Вы находитесь на странице: 1из 28

SMF/ Lab Obstetri dan Ginekologi Laporan Kasus

Fakultas

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh:

dr. Lita Novia Anggraini

Pembimbing:

dr. Agung, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Internship

RSUD Kudungga Sangatta

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini
biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada
badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai morning sickness. Istilah ini
sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah
sepanjang hari.1
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau
menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3
kg atau 5% berat badan.1
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9
sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12
sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai
ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus
ditata laksana dengan rawat inap. Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian,
tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum
dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus
dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat
merasa ingin melakukan terminasi kehamilan.2
BAB II

LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada 27 Oktober 2016 pukul 10.00 wita
di ruang nifas Ruby RSUD Kudungga Sangatta

Anamnesis:

Identitas pasien:

Nama : Ny. M

Umur : 28 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku : Banjar

Alamat : Jl. Pendidikan

Masuk RS (MRS) : 27 Oktober 2016

Identitas suami:

Nama : Tn. N

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta
Suku : Kutai

Alamat : Jl. Pendidikan

Keluhan Utama:

Muntah - muntah

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluhkan muntah muntah lebih dari 10 kali dalam satu hari sejak 4
minggu pada awal kehamilan hingga saat ini. Banyak muntah sekitar 600cc, berwarna putih
berisi makanan dan air yang dimakan. Keluhan ini dirasakan semakin berat sejak 1 hari
sebelum masuk RS keluhan muntah muntah 15 kali, pasien mengeluhkan badanya lemas
dan tidak dapat bangun dari tempat tidur dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari.
Pasien dan suami mengetahui bahwa sedang hamil dan mereka menginginkan kehamilan ini.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat Haid:

- Menarche usia 12 tahun


- Siklus teratur setiap 28 hari
- Lama haid 7 hari
- Hari Pertama Haid Terakhir : 10 Agustus 2016
- Taksiran Persalinan : 17 Mei 2017
Riwayat Perkawinan:

Perkawinan yang pertama, kawin pertama usia 22 tahun, lama menikah 7 tahunz.

Riwayat Obstetrik:

2009/ aterm/ spontan/ RS/ Bidan/ 2600 gram/ perempuan/ Hidup

Hamil ini

Ante Natal Care:

Selama kehamilan ini pasien rutin memeriksakan kandungan.

Kontrasepsi:

Menggunakan pil KB sejak 2 tahun terakhir.

Pemeriksaan fisik:

1. Berat badan 45 kg, tinggi badan 150 cm


2. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
3. Kesadaran : Composmentis, GCS : E4V5M6
4. Tanda vital:
Tekanan darah : 140/80 mmHg

Frekuensi nadi : 76 x/menit

Frekuensi napas : 24 x/menit

Suhu : 36,6C

5. Status generalis:
Kepala : normochepali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)

Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax:

Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)


Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)

Ekstremitas : Atas: akral hangat


Bawah: edema tungkai (-/-), varices (-/-), refleks patella (+/+)

Status Ginekologi:
1. Inspeksi : flat, striae gravidarum (+)
2. Palpasi :
a. Leopold I : -
b. Leopold II : -
c. Leopold III: -
d. Leopold IV: -
e. Taksiran Berat Janin (TBJ) : -
f. HIS :-
3. Auskultasi :-
4. Pemeriksaan Dalam : v/v normal

Pemeriksaan Tambahan:

Laboratorium Darah Lengkap

a. Leukosit : 9.700 /mm3


b. Hb : 11,9 gr/dl
c. HCT : 35,3%
d. Trombosit : 186.000 / mm3
e. BT : 3 menit
f. CT : 9 menit
g. Gula darah sewaktu (GDS) : 84 mg/dl
h. Ureum : 20,4 gr/dl
i. Creatinin : 0,5 gr/dl
j. HbsAg : Non Reaktif
k. 112 : Non Reaktif
l. PP test : (+)

Diagnosis kerja:

G2P1A0 + gravid 10-11 minggu + Hiperemesis gravidarum

Penatalaksanaan:

IVFD RL : D5% 1 : 1 20 Tpm

Drip NB 5000 1x1

Ondancentron IV 3x1

Ranitidin IV 2x1

Cefadroxil tab 500 mg 2x1

Rencana USG

Follow up:

