Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN KASUS
PADA Tn. D DENGAN MASALAH GANGGUAN ISOLASI SOSIAL PADA
KASUS DEPRESI DI RUANG.....
Pengkajian
A. IDENTITAS
Nama : Tn. D Tgl Pengkajian : 15-07-2014
Umur : 26 Tahun No. Register : 035097
Jenis Kelamin : Laki laki
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : DS. Kebat Kubu Kota Manna Bengkulu Selatan
Tgl Masuk : 10-07-2014
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Penanggung Jawab
Nama : Tn. L
Umur : 48 Tahun
Alamat : DS. Kebat Kubu Kota Manna Bengkulu Selatan
Hubungan : Ayah Kandung
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
B. Alasan Masuk
Pasien Ulangan Masuk RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu Tanggal 10-
07- 2014 diantar oleh keluarganya dengan keluhan berblcara kacau, sering
melamun, tidur kurang, dan mengoceh sendiri. Pada saat dilakukan pengkajian
pada tanggal 15-07-2014 klien tampak, sering melamun, banyak di tempat tidur,
tidak mau melakukan aktifitas, dan klien jarang berkomunikasi dengan klien yang
lain. Klien juga jarang mengkonsumsi obat saat dirumah, tidur klien kurang. Obat
yang di minum klien dirumah yaitu Alprazolam 2 x 0,5 mg, Risperidon 2x2 mg,
dan TP 2 x 2 mg. Saat berada di rumah, keluarga kurang mensuport daiam proses
pengobatan yang sedang di jalankan pasien, dengan tidak melakukan apa-apa jika
pasien kambuh. Pada saat penyakit Klien kambuh, Keluarga Klien mengantar
Klien ke RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu.
MK : 1. Isolasi sosial
2. Depresi
3. Koping keluarga Tidak efektif
4. Regimen Terapeutik inefektif
C. Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Ia mengatakan
mengalami gangguan jiwa dan dirawat di rumah sakit RSKJ pada tahun 2001, di
karenakan semua tindakan klien tidak dianggap oleh keluarganya dan lingkungan
sekitar dikarenakan klien pernah di rawat di RSKJ, klien juga merasa putus asa
akan penyakit ginjal yang di deritanya. dan akhimya klien pun banyak melamun,
mengurung diri dikamar, tidur klien kurang dan klien juga pernah berbicara kacau,
sehingga membuat klien tidak mengkonsumsi obat yang telah di programkan dan
akhirnya klien pun dibawak oleh keluarganya ke RSKJ Soeprapto Provinsi
Bengkulu.
MK : 1. Isolasi sosial
2. Depresi
3. Koping Individu tidak efektif .
D. Faktor Presipitasi
Klien merasa tidak berguna, karena semua tindakan klien yang dilakukan
tidak dianggap oleh keluarga dan teman-teman klien., karena status klien yang
pernah di rawat di RSKJ tersebut. Sehingga pasien banyak melamun, tidur kurang,
tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari, mengisolasi diri di kamar, dan
terkadang sering mengoceh sendiri.
MK : 1. Isolasi Sosial
2. Depresi
3. Koping individu Tidak efektif
4. Resiko tinggi gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
E. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
S : 36,4C
TB : 168 cm
BB : 51Kg
Keluhan Fisik : Tidak ada keluhan fisik yang dialami klien
F. Psikososial
A. Genogram
Keterangan :
Klien merupakan anak Kedua dari Empat bersaudara. Kedua Orang tua
Klien masih ada dan tinggal bersama ke dua anaknya. Saudara pertama Klien
telah menikah, sedangkan adik klien yang pertama dan terakhir masih tinggal
bersama dengan kedua orang tuanya. Klien .larang berkomunikasi dengan
anggota keluarganya, sedangkan kedua orang tua klien sibuk dengan
pekerjaannya, klien merasa putus asa akan penyakit ginjal yang di deritanya,
sehingga klien merasa tidak dianggap karena kedua orang tua kien yang terlalu
sibuk akan pekerjaannya sebgai petani.
B. Konsep diri
1) Citradiri
Pada saat di RSKJ pasien menyukai semua anggota tubuhnya karena
semua itu di eiptakan Tuhan YME menyukai apa yang ada di dalam
dirinya, tidak ada organ di dalam tubuhnya yang tidak ia sukai, Ia
bersyukur apa yang Tuhan berikan kepada dirinya.
MK : Tidak ada masalah Keperawatan.
