Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
2.1.Asfiksia ..............................................................................................................
. Kesimpulan ............................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Tinjauan Pustaka
II. 1 Asfiksia
II.1.1 Definisi
II.1.2 Etiologi
Dari segi etiologi (secara umum), asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut: 1
1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan
seperti laringitis, difteri, atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti
fibrosis paru.
2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang
mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral;
sumbatan atau halangan pada saluran napas dan sebagainya.
3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan, misalnya
barbiturat dan narkotika.
II.1.3 Gejala
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan
dalam empat fase, yaitu: 1,3
1. Fase Dispnea
Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan karbondioksida
dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medula oblongata,
sehingga amplitudo dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadi cepat,
tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada
muka dan tangan.
2. Fase Kejang
Perangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang),
yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik,
dan akhirnya timbul spasme opistotonik.
Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung dan tekanan darah menurun. Efek ini
berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat
kekurangan oksigen.
3. Fase Kelelahan (Exhaustion phase)
Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernapasan, otot menjadi lemah,
hilangnya refleks, dilatasi pupil, tekanan darah menurun, pernapasan dangkal
dan semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan lumpuhnya
pusat-pusat kehidupan. Walaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir
tidak teraba, pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut
beberapa saat lagi.
4. Fase Apnea
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelah
kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut
beberapa saat setelah pernapasan berhenti.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi.
Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4
menit, tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka
waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan
lengkap.
Tanda Asfiksia pada Pemeriksaan Jenazah
Tanda asfiksia pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan, yaitu: 1,4
1. Sianosis
Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir
yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak
berikatan dengan oksigen).
2. Kongesti
Terjadi perbendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan.
Gambaran perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah
konjungtiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula
dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga
dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-
bintik perdarahan yang dinamakan sebagai Tardieus spot.
II.1.5 Pemeriksaan
Pemeriksaan Jenazah
Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan sianosis pada bibir,
ujung-ujung jari dan kuku. Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan
dilatasi jantung kanan merupakan tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.
Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat.
Distribusi lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas
fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.
Terdapat pula bula halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat
peningkatan aktivitas pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput
lendir saluran pernapasan bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat
dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang
bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
Gambaran pembendungan pada mata, berupa pelebaran pembuluh
darah konjungtiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya
tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena,
venula, dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler
sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul
bintik-bintik perdarahan yang dinamakan sebagai Tardieus spot. Kapiler
yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya
pada konjungtiva bulbi, palpebrae, dan subserosa lainnya. Kadang-kadang
dijumpai pula di kulit wajah. Penulis lain mengatakan bahwa Tardieus spot
ini timbul karena permeabilitas kapiler yang meningkat akibat hipoksia. 2,3,6
II.2.1 Definisi
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik),
misalnya:1,2,3
1. Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas:
- Pembekapan (smothering)
- Penyumbatan (gagging dan choking)
2. Penekanan dinding saluran pernapasan:
- Penjeratan (strangulation)
- Pencekikan (manual strangulation, throttling)
- Gantung (hanging)
3. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)
4. Saluran pernapasan terisi air (tenggelam/ drowning)
Gantung diri juga dapat dilakukan dengan cara meletakan leher pada suatu
benda (misalnya tangan kursi, tangga, atau tali yang terbentang) guna
menahan sebagian atau seluruh berat tubuhnya. Jejas yang terlihat pada leher
tidak jelas dan tidak khas , bahkan mungkin tidak terlihat sama sekali.
Jenis Penggantungan
a. Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu: 6
1. Tergantung total (complete), dimana tubuh seluruhnya tergantung di
atas lantai.
2. Setengah tergantung (partial), dimana tidak seluruh bagian tubuh
tergantung, misalnya pada posisi duduk, bertumpu pada kedua lutut,
dalam posisi telungkup dan posisi lain.
b. Dari letak jeratan dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu: 6
1. Tipikal, dimana letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan
simetris di samping leher dan di bagian depan leher di atas jakun.
Tekanan pada saluran nafas dan arteri karotis paling besar pada tipe
ini.
2. Atipikal, bila letak simpul di samping, sehingga leher dalam posisi
sangat miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada
arteri karotis dan arteri vetebralis. Saat arteri terhambat, korban segera
tidak sadar.
