Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolonialisme dan imperialisme mulai berkembang sekitar abad ke-15 yang diawali dengan
adanya gejala pembaruan di Eropa di bidang ekonomi, politik, sosial, maupun budaya dalam bentuk
gerakan Renaisans dan Humanisme yang berpikiran maju.

Renaisans adalah hasrat dan semangat untuk berpikiran maju (progresif) dari kondisi atau masa
sebelumnya. Sementara Humanisme adalah suatu doktrin yang menekankan pada kepentingan
kemanusiaan dan idealisme. Adapun pusat-pusat perkembangan Renaisans pada awalnya terdapat di
kota-kota pelabuhan Italia, seperti Florence, Genoa, dan Venesia.

Kemampuan berpikir yang berhaluan maju inilah yang kemudian menghasilkan banyak penemuan-
penemuan baru seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial-ekonomi, dan
kebudayaan.

Sejarah Indonesia 1
A. Pengertian Kolonialisme dan imperialisme.

Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme berasal dari kata colunus (colonia) yang berarti suatu usaha untuk untuk
mengembangkan kekuasaan suatu negara diluar wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada
umumnya bertujuan untuk mencapai dominasi ekonomi atas sumber daya, manusia, dan
perdagangan di suatu wilayah. Wilayah koloni umumnya adalah daerah-daerah yang kaya
akan bahan mentah untuk keperluan negara yang melakukan kolonialisme.

Pengertian Imperialisme
Imperialisme adalah usaha memperluas kekuasaan suatu negara untuk menguasai negara lain.
Imperialisme dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu imperialisme kuno dan imperialisme
modern. Imperialisme kuno berlangsung sebelum revolusi industri dan bertujuan untuk
memiliki kekayaan (gold), mencapai kejayaan (glory), dan menyebarkan agama (gospel).
Spanyol dan portugis adalah negara yang menjalankan imperialisme kuno. Sementara Inggris
merupakan negara yang menganut imperialisme modern.

Perbedaan kolonialisme dan imperialisme

1. Kolonialisme bertujuan untuk menguras habis sumber daya alam dari negara yang
bersangkutan untuk diangkut ke negara induk.

2. Imperialisme bertujuan untuk menanamkan pengaruh pada semua bidang kehidupan


negara yang bersangkutan.

Persamaan kolonialisme dan imperialisme


Persamaan kolonialisme dan imperialisme adalah akan membuat negara penjajah menjadi
makmur, sementara yang dijajah semakin menderita.

Sejarah Indonesia 2
B. Perubahan Politik, Ekonomi, Dan Sosial Sebagai Akibat
Perluasan Kolonialisme Serta Imperialisme Di Indonesia
A. Bidang Politik
1. Struktur Birokrasi

Dengan diterapkannya kebijakan politik kolonial Belanda di Indonesia, masuk pula pengaruh Belanda
dalam bidang struktur organisasi. Residen bertugas mengawasi jalannya pemerintahan harian
kolonial, meperhatikan penanaman bahan pangan, dan mendorong pendirian sekolah pribumi.
Bupati bertugas mengawasi pelaksanaan tanam paksa, mengawasi perjanjian dagang dengan bangsa-
bangsa Eropa, dan mengawasi sekolah-sekolah pribumi.

Struktur pamong praja yang dahulu berdasarkan garis keturunan, kini mulai menganut sistem
kepegawaian.

2. Sistem Pemerintahan

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, Pulau Jawa dijadikan sebagai pusat
pemerintahan dan membaginya menjadi kesatuan-kesatuan wilayah yang disebut prefectuure. Selain
itu ia juga menjadikan penguasa lokal, seperti wedana sebagai pegawai negeri yang mendapat gaji
negara dan bertanggung jawab kepada pemimpin prefectuure.

Tahun 1903 pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-Undang Desentralisasi yang berisi:

a. Pendelegasian kekuasaan pusat ke Hindia Belanda, dari pemerintah Hindia Belanda ke


departemen, pejabat lokal, dan dari pejabat Belanda ke pejabat pribumi

b. Menciptakan lembaga otonom yang mengatur urusan sendiri

c. Pemisahan keuangan pusat dan daerah

Berdasarkan undang-undang tersebut Indonesia dibagi menjadi kesatuan daerah yang disebut
gouvernementen dengan gubernur sebagai pemimpinnya. Pembentukan pemerintah daerah ini
dimulai dari Jawa Barat (1926), Jawa Timur (1929), dan Jawa Tengah (1930). Perubahan sistem
pemerintahan ini dilanjutkan dengan penghapusan Dewan Karesidenan pada tahun 1925 dan
dibentuk Dewan Kabupaten.

3. Sistem Hukum

Sistem hukum Indonesia yang sebelumnya berdasarkan hukum adat tradisional berangsur-angsur
digantikan oleh sistem hukum barat modern. Pada masa Gubernur Jenderal Daendels sudah
diperkenalkan sistem pengadilan keliling dan pengadilan pribumi di setiap prefectuure yang disebut
landgerecht.

Kebijakan kolonial di bidang hukum dilanjutkan dengan pendirian mahkamah agung (Hog-
Gerechtschof) yang merupakan lembaga peradilan atau yudikatif tertinggi di Indonesia saat itu. Sejak

Sejarah Indonesia 3
tahun 1854, semua peraturan pemerintah yang berasal dari raja, putra mahkota, dan gubernur
jenderal dinyatakan sebagai undang-undang.

B. Bidang Ekonomi
1. Sistem perdagangan interinsuler terdesak oleh Portugis dan Belanda

2. Portugis dan Belanda melaksanakan monopoli perdagangan sehingga perekonomian rakyat


semakin menurun

3. VOC menekan rakyat untuk melakukan penyerahan tanam paksa berupa hasil bumi dan kerja
rodi

4. Sejak tahun 1830 Belanda melaksanakan tanam paksa yang mengakibatkan rakyat Indonesia
semakin menderita dan sengsara

5. Pada masa liberalisme, Indonesia terbuka bagi penanaman modal asing sehingga banyak
pengusaha swasta mendirikan perkebunan di Indonesia

Sejarah Indonesia 4
C. Bidang Sosial
1. Mobilitas sosial

Dalam struktur masyarakat Indonesia kolonial mobilitas sosial di kalangan penduduk pribumi hampir
tidak terjadi. Masyarakat Indonesia meliputi golongan Eropa, Asia, dan Timur Jauh serta golongan
pribumi.

2. Stratifikasi sosial

Stratifikasi sosial masyarakat Indonesia sebelum datangnya Belanda terdiri atas golongan bangsawan
(kelas atas), golongan birokrat pemerintah (kelas menengah), dan golongan rakyat jelata (kelas
bawah). Dengan datangnya Belanda ke Indonesia, mereka mengambil alih kedudukan kaum
bangsawan sebagai golongan kelas atas. Pada lapisan strata di bawahnya adalah golongan
bangsawan dan birokrat pemerintah yang memiliki privilege atau hak-hak istimewa untuk memegang
kekuasaan pemerintahan.

Lapisan terakhir adalah rakyat kebanyakan yang bekerja sebagai petani kecil, buruh angkut, kuli
kontrak, dan pekerjaan-pekerjaan kasar lainnya.

3. Demografis dan mobilitas penduduk

Masuknya pengaruh sosial dan budaya Barat, serta kemajuan ekonomi di Indonesia telah membentuk
pola kependudukan yang mengikuti sistem kependudukan modern.

Mulai lahir desa-desa dan kota-kota modern menggantikan ibu kota kerajaan sebagai pusat aktivitas
masyarakat Indonesia.

Bersamaan dengan berlangsungnya perubahan struktur demografis, terjadi mobilitas penduduk dari
desa ke kota-kota yang baru berdiri, yang disebabkan faktor-faktor berikut:

a. Perbedaan tingkat kehidupan desa-kota yang sangat mencolok

b. Semakin berkurangnya tanah pertanian di daerah pedesaan

c. Kebijakan Pemerintah Belanda untuk mengirimkan tenaga kerja kuli kontrak di perkebunan-
perkebunan di luar Jawa

4. Kedudukan dan peran perempuan

Sebelum kedatangan bangsa Barat ke Indonesia, kaum perempuan Indonesia sangat dirantai oleh
aturan-aturan tradisi dan adat yang cenderung membatasi peran mereka dalam kehidupan
masyarakat.

