Вы находитесь на странице: 1из 8

Spektrofotometer Inframerah Transformasi

Fourier (FTIR)
RATNA DWI SEJATI (M0211063)
Tugas Fabrikasi

Spektrofotometer Inframerah Transformasi Fourier (FTIR)

Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) adalah sama dengan
Spektrofotometer Infra Reddispersi, yang membedakannya adalah pengembangan pada sistim
optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati contoh. Dasar pemikiran dari
Spektrofotometer Fourier Transform InfraRed adalah dari persamaan gelombang yang
dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika dari
Perancis. Persamaannya adalah sebagai berikut :

Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah waktu atau
daerah frekwensi. Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi elektromagnetik dari daerah
waktu ke daerah frekwensi atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier Transform).
Selanjutnya pada sistim optik peralatan instrumen Fourier Transform Infra Red dipakai dasar
daerah waktu yang non dispersif. Sebagai contoh aplikasi pemakaian gelombang radiasi
elektromagnetik yang berdasarkan daerah waktu adalah interferometer yang dikemukakan oleh
Albert Abraham Michelson (Jerman, 1831). Pada sistim optik Fourier Transform Infra Red
digunakan radiasi LASER (Light Amplification byStimulated Emmission of Radiation) yang
berfungsi sebagai radiasi yang di interferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi
infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik.
Pada proses instrumen analisis sampelnya meliputi:
1. The source: energi Infra Red yang dipancarkan dari sebuah benda hitam menyala. Balok ini
melewati melalui logam yang mengontrol jumlah energi yang diberikan kepada sampel.
2. Interoferometer: sinar memasuki interferometer spectra encoding mengambiltempat, kemudian
sinyal yang dihasilkan keluar dari interferogram.
3. Sampel: sinar memasuki kompartemen sampel dimana diteruskan melaluicermin dari permukaan
sampel yang tergantung pada jenis analisis.
4. Detector: sinar akhirnya lolos ke detector untuk pengukuran akhir. Detector ini digunakan
khusus dirancang untuk mengukur sinar interfrogram khusus. Detektor yang digunakan dalam
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red adalah TetraGlycerine Sulphate (disingkat TGS)
atau Mercury Cadmium Telluride (disingkat MCT). Detektor MCT lebih banyak digunakan
karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan respon yang
lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh
temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi inframerah.
5. Computer: sinyal diukur secara digital dan dikirim kekomputer untuk diolaholeh Fourier
Transformation berada. Spektrum disajikan untuk interpretasi lebihlanjut.