No Tanggal Follow up Lab

1 27-10-2016 Menerima pasien baru dari IGD, dengan Leukosit: 9.700 /mm3
diagnosa GIP0A0 + gravid 10-11 minggu +
Hb : 11,9 gr/dl
Hiperemesis Gravidarum.
HCT : 35,3%
S: mual muntah 5x sebelum masuk RS,
muntah berisi makanan dan air. Trombosit:186.000/mm3

O: CM, GCS 15 E4M5V6. Tekanan darah


140/80 mmHg, Nadi : 76 kali/menit, RR : 24 BT : 3 menit
kali/menit
CT : 9 menit
A: G2P1A0 + gravid 10-11 minggu +
GDS : 84 mg/dl
Hiperemesis Gravidarum.
Ureum : 20,4 gr/dl
P: konsul dr. Sp.OG advice :
Creatinin : 0,5 gr/dl
IVFD RL : D5% 1 : 1 20 Tpm
HbsAg : Non Reaktif
Drip NB 5000 1x1
112: Non Reaktif
Ondancentron IV 3x1
PP test : (+)
Ranitidin IV 2x1

Cefadroxil tab 500 mg 2x1

Rencana USG

2 28-10-2016 S: mual muntah (+)

O: CM, GCS 15 E4M5V6. Tekanan darah


100/70 mmHg, Nadi : 83 kali/menit, RR : 21
kali/menit, Suhu : 36,60C

A: G2P1A0 + gravid 10-11 minggu +


Hiperemesis Gravidarum.

P: IVFD RL : D5% 1 : 1 20 Tpm

Drip NB 5000 1x1

Ondancentron IV 3x1

Ranitidin IV 2x1

Cefadroxil tab 500 mg 2x1

Rencana USG

3 29-10-2016 S: Mual (+), muntah 1x berisi makanan,


lemas (+)

O: CM, GCS 15 E4M5V6. Tekanan darah


110/70 mmHg, Nadi : 88 kali/menit, RR : 20
kali/menit

A: G2P1A0 + gravid 10-11 minggu +


Hiperemesis Gravidarum.

P: IVFD RL : D5% 1 : 1 20 Tpm

Drip NB 5000 1x1

Ondancentron IV 3x1

Ranitidin IV 2x1

Cefadroxil tab 500 mg 2x1

Rencana USG

4 30-10-2016 S: Mual (+) , muntah (-), lemas (+) Hasil USG :

O: CM, GCS 15 E4M5V6. Tekanan darah Kehamilan tunggal, usia


110/70 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, RR : 20 kehamilan 12 13
kali/menit minggu + Hiperemesis
Gravidarum.
A: G2P1A0 + gravid 10-11 minggu +
Hiperemesis Gravidarum.

P: IVFD RL : D5% 1 : 1 20 Tpm

Drip NB 5000 1x1

Ondancentron IV 3x1

Ranitidin IV 2x1

Cefadroxil tab 500 mg 2x1

5 1-11-2016 S: Mual (-), muntah (-), lemas (-)


O: CM, GCS 15 E4M5V6. Tekanan darah
100/70 mmHg, Nadi : 88 kali/menit, RR : 20
kali/menit, hasil USG (+)

A: G2P1A0 + gravid 10-11 minggu +


Hiperemesis Gravidarum.

P: Pasien boleh pulang

Metoclopramide tab 3x1

Ranitidin tab 0-0-1

Vit. B6 tab 3x1


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat dalam
kehamilan dan sukar dikendalikan.1

2.2 Epidemiologi
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90%
dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi
gravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya
mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Mual dan
muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10
minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus
pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat
berlanjut melampaui 20-22 minggu. Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil.
J. Fitzgerald (1938-1953) melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen,
Skotlandia, menemukan bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko
untuk terjadinya hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56
wanita yang kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua
dan 7 dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga.5-6

2.3 Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil


penelitian yang dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis gravidarum di Canada diketahui
beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya
komplikasi dari kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainan gastrointestinal, dan
diabetes pregestasional. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik,
juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan
hiperemesis gravidarum antara lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya,
berat badan berlebih, kehamilan multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.1-4
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah sebagai
berikut 1-4 :
1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda, faktor hormon memegang peranan dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologis
Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang peranan yang cukup
penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum. Menurut Goodwin, dkk. (1994) dan
Van de Ven (1997), hiperemesis nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan
bertahap kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam serum.
Selain itu, pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait dengan faktor psikologis. Namun
adanya hubungan dengan serum positif terhadap Helicobacter pylori sebagai penyebab ulkus
peptikum tidak dapat dibuktikan oleh beberapa peneliti.1-4,7,8