Penyebab Kematian
Kematian yang terjadi pada peristiwa gantung dapat disebabkan oleh karena
:5,7
1. Asfiksia
Penekanan pada leher menyebabkan saluran pernafasan menjadi
tersumbat.
2. Iskemik otak
Disebabkan oleh penekanan pada arteri besar di leher yang berperan
dalam mensuplai darah ke otak, umunya pada arteri karotis dan arteri
vertebralis.
3. Kongesti vena
Disebabkan oleh lilitan tali pengikat pada leher sehingga terjadi
penekanan pada vena jugularis oleh alat penjerat sehingga sirkulasi
serebral menjadi terhambat.
4. Fraktur atau dislokasi dari vertebra servikal 2 dan 3
Hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 1-2 meter oleh berat badan
korban dapat menyebabkan fraktur dan dislokasi dari vertebra servikalis
yang selanjutnya dapat menekan atau merobek spinal cord sehingga
terjadi kematian yang tiba-tiba.
5. Syok vagal
Menyebabkan serangan jantung mendadak karena terjadinya hambatan
pada refleks vaso-vagal secara tiba-tiba. Hal ini terjadi karena adanya
tekanan pada nervus vagus.
Sebab Kematian
Pada peristiwa penjeratan dengan tali maka kematian yang terjadi dapat
disebabkan :
- Tertutupnya jalan nafas sehingga menimbulkan anoksia atau hipoksia
- Tertutupnya vena sehingga menyebabkan anoksia pada otak
- Refleks vagal
- Tertutupnya pembuluh darah karotis sehingga jaringan otak
kekurangan darah, kecuali pada bunuh diri yang kekuatan jeratnya
diragukan mampu menutup pembuluh darah karotis.
Kematian Pos Mortem
Pada tubuh jenazah yang mati akibat jeratan dengan tali dapat ditemukan
kelainan sebagai berikut:1,2,3
1. Leher
a. Jejas berat
- Tidak sejelas jejas gantung
- Arahnya horizontal
- Kedalaman regular tetapi jika ada simpul atau tali disilingkan
maka jejas jerat pada tempat tersebut labih dalam atau lebih
nyata
- Tinggi kedua ujung jejas jerat tidak sama
b. Lecet/memar
- Pada peristiwa pembunuhan sering ditemukan adanya lecet
lecet atau memar- memar disekitar jejas. Kelainan tersebut
terjadi karena korban berusaha membuka jeratan.
2. Kepala
a. Terlihat tanda tanda asfiksia
b. Kongesti dan bintik bintik perdarah pada daerah diatas jejas. Jika
kematian karena refleks vagal maka tanda tanda tersebut tidak
ditemukan
3. Tubuh bagian dalam
a. Leher bagian dalam terdapat :
- Resapan darah pada otot dan jaringan ikat
- Fraktur dari tulang rawan ( terutama tulang rawan thyroid),
kecuali pada korban yang masih muda dimana tulang rawan
masih sangat elastik
- Kongesti pada jaringan ikat, kelenjar limfe, dan pangkal lidah
-
b. Paru paru
- Sering ditemukan edema paru- paru
- Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas
Mekanisme :,5,8
1. penekanan pada leher dengan penyempitan saluran nafas (hipoksi-
hipoksia)
2. kompresi/penekanan pada sinus carotus lalu terjadi reflek vagal dan
terjadi cardiac arrest
3. obstruksi arteri carotis dan vena jugularis internal, terjadi hipoksi
cerebral, memerlukan waktu yang lama untuk menyebabkan kematian.
Jenis Pencekikan
Beberapa cara melakukan pencekikan, yaitu: 4
1. Menggunakan 1 tangan dan pelaku berdiri di depan korban.
2. Menggunakan 2 tangan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang
korban.
3. Menggunakan 1 lengan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang
korban.
