Вы находитесь на странице: 1из 9

FASE-FASE TEKTONIK PEMBENTUK RUANG MINERALISASI EMAS

DI DAERAH SELOGIRI WONOGIRI

Tectonic phases of gold mineralisation


In selogiri- wonogiri area

Asmoro Widagdo
Program Studi Teknik Geologi Unsoed Purwokerto

ABSTRACT
Metallic mineral deposits in Tumbu Hill and the surrounding area of Selogiri, Wonogiri Regency in Central
Java Province formed relate to some process of tectonism. The metallic mineral deposits in this area are the
result of epithermal processes, filling previously existing fractures. This fracture system is closely related to
structures that are the result of regional tectonic phases. Veins in the research area strike in many different
directions and each has distinct metallic content from the others. This research utilizes the knowledge of
result of magmatism process and also regional tectonic phases which formed the fractures where the veins
are located and relationship with veins direction that have potential metallic content especially gold and silver.
Metallic minerals type that form in research area is magnetite, chalcopyrite, sphalerite, ilmenites, galena,
pyrit, acantite, covelite, bornite, calcosite and gold. Mineral veins located in study area precipitated within
fractures that formed as a result of extensional tectonic events. There is evidence of 4 separate phases of
extension having occurred in the research area. The first phase of extension is characterized by a minimum
stress of (3): 21o / N 308o E. The second phase of extension is characterized by a minimum stress of (3):
1o / N 293o E. The third phase of extension is characterized by a minimum stress of (3): 3o / N 207o E. The
last phase of extension is characterized by a minimum stress of (3): 3o / N 354o E. Based on chemical
analysis, the general direction for veins that contain the most potential for gold and silver ores is associated
with a North-South fracture orientation, resultant from the second phase of extension.

PENDAHULUAN arah-arah mana saja yang berpotensi


mengandung emas.
Daerah penelitian khususnya dan
Jawa secara lebih luas merupakan bagian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
tengah Busur Sunda-Banda. Daerah penelitian untuk :
berada di wilayah Kecamatan Selogiri - 1. Mengetahui arah-arah retakan tertentu
Wonogiri. Secara fisiografi daerah penelitian
sebagai cebakan mineral emas.
terletak dalam kawasan pegunungan selatan
Jawa Tengah. 2. Mengetahui arah gaya dari fase tektonik
yang telah terjadi sebagai pembentuk
Retakan-retakan batuan sebagai
struktur retakan batuan.
ruang yang memungkinkan dijumpainya emas
di daerah Selogiri-Wonogiri hadir dalam Diketahuinya hubungan antara tektonik
berbagai arah. Alur-alur retakan yang dengan arah sebaran cebakan mineral logam
kemungkinan terisi emas yang arahnya terutama emas diharapkan akan diperoleh
bervariasi ini, terbentuk pada fase-fase yang beberapa keuntungan diantaranya secara
berbeda. Retakan ini juga terisi mineral logam keilmuan akan dapat diketahui arah-arah gaya
dari fase yang berbeda, sehingga terjadi pembentuk retakan batuan sebagai ruang
perbedaan kandungan dan jenis mineral yang pembentukan emas, fase-fase pembentukan
ada. emas, nilai ekonomis masing-masing fase
pembentukan mineral; serta bagi masyarakat
Proses penambangan emas yang
di daerah penelitian, mereka dapat
dilakukan oleh para penambang tidak dapat
membedakan cebakan emas yang ekonomis
dilakukan sembarangan. Hal ini disebabkan
dan yang tidak ekonomis, sehingga dapat
tidak semua arah cebakan mineral
mempermudah penambangan yang mereka
mengandung emas. Untuk itu perlu ditentukan
lakukan, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan mereka.

Dinamika Rekayasa Vol. 4 No. 1 Februari 2008


ISSN 1858-3075
Asmoro Widagdo
Fase-Fase Tektonik Pembentuk Ruang Mineralisasi Emas
Di Daerah Selogiri Wonogiri :23- 29

Gambar 1. Peta geologi regional daerah Selogiri dan sekitarnya.


(Surono et al., 1992 dan Toha et al., 1994).