2) Identitas
Pasien mengatakan namanya Tn.D Alamat DS. Kebat Kubu Kota
Manna Bengkulu Selatan, Pasien tinggal bersama kedua Orang tuanya,
Pasien mengatakan ia sekolah sampai kelas 6 sd. Klien berhenti sekolah
karena orang tua Tn. D tidak mempunyai biaya dan putus asa akan
penyakit ginjal yang dideritanya. Pasien beragama islam
MK : Tidak ada masalah Keperawatan
3) Peran
Didalam keluarganya, pasien mengatakan berperan sebagai anak
kedua, saat klien melakukan tindakan untuk membantu kedua orang
tuanya, semua tindakan klien pun merasa tidak dianggap oleh kedua orang
tuanya dan keluarganya.
MK : Resiko tinggi harga diri rendah
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin sembuh dan berkumpul lagi dengan
keluarganya, akan tetapi keluarga pasien jarang menjenguk pasien.
MK : Koping Keluarga Tidak efektif
5) Harga Diri
Kontak mata Klien tidak ada. Klien merasa tidak lagi di perdulikan
oleh keluarganya, karena keluarga klien yang jarang menjenguk klien
selama dirawat di RSKJ
MK : 1. Resiko tinggi Harga diri rendah
2. Koping keluarga tidak efektif
C. Hubungan sosial
Pasien kurang berinteraksi dengan apa yang ada disekitarnya, pasien juga
kurang berinteraksi dengan perawat. Ia akan berinteraksi jika di panggil dan
diajak bieara oleh perawat. Pasien tanpak banyak di tempat tidur dari pada
berinteraksi dan berbincang-bineang dengan orang lain. MK : Gangguan
lnteraksi sosial
D. Spiritual
Pasien beragama Islam selama di rumah sakit pasien tidak melakukan ibadah.
Pasien mengetahui apa dan kapan saja shalat 5 waktu di jalankan, akan tetapi
pasien malas untuk melakukannya.
MK : Koping individu Tidak efektif
G. Status Mental
a) Penampilan
Penampilan pasien kurang rapi dengan pakaian jarang di ganti, dan pasien
kurang menyadari pentingnya kebersihan diri.
MK : Defisit perawatan diri.
b) Pembicaraan
Selama pembicaraan Klien tampak tidak fokus dengan pembicaraan yang ada,
klien hanya berdiam diri dan menjawab prtanyaan dengan singkat.
MK : Isolasi sosial
c) Aktivitas Motorik
Pada saat pengkajian klien terlihat tidur-tiduran di tempat tidurnya, klien
kurang berinteraksi dan klien tidak mengikuti kegiatan yang di lakukan di
dalam ruangan seperti membersihkan tempat makan, menyapu, mengepel dll..
MK : Isolasi sosial
d) Alam Perasaan
Klien ingin berkumpul lagi dengan keluarganya, akan tetapi kluarga klien
tidak ada yang menjenguk klien di RSKJ sehingga klien merasa kecewa, sedih
yang mendalam dan sempat putus asa.
MK : Kerusakan proses emosi: kesedihan
e) Afek
Afek klien tumpul, pasien hanya berinteraksi bila ada stimulus
yang kuat.
MK : Afek tumpul
f) Interaksi selama wawancara
Saat dikaji interaksi klien lambat terkadang tidak menjawab pertanyaan yang
di sampaikan perawat, jawaban klien apa adanya, singkat., kontak mata pasien
mau menatap perawat saat wawancara.
MK : Gamgguan Interaksi social
g) Persepsi
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan pernah mendengar suara-
suara yang menyuruh klien untuk memberontak, suara-suara itu muncul di saat
klien sedang melamun dan merasakan sedih yang mendalam.
MK : 1. Resiko Tinggi Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
h) Isi Pikir
Selama pengkajian tidak ditemukan gangguan isi fikir seperti obsesi, phobia,
hipokondria, depersonalisasi, ide yang terkait serta waham pada diri pasien.
MK : tidak ada masalah keperawatan
i) Proses Pikir
Selama pengkajian pasien tidak memiliki gangguan proses pikir pada saat
wawancara, pembicaraan pasien dengan perawat sesuai dengan konteks
pertanyaan yang diajukan perawat serta tidak ditemukan sirkumstansial,
tengensial, kehilangan asosiasi, flight of ideas, bloking dan preverensi.