Sejarah Indonesia 5
Kedatangan bangsa Barat
serta kebudayaannya sedikit
banyak membuka mata
beberapa kalangan di
Indonesia, terutama kaum
priyayi terpelajar untuk
melakukan modernisasi.
Tokoh perempuan Indonesia
yang dinilai sebagai pelopor
kesadaran ini adalah Raden
Ajeng Kartini, seorang putri
Bupati Jepara. Hal itu ia mulai
dengan membuka sekolah
kaum perempuan dan menjadi
gurunya. Sejak itulah, gerakan emansipasi terus bergulir di Indonesia.

D. Bidang Budaya
1. Pengaruh Westernisasi (pembaratan)

Proses westernisasi pada masa kolonial berlangsung, terutama melalui jalur pemerintahan dan
pendidikan. Proses westernisasi terlihat jelas terutama di kalangan bangsawan dan birokrat pribumi,
antara lain:

a. Penggunaan bahasa Belanda dalam pergaulan sehari-hari

b. Gaya berpakaian Barat dengan dasi dan jas

c. Lingkungan yang lebih terbuka dan egaliter

d. Sistem jabatan dan kepangkatan, serta prioritas pendidikan Eropa

e. Sistem industri dan cara produksi Barat

f. Arsitektur dan sarana perlengkapan hidup ala Eropa

g. Struktur tata kota Barat

Sejarah Indonesia 6
C. Dampak Negatif Kolonialisme Dan Imperialisme Barat Di Nusantara .
1. Bidang Politik.
a) Hilangnya kekuasaan Raja

b) Campur tangan pihak asing terhadap urusan Istana

c) Kewenangan Bupati berkurang dalam Pemerintahan.

2. Bidang Ekonomi.
a) Kehidupan ekonomi Bangsa Indonesia semakin merosot.

b) Kesejahteraan rakyat semakin menurun

c) Sistim ekonomi uang mulai berkembang

d) Munculnya istilah monopoli

3. Bidang Sosial.
a) Makin meluasnya kebudayaan barat, sehingga kebudayaan tradisional mulai luntur.

b) Timbulnya kegelisahan, kekecewaan dan kebencian rakyat terhadap pemerintah Kolonial yang
menimbulkan perlawanan

Sejarah Indonesia 7
BAB II
PERANG MELAWAN KOLONIALISME

A. Perlawanan Sebelum Tahun 1800


1. Perlawanan Rakyat Mataram

Pada awalnya Mataram dengan Belanda menjalin hubungan baik. Belanda diizinkan mendirikan
benteng(loji) untuk kantor dagang di Jepara. Belanda juga memberikan dua meriam terbaik untuk
Kerajaan Mataram. Dalam perkembangannya, terjadi perselisihan antara Mataram dengan
Belanda. Pada tanggal 8 November 1618, Gubernur Jendral VOC Jan Piterzoon Coen
memerintahkan Van Der Marct menyerang Jepara. Peristiwa tersebut memperuncing perselisihan
antara Mataram dengan Belanda. Sultan Agung mempersiapkan serangan terhadap kedudukan
Belanda di Batavia. Serangan pertama dilakukan tahun 1628. Pasukan Mataram yang dipimpin
Tumenggung Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Pasukan ini kemudian disusul
pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, yang dibantu dua bersaudara, yakni Kiai Dipati Mandurojo
dan Kiai Upa Santa. Upaya serangan pertama gagal untuk menghalang mundur pasukan Belanda.
Tidak kurang 1.000 prajurit Mataram gugur dalam perlawanan tersebut. Mataram mempersiapkan
serangan kedua ini pun gagal. Selain kelemahan pasukan pertama, lumbung padi persediaan
makanan banyak dihancurkan Belanda. Di samping Sultan Agung, perlawanan terhadap kekuasaan
VOC juga dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi dan Mas Said.

2. Perlawanan Rakyat Banten

Konflik dalam urusan kerajaan serta persaingan dalam tahta kerajaan juga menyebabkan
perlawanan terhadap kekuasaan barat mengalami kegagalan. Misalnya konflik internal kesultanan
Banten yang menyebabkan Banten jatuh ke tangan VOC Belanda. Setelah sultan Ageng Tirtayasa
mengangkat anaknya yang bergelar Sultan Haji sebagai Sultan Banten, Belanda segera ikut campur
dalam urusan Banten dengan cara mendekati Sultan Haji. Sultan Ageng yang anti terhadap VOC
segera menarik balan menyerahkan sebagian wilayah banten kepada VOC.

3. Perlawanan Rakyat Makasar

Di Pulau Sulawesi, perlawanan untuk mengusir kekuatan VOC juga tidak berhasil. Penyebabnya
hampir sama dengan daerah lainnya di Nusantara, yaitu karena adanya konflik dan persaingan
diantara kerajaan-kerajaan Nusantara. Misalnya konflik antara Sultan Hasanudin dari Makasar
dengan Aru Pallaka dari Kesultanan Bone yang memberi jalan Belanda untuk menguasai Kerajaan-
Kerajaan di Sulawesi tersebut.

Sejarah Indonesia 8
Untuk memperkuat kedudukannya di Sulawesi, Sultan Hasanudin menduduki Sumbawa sehingga
jalur perdagangan di Nusantara bagian timur dapat dikuasainya. Oleh karena itu, penguasaan ini
dianggap oleh Belanda sebagai penghalang dalam melakukan aktifitan perdagangan. Pertempuran
antara Sultan Hasanudin dan Belanda selalu terjadi. Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis
Spelman selalu dapat dihalau pasukan Sultan Hasanudin.
Untuk menghadapi Sultan Hasanudin, Belanda meminta bantuan kepada Aru Pallaka yang
bersengketa dengan Sultan Hasanudin. Dengan kerjasama tersebut akhirnya Makasar jatuh ke
tangan Belanda dan Sultan Hasanudin harus menandatangani Perjanjian Bonghaya pada tahun
1667 yang berisikan hal berikut :
(1) Sultan Hasanudin harus memberikan kebebasan kepada VOC untuk berdagang dikawasan
Makasar dan Maluku
(2) VOC memegang monopoli perdagangan di wilayah Indonesia bagian timur dengan pusatnya
Makasar
(3) Wilayah kerajaan Bone yang diserang dan diduduki pada zaman Sultan Hasanudin dikembalikan
kepada Aru Pallaka dan dia diangkat menjadi Raja Bone.

4. Pemberontakan Untung Surapati.

Untung ialah seorang budak dari Bali. Ia dibeli oleh pedagang dari Belanda dan dijadikan pegawai
VOC. Kesalahan yang dibuatnya, yaitu menjalin hubungan dengan seorang gadis yang merupakan
putri dari tuannya, sehingga dia dipenjara. Di dalam penjara ia memimpin teman-temannya untuk
membongkar pintu penjara dan kemudian ia merampok orang orang Belanda. Untung kemudian
menjadi buronan, Belanda selalu menemui kegagalan dalam menangkapnya.
Ketika bergerilya melawan VOC di wilayah Priangan dan melanjutkan perjalanan ke Cirebon, ia
terlibat perkelahian dengan seorang pangeran Cirebon yang bernama Surapati. Untung dituduh
telah melakukan pembangkangan terhadap Sultan Cirebon. Namun, ia selamat dari tuduhan
tersebut dan Surapati yang kemudian dipersalahkan, dan akhirnya dihukum mati. Setelah kejadian
itu, Untung dijuluki nama baru, yaitu dengan sebutan Untung Surapati.
Konflik lain terjadi antara Pangeran Pugar yang merupakan adik dari Amangkurat II dan
Amangkurat III atau Sunan Mas. Konflik ini terjadi karena perbedaan prinsip. Pangeran Pugar
memihak Belanda, sedangkan Sunan Mas anti Belanda. Dalam konflik ini, tentu VOC memilih
Pangeran Pugar.
Kemudian Pangeran Pugar dan VOC membuat perjanjian dan menandatanganinya di Semarang. Isi
dari perjanjian tersebut, antara lain sebagai berikut.
(1) Seluruh daerah Priangan, Cirebon dan Madura bagian timur diserahkan kepada VOC.
(2) Pangeran Pugar dibebaskan dari segala utangnya terdahulu, tetapi selama 25 tahun Sunan
wajib menyerahkan 8000 koyan beras kepada VOC.
(3) Di daerah Kartasura VOC bersedia menempatkan pasukannya untuk melindungi sunan.
Karena telah berhasil memperoleh kemenangan, Pangeran Pugar dinobatkan menjadi susuhunan
oleh VOC dengan nama Pakubuwono I.

