Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKRIPSI
ATIKA BENDRA
0806364441
ATIKA BENDRA
0806364441
ii
Penulis
2012
vii
ix
Antioxidants are compounds which can remove and resist free radical formation
in the body. Free radical are unstable molecules which is caused by its unpaired
free electron in the outer electron orbital which make it reactively bind body cells
to gain the electron pair. if this continuously happens, the cells will be damaged
and can cause death cells. For its sources, antioxidants are categorized as natural
and synthetic antioxidants. Synthetic antioxidantss carcinogenicity is faired to
give harmful side effects to human healthy, which causes natural antioxidants
become chosen alternative as antioxidant sources. Indonesia has many kinds of
plants which can be used as antioxidant sources. This study is focused on
antioxidant activity of Cincau Perdu leaves extract (Premna oblongata Miq.) by
1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) assay. Premna oblongata Miq. leaves is
extracted using n-hexane, ethyl acetate and methanol. The IC50 value of ethanol
extract as the most active fraction was 20.01 g/mL. The extract which had the
highest antioxidant activity were fractinated by accelerated column
chromatography and were earned 6 combination factions. The antioxidant activity
of combination fractions were tested by DPPH assay and known having 5 active
fractions whose the lowest IC50 value was 23.51 g/mL. The compounds of the
active fractions were flavonoid, glikon, saponin and tanin.
xi
xii
xiii
xiv
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
sintetik yang paling sering digunakan adalah Propil Galat (PG), Butylated
Hydroxyanisole (BHA), Butylated Hydroxytoluene (BHT) dan Tert-
butylhydroquinone (TBHQ). Antioksidan sintetik ini dikhawatirkan dapat
memberi efek samping yang berbahaya bagi kesehatan manusia karena bersifat
karsinogenik. Berbagai studi mengenai BHA dan BHT menunjukkan bahwa
komponen ini dapat menimbulkan tumor pada hewan percobaan pada
penggunakan dalam jangka panjang (Andarwulan, Wijaya, dan Cahyono, 1996).
Kekhawatiran akan adanya kemungkinan efek samping dari antioksidan
sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif. Antioksidan alami
mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan senyawa oksigen
reaktif, menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat
peroksidasi lipid pada makanan (Sunarni, 2005). Antioksidan alami perlu
dikembangkan untuk memperoleh antioksidan yang lebih aman dikonsumsi.
Di Indonesia terdapat empat jenis tanaman cincau, yaitu cincau hijau
(Cyclea barbata), Cincau Perdu (Premna oblongata Miq.), cincau minyak
(Stephania hermandifolia), dan cincau hitam (Mesona palustris). Cincau yang
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah cincau hijau, cincau perdu, dan
cincau hitam (Pitojo dan Sumiati, 2005). Berdasarkan yang telah ada, diketahui
bahwa tanaman cincau hijau (Cyclea barbata) mengandung alkaloid 0,98% dan
fenol total 2,21%. Alkaloid bisbenzilisokuinolin dari akar cincau hijau
mempunyai aktifitas sitotoksik, sangat potensial sebagai kemoprotektif serta
bersifat sebagai antioksidan (Zakaria, 1996). Penelitian lainnya menunjukkan
bahwa daun cincau perdu (Premna oblongata Miq.) memiliki kandungan klorofil
tertinggi dibandingkan pegagan (Centella asitica), daun katuk (Saurpus
androgynus Merr), dan daun murbei (Morus alba L) (Nurdin, Kusharto, Tanziha,
dan Januwati, 2009).
Pada penelitian ini, dilakukan uji aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi
Premna oblongata Miq. serta identifikasi golongan senyawa kimia dari fraksi
teraktif. Aktivitas antioksidan Premna oblongata Miq. diuji dengan
menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil). Metode DPPH
memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil.
Universitas Indonesia
DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna
ungu gelap (Molyneux, 2004).