MK : tidak ada masalah keperawatan
j) Tingkat kesadaran
Pasien memiliki kesadaran compos mentis. Pasien mampu berinteraksi dengan
perawat, pada saat pengkajian pasien mampu menunjukkan waktu pagi hari,
sedang di rawat di Rumah Sakit khusus jiwa Soeprapto Bengkulu serta pasien
mampu mengenali perawat.
MK : tidak ada masalah keperawatan
k) Memori
Pada saat dilakukan pengkajian tidak ditemukan adanya gangguan daya ingat,
baik jangka panjang maupun jangka pendek hal ini dibuktikan dengan pasien
mampu mengingat pertama kali ia dirawat dan mampu menceritakan
kehidupan nya sebelum di rawat dan klien mampu mengenali nama perawat
yang baru ia kenali.
MK : tidak ada masalah keperawatan
m) Kemapuan penilaian
Pasien mampu mengambil keputusan saat perawat memberikan pilihan untuk
melakukan tindakan mandi dulu atau makan dulu yang akan dilakukan, pasien
dapat mengambil keputusan dengan memilih mandi dulu sebelum makan.
MK : tidak ada masalah keperawatan
I. Mekanisme Koping
Pasien mengungkapkan perasaannya dengan orang lain sehingga pasien banyak
diam. Pasien bercerita ketika ditanyakan oleh perawat dan tidak mau
menceritakan kepada orang lain, pasien hanya memendam masalahnya sendiri,
pasien juga biasanya merokok dan beharap ada anggota keluarganya yang ingin
menjemput pasien sehingga bisa berkumpul lagi di rumah.
MK : Koping Indifidu tidak efektif
J. Masalah psikososial dan lingkungan
A. Masalah dengan Keluarga
Selama dirawat di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu
pasien belum jarang di jenguk oleh keluarganya. Pasien mengatakan
keluarganya kurang memperhatikan dirinya. Saat dirumah, keluarga seperti
tidak memperdulikan pasien ketika pasien mengalami ganguan jiwa.
MK : Koping keluarga tidak efektif
B. Masalah dengan perumahan
Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa, di rumah pasien sering mengobrol
dengan Orang tunya serta adik-adiknya, sesekali pasien sering berbelanja ke
waning utuk membeli keperluan sehari-hari.
MK : Tidak ada masalah keperawatan
C. Masalah dengan lingkungan
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ia tidak memiliki masalah
apapun dalam lingkungan dan masyarakat disekitar rumahnya, dirumah sakit
klien jarang berkomunikasi dengan orang lain tanpa di beri stimulus yang kuat
terlebih dahulu.
MK :Isolasi sosial
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. D
No. Register : 035097
Ruangan : Murai B
Dari intervensi yang di tegakkan dan implementasi yang dilakukan maka dapat di tegakkan
evaluasi keperawatan dengan menggunakan format SOAP yang hasilnya sebagai berikut:
No Diagnose keperawatan Evaluasi
1 Isolasi sosial S:
1. Klien dapat menyebutkan penyebab dari
Isolasi sosial
2. Klien mau mengungkapkan kepada perawat
tentang mengapa klien tidak mau mengobrol
dengan orang lain.
3. Klien telah mengetahui keuntungan dan
kerugian dari berhubungan dengan orang lain.
4. Klien masih belum mau berinteraksi dengan
orang lain kecuali dengan perawat yang
merawatnya.
O:
1. Klien tampak terbuka dengan perawat, tapi
tidak dengan teman yang lainnya.
2. Klien tampak mulai mau melakukan
aktifitas.
3. Kontak mata klien mulai ada.
4. Klien masih belum menyadari pentingnya
kebersihan diri.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi dilanjutkan dengan menitipkan ke
perawat ruangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sedangkan diagnosa yang penulis angkat dari pengkajian melalui analisa data namun
tidak ada di tinjauan teori adalah :
1. Regiment terapeutik inefektif
2. Koping Keluarga Tidak Efektif
3. Gangguan interaksi sosial
Diagnosa regiment terapeutik inefektif kenapa penulis angkat karena pada saat
penulis melakukan pengkajian penulis menemukan bahwa klien jarang mengkonsumsi
obat saat dipulangkan kerumah, sehingga terapi yang dijalani oleh pasien berhenti
yang mengakibatkan gangguan Isolasi sosial yang dialami pasien terjadi kembali,
bukan hanya itu pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang pernah menjeguknya,
pasien mengatakan keluarga kurang memperhatikan dirinya, pasien mengatakan jika
keluarganya jarang melihat pasien meminum obat atau tidak, dan kurang mengontrol
obat pasien sudah habis atau belum. sejak dibawa ke RSKJ soeprapto, pasien tidak
pernah dikunjungi oleh keluarga selama dirawat, support keluarga kurang dalam
mengontrol pasien untuk minum obat atau mengontrol obat pasien habis atau tidak
memperparah gangguan Isolasi sosial yang pasien alami.