Sejarah Indonesia 9
B. Perlawanan Sesudah Tahun 1800

1. Perlawanan Sultan Nuku(Tidore)


Kesultanan Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku melakukan
perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Untuk
menghadapi kekuatan Belanda, Sultan Nuku melakukan
persiapan perang dengan cara meningkatkan kekuatan
perangnya hingga 200 kapal perang dan 6000 orang pasukan.
Setelah itu, perjuangan Sultan Nuku untuk mengusir kekuatan
Belanda tersebut dilakukan pula jalur diplomasi.
2. Perlawanan Patimura
Pada malam hari tanggal 15 Mei 1817 para pemuda Saparua
dibawah pimpinan Patimura, mulai melakukan perlawanan
terhadap Belanda. Mereka membakar perahu-perahu pos di
pelabuan. Setelah itu, mereka mengepung Benteng Duursted.
Pada tanggal 16 Mei 1817, Benteng tersebut berhasil diduduki
oleh barisan Patimura dan kawan-kawan. Setelah itu, Benteng
Deverdijk dapat dikuasai dan Residen Van Der Berg berhasil ditembak mati. Sebagaimana
dikemukakan oleh (Poesponegoro et al. 2010 :28), bahwa : Setiap penghuni benteng
tersebut, termasuk Residen Van Der Berg beserta keluarganya tewas...

3. Perang Paderi

Meskipun masyarakat
Minangkabau sudah
lama memeluk agama
Islam tetapi sebagian
besar dari mereka
masih memegang
teguh adat dan
menjalankan
kebiasaan lama.
Kebiasaan seperti
minum minuman
keras, berjudi dan
menyabung ayam
masih banyak yang
melakukannya,
sekalipun dalam
ajaran Islam termasuk perbuatan yang terlarang.
Bertolak dari kondisi tersebut, orang-orang yang baru pulang dari Mekah itu membulatkan
tekad membersihkan agama Islam dari perbuatan-perbuatan yang melanggar ajaran agama

Sejarah Indonesia 10
dan dari adat yang masih dipegang teguh. Barang siapa melanggar ajaran agama dihukum
dengan berat sekali. Kewajiban agama harus ditepati betul-betul. Orang-orang yang ikut
gerakan tiga orang ulama itu juga berpakaian putih-putih sehingga disebut Orang Putih atau
Orang Padri.
Pada tahun 1825 di Jawa mulai berkobar perang Diponegoro. Belanda menilai bahwa perang
Diponegoro lebih berbahaya dari pada Perang Padri. Karena itu, pasukan Belanda yang
bertugas di Sumatera Barat harus dikurangi untuk dikerahkan ke Jawa. Karena kondisi
tersebut Belanda menggunakan taktik berdamai dengan pihak Padri. Perdamaian itu
diadakan pada tahun 1825.
Sejak tahun 1830 kaum Padri mendapat bantuan dari kaum adat. Mereka mau bersatu
dengan kaum Padri karena ingin mempertahankan kemerdekaan mereka dari penjajah
Belanda. Mereka sadar, bahwa pemerintahan Belanda bagi mereka adalah rodi,
menyediakan keperluan Belanda, pemerasan dan ekspedisi-ekspedisi yang kejam. Walaupun
telah mendapat bantuan dari kaum adat, tetapi kekuatan kaum Padri semakin merosot.
Untuk mempercepat penyelesaian Perang Padri, Gubernur Jenderal van den Bosch datang ke
Sumatera Barat untuk menyaksikan sendiri keadaan di medan pertempuran. Ia
mengeluarkan pernyataan gubernemen yang terkenal dengan nama Pelakat Panjang.
Pernyataan itu memberi hak-hak istimewa kepada mereka yang memihak Belanda. Dalam
kondisi terjepit, pihak Belanda mengajak Imam Bonjol untuk berunding. Tetapi perundingan
perdamaian itu oleh Belanda hanyalah dipakai untuk mengetahui kekuatan yang terakhir di
pihak Padri, yang ada di Benteng Bonjol, sementara mengharapkan Imam Bonjol mau
menyerahkan diri.

Perundingan gagal karena pihak Belanda memang telah melakukan persiapan untuk
mengepung benteng tersebut. Jenderal Michiels memimpin sendiri pengepungan kota
Bonjol. Dengan susah payah Kaum Padri menghadapi kekuatan musuh yang jauh lebih kuat.
Pada akhirnya benteng Kaum Padri jatuh ke tangan Belanda. Tuanku Imam Bonjol beserta
sisa-sisa pasukannya tertawan pada tanggal 25 Oktober 1837. Imam Bonjol lalu dibuang ke
Cianjur, lalu dipindah ke Ambon dan akhirnya dibuang ke Minahasa.

Sejarah Indonesia 11
4. Perang Bali

Pemerintahan di Bali, akhirnya mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Dewa Agung Ketut dan
bersemayam di Gelgel. Pada abad ke-17 ibukota pindah ke Klungkung, tetapi kemudian pecah
menjadi Sembilan kerajaan di antaranya yang terkenal adalah Klungkung, Gianyar, Badung,
Karangasem, dan Buleleng.
Salah satu hak yang dimiliki oleh kerajaan-kerajaan di Bali di daerah pantai ialah hak untuk
menjalankan hukum tawan karang. Menurut hukum itu, raja Bali berhak untuk merampas muatan
kapal yang terdampar di pantai wilayah kerajaannya. Sewaktu Belanda berada di Indonesia, Bali
masih merupakan kerajaan-kerajaan merdeka. sebagaimana dikemukakan oleh Poesponegoro et al.
(2010 :249), bahwa : ...di Bali berlakunya hukum tawan karang, yaitu hak dari Bali untuk merampas
perahu perahu yang terdampardi pantai wilayah kekuasaannya. Hukum tawan karang ini telah
menimpa kapal-kapal Belanda seperti yang dialami pada tahun 1841 di pantai wilayah Badung.
Belanda juga melakukan perdagangan (terutama perdagangan budak) dengan kerajaan-kerajaan Bali.

Dalam perdagangannya itu, telah berulang kali kapal Belanda terdampar di salah satu pantai dari
kerajaan Bali dan muatannya dirampas oleh raja. Belanda telah mengajukan protes dan mengadakan
perjanjian-perjanjian yang menyangkut pembebasan kapal-kapal Belanda. Tetapi raja-raja Bali sering
tidak pernah mengindahkannya.
Karena merasa diingkari, maka Belanda memutuskan untuk menggunakan kekerasan dalam usaha
untuk menundukkan raja-raja Bali tersebut. Pada tahun 1846 Belanda mengirimkan ekspedisi

Sejarah Indonesia 12
militernya ke daerah Buleleng. Karena itu Gusti Ketut Jelantik menyiapkan pasukan untuk
menghadapi kedatangan Belanda. Sebelum melakukan serangan, Belanda mengeluarkan ultimatum
yang isinya agar Buleleng :
(1) mengakui kekuasaan Belanda,
(2) hak tawan karang harus dihapus,
(3) memberi perlindungan kepada perdagangan Belanda.
Karena ultimatum Belanda tak diindahkan, akhirnya Belanda menyerbu Buleleng. Sementara itu
Karangasem memihak Buleleng, sehingga berkobar perang Belanda-Bali.
Dalam mnghadapi perlawanan rakyat Bali, Belanda terpaksa mengerahkan ekspedisi secara besar-
besaran sebanyak tiga kali. Ekspedisi pertama dilakukan tahun 1836 dengan kekuatan 1700 tentara.
Serangan pertama ini Belanda gagal menundukkan rakyat Bali. Belanda mengajak berunding, tetapi
ternyata hanya taktik untuk melakukan penyerbuan kembali.
Sementara itu pasukan Bali di bawah Gusti Jelantik membangun benteng di Jagaraga dan mulai
menyerang Belanda. Karena serangan tersebut, Belanda lalu melakukan ekspedisi kedua tahun 1848.
Pertempuran berkobar hebat di benteng tersebut. Dalam pertempuran itu Belanda kehilangan 5
perwiranya dan 75 prajuritnya. Namun benteng Jagaraga gagal dikuasai. Setelah bala bantuan datang
dari Jakarta, Belanda kembali menyerang. Namun serangan ke benteng Jagaraga dapat ditangkis.
Pada tahun 1849 Belanda melakukan ekspedisi yang ketiga dengan kekuatan lebih dari empat ribu
prajurit dengan tiga ribu pasukan tenaga pengangkut. Pasukan besar-besaran tersebut disambut
dengan tiga

ribu prajurit Bali dengan senjata tradisional. Sedangkan pasukan tambahan ada 10-20 ribu orang dari
Buleleng dan Karangasem. Pertempuran meletus di sekitar benteng Jagaraga. Benteng tersebut
dijaga sekitar 15 prajurit.
Pertempuran berlangsung beberapa hari sehingga kedua belah pihak mengalami kelelahan. Karena
kalah dalam persenjataan, pasukan Bali mengundurkan diri dari benteng Jagaraga. Dengan demikian
benteng tersebut jatuh ke tangan Belanda. Sejak itu perlawanan pindah ke daerah Karangasem dan
Klungkung dengan pimpinan Gusti Jelantik. Perlawanan baru mengendor akhir abad ke-19, setelah
sebagian besar kerajaan Bali ditaklukkan Belanda.