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru mengenai
cincau perdu (Premna oblongata Miq.) sebagai sumber antioksidan alami yang
baru, dan memberi nilai tambah bagi cincau perdu yang telah banyak dikonsumsi
masyarakat sebagai bahan pangan.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Morfologi
Tanaman cincau perdu ( Premna oblongata Miq.) adalah tanaman asli
Indonesia dan mempunyai nama lain diantaranya Camcao, Juju, Kepleng (Jawa),
Camcauh, dan Tahulu (Sunda). Tumbuhan ini berkembang subur di dataran rendah
sampai daerah dengan ketinggian 800 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini
tumbuh menyebar di daerah Jawa Barat (sekitar Gunung Salak, Batujajar,
Ciampea, dan Ciomas), Jawa Tengah (Gunung Ungaran, Gunung Ijen), Sulawesi,
Bali, Lombok, dan Sumbawa. Tanaman cincau sering ditemukan tumbuh sebagai
tanaman liar, tetapi ada juga yang sengaja dibudidayakan di pekarangan rumah.
Batang Premna oblongata Miq. tidak menjalar atau merambat seperti
Cyclea barbata, melainkan tegak seperti batang tanaman pada umumnya. Daun
berbentuk bulat telur, panjang daun lebih dari 1,5 kali lebarnya dengan tulang
daun agak besar (Backer dan Brink, 1965). Daun Premna oblongata Miq. secara
tradisional dimanfaatkan sebagai pembuat makanan sejenis agar-agar yang banyak
Universitas Indonesia
dijual sebagai bahan pengisi minuman es cincau yang berkhasiat sebagai penyejuk
perut, menurunkan panas dan menanggulangi gangguan pencernaan (Pitojo, 2008).
Gambar 2.1.
Universitas Indonesia
senyawa aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-
lain.
Untuk mengekstraksi bahan alam, terdapat sejumlah metode menggunakan
pelarut organik atau pelarut yang mengandung air yang dapat diterapkan. Pada
ekstraksi cair-padat bahan tanaman mengalami kontak dengan pelarut. Proses
keseluruhannya bersifat dinamis dan dapat disederhanakan kedalam beberapa
tahap. Pada tahap pertama misalnya pelarut harus berdifusi kedalam sel, pada
tahap selanjutnya pelarut harus dapat melarutkan metabolit tanaman dan akhirnya
harus berdifusi keluar sel meningkatkan jumlah metabolit yang terekstraksi.
Beberapa metode yang sering digunakan dalam ekstraksi bahan alam antara lain :
2.4.1 Cara Dingin
a. Maserasi
Merupakan metode yang sederhana, tetapi masih digunakan secara luas.
Prosedurnya dilakukan dengan merendam bahan tanaman (simplisia) dalam
pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Metode ini sesuai
baik untuk ekstraksi pendahuluan maupun untuk jumlah besar. Pengadukan
sesekali ataupun secara konstan (dengan menggunakan alat pengocok mekanik
untuk menjamin kehomogenan) dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi. Proses
ekstraksi dapat dihentikan ketika tercapai keseimbangan antara konsentrasi
metabolit dalam ekstrak dan dalam bahan tanaman. Setelah ekstraksi, residu
bahan tanaman (maserat), harus dipisahkan dari pelarut. Hal ini melibatkan proses
pemisahan kasar dengan cara dekantasi, biasanya diikuti dengan tahap
penyaringan. Sentrifugasi mungkin diperlukan jika serbuk terlalu halus untuk
disaring. Untuk memastikan ekstraksi yang menyeluruh, umumnya dilakukan
maserasi pendahuluan, yang diikuti pemisahan dan penambahan pelarut baru
(fresh solvent) ke maserat. Hal ini bisa dilakukan secara periodik dengan semua
filtrat dikumpulkan.
Kelebihan maserasi adalah peralatan yang digunakan sederhana, dan
efektif untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan panas karena dilakukan pada
temperatur kamar, sehingga tidak menyebabkan degradasi senyawa-senyawa yang
tidak tahan panas. Kelemahan dari maserasi adalah prosesnya memakan waktu
yang cukup lama dan dapat berlangsung beberapa jam sampai beberapa minggu.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
g. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan
golongan utama kandungan yang satu dari golongan utama yang lain. Pemisahan
jumlah dan jenis senyawa menjadi fraksi yang berbeda yang tergantung pada jenis
simplisia. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar,
begitu pula senyawa yang bersifat non polar akan masuk ke pelarut non polar
(Harborne, 1987).