Penulis mengangkat diagnosa koping keluarga tidak efektif karena selama
dirawat belum ada keluarga yang menjenguk pasien dan karena keluarga juga kurang
memperhatikan pengobatan pasien dirumah, dan factor jarak antara rumah ke RSKJ
yang jauh.
Pada diagnosa gangguan interaksi sosial mengapa penulis angkat karena pada
saat pengkajian dengan pasien mendapatkan data dari observasi pasien banyak di
tempat tidur dan jarang untuk berinteraksi sosial dengan teman yang lainnya yang
seruangan dengan klien.
4.3 Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang disusun penulis berdasarkan masalah yang diangkat
serta masalah yang penulis temukan selama melakuka pengkajian, dalam perencanaan ini
penulis tidak menemukan hambatan dan kesulitan yang berarti dikarenakan adanya
dukungan dan bekeija sama yang baik dengan pasien, perawat ruangan, dan tim kesehatan
yang lainnya.
Rencana keperawatan disesuaikan dengan kemampuan penulis, situasi, kondisi
rumah sakit dan literature tentang perawatan gangguan jiwa terutama gangguan Isolasi
sosial, sebagai pembuatan perencanaan. Secara teoritis ada beberapa kesenjangan
intervensi pada teori dan kasus karena tidak dapat dilakukan meliputi :
Gangguan interaktif dan regiment terapeutik inefektif tidak terdapat pada teori
namun penulis angkat, karena seperti yang telah dijelaskan pada diagnosa keperawatan
pada saat penulis melakukan kegiatan penulis menemukan data-data yang mendukung
untuk diangkatnya masalah dan intervensinya. Sehingga intervensi yang penulis tegakkan
berdasarkan diagnosa yang ditemukan adalah:
Pada DX I yaitu Gangguan Isolasi sosial : Depresi intervensi yang diberikan adalah
yang pertama klien membina hubungan saling percaya dengan perawat, Klien dapat
menyebutkan penyebab depresi, klien menyadari prilaku isolasi sosial, ke dua Klien dapat
menyebutkan keuntungan berhuungan dengan orang lain, Klien dapat menyebutkan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, ketiga mengajarkan klien cara berkenalan
dengan orang lain, dan menyerukan klien untuk berkenalan langsung dengan orang lain.
Pada SP keluarga yaitu Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat
pasien, Penjelasan isolasi sosial, Cara merawat pasien isolasi sosial, Latih (simulasi),
Rencana tindak lanjut keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat klien, Evaluasi
kemampuan keluarga, Latih langsung kepada pasien, Rencana tindak lanjut keluarga/
jadwal keluarga untuk merawat klien. Dalam memberdayakan sistem keluarga (keluarga
mampu merawat pasien dirumah) tidak dapat dilakukan karena selama pasien menjalani
perawatan dan penulis melakukan penelitian tidak ada keluarga yang menunggu dan
mengunjungi pasien.
Dari diagnosa diatas bahwa SP keluarga tidak dapat penulis lakukan karena
keterbatasaan waktu dan tidak ada keluarga datang dalam mensupport pasien selama
penulis mejalankan asuhan keperwatan dalam proses pengobatan maka dari itu penulis
menitip pada perwat ruangan lainnya jika keluarga pasien datang agar menyampaikan
kepada keluarga pasien mengenai intervensi atau SP yang ditunjuka pada keluarga.