METODE PENELITIAN primer yang dihasilkan dalam penelitian ini


diantaranya :
Penelitian menggunakan metode survey untuk
mengumpulan data primer , selanjutnya 1. Analisis peta topografi dan citra. Analisis ini
dilakukan analisa terhadap data tersebut. Data menghasilkan urutan kejadian
pembentukan retakan batuan dilapangan.

23
Dinamika Rekayasa Vol. 4 No. 1 Februari 2008
ISSN 1858-3075

Hubungan ini ditentukan dengan hukum proyeksi bola atau proyeksi bidang datar 2
saling potong memotong. Struktur retakan dimensi. Melalui penggambaran kedudukan
batuan yang terpotong oleh struktur lain kedudukan bidang-bidang retakan yang
akan selalu merupakan struktur yang lebih terbentuk dapat ditentukan arah-arah gaya
tua sedangkan struktur yang memotong utama pembentuknya. Melalui analisis ini
akan merupakan struktur yang terbentuk dapat ditentukan arah gaya utama
kemudian (lebih muda). pembentuknya. Beberapa arah gaya dapat
dihasilkan dari arah retakan yang sangat
2. Penelitian lapangan, berupa pemetaan
bervariasi. Hal ini kemudian dihubungkan
geologi, terutama data struktur dan
dengan hasil analisis peta topografi atau
endapan mineral. Pengukuran sesar
citra yang dapat ditentukan hubungan
dilakukan dengan mengukur arah dan
saling potong-memotong antar berbagai
kemiringan bidang sesar serta sudut pitch
arah sruktur di lapangan. Dengan demikian
gores-garis yang terbentuk. Data endapan
urutan arah gaya pembentuknya dapat pula
mineral meliputi strike, dip dan ketebalan
ditentukan.
urat.
7. Analisis mineragrafi, dilakukan terhadap
3. Analisis petrografi, dilakukan pada
beberapa urat untuk mengetahui kehadiran
beberapa conto batuan segar guna
dan paragenesa (urutan pembentukan)
penamaan batuan samping yang
mineral emas.
mendukung penentuan sebaran litologi
pada peta geologi, serta guna mengetahui 8. Analisis kimia unsur logam dengan
kandungan mineral sekundernya guna menggunakan AAS dilakukan terhadap 6
mengetahui jenis ubahan yang terjadi. arah urat untuk mengetahui kandungan
logam emas yang terdapat dalam urat
4. Analisis gores-garis guna menentukan arah
tertentu.
tegasan gaya utama (1), menengah (2)
dan terlemah ( 3) serta fase-fase
tektoniknya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5. Retakan batuan terjadi di alam bila terdapat
Geologi daerah penelitian
gaya yang mengenainya. Retakan batuan
dapat terbentuk karena gaya Stratigrafi daerah penelitian dari tertua
tekan/kompresif maupun karena gaya hingga termuda berturut-turut adalah satuan
tarikan. Retakan batuan karena gaya tekan batupasir, breksi andesit, mikrodiorit piroksin,
umumnya terbentuk bersilangan andesit piroksin dan andesit hornblende.
membentuk seperti huruf X. Retakan Satuan batupasir merupakan bagian dari
batuan ini memiliki arah tertentu yang Formasi Kebo-Butak. Satuan breksi andesit
membentuk sudut sekitar 30o terhadap merupakan bagian dari Formasi Nglanggran.
gaya yang membentuknya. Dapat diambil Satuan mikrodiorit piroksin berkembang
contoh gaya dari arah utara (0o) akan sebagai batuan intrusi tertua. Satuan intrusi
menghasilkan retakan dengan arah andesit piroksin hadir kemudian setelah intrusi
baratlaut-tenggara dan timurlaut baratdaya. mikrodiorit. kehadiran intrusi andesit ini
Retakan ekstensif/tarikan terbentuk dengan memisahkan satuan batuan mikrodiorit
arah retakan searah ataupun tegaklurus menjadi dua bagian di utara dan selatan.
dengan gaya pembentukannnya. Retakan Batuan intrusi termuda yaitu Satuan andesit
ini dilapangan dapat telah mengalami horblende hadir menerobos semua satuan
pergerakan maupun belum bergeser dari batuan Tersier yang ada. Gambaran geologi
kedudukan awalnya. Retakan yang telah daerah penelitian disajikan pada Gambar 2.
mengalami pergeseran akan meninggalkan Struktur yang dijumpai di daerah
rekaman pergerakan tertentu. Rekaman penelitian berupa sesar dan kekar. Struktur
pergerakan ini memiliki arah yang tertentu sesar yang dijumpai berupa sesar-sesar
pula. Retakan-retakan batuan ini diukur normal berarah baratdaya-timurlaut, utara-
kedudukan strike, dip dan arah gores selatan, baratlaut-tenggara dan sesar normal
garisnya. berarah barat-timur. Struktur ini sebagai media
6. Hasil pengukuran arah-arah pergerakan bagi pengaliran dan pengendapan mineral
batuan ini kemudian dianalisis dengan logam di daerah penelitian. Struktur sesar
memproyeksikan kedudukannya dalam mendatar yang dijumpai berupa sesar