2.4 Patofisiologi

Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila
terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan
refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detector muntah,
mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran
cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat
muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari
chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via
serebelum. Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui
nukleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi
retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan
pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V,
VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan
otot abdomen.1-4
Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih kontroversial.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis
dengan tertimbunya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah akan menyababkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan berkurang. Natrium dan khlorida
darah turun, demikian juga dengan klorida urine.
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan
tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak,
merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita.1-4
Etiologi dan patogenesis emesis dan hyperemesis gravidarum berkaitan erat dengan
etiologi dan pathogenesis mual dan muntah pada kehamilan. Penyebab pasti mual dan
muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi terdapat beberapa teori yang
mengajukan keterlibatan factor-faktor biologis, sosial dan psikologis. Faktor biologis yang
paling berperan adalah perubahan kadar hormon selama kehamilan. Menurut teori terbaru,
peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk
memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan muntah.3
Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki
kadar hCG lebih tinggi daripada perempuan hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah
yang lebih berat.3-5
Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara menghambat
motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung.4
Penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH) pada awal kehamilan juga
berhubungan dengan hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya belum jelas.4,5
Hiperemesis gravidarum merefleksikan perubahan hormonal yang lebih drastis dibandingkan
kehamilan biasa.
Gambar 1. Patofisiologi Mual dan Muntah pada Hiperemesis Gravidarum

2.5 Manifestasi Klinik

Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis


gravidarum belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah tersebut
sampai mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari
sudah dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut
berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:1-4
1. Tingkat I.
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit menurun, lidah
mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II.
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah mengering
dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus.
Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas
dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkat III.
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal
terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati.

2.6 Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang.1-4
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.
Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh
jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien seharihari. Selain itu dari anamnesis
juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya
hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat
penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor
serebri).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan
abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah, tes
fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat
dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis
gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi
infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan
berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.
Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun
mola hidatidosa.
Tabel 1. Definisi-Definisi Mual dan Muntah dalam Kehamilan

Emesis gravidarum Hiperemesis gravidarum

Mual dan muntah dikeluhkan melewati 20 Mual dan muntah mengganggu


minggu pertama kehamilan aktivitas sehari-hari
Tidak mengganggu aktivitas sehari- Mual dan muntah menimbulkan
hari komplikasi (ketonuria, dehidrasi,
hipokalemia, penurunan berat badan)
Tidak menimbulkan komplikasi patologis

2.7 Penatalaksanaan
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan rawat
inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu : 9-11
1. Medikamentosa
Berikan obat-obatan seperti yang telah dikemukakan diatas. Namun harus diingat
untuk tidak memberikan obat yang teratogenik. Obat-obatan yang dapat diberikan
diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis,
dan kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine
(vitamin B6). Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah.
Anti histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian
antihistamin bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamin pada reseptor H1
dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat
muntah.9-11
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan dalam
menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamine antagonis.
Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine, promethazine, dan
metocloperamide. Prochlorperazin dan promethazine bekerja pada reseptor D2 untuk
menimbulkan efek antiemetik. Sementara itu metocloperamide bekerja di sentral dan di
perifer. Obat ini menimbulkan efek antiemetik dengan cara meningkatkan kekuatan spincter
esofagus bagian bawah dan menurunkan transit time pada saluran cerna.9-11 Pemberian
serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual dan muntah. Obat ini
bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula. Serotonin antagonis yang
dianjurkan adalah ondansetron. Odansetron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis
gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain. Sementara itu
pemberian kortikosteroid masih kontroversial karena dikatakan pemberian pada kehamilan
trimester pertama dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.12
2. Terapi Nutrisi
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada derajat
muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan peneriamaan penderita terhadap rencana
pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus digunakan.
Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan nasogastric tube (NGT). Saluran
cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya dapat mengabsorsi banyak nutrien, adanya
mekanisme defensif untuk menanggulangi infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya
sari makanan ke hati melalui saluran porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi.9-11
Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang diberikan adalah
makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah protein dan rendah
lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari makanan yang emetogenik dan
berbau sehingga menimbulkan rangsangan muntah.1,2 Pemberian diet diperhitungkan jumlah
kebutuhan basal kalori seharihari ditambah dengan 300 kkal perharinya.9-11