Pada tahun 1904 sebuah kapal dagang Cina terdampar di pantai timur Badung. Kapal tersebut
dirampas oleh penduduk di situ. Cina lalu lapor kepada Belanda. Kerajaan Badung dipersalahkan oleh
Gubernemen dan disuruh membayar denda. Perintah itu ditolak oleh raja Badung. Sikap raja Badung
itu didukung oleh raja-raja Bali, sehingga pecah perang Bali-Belanda. Belanda berhasil merebut
ibukota Denpasar. Akibatnya raja-raja Bali melakukan puputan yaitu melawan habishabisan dengan
diikuti sanak-saudaranya, para bangsawan lainnya dan kaum putri, bersenjata tombak dan keris
keramat. Mereka memilih gugur di medan perang dari pada menyerah kepada Belanda. Pada tahun
1908 kerajaan Klungkung diserang Belanda. Raja Klungkung dibantu oleh seluruh kaum bangsawan,
wanita dan anak-anak mengadakan puputan sewaktu diserang Belanda itu, lantaran tidak mau
tunduk kepada peraturan-peraturan yang diadakan oleh pemerintah Belanda. Sesudah Klungkung
diduduki maka berarti seluruh Bali dikuasai oleh pemerintah Belanda.

Sejarah Indonesia 13
5. Perang Banjarmasin

Selain di Pulau Jawa dan


Sumatra, pemerintahan colonial
Belanda juga berupaya
menguasai Pulau Kalimantan.
Pada tahun 1817 Belanda mulai
masuk ke wilayah Banjar,
Kalimantan Selatan. Bahkan, pada
tahun 1826 Belanda mengadakan
perjanjian dengan Sultan Adam,
raja Kerajaan Banjar. Isi perjanjian
ini menyatakan bahwa seluruh
wilayah Kalimantan Selatan
adalah kekuasaan Belanda,
kecuali Banjarmasin, Martapura,
dan Hulu Sungai.
Ketika sultan Adam wafat pada tahun 1857 terjadilah perebutan kekuasaan di keratin. Belanda
berdiri di belakang kekacauan ini mengangkat Pangeran Tamjid Illah sebagai sultan kerajaan
Banjarmasin, sedangkan rakyat menghendaki Pangeran Hidayat. Akhirnya, Pangeran Tamjid Illah III
menjadi sultam, sedangkan Pangeran Hidayat menjadi mangkubuminya. Kedua tokoh ini tidak bias
bekerja sama. Akibatnya, timbul keresahan di kalangan rakyat dan kaum bangsawan Banjar.
Menyadari adanya keresahan ini, Belanda mengambil alih kekuasaan dari Pangeran Tamjid Illah .
tindakan belanda ini menimbulkan kemarahan pada rakyat. Selanjutnya, pada tahun 1859 rakyat
banjar di bawah pimpinan Pangeran Antasari menyerang pertahanan Belanda di Martapura dan
Pengaron. Perlawanan lainnya dipimpin oleh kyai Demang Lehmanm Haji Nasrun, Haji Buyasin, kyai
Langlang dan tumenggung Surapati, serta pangeran Hidayat. Mereka berhasil merebut benteng
Belanda, seperti Benteng Tabanio, bahkan menenggelamkan kapal Onrust di sungai Barito.
Untuk mengatur strategi baru, Belanda menawarkan untuk berunding dengan Pangeran Hidayat,
tetapi ditolak. Karena putus asa, sehingga Belanda menghapuskan kerajaan Banjar pada bulan Juni
1860. Sejak itu, daerah tersebut daerah tersebut diperintah langsung oleh Belanda. Tekanan Belanda
yang sangat kuat menyebabkan perlawanan di bawah pimpinan Pangeran Hidayat ini dapat
dikalahkan karena kurang persenjataan. Pada tahun 1862 Pangeran Hidayat ditangkap dan
diasaingkan ke kota Cianjur, Jawa Barat. Namun demikian, perlawanan rakyat Banjar semakin gencar
saja, apalagi setelah pangeran Antasari(1862), saudara sepupu pangeran Hidayat diangkat sebagai
pemimpin tertinggi agama islam di Banjar dengan gelar Panembahan Amirudin Khalifatul Mukminin.
Beberapa saat kemudian, setelah ia diangkat menjadi sultan, perang meletus lagi. Dalam perang ini
Pangeran Antasari menderita luka-luka dan akhirnya wafat pada tahun 1862. Perlawanan rakyat
Banjar dilanjutkan oleh putra-putranya dan pejuang lainnya. Namun, sejak tahun 1864 ketika para
pemimpin perlawanan Banjar berhasil ditangkap satu persatu, perlawanan rakyat Banjar mulai
melemah. Akhirnya, Banjar sepenuhnyadapat dikuasai oleh Belanda.

Sejarah Indonesia 14
BAB III
MEMBANGUN JATI DIRI

Negara Indonesia ini memang


terbentuk melalui proses panjang atas
dasar kesepakatan dan kesadaran
nasionalisme para pemuda dan terpelajar
saat itu. Mereka tidak hanya berasal dari
satu suku bangsa, akan tetapi mereka
berasal dari suku-suku bangsa yang ada di
Hindia-Belanda pada waktu itu. Begitu
pula dalam hal keyakinan mereka sadar
bahwa mereka memang berbeda, akan
tetapi mereka yakin, bahwa mereka
mempunyai tujuan yang mulia, yaitu
mencapai Indonesia sebagai negara
merdeka dan berdaulat.

Bagi pemuda-pemuda saat itu perbedaan


pendapat adalah hal yang biasa, bukan
untuk dipertentangkan dan
dipermasalahkan. Catatan sejarah
menunjukkan, bahwa pada awal abad ke-
20 keindonesiaan digagas oleh kalangan
pemuda terpelajar. Pada tahun 1922, De
Indishe Vereeninging, yaitu suatu
perkumpulan mahasiswa Hindia (nama
sebelum menjadi Indonesia) yang berada di
negeri Belanda, nama itu kemudian berubah menjadi Indonesische Vereeninging. Ketika nama
Indonesia itu digunakan oleh para kaum muda terpelajar Hindia yang sedang belajar di negeri
Belanda konsep Indonesia menjadi sebuah konsep politik. Maka, organisasi yang mulanya merupakan
perkumpulan sosial kemahasiswaan berubah menjadi organisasi yang memperlihatkan
kecenderungan politik. Jadi penggunaan nama Indonesia bukan hanya sekedar didasarkan atas
kondisi geografis dan antropologis saja. Pada tahun 1923, perkumpulan itu berubah lagi menjadi
Perhimpoenan Indonesia (PI). Jelaslah bahwa keinginan kuat para pelajar itu untuk menampilkan diri
sebagai kekuatan nasionalisme Indonesia. Kenyataan itu menunjukkan hasrat kuat para pemuda itu
untuk memperjuangkan tercapainya kemerdekaan Indonesia yang demokratis. Begitu pula dengan
majalah organisasi itu juga diubah namanya dari Hindia Poetera menjadi Indonesia Merdeka.

Sementara itu, pemuda terpelajar di Indonesia menyebarkan paham kebangsaan, mereka


mengekspresikan melalui berbagai cara, antara lain melalui surat kabar, karya sastra, rapat umum,
lagu-lagu, serikat buruh, maupun perlawanan terhadap kolonialisme.

Sejarah Indonesia 15
A. Menganalisis Tumbuhnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme
1. Politik Etis
Politik Etis adalah kebijakan baru yang di buat oleh Ratu Wilhelmina selaku Ratu Belanda
untuk meningkatkan kesejahteraan yang pernah mengalami penurunan pada abad ke 20. Semua itu
di picu oleh berubahnya sistem administrasi tradisional menjadi administrasi modern yang mana
pemerintahan mengambil alih sistem pemimpin pribumi ke sistem birokrasi kolonial untuk
mengambil posisi penting dari pemimpin daerah ke tangan Belanda. Namun mendapatkan kritikan
yang menyatakan bahawa pemerintahannya telah mengeksploitasi wilayah jajahan untuk
membangun negeri mereka dan memperoleh keuntungan yang besar.