2.5 Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut di antara dua
fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Fase gerak
membawa zat terlarut melalui media hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang
terelusi lebih awal atau lebih akhir. Bila fase diam berupa zat padat yang aktif,
maka teknik ini disebut kromatografi penjerapan (adsorption chromatography),
sementara bila berupa zat cair, maka disebut dengan kromatografi pembagian
(partition chromatoghraphy) (Harmita, 2006).
Universitas Indonesia
dituangkan ke dalam kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam zat penjerap. Zat
berkhasiat diadsorpsi dari larutan secara sempurna oleh bahan penjerap berupa
pita sempit pada puncak kolom. Dengan penambahan pelarut lebih lanjut melalui
kolom, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dalam
kolom dengan kecepatan tertentu, sehingga terjadi pemisahan dan diperoleh
kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh sejumlah variabel,
misalnya daya adsorpsi zat penjerap, ukuran partikel dan luas permukaan, sifat
dan polaritas pelarut, tekanan yang digunakan dan suhu sistem kromatografi.
Universitas Indonesia
2.9 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan,
dan menahan pembentukan oksigen reaktif atau radikal bebas dalam tubuh.
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil karena memiliki
elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga sangat reaktif
untuk mendapatkan pasangan elektron dengan mengikat sel-sel tubuh. Apabila hal
tersebut terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan dan kematian
sel (Lautan, 1997). Antioksidan ditujukan untuk mencegah dan mengobati
penyakit seperti aterosklerosis, stroke, diabetes, alzheimer, dan kanker (Aqil,
Ahmad dan Mehmood, 2006).
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau
reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul yang kecil, tetapi mampu
mengaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau
radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH.
Prinsip uji DPPH adalah penghilangan warna untuk mengukur kapasitas
antioksidan yang langsung menjangkau radikal DPPH dengan pemantauan
absorbansi pada panjang gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer.
Radikal DPPH dengan nitrogen organik terpusat adalah radikal bebas stabil
dengan warna ungu gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk nonradikal oleh
antioksidan menjadi warna kuning (Yu, 2008).
+ RH +R
1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil 1,1-Difenil-2-pikrilhidrazin
(radikal bebas) (nonradikal)
Gambar 2.2 Reaksi antioksidan dengan radikal DPPH
[Sumber : Molineux, 2004]
2.10.4 Uji Kapasitas Serapan Radikal Oksigen atau Oxygen Radical Absorbance
Capacity (ORAC)
Uji ini dilakukan dengan menggunakan trolox (analog vitamin E) sebagai
standar untuk menentukan trolox ekuivalen (TE). Nilai ORAC kemudian dihitung
dari TE dan dinyatakan sebagai satuan atau nilai ORAC. Semakin tinggi nilai
ORAC, semakin besar kekuatan nilai antioksidannya. Uji ini berdasarkan
pembentukan radikal bebas menggunakan AAPH (2,2-azobis-2-amido propane
dihydrochloride) dan pengukuran dari fluoresensi dengan adanya penghambat
radikal. Penelitian terbaru telah melaporkan assay ORAC dengan otomatisasi.
Pada uji ini -phycoerythrin (-PE) digunakan sebagai target radikal bebas,
AAPH sebagai penghasil radikal peroksil dan trolox sebagai kontrol standar.
Setelah penambahan AAPH ke larutan uji, fluoresensi direkam dan aktivitas
antioksidan dinyatakan sebagai trolox ekuivalen (TE) (Bank dan Lenoble, 2002).
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah blender, peralatan maserasi
(IKA Labortechnik KS501D), cawan penguap, penguap vakum putar (rotary
evaporator Buchi) (Gambar 3.1), kolom kromatografi vakum, labu erlenmeyer,
tabung reaksi, vial, botol, labu takar, gelas ukur, penampung berbagai ukuran,
pipet volume, pipet mikro (Eppendorf), pipet tetes (Pyrex), corong Buchner
(Jangkar), spektrofotometer UV-VIS (Gambar 3.2), kuvet, plat tetes, gelas arloji,
rak tabung reaksi, batang pengaduk, spatel, sendok tanduk, timbangan analitik
(ACIS), bejana kromatografi, kertas saring, peralatan kolom kromatografi vakum,
vortex-mixer (VM-2000), inkubator 37C (Memmert) dan lemari pendingin.