3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki peredaran
udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkanuntuk keluar
masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar dan masuk. Pasien tidak diberikan makan
ataupun minum selama 24 jam. Biasanya dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang
atau hilang tanpa pengobatan.9-11
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses fisiologis,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi
penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada
kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.9-11
5. Cairan parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme kompensasi
yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi gangguan hemodinamik,
uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah berkurang. Pada kasus hiperemesis
gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan
(pure dehidration). Maka tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan
tubuh yang hilang ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang
tepat untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus
memperhitungkan secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit
natrium, defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.9-11,13
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi kekurangan protein.9-11,13
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu diperiksa
setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh dan nadi diperiksa
setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada
permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pasien tidak muntah dan
keadaan umum membaik dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun
makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan ini, pada
umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan aman bertambah baik. Daldiyono
mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial
berdasarkan sistiem poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut
ini.1,9-11,13
Tabel 2. Skor Daldiyono 1

No Gejala Klinis Skor


1 Muntah 1
2 Voxs Choleric (Suara Parau) 2
3 Apatis 1
4 Somnolen, Sopor, Koma 2
5 T 90 mmHg 1
6 T 60 mmHg 2
7 N 120 x/menit 1
8 Frekuensi napas > 30x/menit 1
9 Turgor Kulit 1
10 Facies Cholerica (Mata Cowong) 1
11 Extremitas Dingin 1
12 Washer Womens Hand 1
13 Sianosis 2
14 Usia 50 60 -1
15 Usia > 60 -2

Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat dihitung :


Defisit = (Jumlah Poin / 15) x 10 % BB x 1 Liter

6. Terapi Alternatif
Ada beberapa macam pengobatan alternatif bagi hiperemesis gravidarum, antara lain:14
a. Vitamin B6
Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat
dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis masih kontroversi. Dosis
vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5-25 mg per hari tiap 8 jam. Selain itu Czeizel
melaporkan suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi kejadian mencegah
insiden hiperemesis gravidarum.14
Vitamin B6 merupakan ko-enzim berbagai jalur metabolisme protein dimana
peningkatan kebutuhan protein pada trimester I diikuti peningkatan asupan vitamin B6.
Vitamin B6 diperlukan untuk sintesa serotonin dari tryptophan. Defisiensi vitamin B6 akan
menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga saraf panca indera akan semakin sensitif yang
menyebabkan ibu mudah mual dan muntah. Pada wanita hamil terjadi peningkatan kynurenic
dan xanturenic acid di urin. Kedua asam ini diekskresi apabila jalur perubahan tryptophan
menjadi niacin terhambat. Hal ini dapat juga terjadi karena defisiensi vitamin B6. Kadar
hormon estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga menghambat kerja enzim kynureninase
yang merupakan katalisator perubahan tryptophan menjadi niacin, yang mana kekurangan
niacin juga dapat mencetuskan mual dan muntah.14
b. Jahe (zingiber officinale)
Pemberian dosis harian 250 mg sebanyak 4 kali perhari lebih baik hasilnya
dibandingkan plasebo pada wanita dengan hiperemesis gravidarum. Salah satu studi di Eropa
menunjukan bubuk jahe (1 gram per hari) lebih efektif dibandingkan plasebo dalam
menurunkan gejala hiperemesis gravidarum. Belum ada penelitian yang menunjukan
hubungan kejadian abnormalitas pada fetus dengan jahe. Namun, harus diperhatikan bahwa
akar jahe diperkirakan mengandung tromboksan sintetase inhibitor dan dapat mempengaruhi
peningkatan reseptor testoteron fetus.15-16