Awal abad 20, era Politik Etis di pimpin oleh Menteri Jajahan Alexander W.F. Indenburg yang
kemudian menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda ( 1909-1916 ). Politik Etis memiliki 3 program
yaitu, irigasi, edukasi, dan trasmigrasi yang membawa pengaruh besar terhadap perubahan arah
kebijakan politik Negeri Belanda atas Negara jajahannya. Serta munculnya symbol baru yaitu
kemajuan. Zaman kemajuan ditandai dengan bergeraknya kaum wanita yang di pelopori R.A Kartini
yang merupakan inspirasi bagi kaum etis pada saat itu.

Semangat era etis adalah kemajuan menuju moderanitas dengan adanya pendidikan gaya barat yang
membuka peluangbagi mobilitas social masyarakat di tanah Hindia/Indonesia. Pengaruhnya, muncul
sekelompok kecil intelektual bumiputra (priyayi baru) atas kesadaran bahwa rakyat bumiputra
harus mampu bersaing dengan bangsa lain untuk mencapai kemajuan. Para kaum muda terpelajar
inilah yang kemudian membentuk kesadaran nasional sebagai bumiputra di Hindia, dan bergerak
bersama bangsa-bangsa lain dalam garis waktu yang tidak terhingga menuju moderanitas.
Pemerintah colonial Belanda juga membentuk Volksraad (Dewan Rakyat) yang sejumlah tokoh
Indonesia bergabung di dalalmnya.

2. Pers Membawa Kemajuan


Awal abad ke 20, para priyayi baru menuangkan gagasannya melalui pers (media cetak) mengenai
isu-isu perubahan yang di populerkan yaitu terkait dengan peningkatan status social rakyat
bumiputra dan peningkatan kehidupan di bidang siosial, ekonomi, budaya dan politik. Pada dekade
itu ditandai dengan jumlah penerbitan surat kabar berbahas melayu yang mengalami peningkatan.
Orang-orang pertama yang aktif dalam dunia pers saat itu adalah orang Indo seperti H.C.O. Clockener
Brousson dari Bintang Hindia, E.F Wigger dari Bintang Baru, dan G. Francis dari Pemberitaan Betawi.
Penertib Tionghoa yang menjadikan pertumbuhan surat kabar berkembang pesat. R. Tirtodanudja
dan R. Mohammad Jusuf. Keduanya adalah redaktur sinar Djawa, yang dituliskan Honh Thaji Kwee
Khaij Khee.

Sejarah Indonesia 16
Ketua majalah bulanan insulinde adalah Dja Endar Muda, seorang wartawan keturunan
Tapanuli yang telah menerbitkan surat kabar Pertja Barat dan majalah bulanan berbahasa Batak,
Tapian Nauli. Majalah itulah yang pertama memperkenalkan slogan kemajuan dan Zaman Maju.

Majalah itu tidak saja memuat artikel tentang bangsa Hindia Belanda, akan tetapi juga memuat
tentang berita Asia dan Eropa.

Beberapa surat kabar yang kemudian membawa kemajuan bagi kalangan peribumi yaitu
Medan Prijaji (1909-1917) dan juga terbitan wanita pertama yang terbit berkala yaitu Poetri Hindia
(1908-1913). Editornya adalah R.M. Tirtoadisurya memuat tentang tulisannya, bahwa untuk
memperbaiki status dagang pedagang bangsa islam, perlu ada organisasi yang anggota-anggotanya
terdiri atas para pedagang sehingga orang kecil tidak bias dikalahkan karena mereka bersatu. Ia di
kenal sebagai pendiri sarekat dagang islamijah atau lebih di kenal dengan SDI ( syarekat dagang
islam).

Pada perkembangannya SDI mengubah dirinya menjadi SI (Syarekat Islam) dengan pemimpin HJ.
Samanhudin. Sementara itu anak-anak muda berpendidikan barat di Padang menerbitkan majalah
perempuan Soeara Perempuan (1918) dengan semboyan Vrijheid yang berarti kemerdekaan bagi
anak perempuan untuk ikut dalam kemajuan tanpa hamabatan adat yang mengekang. Pers
Bumiputra mempunyai fungsi untuk mobilisasi pergerakan nasional pada saat itu. Sinar Djawa
memuat tentang perlunya rakyat kecil untuk terus menunutut ilmu setinggi mungkin. Memuat dua
hal penting, yaitu tentang bangsawan usul (keluarga raja-raja) dan bangsawan pikiran ( memiliki
gelar).

Surat kabar yang paling mendapat perhatian pemerintah colonial saat itu adalah De Express yang
memuat berita-berita propaganda ide-ide radikal dan kritis terhadap system pemerintah colonial.
Puncaknya didirikan Comite tot Herdenking van Nederlands Honderdjarige Vrijheid yang di sebut
Komite Boemipoetera (1913). Tujuannya untuk mengumpulkan dana dari rakyat untuk mendukung
perayaan kemerdekaan Belanda dan mengkritik tindakan pemerintahan colonial yang merayakan
kemerdekaannya di tanah jajahan dengan mencari dana dukungan dari rakyat.

Kritik tajam yang terdapat di brosur yang berjudul Als Ik Eens Nederlans Was. Pemerintahan kolonil
menilai tulisan itu dengan menghasut rakyat untuk melawan pemerintah. Seorang jurnalis bumiputra
yang gigih memperjuangkan kebebasan pers di kenal denga nama Semaun. Ia mengkritik beberapa
kebijakan colonial melalui Sinar Hindia. Kritikannya mengenaia Haatzaai Artiklen, yang menurutnya
sebagai saranan untuk membungkam rakyat dan melindungu kekuasaan colonial dan kapitalis asing.

3. Modernisme dan Reformasi Islam


Semangat kebangkitan juga didorong oleh gerakan modernis Islam. Semangat modernisme itu
berlandaskan pada pencarian nilai-nilai yang mengarah pada kemajuan dan pengetahuan.

Sejarah Indonesia 17
Modernisme di artikan sebagai cara berpikir dengan peradaban barat, dengan merujuk upaya
mengejar ketertinggalan mendasar etnik kepada agama Islam.

Gerakan reformasi Islam telah di rintis sumatera barat pada abat ke-19 yang berlanjut ke Jawa dan
berbagai daerah lainnya. Pada abad ke-19 gerakan itu menekankan pada, gerakan salafi melawan
kaum adat pada abad ke-20 menekankan pada pencarian etnik modernitas, untuk melawan
tradisionalisme dan kemunduran umat Islam. Pada awal abad ke-20, empat ulama muda
Minangkabau kembali dari menuntut ilmu di Mekah. Mereka adalah :

Syeikh Muhammad Taher Jamaludin (1900)

Syeikh Muhammad Jamil Jambek (1903)

Haji. Abdul Karim Amrullah (1906)

Haji. Abdullah Achmad ( 1899)

Mereka ber-empat menyebarkan Gerakan pembaharuan dengan menggunakan majalah al-imam,


untuk keluar dari Minangkabau. Di samping itu al-imam memuat ajaran agama dan peristiwa penting
di dunia.

Hj. Abdullah Achmad yang mendirikan majalah al-munir pada tahun 1909 untuk menyebarkan agama
Islam yang di anggap sesungguhnya. Haji. Abdul Kamrim Amrullah mulai menumbuhkan kesadaran
akan perlunya perubahan metode pengajaran dan system pendidikan tradisional menjadi lebih
modern. Sementara itu berdiri pula sekolah dinniyah di padang pada tahun 1915.

Sejarah Indonesia 18
B. Menganalisis Perjuangan Organisasi Pergerakan Kebangsaan
1. Organisasi Awal Pergerakan
Pada awal abad ke-20, di Nusantara muncul berbagai kelompok dan organisasi yang memliliki
konsep nasionalisme, seperti Sarekat Dagang Islam, Budi Utomo, Jong Java, Jong Cabeles, Jong
Minahasan, Jong Sumatranen Bond, dan lainnya. Munculnya organisasi-organisasi itu mendanai fase
perubahan perlawanan fisik kedaerahan menjadi perlawanan terhadap pemerintah Kolonial Belanda.

a. Budi Utomo

Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa STOVIA
di Batavia dengan Sutomo sebagai ketuanya. Terbentuknya organisasi tersebut atas ide dr. Wahidin
Sudirohusodo yang sebelumnya telah berkeliling Jawa untuk menawarkan idenya membentuk
Studiefounds.