24
Asmoro Widagdo
Fase-Fase Tektonik Pembentuk Ruang Mineralisasi Emas
Di Daerah Selogiri Wonogiri :23- 29

mendatar mengiri berarah baratdaya-timurlaut mineral pirit, kalkopirit, sfalerit, galena, bornit
dan sesar mendatar menganan berarah dan malasit. Disamping dalam bentuk urat,
baratlaut-tenggara. mineral-mineral tersebut kadang juga tampak
hadir tersebar secara halus dalam batuan
Mineralisasi
samping tempat celah batuan terbentuk
Secara megaskopis di dalam urat (disseminated).
kuarsa dapat diamati keberadaan mineral-

074727LS 1105200 BT 1105230 BT 1105300 BT 1105330 BT


074730LS

074730LS
N

G. TENONGAN
Geritan
G. TUMBU Piti Bulu
Randu
Ceperan
Sukamerta Nglenggong
F
074800LS

074800LS
Ngelo
Janggleng Ngalihan

Kali Telu
All

Bulak Rejo Keloran


Tulakan Kernen
074830LS

074830LS
Guli Kalipuru

Ngembang
1105141BT

1105331BT
Melikan

074848LS 1105200 BT 1105230 BT 1105300 BT 1105330 BT

Penampang geologi :

Keterangan
A B Arah penampang geologi
Endapan aluvial Sesar mendatar menganan
Lokasi penambangan emas A: Bagian menjauh
AnH Satuan andesit hornblende (masih/pernah beroperasi) A B B: Bagian mendekat
AnP Satuan andesit piroksin Arah urat Sesar mendatar mengiri
Mdi Satuan mikrodiorit piroksin Sesar mendatar menganan A: Bagian mendekat
A B B: Bagian menjauh
Brk Satuan breksi andesit Sesar mendatar mengiri
A Penampang sesar normal
Sesar normal (Normal fault)
A B A: Hanging wall
Satuan batupasir T : Bagian turun; N : Bagian naik
B B: Foot wall
A : Jalur sesar pasti; B : Terpendam

Gambar 1. Peta geologi2.


Gambar daerah Gunung daerah
Peta geologi Tumbu dan sekitarnya, Selogiri-Wonogiri
Selogiri-wonogiri

25
Dinamika Rekayasa Vol. 4 No. 1 Februari 2008
ISSN 1858-3075

Berdasarkan hasil analisis mineragrafi, (FeTiO3), magnetit (Fe3O4) dan sejumlah kecil
berbagai jenis mineral logam yang dijumpai emas (Au). Besarnya persentase kehadiran
dari beberapa conto diantaranya adalah: pirit mineral-mineral logam ini di sajikan dalam
(FeS2), galena (PbS), kalkopirit (CuFeS2), tabel 1, sedangkan urutan pembentukannya
sfalerit (ZnFe)S, kovelit (CuS), kalkosit (CU2S), (paragenesa) disajikan pada tabel 2.
Acantit (AgS), Bornit (Cu5FeS4), ilmenit