2.8 Prognosis

Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan
merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut menurun 30%
pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12 minggu, dan menjadi 30%
pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual dan muntah setelah 16 minggu
dan hanya 1% tetap mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.17
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia kehamilan 20-22
minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan jiwa
ibu dan janin.17
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Anamnesis
Teori Kasus
Dari anamnesis didapatkan Dari HPHT pasien didapatkan
amenorea, tanda kehamilan saat ini pasien gravid 10-11
muda, mual, dan muntah. minggu.
Kemudian diperdalam lagi Pasien mengeluhkan mual &
apakah mual dan muntah terjadi muntah sejak 4 minggu awal
terus menerus, dirangsang oleh kehamilan. Mual muntah dialami
jenis makanan tertentu, dan sepanjang hari. 1 hari sebelum
mengganggu aktivitas pasien masuk RS, pasien lemas dan
seharihari. tidak dapat melakukan aktivitas
Selain itu dari anamnesis juga dan hanya berbaring di tempat
dapat diperoleh informasi tidur.
mengenai hal-hal yang Berdasarkan anamnesis diketahui
berhubungan dengan terjadinya bahwa pasien mengetahui bahwa
hiperemesis gravidarum seperti sedang hamil dan pasien
stres, lingkungan sosial pasien, mengharapkan kehamilan saat
asupan nutrisi dan riwayat ini.
penyakit sebelumnya Pasien tidak memiliki riwayat
(hipertiroid, gastritis, penyakit gastritis, diabetes mellitus,
hati, diabetes mellitus, dan hipertiroid
tumor serebri).
1.2 Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus
Pada pemeriksaan fisik Tanda tanda vital :
perhatikan keadaan umum Keadaan umum : sedang,
pasien, tanda-tanda vital, tanda kesadaran : Komposmentis, GCS
dehidrasi, dan besarnya 15 E4M5V6. Tekanan darah
kehamilan. Selain itu perlu juga 140/80 mm, Nadi : 76 kali/menit,
dilakukan pemeriksaan tiroid RR : 24 kali/menit
dan abdominal untuk Status generalis:
menyingkirkan diagnosis Kepala : normochepali
banding. Mata : konjungtiva anemis (-/-),
ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan :
tidak ditemukan kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax:
Jantung : S1S2
tunggal, reguler, murmur (-),
gallop (-)
Paru : vesikuler,
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : hepar: pembesaran
(-), limpa: pembesaran (-)
Status Ginekologi:
Inspeksi : flat, striae
gravidarum (+)
Palpasi :
o Leopold I :-
o Leopold II :-
o Leopold III: -
o Leopold IV: -
Taksiran Berat Janin (TBJ) : -
HIS :-
Auskultasi :-
4.3 Pemeriksaan Penunjang

Teori Kasus
Pemeriksaan yang dilakukan Laboratorium Darah Lengkap
adalah darah lengkap, urinalisis, Leukosit: 9.700 /mm3
gula darah, elektrolit, USG Hb : 11,9 gr/dl
(pemeriksaan penunjang dasar), HCT : 35,3%
analisis gas darah, tes fungsi Trombosit:186.000/mm3
hati dan ginjal. BT : 3 menit
Pada keadaan tertentu, jika CT : 9 menit
pasien dicurigai menderita GDS : 84 mg/dl
hipertiroid dapat dilakukan Ureum : 20,4 gr/dl
pemeriksaan fungsi tiroid Creatinin : 0,5 gr/dl
dengan parameter TSH dan T4. HbsAg : Non Reaktif
Pada kasus hiperemesis 112 : Non Reaktif
gravidarum dengan hipertiroid PP test : (+)
50-60% terjadi penurunan kadar USG
TSH. Kehamilan tunggal, usia
Jika dicurigai terjadi infeksi kehamilan 12 13 minggu +
gastrointestinal dapat dilakukan Hiperemesis Gravidarum.
pemeriksaan antibodi
Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium
umumnya menunjukan tanda-
tanda dehidrasi dan
pemeriksaan berat jenis urin,
ketonuria, peningkatan blood
urea nitrogen, kreatinin dan
hematokrit.
Pemeriksaan USG penting
dilakukan untuk mendeteksi
adanya kehamilan ganda
ataupun mola hidatidosa.