Gagasan Studiesfounds bertujuan untuk menghimpun dana guna memberikan beasiswa bagi pelajar
yang berprestasi, namun tidak mampu melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak terwujud, tetapi
gagasan itu melahirkan Budi Utomo. Tujuan Budi Utomo adalah memajukan
pengajaran dan kebudayaan.

Pemerintah Hindia Belanda mengakui BU sebagai organisasi yang sah pada Desember 1909.
Dukungan dari Pemerintah Hindia Belanda ini tidak lain sebagai bagian dari pelaksanaan Politik Etis.
BU mulai kehilangan wibawanya pada tahun 1935, organisasi itu bergabung dengan organisasi lain
menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra). Keberadaan BO memberikan inspirasi untuk organisasi-
organisasi modern lainnya, seperti Jong Sumatra, Jong Ambon, Sedio Tomo, Muhammadiyah, dan
lain-lain.

b. Serekat Islam

Pada mulanya SI lahir karena adanya dorongan dari R.M. Tirtoadisuryo seorang bangsawan,
wartawan, dan pedagang dari Solo. Tahun 1909, ia mendirikan perkumpulan dagang yang bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI). Perkumpulan itu bertujuan untuk memberikan bantuan pada para
pedagang pribumi agar dapat bersaing dengan pedagang Cina. Kegelisahan Tirtoadisuryo itu
diutarakan pada H. Samanhudi. Atas dorongan itu H. Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam di
Solo (1911). Pada mulanya SI bertujuan untuk kesejahteraan sosial dan persamaan sosial. Mula-mula
SI merupakan gerakan sosial ekonomi tanpa menghiraukan masalah kolonialisme. Jelaslah bahwa
tujuan utama SDI adalah melindungi kegiatan ekonomi pedagang Islam agar dapat terus bersaing
dengan pengusaha Cina. Agama Islam digunakan sebagai faktor pengikat dan penyatu kekuatan
pedagang Islam yang saat itu juga mendapat tekanan dan kurang diperhatikan dari pemerintah
kolonial. SDI selanjutnya dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Cokroaminoto dikenal sebagai
seorang orator yang cakap dan bijak, kemampuannya berorator itu memikat anggota-anggotanya. Di
bawah kepemimpinannya diletakkan dasar-dasar baru yang bertujuan untuk memajukan semangat
dagang bangsa Indonesia. SDI kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913.

Sejarah Indonesia 19
Pada kongres SI yang pertama, tanggal 26 Januari 1913, dalam pidatonya di Kebun Bintang Surabaya,
ia menegaskan bahwa tujuan SI adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat
ekonomi pribumi agar mampu bersaing dengan bangsa asing.

Ketika pemerintah kolonial mengijinkan berdirinya partai politik, SI yang semula merupakan
organisasi nonpolitik berubah menjadi partai politik. SI mengirimkan wakilnya dalam
Volksraad(Dewan Rakyat) dan memegang peran penting dalam Radicale Concentratie,yaitu gabungan
perkumpulan yang bersifat radikal. SI juga aktif mengorganisasi perkumpulan buruh. Dalam suatu
pembukaan rapat Volksraadmasih terekam dalam ingatan bersama kaum terpelajar bumiputera
tentang Janji November (November Beloofte).

Aktivitas SI yang lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh sebagian anggotanya. Mereka
menginginkan SI lebih banyak memperhatikan masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu, SI
memutuskan untuik bekerja sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti nama menjadi Partai
Sarekat Islam. Sehubungan dengan semakin luasnyasemangat persatuan setelah Sumpah Pemuda,
nama tersebut diubah menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) pad tahun 1930 dengan ketuanya
Haji Agus Salim.

c. Indische Partij (IP)

Indische Partij berdiri di Bandung pada


tanggal 25 Desember 1912. organisasi ini juga
dimaksudkan sebagai pengganti organisasi
Indische Bond, sebagai organisasi kaum Indo
dan Eropa di Indonesia yang didirikan pada
tahun 1898. Ketiga tokoh pendiri Indische
Partij dikenal sebagai tiga serangkai, yaitu
E.F.E Douwes Dekker(Danudirja Setiabudhi),
Cipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryadiningrat( Ki Hajar Dewantara). Indische
Partij, yang berdasarkan golongan Indo yang
makmur, merupakan partai pertama yang
menuntut kemerdekaan Indonesia.

Partai ini berusaha didaftarkan status badan


hukumnya pada pemerintah kolonial Hindia Belanda tetapi ditolak pada tanggal 11 Maret 1913,
penolakan dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah Belanda di negara
jajahan. Alasan penolakkannya adalah karena organisasi ini dianggap oleh pemerintah kolonial saat
itu dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan bergerak dalam sebuah kesatuan untuk
menentang pemerintah kolonial Belanda.

Pada tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan kemerdekaan itu, dan sebagian besar
anggotanya berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan Comite Boemi Poetra.

Sejarah Indonesia 20
2. Organisasi Keagamaan
a. Muhammadiyah
Keberadaan organisasi BU telah memberikan inspirasi
kepada KH Ahmad Dahlan untuk mendirikan sebuah orgaisasi
yang bersifat modern bernama Muhammadiyah. Organisasi
yang didirikan Ahmad Dahlan pada 18 November 1912,
bercirikan organisasi sosial, pendidikan, dan keagamaan.
Salah satu tujuan pendirian Muhammadiyah adalah
memurnikan ajaran Islam. Islam seharusnya bersumber pada
Al-Quran dan Al-Hadis. Tindakannya adalah amar makruf
nahimunkar, atau mengajak hal yang baik dan mencegah hal
yang jelek.

b. Nahdlatul Ulama
(NU)
Pembaruan Islam yang
dilakukan di kota-kota
mendorong kaum tua yang
ingin mempertahankan tradisi
mereka untuk mendirikan
organisasi. Reaksi positif dari
golongan tradisionalisme
adalah lahirnya organisasi di
kalangan mereka. Saat
itu kebetulan bertepatan
dengan akan dilakukannya
Kongres Islam sedunia (1926), di Hijaz. Para ulama terkemuka saat itu kemudian membentuk
lembaga yang bernama Jamiyatul Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926, di Surabaya. Sebagai
pendiri organisasi ini adalah Kyai Haji Hasyim Ashari dan sejumlah ulama lainnya. Organisasi itu
berpegang teguh pada Ahlusunnah wal jamah. Tujuan organisasi ini terkait dengan masalah sosial,
ekonomi, dan pendidikan.

c. Organisasi Islam Lainnya


Al-Irsyad, didirikan oleh Syekh Ahmad Surkati

Sumatra Thawalib, didirikan oleh kalangan pemuda Sumatra Barat

Persatuan Tarbiyah Islamiyah, didirikan oleh ulama-ulama di Sumatera Barat

Persatuan Islam (PERSIS) di Bandung

Sejarah Indonesia 21
d. Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI)
MIAI merupakan
gabungan dari organisasi politik
dan beberapa organisasi massa
yang bersifat moderat terhadap
Belanda. Golongan Muslim
yang tergabung dalam
organisasi memilih sikap
nonkooperasi terhadap
pemerintahan kolonial. Saat
Jepang berkuasa, organisasi ini
mendapat kelonggaran
menjalankan aktivitasnya,
sementara aktivitas organisasi
yang lain dilarang. Karena MIAI
dipandang sebagai organisasi yang anti barat. Suatu ketika seluruh pemuka agama diundang oleh
Gunsikan, Mayor Jenderal Okazaki ke Jakarta.

3. Organisasi Pemuda
Pada kalangan pemuda berkembang berbagai gerakan untuk membebaskan tanah air dari
penjajahan. Tri Koro Dharmo, didirikan di Jakarta pada 7 Maret 1915. Organisasi itu didirikan
di Gedung Kebangkitan Nasional dengan ketua dr. Satiman Wiryosanjoyo.

Pemuda Sumatera juga mendirikan persatuan pemuda Sumatera yang dikenal dengan Jong Sumatera
Bond. Organisasi itu dirikan pada 1917, di Jakarta. Persatuan itu bertujuan untuk memperkukuh
hubungan antarpelajar yang berasal dari Sumatera. juga menumbuhkan kesadaran di antara
anggotanya, dan membangkitkan kesenian Sumatera. Tokohnya adalah Moh. Hatta dan Moh. Yamin.

Sejarah Indonesia 22
4. Organisasi Wanita
Pada tahun 1912, berdiri
organisasi Putri Mardika di
Jakarta. Organisasi itu bertujuan
untuk membantu bimbingan dan
penerangan pada gadis
bumiputera dalam menuntut
pelajaran dan mengemukakan
pendapat dimuka umum, serta
memperbaiki hidup wanita
sebagai manusia yang mulia.