Tabel1. Kehadiran mineral logam berdasarkan hasil analisis mineragrafi


Persentase kandungan mineral
pada beberapa arah urat
Jenis
Mineral Geritan Barat Geritan Timur Piti utara
Geran Selatan
logam (N 330-340o (N 180-195o (N 10-17 o
o (N 40-50o E/87o o
E/89 NE) E/80 W) E/
SE)
73 o E)
Magnetit 20 % 10 % 13 % 10 %
Kalkopirit -- -- 3% 5%
Sfalerit -- 25 % 5% 10 %
Ilmenit 30 % 20 % 10 % 15 %
Galena -- 35 % -- 20 %
Pirit 45 % 10 % 45 % 35 %
Akantit -- -- 7% --
Kovelit -- -- 12 % --
Bornit -- -- 5% --
Kalkosit 5% -- -- 5%
Emas -- -- hadir --

Tabel 2. Rangkuman hasil analisis mineragrafi

Tahap pembentukan
Jenis I III
II
mineral logam o
200-250 C
o
150-200 C 100-150oC
Magnetit
Kalkopirit
Emas
Sfalerit
Ilmenit
Galena
Pirit
Acantit
Covelit
Bornit
Kalkosit

26
Asmoro Widagdo
Fase-Fase Tektonik Pembentuk Ruang Mineralisasi Emas
Di Daerah Selogiri Wonogiri :23- 29

Berdasarkan hasil analisis kimia unsur logam emas dan perak yang potensial. Kandungan
serta analisis mineragrafi menunjukkan bahwa logam dalam arah urat ini relatif tinggi bila
urat pengisi rekahan berarah utara-selatan di dibandingkan tubuh urat lainnya, seperti
daerah penelitian memiliki kandungan unsur nampak disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis kimia logam dari beberapa urat (Satuan dalam ppm)
Komposisi kimia unsur logam
Lokasi serta jurus dan
No. Au Ag Cu Pb Zn
kemiringan urat
emas perak tembaga timbal seng
1 Geritan Barat
---- ---- 100 63 32
(N 330-340o E)
2 Geran Selatan
---- 350 8.200 ---- 20.300
(N 40-50o E)
3 Geritan Timur
204 411 57.797 2.311 22.356
(N 180-195o E)
4 Jangglengan
5,2 29 330 1.130 170
(N 180-185o E)
5 Mlati / Blalit
2,4 25 330 1.330 2.480
(N 190-195o E)
6 Bulak rejo
9,8 64 100 1.010 690
(N 280-290 o E)

Analisis Struktur Geologi dalam rangkaian even-even tektonik sebagai


berikut:
Analisis fase-fase tektonik dilakukan
dengan menggunakan program failes dari data 1. Fase 1: ekstensi I
gores-garis. Data-data primer dari lapangan ini
Fase ekstensi I dengan arah gaya tegasan
berupa kedudukan bidang sesar (strike dan
utama minimum (3) berarah 21o / N 308o
dip), sudut pitch, azimut arah gores-garis serta
E. Arah gaya utama minimum ini
jenis pergerakan sesar yang terjadi.
menghasilkan rekahan-rekahan berarah
Pengolahan data gores-garis ini bertujuan
baratdaya-timurlaut. Fase ekstensi I
untuk menentukan fase-fase serta arah gaya
berarah gaya relatif baratlaut-tenggara ini
dari tektonik pembentuk struktur sebagai
juga berperanan sebagai pembentuk sesar
kekuatan yang bertanggungjawab terhadap
normal berarah relatif timurlaut-baratdaya.
pembentuk rekahan batuan. Rekaman dari
rekahan batuan (fractures) tersebut kini Urat-urat berarah baratdaya-timurlaut yang
dijumpai sebagai bentuk urat atau uratan berkembang di daerah penelitian
sebagai cebakan mineral. berasosiasi dengan produk struktur
ekstensi pertama ini.
Terciptanya kehadiran rekahan
batuan sebagai ruang pengendapan bagi 2. Fase 2: ekstensi II
berbagai mineral logam berhubungan dengan Fase ekstensi II dengan arah gaya tegasan
fase-fase ekstensi yang terjadi. Fase-fase utama minimum (3) berarah 1o / N 293o E.
ekstensi ini telah menciptakan ruang terbuka Fase ekstensi II berarah gaya relatif barat-
yang memungkinkan bagi pengaliran serta timur ini berperanan sebagai pembentuk
pengendapan larutan hidrotermal. struktur sesar normal utama berarah relatif
Urutan kehadiran fase-fase tektonik utara-selatan.
ekstensi serta arah-arah gaya pembentukan Fase ekstensi ini menghasilkan urat-urat
struktur yang dihasilkan dari analisa data berarah relative utara selatan. Urat-urat
gores-garis didukung oleh hasil interpretasi berarah ini merupakan urat dominan yang
citra dan observasi lapangan, dapat disusun hadir di daerah penelitian. Mineralisasi