Pemeriksaan:
Pada pemeriksaan kasus cekikan, fokus pemeriksaan pada daerah
leher. Di sini kita harus hati-hati sekali, mengamati dengan cermat; apakah
ada memar yang halus, luka lecet tekan yang tipis pada daerah sisi kanan dan
kiri leher yang berbentuk cetakan dari telapak jari jempol di sebelah kanan
korban (untuk penyekik "right handed") atau luka lecet tekan dengan cetakan
dari telapak jari jempol di sebelah kiri korban dengan keempat jari lainnya di
kanan (untuk penyekik "left handed").7,9
Bentuk luka lecet tekan akibat jari jempol mirip seperti bulan sabit
"crescent appearance".
Letak dari luka akibat cekikan ini sejajar dengan tulang jakun di samping
kiri atau kanan, di atas m. sternocleidomastoideus di bawah angulus
mandibulae (daerah sinus caroticus). Diusahakan pemeriksaan secepat
mungkin dan pada siang hari. Apabila diperiksa kebetulan pada malam
hari maka dengan sinar lampu yang cukup terang.
Setelah dilakukan pemeriksaan luar, pada pemeriksaan dalam; setelah
insisi pertama (primary incision), jangan dulu dipotong iga II VII.
Dikupas dulu kulit bagian leher secara hati-hati untuk melihat apakah ada
bintik perdarahan, memar pada lapisan dalam kulit yang merupakan
lanjutan dari luka lecet di bagian luar tadi. Juga otot-otot leher
diperhatikan adanya bintik perdarahan serta tulang-tulang rawan,os hyoid,
os crycoid, apakah ada yang patah atau retak.
Untuk melengkapi pemeriksaan yang mungkin dicekik dengan
lengan bawah, diteliti dengan patah tulang pada columna vertebralis
cervicalis, apakah ada retak atau patah tulang. Seseorang yang dicekik bisa
saja meninggal karena vagal refleks. Tentu pada keadaan ini tidak ditemukan
tanda-tanda asfiksia pada tubuh korban. Kalau kita mendapatkan ciri-ciri khas
(crescent appearance) dan kita menduga suatu vagal refleks, maka kita harus
menemukan tidak adanya tanda-tanda asfiksia pada tubuh korban (negative
finding). Ini perlu untuk mencocokkan di TKP (Tempat Kejadian Perkara).
Keterangan
Pemeriksaan Pada pemeriksaan kasus cekikan, fokus
pemeriksaan pada daerah leher. Di sini kita harus
hati-hati sekali, mengamati dengan cermat; apakah
ada memar yang halus, luka lecet tekan yang tipis
pada daerah sisi kanan dan kiri leher yang
berbentuk cetakan dari telapak jari jempol di
sebelah kanan korban (untuk penyekik "right
handed") atau luka lecet tekan dengan cetakan dari
telapak jari jempol di sebelah kiri korban dengan
keempat jari lainnya di kanan (untuk penyekik "left
handed").
Bentuk Luka Bentuk luka lecet tekan akibat jari jempol mirip
seperti bulan sabit "crescent appearance".
Letak Luka Letak dari luka akibat cekikan ini sejajar dengan
tulang jakun di samping kiri atau kanan, di atas m.
sternocleidomastoideus di bawah angulus
mandibulae (daerah sinus caroticus). Diusahakan
pemeriksaan secepat mungkin dan pada siang hari.
Apabila diperiksa kebetulan pada malam hari maka
dengan sinar lampu yang cukup terang.
Pemeriksaan Dalam - Pada pemeriksaan dalam; setelah insisi pertama
Pemeriksaan Lengkap (primary incision), jangan dulu dipotong iga II
VII. Dikupas dulu kulit bagian leher secara hati-hati
untuk melihat apakah ada bintik perdarahan, memar
pada lapisan dalam kulit yang merupakan lanjutan
dari luka lecet di bagian luar tadi. Juga otot-otot
leher diperhatikan adanya bintik perdarahan serta
tulang-tulang rawan, os hyoid, os crycoid, apakah
ada yang patah atau retak.
Untuk melengkapi pemeriksaan yang mungkin
dicekik dengan lengan bawah, diteliti dengan patah
tulang pada columna vertebralis cervicalis, apakah
ada retak atau patah tulang. Seseorang yang dicekik
bisa saja meninggal karena vagal refleks. Tentu
pada keadaan ini tidak ditemukan tanda-tanda
asfiksia pada tubuh korban. Kalau kita mendapatkan
ciri-ciri khas (crescent appearance) dan kita
menduga suatu vagal refleks, maka kita harus
menemukan tidak adanya tanda-tanda asfiksia pada
tubuh korban (negative finding). Ini perlu untuk
mencocokkan di TKP (Tempat Kejadian Perkara).