3.3 Bahan
3.3.1 Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun cincau perdu
(Premna oblongata Miq.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik (BALITTRO) dan dideterminasi di Herbarium Bogorinese (LIPI),
Cibinong.
Universitas Indonesia
(Merck); benzene p.a (Merck); asam asetat anhidrat; asam borat; asam oksalat;
besi (III) klorida; etanol 96 %; natrium hidroksida; serbuk magnesium; serbuk
seng; gelatin; natrium klorida; Mayer LP; Dragendorff LP; Bouchardat LP;
Molisch LP; DPPH (Sigma-Aldrich). Bahan pembanding adalah Kuersetin
(Sigma-Aldrich).
Universitas Indonesia
pereaksi semprot yang digunakan adalah larutan DPPH konsentrasi 100 g/ml.
Semprot lempeng yang yang telah ditotolkan dengan larutan DPPH, lalu diamkan
beberapa saat. Senyawa aktif penangkal radikal bebas akan menunjukkan bercak
berwarna kuning pucat dengan latar belakang ungu (Isnindar, Setyowati, dan
Wahyuono).
Universitas Indonesia
100 g/ml, lalu ditambahkan 2,0 ml metanol dikocok hingga homogen dan
diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit.
Universitas Indonesia
3.4.4.5 Penghitungann
Persentase innhibisi (IC50
5 ) terhadap
p radikal DPPH
D dari masing-m
masing
konsentrassi larutan saampel dapatt dihitung dengan rumuus:
Unive
ersitas Indo
onesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
4.2 Ekstraksi
Serbuk kering daun Premna oblongata Miq diekstraksi dengan metode
maserasi dengan pelarut yang kepolarannya meningkat yaitu n-heksan, etil asetat,
dan metanol. Dipilih metode ini karena menggunakan peralatan sederhana
sehingga sangat mudah dilakukan dan metode maserasi tidak merusak kandungan
senyawa kimia tanaman yang tidak tahan panas.
Sebanyak kurang lebih 1 kg Serbuk kering daun Premna oblongata Miq.
dimaserasi dengan pelarut dengan kepolaran meningkat mulai dari n-heksan, etil
asetat dan selanjutnya metanol sebanyak 5 kali untuk memperoleh filtrat dari
masing-masing ekstrak yang masih dapat dituang. Dipilih pelarut dengan
kepolaran meningkat dimaksudkan untuk memisahkan senyawa metabolit
sekunder berdasarkan kepolarannya, sehingga diharapkan memudahkan penapisan
fitokimia. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan penguap putar vakum pada
suhu lebih kurang 500C kemudian diuapkan diatas waterbath pada suhu <500C
sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksan, etil asetat, dan metanol. Masing-
masing ekstrak ditimbang dan dihitung rendemennya terhadap berat simplisia
awal. Dari hasil ekstraksi diperoleh ekstrak yang berwarna hijau pekat (Gambar
4.1). Ekstrak Premna oblongata Miq. yang diperoleh dari 1 kg (1000 g) simplisia
adalah seberat 20,55 g yang setara dengan 2.05% untuk ekstrak heksan, 23,75 g
yang setara dengan 2.37% untuk ekstrak etil asetat, dan 140,48 g yang setara
dengan 14.04% untuk ekstrak metanol. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dipercepat pertama kali diperkenalkan oleh para ilmuwan dari Australia untuk
mengatasi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan menggunakan kolom
kromatografi klasik. Pada dasarnya metode ini adalah kromatografi lapis tipis
preparatif yang berbentuk kolom. Aliran fase gerak dalam metode ini diaktifkan
dengan bantuan kondisi vakum.
