan refisi buku yang terbaru karena ilmu keperawatan
jiwa selalu berkembang, serta banyak hal-hal yang perlu kita ketahui dan dialami mengenai
kesehatan jiwa.
3. Bagi penulis
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam karya tulis ilmiah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan agar kiranya pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang dapat membangun bagi penulis dalam karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap dapat
menegakkan asuhan keperawatan jiwa yang optimal lagi bagi pembaca agar kiranya dapat
menjadi sumber referensi bagi penerapan asuhan keperwatan khusunya keperawatan jiwa.
4. Bagi Keluarga

Selama penulis melakukan asuhan keperwatan pada pasien, penulis merasakan


kurangnya peran serta keluarga dalam proses pengobatan pasien di ruamh sakit. Hal ini
dikarenakan belum adanya keluarga pasien yang mengunjungi pasien di rumah sakit.
Seharusnya keluarga ikut dalam proses peyembuhan pasien baik dirumah sakit maupun
diruamah pasien karena dukungan keluarga sangatlah penting dan berarti bagi pasien guna
untuk proses penyembuhan pasien.

Вам также может понравиться