Pemeriksaan Luar
Didapati pada daerah hidung/mulut hiperemis/bintik-bintik
perdarahan/memar disekitar mulut serta ditandai tanda-tanda asfiksia umum
(lebam mayat lebih gelap, dilatasi pembuluh darah, ptechiae haemorrhagic
bola mata, congestive alat-alat dalam, dilatasi pembuluh darah (arteri/vena).1
II.2.6 Penyumpalan (Choking/Gaging)
Sebab Kematian
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam dapat disebabkan oleh :1,2,3
1. Refleks vagal
Peristiwa tenggelam yang mengakibatkan kematian karna refleks vagal
disebut tenggelam tipe I. Kematian terjadi sangat cepat dan pada
pemeriksaan pos mortem tidak ditemukan tanda tanda asfiksia maupun
air di dalam paru paru sehingga sering disebut tenggelam kering (dry
drowning).
2. Spasme laring
Kematian karena spasme laring pada peristiwa tenggelam sangat h]jarang
sekali terjadi. Spasme laring tersebut disebabkan rangsangan air yang
masuk ke laring.Pada pemeriksaan pos mortem ditemukan tanda tanda
asfiksia, tetapi paru parunya tidak didapati adanya air atau benda
benda air.Tenggelam jenis ini juga disebut tenggelam tipe I.
3. Pengaruh air yang masuk paru paru
a. Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia
disertai gangguan elektrolit. Perlu diketahui bahwa masuknya air
tawar didalam paru paru akan mengakibatkan hemodilusi dan
hemolysis. Dengan pecahnya eritrosit maka ion kalium intrasel akan
terlepas sehingga menimbulkan hyperkalemia yang akan
mempengaruhi kerja jantung (terjadi fibrilasi ventrikel).
Pemeriksaan pos mortem ditemukan tanda tanda asfiksia, kadar
NaCl jantung kanan lebih tinggi dari jantung kiri dan adanya buih
serta benda air pada paru paru. Tenggelam jenis ini disebut
tenggelam tipe II A.
b. Pada peristiwa tenggelam di air asin akan mengakibtakan terjadinya
anoksia dan hemokonsentrasi. Tidak terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe II B.
Dibandingkan dengan tipe II A maka kematian pada tipe II B terjadi
lebih lambat. Pemeriksaan pos mortem ditemukan adanya tanda
tanda asfiksia, kadar NaCl pada Jantung kiri lebih tinggi daripada
jantung kanan dan ditemukan buih serta benda benda air pada paru
paru.
1. Pemeriksaan Luar.1
- Pakaian basah, kadang kadang bercampur lumpur
- Kulit basah, keriput, dan terkadang seperti kulit angsa (cutis anserina)
- Kulit tangan dan kaki terkadang menyerupai washer woman skin
- Lebam mayat terutama pada kepala dan leher
- Terkadang ditemukan cadaveric spasm
- Tanda khas pemeriksaan luar pada kasus tenggelam adalah
ditemukannya buih halus yang terbentuk akibat acute pulmonary
edema, berwarna putih, dan persisten. Buih menjadi banyak jika dada
ditekan
2. Pemeriksaan Dalam.1
- Saluran nafas, trakea dan bronkus, ditemukan adanya buih halus
- Paru paru membesar dan pucat seperti layaknya paru paru
penderita asma tetapi lebih berat dan basah. Dibanyak bagian terdapat
gambaran marmer, bila permukaannya ditekan meninggalkan lekukan
dan bila diiris terlihat buih berair. Kondisi ini disebut emfisema
aquosum yang merupakan petunjuk kuat terjadinya peristiwa
tenggelam
- Lambung dan esophagus berisi air dengan butir butir pasir dan alga
- Bila terjadinya hemolisis maka akan terlihat adanya bercak hemolisis
pada dinding aorta
Tes Konfirmasi
Penyebab Kematian
Penyebab kematian dapat diakibatkan oleh kegagalan pernapasan dan
sirkulasi.1