Beberapa tokoh yang pernah


duduk dalam kepengurusan Putri
Mardika, yaitu Sabaruddin, R.A
Sutinah, Joyo Pranoto, Rr. Rukmini,
dan Sadikun Tondokusumo.

Kartini Fonds, didirikan atas usaha Ny. C. Th. Van Deventer, seorang penasehat Politik Etis.
Perkumpulan itu didirikan pada 1912 dengan tujuan untuk mendirikan sekolah Kartini. Pada tahun
1913- 1915 berdiri berbagai organisasi wanita, terutama di Jawa dan Minangkabau.

Seiring meningkatnya pendidikan pada kaum perempuan, semakin meningkat pula perkumpulan-
perkumpulan wanita. Mereka tidak saja bergerak dalam bidang pendidikan, tetapi juga di bidang
sosial.

5. Partai Komunis Indonesia


Partai ini didirikan atas
inisiatif tokoh sosialis
Belanda, Henk Sneevliet pada
1914, dengan nama Indische
Sociaal-Democratische
Vereeniging (ISDV) atau
Persatuan Sosial Demokrat
Hindia Belanda). Keanggotaan
awal ISDV pada dasarnya
terdiri atas 85 anggota dari
dua partai sosialis Belanda,
yaitu SDAP (Partai Buruh
Sosial Demokratis) dan SDP
(Partai Sosial Demokratis),
yang aktif di Hindia Belanda

Sejarah Indonesia 23
Pada Oktober 101 SM ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa Belanda, "Het Vrije Woord"
(Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars.

Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, ISDV
mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan
warga pribumi Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan
anti kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP
di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada 1917, kelompok reformis dari ISDV
memisahkan diri dan membentuk partainya sendiri, yaitu Partai Demokrat Sosial Hindia.

Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa Melayu, "Soeara Merdeka".

Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di Rusia
harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan
pelaut Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam
waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917, para tentara dan
pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu,
dan membentuk sebuah dewan soviet. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet di
Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet. Para
pemimpin pemberontakan di kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.

ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di bawah tanah. Organisasi ini
kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain, Soeara Rajat. Setelah sejumlah kader Belanda
dikeluarkan dengan paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan
organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang Indonesia.

6. Perhimpunan Indonesia: Manifesto Politik


Pada awal abad ke-20,
para pelajar Hindia yang berada
di Belanda mendirikan
organisasi yang bernama
Indische Vereniging(1908), yaitu
perkumpulan Hindia, yang
beranggotakan orang-orang
Hindia, Cina dan Belanda.
Organisasi itu didirikan oleh
R.M Notosuroto, R. Panji
Sostrokartono, dan R. Husein
Jajadiningrat. Organisasi itu juga
menerbitkan majalah yang
diberi nama Hindia Putera.

Sejarah Indonesia 24
PI menjadi organisasi politik yang semakin disegani karena pengaruh Moh. Hatta. Di bawah pimpinan
Hatta, PI berkembang dengan pesat dan merangsang para mahasiswa yang ada di Belanda untuk
terus memikirkan kemerdekaan tanah airnya.

Aktivitas politik PI tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia, juga dilakukan secara internasional.
Mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap pemerintah Belanda. PI
juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera. Dengan demikian jelaslah bahwa
Perhimpunan Indonesia merupakan manifesto politik pergerakan Indonesia.

7. Taman Siswa
Azas Taman Siswa adalah Ing Ngarsa Sung Tulada,
Ing Madya Mangun Karsa, Tut wuri Hkamuyani. Artinya,
guru di depan harus memberi contoh atau teladan, di
tengah harus bisa menjalin kerjasama, dan di belakang
harus memberi motivasi atau dorongan kepada para
siswanya. Azas ini masih relevan dan penting dalam dunia
pendidikan.

8. Organisasi Buruh
Pada bulan Agustus 1918, Suryopranoto membentuk gerakan kaum buruh bernama Prawiro
Pandojo ing Joedoatau Arbeidsleger (tentara buruh) yang merupakan cabang dari Adhi Dharma.
Organisasi ini didirikan sebagai dampak dari terjadinya aksi perlawanan kaum buruh pabrik gula di
Padokan (sekarang pabrik gula Madukismo), Bantul, Yogyakarta. Bulan November 1918,
Suryopranoto mendeklarasikan berdirinya Personeel

Fabriek Bond (PFB) yang beranggotakan buruh tetap, Perkumpulan Tani dan koperasi yang kemudian
lazim disebut sebagai Sarekat Tani dengan anggota kuli kencengatau pemilik tanah yang disewa
pabrik, serta Perserikatan Kaoem Boeroeh Oemoem (PKBO) yang beranggotakan buruh musiman.
PFB didirikan untuk membela kepentingan kaum buruh yang terus mengalami penindasan.

Sejarah Indonesia 25
C. Menganalisis Proses Penguatan Jati Diri Bangsa

1. Menuju Sumpah Pemuda

a. Gerakan Sumpah Pemuda

Tujuh tahun setelah didirikannya Budi Utomo, pemuda Indonesia mulai bangkit meskipun
dalam loyalitas kepulauan. Perubahan pesat dan radikal dari organisasi-organisasi pemuda saat itu
semakin meluas untuk mencapai cita-cita persatuan. Maka pada 30 April 2 Mei 1926, diadakannya
rapat besar pemuda di Jakarta, yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda Pertama. Kongres
itu diketuai oleh M. Tabrani.

Keputusan mendasar dari


Kongres Pemuda I adalah
kongres mengakui dan
menerima cita-cita
persatuan Indonesia.
Meskipun belum
dinyatakan dengan jelas.
Sebagai tindaklanjut dari
kongres itu Jong Java,
Jong Sumatranen Bond,
Jong Minahasa, Jong
Celebes, Jong Batas, Sekar
Rukun, Vereeniging voor Ambonsche Studeerenden dan Komite Kongres Pemuda I mengadakan
pertemuan, pada 15 Agustus 1926.

Sementara itu untuk menghapus penjajahan yang merugikan rakyat Indonesia dibentuklah
Perhimpunan Pelajar-Pelajar di Indonesia (PPPI) di Jakarta, September 1926. PPPI bertujuan untuk
memperjuangkan Indonesia merdeka. Aktivitas PPPI meliputi gerakan pemuda, sosial, dan politik.
Ketua perkumpulan itu Soegondo Djojopoepito, tokoh-tokoh lainnya adalah Muh. Yamin, Abdullah
Sigit, Suwiryo, Sumitro Reksodiputro, A.K. Gani, Tamzil, Sunarko, Amir Syarifuddin, dan Sumanang.
Perhimpunan itu sering berkumpul di Indonesische Clubgebouwyang terletak di Jl. Kramat No 106,
Weltevreden. Mereka mempunyai hubungan antaranggota yang sangat dekat dan tidak formal.

Pada 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw. Saat itu
kongres dihadir sekitar 1000 orang. Dalam kesempatan itu Muh. Yamin menyampaikan pidatonya
dengan judul Dari Hal Persatoean dan Kebangsaan Indonesia. Pada hari kedua kongres dibicarakan
tentang masalah-masalah pendidikan, pembicara saat itu antara lain Ki Hadjar Dewantara, S.
Mangoensarkoro, Djokosarwono, Ramelan, Mr. Soenario, dan Poernomowoelan.

Sejarah Indonesia 26
Keputusan pemuda-pemudi itu kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda, pada saat itu pula
dikumandangkannya lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dan bendera Merah Putih
digunakan sebagai bendera Pusaka Bangsa Indonesia.

Peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 itu merupakan puncak pergerakan nasional. Karena
itulah kita memperingatinya sebagai peristiwa bersejarah yang diperingati setiap tahun hingga saat
ini sebagai hari besar nasional.

2. Bangkitnya Nasionalisme Modern


Sebagai seorang terpelajar Sukarno, muncul sebagai seorang pemuda cerdas yang memimpin
pergerakan nasional baru. Ia mendirikan partai dengan nama Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927).
Partai itu bersifat revolusioner, sebelumnya partai itu bernama klub studi umum. Sukarno memimpin
partai itu hingga Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1000 orang.

Sukarno juga turut serta memprakarsai berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik


Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 1927. Pada 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar
tentang tanah air yang satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia.