27
Dinamika Rekayasa Vol. 4 No. 1 Februari 2008
ISSN 1858-3075

yang mengisi rekahan batuan hasil ekstensi Fase tektonik terakhir yang terjadi adalah
kedua ini pun menunjukkan kandungan fase ekstensi IV. Fase ini terbentuk
logam yang paling potensial. dengan gaya tegasan utama minimum (3)
berarah 3o / N 354o E. Fase ekstensi IV
3. Fase 3: ekstensi III
berarah gaya relatif utara-selatan ini
Fase ekstensi III dengan arah gaya memegang peranan sebagai pembentuk
tegasan utama minimum (3) berarah 3o / struktur sesar normal dan urat-urtat berarah
N 207o E. Fase ekstensi III berarah gaya relatif barat-timur.
relatif baratdaya-timurlaut ini berperanan
Hasil analisis data gores-garis di
sebagai pembentuk struktur sesar normal
menunjukkan adanya arah-arah gaya tegasan
utama dan urat-urat berarah relatif
utama terbesar (1) yang relatif vertikal serta
baratlaut-tenggara
arah gaya tegasan utama menengah dan
4. Fase 4: ekstensi IV terlemah (2 dan 3) yang relatif horizontal.

SATUAN BATUAN POSISI POTENSI PENGISI/URAT


UMUR FASE TEKTONIK HASIL CEBAKAN
DI DAERAH SELOGIRI DATA (Berdasar data hasil
EKSTENSI
GORES-GARIS analisis kimia)

Endapan aluvial
o o
Rekahan batuan Urat N 290E/72 dengan kandungan
ekstensional berarah (ppm) Au: 9,8; Ag: 64; Cu: 100;
barat-timur sebagian Pb: 1.010 dan Zn: 690.
berkembang menjadi
sesar-sesar normal.

Ekstensi IV
3o / N3 54o E
Post-andesit, n=10 data
Satuan breksi
andesit
o o
Rekahan batuan Urat N 330-340E/89 dengan kan-
ekstensional berarah dungan (ppm) Au: - ; Ag: - ; Cu: 100;
baratlaut-tenggara Pb: 63; Zn: 32.
yang berupa rekahan
yang terbuka dan se-
Ekstensi III
bagian berkembang
3o / N2 07o E menjadi sesar-sesar
Data gores-garis Post-andesit, n= 5 data normal.
pada batuan An-
desit hornblende :
G : 23.

o o
Rekahan batuan Urat N 180-195E/80 dengan kan-
ekstensional berarah dungan (ppm) Au: 204; Ag: 401;
Ekstensi II utara-selatan yang Cu: 57.797; Pb: 2.311; Zn: 22.356.
o o
berupa kekar-kekar Urat N 180-185E/85 dengan kandu-
1o / N2 9 3E
o

yang terbuka dan ngan (ppm) Au: 5,2; Ag: 29; Cu: 330;
Post-andesit, n= 36 data Pb: 1.130 dan Zn: 170.
dapat berkembang o o
Urat N 190-195E/85 dengan kandu-
menjadi sesar-sesar
ngan (ppm) Au: 2,4; Ag: 25; Cu: 330;
normal utara-selatan. Pb: 1.330 dan Zn: 2.480 ppm
Rekahan batuan
Data gores-garis
ekstensional berarah
pada batuan
timurlaut-baratdaya
Andesit piroksin :
Ekstensi I berupa rekahan o o
Urat N 40-50E/87 dengan kandu-
G : 1, 2, 3, 15, o o
21 / N 3 0 8E terbuka berkembang ngan (ppm) Au: - ; Ag: 350;
16, 17, 18,
Post-andesit, n= 6 data menjadi sesar-sesar Cu: 8.200; Pb: - ; Zn: 2.300.
19,20, 21, 22,
normal.
24, 25, 26, 27.