Keunggulan Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red


Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer ini memiliki dua kelebihan utama
dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu :
Dapat digunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga analisis
dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau pemindaian.
Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri Fourier Transform Infra Red lebih besar daripada cara
dispersi,sebab radiasi yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui
celah
Prinsip kerja spektroskopi FTIR adalah adanya interaksi energi dengan materi. Misalkan dalam
suatu percobaan berupa molekul senyawa kompleks yang ditembak dengan energi dari sumber
sinar yang akan menyebabkan molekul tersebut mengalami vibrasi. Sumber sinar yang
digunakan adalah keramik, yang apabila dialiri arus listrik maka keramik ini dapat memancarkan
infrared. Vibrasi dapat terjadi karena energi yang berasal dari sinar infrared tidak cukup kuat
untuk menyebabkan terjadinya atomisasi ataupun eksitasi elektron pada molekul senyawa yang
ditembak dimana besarnya energi vibrasi tiap atom atau molekul berbeda tergantung pada atom-
atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya sehingga dihasilkan frekuaensi yang berbeda
pula. FTIR interferogramnya menggunakan mecrosem dan letak cerminnya (fixed mirror dan
moving mirror) paralel. Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada
rentang frekuensi 400 4000 cm-1 di mana cm-1 disebut sebagai wavenumber (1/wavelength)
yakni suatu ukuran unit untuk frekuensi. Daerah panjang gelombang yang digunakan pada
percobaan ini adalah daerah inframerah pertengahan (4.000 200 cm-1 ).
Interaksi antara materi berupa molekul senyawa kompleks dengan energi berupa sinar infrared
mengakibatkan molekul-molekul bervibrasi dimana besarnya energi vibrasi tiap komponen
molekul berbeda-beda tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya
sehingga akan dihasilkan frekuensi yang berbeda.
Analisis menggunakan FTIR dapat digunakan untuk mengetahui sifat termal bahan dari suatu
lapisan tipis misalnya. Dari hasil analisis spektrum FTIR didapatkan analisa tentang disosiasi
ligan suatu bahan penumbuhan lapisan tipis secara sempurna. Misalkan disosiasi ligan berawal
pada temperatur 300o C sampai 400o C. Hasil ini menyarankan nilai besaran temperatur substrat
saat penumbuhan dimana lapisan akan tumbuh diawali pada temperatur 300 o C sampai
temperatur 400o C. FTIR digunakan untuk melakukan analisa kualitatif yaitu untuk mengetahui
ikatan kimia yang dapat ditentukan dari spektra vibrasi yang dihasilkan oleh suatu senyawa pada
panjang gelombang tertentu. Selain itu digunakan juga untuk analisa kuantitatif yaitu melakukan
perhitungan tertentu dengan menggunakan intensitas.
Karakterisasi menggunakan FTIR dapat dilakukan dengan menganalisis spektra yang dihasilkan
sesuai dengan puncak-puncak yang dibentuk oleh suatu gugus fungsi, karena senyawa tersebut
dapat menyerap radiasi elektromagnetik pada daerah inframerah dengan panjang gelombang
antara 0.78 1000 m.
Sebagai contoh jika akan mengetahui gugus fungsional kristal kalsium silikat yang disintering
pada suhu 1000oC dengan bahan dasar oksida (CaO) dan silika (SiO2) dengan reaksi teknik
padatan. Hasil karakterisasi gugus fungsional sampel keramik kalsium silikat menggunakan
FTIR tipe Varian/Scimitar 2000 pada rentang bilangan gelombang 1800-400 cm-1. Hasil FTIR
ditunjukkan pada gambar berikut:
Spektrum FTIR Keramik Kalsium
Keramik kalsium silikat yang disintering pada suhu 1000o C terlihat adanya ikatan O-Si-O pada
rentang bilangan gelombang 800-600 cm-1, serta terdapat ikatan Ca-O lemah pada bilangan
gelombang 563,43 cm-1 dan 432,24 cm-1. Tidak terdapatnya ikatan lain selain ikatan antara atom
Ca, Si, dan O menunjukkan bahwa bahan dasar yang digunakan tidak mengandung kontaminan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil FTIR pada suhu sintering 1000 o C
terdapat gugus fungsi Ca-O dan Si-O-Si sebagai pembentuk keramik. Sehingga kegunaan dari
penggunaan metode FTIR ini antara lain adalah sebagai mendeteksi ada atau tidaknya bahan
campuran lain pada suatu bahan melalui analisa pada gugus fungsi dari bahan tersebut.
REFERENSI:
Giwangkara S, EG., 2006, Aplikasi Logika Syaraf Fuzzy Pada Analisis Sidik Jari Minyak Bumi
Menggunakan Spetrofotometer Infra Merah - Transformasi Fourier (FT-IR), Sekolah Tinggi
Energi dan Mineral, Cepu Jawa Tengah.
Luyt, A., Dramicanin, M., Antic, Z., & Djokovic, V. (2009). Morphology Mechanical and
Thermal Properties of Composites of Polypropylene and Nanostructured Aollastonite Filler.
Elseveir Journal of Polymer Testing, 28,348-356.
Saravanapavan, P., & Hench, L. (2003). Mesoporous Calcium Silicate Glasses I
Synthesis. Journal of Non-Crystalline Solid, 318,1-13
Sherly Huria P. Sari ,& Dwi, A. (2012). Fabrikasi dan Karakterisasi Kalsium Silikat
Menggunakan Bahan Komersial Kalsium Oksida dan Silika dengan Rekasi Padatan pada Suhu
1000oC. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. Vol.01,No 01, Januari 2013.
SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR)
Radiasi gelombang elektromagnetik adalah energi yang dipancarkan
menembus ruang dalam bentuk gelombang-gelombang atau paket-paket
energi. Tiap tipe radiasi gelombang elektromagnetik (mulai dari radiasi
gelombang radio hingga radiasi gamma) dicirikan oleh panjang gelombang ()
atau frekuensi () dari gelombang tersebut. Ketika suatu radiasi gelombang
elektromagnetik mengenai suatu materi, akan terjadi suatu interaksi yang
berupa penyerapan energi (absorbsi) oleh atom-atom atau molekul-molekul
dari materi tersebut.

Absorbsi sinar ultraviolet dan cahaya tampak oleh suatu materi akan
mengakibatkan tereksitasinya elektron dari tingkat energi (orbital) rendah ke
tingkat-tingkat energi yang lebih tinggi. Pada absorbsi radiasi infra merah
oleh suatu materi, radiasi yang diserap tersebut tidak cukup mengandung
energi untuk mengeksitasi elektron, namun akan menyebabkan membesarnya
amplitudo getaran (vibrasi) dari atom-atom yang terikat satu sama lain yang
membentuk suatu ikatan molekul. Keadaan ini disebut dengan vibrasi
tereksitasi (Fessenden 1982).

Salah satu metode spektroskopi yang sangat populer digunakan adalah


metodeSpektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared), yaitu metode
spektroskopi inframerah modern yang dilengkapi dengan teknik transformasi
Fourier untuk deteksi dan analisis hasil spektrumnya. Dalam hal ini metode
spektroskopi yang digunakan adalah metode spektroskopi absorbsi, yaitu
metode spektroskopi yang didasarkan atas perbedaan penyerapan radiasi
inframerah oleh molekul suatu materi. Absorbsi inframerah oleh suatu materi
dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat, yakni kesesuaian antara frekuensi
radiasi inframerah dengan frekuensi vibrasional molekul sampel dan
perubahan momen dipolselama bervibrasi (Chatwal 1985).