Seharusnya keluarga berperan aktif dalam proses penyembuhan pasien selama
dirawat karena dukungan keluarga sangatlah penting. Hal ini dikarenakan pasien dirawat
merasa tidak diperhatikan dan diperdulikan sehingga proses penyembuhan beijalan
dengan lambat pasien menjadi tidak semangat padahal pasien ingin cepat pulang dan
berkumpul dengan keluarganya kembali.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa Tn.D dengan Gangguan
Isolasi sosial : Depresi diruangan Murai B Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto
Provinsi Bengkulu selama 5 hari perawatan maka penulis dapat menarik kesimpulan:
1. Dalam pengkajian yang dilakukan pada Tn.D ditemukan perbedaan antara konsep
teori dengan kasus, terdapat kesenjangan pada pengkajian baik itu gejala Isolasi
sosial, factor predisposisi, sampai pada factor presipitasi. Pengkajian pada keluarga
tidak didapatkan karena selama penulis melakukan penelitian, keluarga pasien tidak
mengunjungi pasien. Disamping itu kondisi keluarga yang tidak mengunjungi pasien
dikarenakan jarak antara rumah pasien dan RSKJ yang jauh yaitu Desa Kebat Kubu,
Kota Manna Bengkulu Selatan, dari segi ekonomi pun tidak memungkinkan bagi
keluarga untuk selalu mengunjungi pasien secara rutin.
2. Diagnosa yang diangkat pada kasus yaitu, Resiko Tinggi Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi, Gangguan Isolasi Sosial : Depresi, Harga diri rendah, Gangguan
Interaksi Sosial, Defisit perawatan diri, Regimen Terapeutik Inefektif, Koping
Individu Tidak Efektif, Koping Keluarga Tidak Efektif.
3. Intervensi yang ditegakkan oleh penulis sudah sesuai dengan teori dan diagnosa
yang penulis tegakkan yaitu gangguan Isolasi sosial : Depresi..
4. Pada implementasi semua rencana keperawatan khusunya pada pasien sudah
terlaksana kecuali intervensi mengaplikasikan berkenalan secara langsung, dan
intervensi pada keluarga tidak terlaksana, dikarenakan selama penulis melakukan
penelitian, waktu penelitian yang kurang memungkinkan serta keluaraga tidak
mengunjungi pasien secara rutin selama dirawat, disamping itu kondisi keluarga yang
menyebabkan keluarga tidak mengunjungi pasien dikarenakan jarak antara rumah
pasien dan RSKJ yang jauh yaitu Desa Kebat Kubu Kota Manna, Bengkulu Selatan.
5. Pada tahap evaluasi, hasilnya pasien sudah mengerti dan memahami akan
keuntungan dan kerugian dari berinteraksi dengan orang lain, penyebab isolasi sosial,
dan cara berkenalan denagn orang lain. Setelah dialkukan evaluasi terdapat tindakan
keperwatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada pasien Tn.D semua
masalah belum sepenuhnya teratasi, khusunya pada tindakan keperwatan yang
berhubungan dengan keluarga.
Dari hasil akhir asuhan keperwatan yang dilaksanakan oleh penulis dapat ditarik
kesimpulan penulis sudah mampu mejelaskan konsep teori asuhan keperawatan, mampu
menerapkan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, mcnentukan diagnosa, mampu
membuat rencana tindakan, mampu menerapkan rencana tindakan yang telah disusun,
mampu menganalisa kesenjangan antara konsep teori dengan aplikasi asuhan
keperawatan, dan menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa yang
dilaksanakan pada klien pada gangguan Isolasi Sosial: Depresi.
5.2 Saran
1. Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto Bengkulu
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam meningkatkan
pelayanan di RSKJ dan dapat meningkatkan prasarana yang ada di RSKJ Soeprapto Provinsi
Bengkulu. Kemudian bagi perawat ruangan agar dapat memberikan asuhan keperwatan jiwa
secara profesional serta meningkatkan asuhan keperwatan pada keluarga dengan melakukan
home visit secara berkesinambungan.
2. Institusi Pendidikan Poltekkes Provinsi Bengkulu
Diharapkan lebih meningkatkan pemahaman mengenai kepewatan jiwa, kemudian agar
kiranya praktek keija klinik jiwa lebih ditingkatkan, agar kiranya dapat menambah referensi
khusunya keperawatan jiwa, melakukan refisi buku yang terbaru karena ilmu keperawatan
jiwa selalu berkembang, serta banyak hal-hal yang perlu kita ketahui dan dialami mengenai
kesehatan jiwa.
3. Bagi penulis
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam karya tulis ilmiah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan agar kiranya pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang dapat membangun bagi penulis dalam karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap dapat
menegakkan asuhan keperawatan jiwa yang optimal lagi bagi pembaca agar kiranya dapat
menjadi sumber referensi bagi penerapan asuhan keperwatan khusunya keperawatan jiwa.
4. Bagi Keluarga