Data gores-garis
pada batuan Mi-
krodiorit piroksin :
G : 4,5, 6, 7, 8,
9,10,11,12,
13,14,30,31,
32,33.
Batu-
pasir

Data gores-garis
pada Batupasir :
G : 28,29,34.

Gambar 3. Kolom tektonostratigrafi daerah penelitian


Gambar 4. Kolom tektonostratigrafi daerah penelitian.

28
Asmoro Widagdo
Fase-Fase Tektonik Pembentuk Ruang Mineralisasi Emas
Di Daerah Selogiri Wonogiri :23- 29

KESIMPULAN Kecamatan Selogiri, Kabupaten


Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah,
Kesimpulan yang dihasilkan dari
Proceeding Pertemuan Ilmiah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
tahunan XVII IAGI, Ikatan Ahli
1. Mineral logam yang hadir pirit, kalkopirit, Geologi Indonesia, Jakarta, h 865-
galena, sfalerit, magnetit, ilmenit, emas, 869.
acantit, bornit, dan kalkosit.
Purnomo, J., dan Purwoko, 1994, Kerangka
2. Terdapat empat fase tektonik ekstensif Tektonik dan Stratigrafi Pulau
yang telah terjadi di daerah penelitian. Jawa Secara Regional dan
3. Cebakan dengan kandungan logam Kaitannya dengan Potensi
potensial dihasilkan oleh fase ekstensi II, Hidrokarbon, Proceedings Geologi
yang menghasilkan urat-urat berarah utara- dan Geoteknik Pulau Jawa Sejak
selatan. Akhir Mesozoik hingga Kuarter,
Jurusan Teknik Geologi FT. UGM,
H. 253-274.
DAFTAR PUSTAKA Soe, M.T., 2005, Geology and Gold-Copper
Carlile, J.C., Mitchell, A.H.G., 1994, Magmatic Mineralization at Selogiri Area
Arcs and Associated Gold and Wonogiri, Central Java, Indonesia,
Copper Mineralization in Indonesia, Thesis, Universitas Gadjah Mada,
dalam: Van Leuween,T.M., (tidak dipublikasikan).
Hedenquist, J.W., James, L.P., and Sudarno, 1997, Kendali Textonic terhadap
Dow,J.A.S. (editors) 1994, Journal Pembentukan Struktur pada
of geochemical exploration, Vol. Batuan Paleogen dan Neogen di
50, Elsevier Science Publishers Pegunungan Selatan, Daerah
B.V., Amsterdam, h. 91-142. Istimewa Yogyakarta dan
Cox, S.F., 1999, Deformational Controls on the Sekitarnya, Thesis Magister, ITB,
Dynamics of Fluid Flow in Bandung, 169 h. (Tidak
Mesothermal Gold Systems, dipublikasikan).
dalam: McCaffrey, K.J.W., Suprapto, 1998, Model Endapan Emas
Lonergan, L. and Wilkinson, J.J., Epitermal Daerah Nglenggong,
1999, Fractures, Fluid Flow and Kecamatan Selogiri, Kabupaten
Mineralization, Geological Society, Wonogiri, Jawa Tengah, Thesis S-
London, Special Publications 155. 2, Program Studi Rekayasa
hal. 123-140. Pertambangan, Fakultas Pasca
Hartono, G., 2000, Studi Gunung Api Tersier: Sarjana ITB, 64 h. (Tidak
Sebaran Pusat Erupsi dan dipublikasikan).
Petrografi di Pegunungan Selatan Surono, Toha, B., Sudarno dan Wiryosujono,
Yogyakarta, Tesis Magister, Institut 1992, Geologi Lembar Surakarta-
Teknologi Bandung, 168 h. (tidak Giritontro Jawa Tengah, Pusat
dipublikasikan). Penelitian dan Pengembangan
Prasetyanto, I.W., Widodo, Djoko Wintolo, Geologi, Bandung, skala
1997, Mineralisasi Logam Mulia di 1:100.000, 1 lembar.

29

Вам также может понравиться