1.4 Tatalaksana
Teori Kasus
Medikamentosa IVFD RL : D5% 1 : 1 20 Tpm
Berikan obat-obatan seperti Drip NB 5000 1x1
yang telah dikemukakan Ondancentron IV 3x1
diatas. Namun harus diingat Ranitidin IV 2x1
untuk tidak memberikan Cefadroxil tab 500 mg 2x1
obat yang teratogenik. Obat-
obatan yang dapat diberikan
diantaranya suplemen
multivitamin, antihistamin,
dopamin antagonis,
serotonin antagonis, dan
kortikosteroid. Vitamin
yang dianjurkan adalah
vitamin B1 dan B6 seperti
pyridoxine (vitamin B6).
Terapi Nutrisi
Pada kasus hiperemesis
gravidarum jalur pemberian
nutrisi tergantung pada
derajat muntah, berat
ringannya deplesi nutrisi
dan peneriamaan penderita
terhadap rencana pemberian
makanan. Pada prinsipnya
bila memungkinkan saluran
cerna harus digunakan. Bila
peroral menemui hambatan
dicoba untuk menggunakan
nasogastric tube (NGT).
Cairan parenteral
Resusitasi cairan merupakan
prioritas utama, untuk
mencegah mekanisme
kompensasi yaitu
vasokonstriksi dan
gangguan perfusi uterus.
Berikan cairan parenteral
yang cukup elektrolit,
karbohidrat, dan protein
dengan glukosa 5% dalam
cairan garam fisiologis
sebanyak 2-3 liter sehari.
Bila perlu dapat
ditambahkan kalium dan
vitamin, terutama vitamin B
kompleks dan vitamin C,
dapat diberikan pula asam
amino secara intravena
apabila terjadi kekurangan
protein.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pasien Ny. M, umur 28 tahun, 1 hari sebelum masuk RS keluhan muntah muntah 15
kali, pasien mengeluhkan badanya lemas dan tidak dapat bangun dari tempat tidur dan tidak
dapat melakukan aktivitas sehari hari sejak 4 jam SMRS. Dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien lalu didiagnosis dengan hiperemesis
gravidarum. Pasien diberikan tatalaksana cairan, vitamin B, antiemetik, dan antibiotik. Pasien
lalu dipulangkan dalam keadaan baik dengan anjuran untuk mengontrol kehamilan secara
teratur.
Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan;


Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;2002;hal. 275-280.
2. Verberg MF, Gillott DJ, Al-Fardan N. Hyperemesis gravidarum, a literature review. Hum
Reprod Update. Sep-Oct 2005;11(5):527-39.
3. Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician. Jul 2003;68
(1):121-8.
4. Goodwin TM. Hyperemesis Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N Am. Sept 2008;35:401-
417.
5. Bailit JL. Hyperemesis gravidarium: Epidemiologic findings from a large cohort.Am J
Obstet Gynecol. Sep 2005;193(3 Pt 1):811-4.
6. Davis M. Nausea and vomiting of pregnancy: an evidence-based review. J Perinat
Neonatal Nurs. Oct-Dec 2004;18(4):312-28.
7. Golberg D, Szilagyi A, Graves L. Hyperemesis gravidarum and Helicobacter pylori
infection: a systematic review. Obstet Gynecol. Sept 2007;110:695-703.
8. Lee RH, Pan VL, Wing DA. The prevalence of Helicobacter pylori in the Hispanic
population affected by hyperemesis gravidarum. Am J Obstet Gynecol. Sep 2005;193(3 Pt
2):1024-7
9. Bottomley C, Bourne T. Management strategies for hyperemesis. Best Pract Res Clin
Obstet Gynaecol. Aug 2009;23(4):549-64.
10. Fell DB, Dodds L, Joseph KS, et al. Risk factors for hyperemesis gravidarum requiring
hospital admission during pregnancy. Obstet Gynecol. Feb 2006;107(2Pt 1):277-84.
11. Cedergren M, Brynhildsen J, Josefsson A, et al. Hyperemesis gravidarum that requires
hospitalization and the use of antiemetic drugs in relation to maternal body composition. Am
J Obstet Gynecol. Apr 2008;198:412.e1-5.
12. Einarson A, Maltepe C, Navioz Y, Kennedy D, Tan MP, Koren G. The safety of
ondansetron for nausea and vomiting of pregnancy: a prospective comparative study. BJOG.
Sep 2004;111(9):940-3.
13. Petik D, Puho E, Czeizel AE. Evaluation of maternal infusion therapy during pregnancy
for fetal development. Int J Med Sci. Oct 2005;2(4):137-42.
14. Aikins Murphy P. Alternative therapies for nausea and vomiting of pregnancy. Obstet
Gynecol. Jan 1998;91(1):149-55.
15. Boone SA, Shields KM. Treating pregnancy-related nausea and vomiting with ginger.
Ann Pharmacother. Oct 2005;39(10):1710-3.
16. Borrelli F, Capasso R, Aviello G, et al. Effectiveness and safety of ginger in the treatment
of pregnancy-induced nausea and vomiting. Obstet Gynecol. Apr 2005;105(4):849-56.

Вам также может понравиться