Spektroskopi FTIR (fourier transform infrared) merupakan salah satu


teknik analitik yang sangat baik dalam proses identifikasi struktur molekul
suatu senyawa. Komponen utama spektroskopi FTIR adalah interferometer
Michelson yang mempunyai fungsi menguraikan (mendispersi) radiasi
inframerah menjadi komponen-komponen frekuensi. Penggunaan
interferometer Michelson tersebut memberikan keunggulan metode FTIR
dibandingkan metode spektroskopi inframerah konvensional maupun metode
spektroskopi yang lain. Diantaranya adalah informasi struktur molekul dapat
diperoleh secara tepat dan akurat (memiliki resolusi yang tinggi). Keuntungan
yang lain dari metode ini adalah dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sampel dalam berbagai fase (gas, padat atau cair). Kesulitan-kesulitan yang
ditemukan dalam identifikasi dengan spektroskopi FTIR dapat ditunjang
dengan data yang diperoleh dengan menggunakan metode spektroskopi yang
lain (Harmita 2006).

Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) merupakan teknik analitik


yang digunakan untuk mengidentifikasi material organik (dalam beberapa
kasus juga pada material inorganik). Teknik ini mengukur absorbsi panjang
gelombang cahaya infrared yang dipancarkan oleh material yang diuji. Pita
absorbsi infrared ini menunjukkan struktur dan komponen molekul tertentu.

Pita absorbsi berada dalam rentang bilangan gelombang 4000 - 1500 yang
secara khusus berhubungan dengan grup fungsional tertentu (misalnya -OH,
C=O, N-H, CH3, dan lain-lain). Daerah antara bilangan gelombang 1500 - 400
menunjukkan daerah fingerprint untuk ikatan tertentu. Pita absorbsi pada
daerah ini secara umum menunjukkan fenomena intra-molekular tertentu dan
spesifik untuk tiap material. Speksifitas ikatan dibandingkan dengan data
komputer dengan spektrum yang diperoleh dari material yang diidentifikasi.

Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra-Red (disingkat


FTIR) adalah sama dengan Spektrofotometer Infra-Red dispersi, yang
membedakannya adalah pengembangan pada sistem optiknya sebelum
berkas sinar infra merah melewati contoh. Dasar pemikiran dari
Spektrofotometer Fourier Transform Infra-Red adalah dari persamaan
gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830)
seorang ahli matematika dari Perancis.

Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai


daerah waktu atau daerah frekuensi. Perubahan gambaran intensitas
gelombang radiasi elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah frekuensi
atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier Transform).

Selanjutnya pada sistem optik peralatan instrumen Fourier Transform Infra-


Red dipakai dasar daerah waktu yang non dispersif. Sebagai contoh aplikasi
pemakaian gelombang radiasi elektromagnetik yang berdasarkan daerah
waktu adalah interferometer yang dikemukakan oleh Albert Abraham
Michelson (Jerman 1831).

Cara Kerja Alat Spektrofotometer FTIR


Sistem optik Spektrofotometer FTIR seperti pada gambar di bawah ini
dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam.
Dengan demikian radiasi infra merah akan menimbulkan perbedaan jarak
yang ditempuh menuju cermin yang bergerak (M) dan jarak cermin yang diam
(F). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang selanjutnya
disebut sebagai retardasi (). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang
diterima detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram.
Sedangkan sistem optik dari Spektrofotometer IR yang didasarkan atas
bekerjanya interferometer disebut sebagai sistem optik Fourier Transform
Infra-Red.

Pada sistem optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by


Stimulated Emission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang
diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah
yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik.

Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adalah TGS (Tetra


Glycerin Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT lebih
banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekuensi
modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur,
sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.

Keunggulan Spektrofotometer FTIR


Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR memiliki
dua kelebihan utama dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu :
1. Dapat digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya secara
simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada
menggunakan cara sekuensial atau scanning.
2. Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara
dispersi, sebab radiasi yang masuk ke sistem detektor lebih banyak karena
tanpa harus melalui celah (slitless).
(Giwangkara 2007)

Identifikasi Material Spektrum absorbsi IR yang tidak diketahui


dibandingkan dengan spektrum standar dalam database komputer atau
spektrum yang diperoleh dari material yang diketahui untuk menentukan
identitas material yang dianalisis. Dengan membandingkan polimer atau
unsur organik lainnya dalam sampel.
Perhitungan-perhitungan konsentrasi dalam senyawa dapat ditentukan dari
daerah di bawah kurva dalam daerah yang diperoleh dari spektrum area IR.
Kalibrasi konsentrasi ditentukan dengan membuat kurva standar dari sampel
yang konsentrasinya diketahui.

Вам также может понравиться