Sementara itu Partai Nasional Indonesia (PNI) terus mendapat tekanan dari Belanda. Sukarno sebagai
pimpinan PNI karena aksi-aksi yang dengan radikal terhadap pemerintah Belanda, akhirnya ditangkap
dan diadili. Menjelang vonis pengadilan dijatuhkan, Sukarno sempat mengucapkan pidato pembelaan
untuk membakar semangat para pejuang. Pidato pembelaan itulah yang kemudian dibukukan dengan
judul: Indonesia Menggugat. Putusan pengadilan akhirnya menjatuhkan hukuman kurungan kepada
Sukarno.Selama Sukarno menjalani masa penahanannya PNI pecah menjadi dua, Partai Indonesia
(Pertindo) dan Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Sukarno masuk dalam Partai Indonesia
dan PNI Baru dipimpin oleh Mohammad Hatta dan Sjahrir.

Sukarno dengan ide-ide nasionalisme itu memang terus diawasi. Selepas dari Penjara Sukamiskin
kemudian diasingkan ke Ende, Flores , Nusa Tenggara Timur. Ia ditempatkan di sebuah rumah (konon
rumah ini milik Haji Abdullah). Bersama keluarganya, Sukarno selama empat tahun (1934-1938)
diisolasi dijauhkan dari dinamika perjuangan kebangsaan.

Sementara Sukarno dan beberapa tokoh lain ditahan, organisasi pergearkan untuk menentang
Belanda terus berjalan. Kelompok yang beraliran Marxis mendirikan Gerakan Rakjat Indonesia
(Gerindo) di bawah kepemimpinan Amir Sjarifuddin dan A.K. Gani. Partai ini cenderung
menampakkan faham fasisme internasional.Sementara Sukarno dan beberapa tokoh lain ditahan,
organisasi pergearkan untuk menentang Belanda terus berjalan.Sementara itu Gabungan Politik
Indonesia (GAPI) didirikan pada tahun 1939. Tokoh pendiri GAPI adalah Muhammad Husni Thamrin.
Dalam gabungan itu, Gerindo berada dalam satu arah dengan Parindra yang dipimpin oleh
Thamrindan sebelumnya oleh Sutomo. Parindra adalah partai politik Indonesia yang paling
berpengaruh di Hindia, karena keberhasilannya dalam pemilihan di volksraad. Thamrin kemudian
memimpin front Indonesia bersatu di dalam Volksraad yang disebut Fraksi Nasional.

Sejarah Indonesia 27
3. Perjuangan di Volksraad
Pada akhir tahun 1929, pimpinan PNI ditangkap. Untuk melanjutkan perjuangan maka
dibentuklah fraksi baru dalam volksraadyang bernama Fraksi Nasional, pada Januari 1930 di Jakarta.
Fraksi itu diketua oleh Muhammad Husni Tramrin yang beranggotakan sepuluh orang yang berasal
dari Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Tujuan organisasi itu adalah menjamin kemerdekaan Indonesia
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

a. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Partai Indonesia Raya didirikan


di Solo pada Desember 1935.
Partai ini merupakan
gabungan dari dua organisasi
yang berfusi yaitu BU dan PBI.
Sebagai ketuanya dipilih dr.
Sutomo. Tujuan partai adalah
mencapai Indonesia Raya dan
mulia yang hakekatnya
mencapai Indonesia merdeka.

Di Jawa anggota Parindra


banyak berasal dari petani,
mereka kemudian disebut
dengan kaum kromo. Di daerah
lain masuk kaum Betawi, Serikat Sumatera, dan Sarikat Selebes. Partai ini adalah yang mengajukan
petisi Sutardjo yang ditandatangani oleh Sutardjo, penandatanganan pertama, yang
lainnya I.J.Kasimo.dr. Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung, Kwo Kwat tiong, dan Alatas.

b. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Kegagalan Petisi Sutardjo mendorong gagasan untuk menggabungan organisasi politik dalam suatu
bentuk federasi. Gabungan Politik Indonesia (GAPI) itu diketuai oleh Muh. Husni Thamrin. Pimpinan
lainnya adalah Mr. Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosuyoso. Alasan lain dibentuknya GAPI
adalah adanya situasi internasional akibat meningkatnya pengaruh fasisme. Kemenangan dan
kemajuan yang diperoleh negara fasis yaitu,

Jepang, Jerman, Italia tidak menggembirakan Indonesia. Karena itu pers Indonesia menyerukan untuk
menyusun kembali baris dalam suatu wadah persatuan berupa konsentrasi nasional.

Sejarah Indonesia 28
Pada 21 Mei
1939, dalam
rapat pendirian
konsentrasi
nasional di
Jakarta berhasil
didirikan suatu
organisasi yang
merupakan
kerjasama partai
politik nasional di
Jakarta yang
diberi nama
Gabungan Partai Politik Indonesia (GAPI).

Untuk mencapai tujuannya GAPI membentuk Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Pada Agustus 1940,
saat negeri Belanda dikuasai Jerman dan Indonesia dinyatakan dalam darurat perang, GAPI kembali
mengeluarkan resolusi yang menuntut diadakannya perubahan ketatanegaraan di Indonesia dengan
menggunakan hukum tata negara dalam masa genting.

Pada 14 September 1940 dibentuk Commissietot besudeering van staatsrechtelijke Hervormigen.


Komisi itu dikenal dengan komisi Visman, karena diketuai oleh D. Visman.

Pertemuan wakil GAPI dengan komisi Visman pada 14 Februari 1941 di Gedung Raad van Indie, di
Jakarta tidak menghasilkan hal baru. Pertemuan itu hanya menambahkan kekecewaan pada kalangan
pergerakan sehingga ada anggapan GAPI tidak radikal lagi.

Sejarah Indonesia 29
4. Masa Berakhirnya Pemerintahan Kolonial
Menjelang berakhirnya masa pemerintahan kolonial, berbagai bentuk pergerakan nasional dapat
dikontrol oleh pemerintah kolonial. Masuknya bumiputera sebagai anggota Volksraad bukan berarti
kaum bumiputera diberi hak penuh untuk menyarakan pendapatnya dalan Volksraad.

Selama masa 1920-an, Politik Etis mulai kehilangan prinsip-prinsip asosiasinya. Politik Etis kemudian
dipandang sebagai tugas kemakmuran yang tetap berjalan dalam pengamanan masyarakat Indonesia.
Pada akhir 1920-an, pergerakan yang dilakukan kaum terpelajar mengarah pada nasionalisme sebagai
arahan politiknya. Berbeda dengan bentuk-bentuk pergerakan lama yang didasari pada ideologi Pan-
islamisme dan komunisme. Hal itu terlihat pada gerakan-gerakan mereka di bidang sosial dan
ekonomi. Pada 1930-an pikiran-pikiran asosiasi dilahirkan kembali seperti yang disebut dengan
Gerakan Stuw yang dilakukan oleh pegawai-pegawai kolonial yang progresif dan berusia muda, hal itu
tidak juga memperbaiki kemerosotan rencana-rencana pemerintah kolonial, sampai akhirnya
datangnya Jepang.

Kesimpulan

Pada saat itu para pelajar dan pemuda terdidik itu mempunyai pandangan dengan cara tersendiri
terhadap dunia mereka. Cara pandangan baru itulah yang membuka wawasan dan politik modern
yang menjadi cikal bakal pergerakan bangsa dan tumbuhnya nasionalisme saat itu. Hal itu ditandai
dengan munculnya berbagai organisasi pergerakan baik lokal maupun nasional. Berbagai organisasi
itu misalnya Sarekat Prijaji, Sarekat Dagang Islam, dan National-Indische Partij, di Jawa ada organisasi
pemuda Budi Utomo, Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Munculnya organisasi pemuda itu
mendorong pemuda-pemuda dari suku bangsa lain itu juga mendirikan organisasi kepemudaan
seperti Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Minahasa.

Kita sebagai generasi muda harus mempunyai semangat yang tinggi seperti pemuda-pemuda pada
zaman Belanda, yaitu semangat dalam belajar. Kita juga tidak boleh melupakan perjuangan mereka,
kita bisa memperingati peristiwa sumpah pemuda setiap tanggal 28 oktober untuk menghormati
perjuangan para pemuda pada zaman dulu. Sehingga kita dapat membangun jati diri bangsa
Indonesia.

Sejarah Indonesia 30
DAFTAR PUSTAKA

Mashud, Membangun jati diri bangsa indonesia. 27 Agustus 2015.

http://www.slideshare.net/mashud94jkt/membangun-jati-diri-bangsa-indonesia

http://myriot99.blogspot.co.id/2015/02/kolonialisme-dan-imperalisme-barat-di.html

http://mutiarabiru147.blogspot.co.id/2014/09/rangkuman-perlawanan-melawan.html

Sejarah Indonesia 31

Вам также может понравиться