Pada pemisahan ekstrak ini digunakan campuran pelarut n-heksan-etil
asetat sebagai fase gerak dengan perbandingan 200:0, 180:20, 160:40, 140:60,
120:80, 100:100, 80:120, 60:140, 40:160, 20:180, 0:200, dan campuran etil asetat-
metanol dengan perbandingan 200:0, 180:20, 170:30, 160:40, 150:50, 140:60,
120:80, 100:100, 80:120, 60:140, 40:160, 20:180, 0:200. Setiap 200 mL eluat
ditampung sehingga diperoleh 21 fraksi lalu dilanjutkan dengan kromatografi
lapis tipis (KLT). Dari 21 fraksi hasil pemisahan dengan kromotografi kolom
dipercepat, diperoleh 6 fraksi gabungan yang memiliki pola kromatogram sama.
Fraksi 4 menjadi fraksi 1, fraksi 5 menjadi fraksi 2, fraksi 6-7 digabung menjadi
fraksi 3, fraksi 8-13 digabung menjadi fraksi 4, fraksi 14-18 digabung menjadi
fraksi 5, fraksi 19-21 digabung menjadi fraksi 6. Berat masing-masing fraksi dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Universitas Indonesia
fraksi 5 yang memiliki aktivitas antioksidan paling aktif dengan nilai IC50 sebesar
23.51 g/mL. Data dapat dilihat pada table 4.4.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Hasil uji antioksidan dari ketiga ekstrak yang diuji menunjukkan ekstrak
metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan IC50 20.01 g/mL,
diikuti oleh ekstrak etil asetat dengan IC50 63.17 g/mL, dan ekstrak heksan
dengan IC50 68.93 g/mL.
b. Fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan terbesar adalah fraksi 5 dengan
nilai IC50 sebesar 23.51 g/mL, yang mengandung senyawa golongan
flavonoid, glikon, tannin, dan saponin.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan senyawa-
senyawa murni dari daun Premna oblongata Miq. dengan metode uji antioksidan
lainnya.
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Andarwaulan, N., Wijaya, H., dan Cahyono, D.T. (1996). Aktivitas Antioksidan
dari Daun Sirih (Piper betle L). Teknologi dan Industri Pangan VII, 29-
30.
Arulpriya, P., Lalitha, P., dan Hemalatha, S. (2010). in vitro Antioxidant Testing
of The Extracts Of Samanea saman (Jacq.)Merr. Der Chemica Sinica, (2),
73-79.
Aqil, F., Ahmad, I., dan Mehmood, Z. (2006). Antioxidant and Free Radical
Scavenging Properties of Twelve Traditionally Used Indian Medicinal
Plants. Turk J Biol, 177-183.
Bank, G., dan Lenoble, R. (2002). Oxygen Radical Absorbency Capacity,
Standardizing the Way We Look at Antioxidants. Nutraceutical World
September, 42-45.
Backer, C.A., dan Brink., R.C.B.V.D. (1965). Flora of Java Vol II. 602-603.
N.V.P. Noordhoff-Groningen-The Netherlands.
Blois, M.S. (1958). Antioxidant Determinations By The Use Of A Stable Free
Radical Nature, 181, 1199- 1200.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia
Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. (2000). Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Evans, W.C. (2002). Trease and Evans Pharmacognosy 15th Ed. London: W.B.
Saunders.
Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Sciences 55 (3), 226-276.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi
Tumbuhan (Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro, Penerjemah.).
Bandung: Penerbit ITB.
Harmita. (2006). Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok : Departemen Farmasi
FMIPA Universitas Indonesia.
Hidajat, B. (2005). Penggunaan Antioksidan pada Anak. Kapita Selekta Ilmu
Kesehatan Anak.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Wagner, H., Blandt, S., dan Zgalnski. (1984). Plant Drug Analysis. New York :
Springer-Verlag, 7-304.
Yu, L. (2008). Wheat Antioxidants. United States Of America: Wiley.
Yadav, D., Tiwari, N., dan Gupta, M.M. (2010). Diterpenoids from Premna
integrifolia. Phytochem. Lett. 3, 143147.
Zakaria, F.R. (1996). Sintesis Senyawa Radikal dan Elektrofil Dalam Oleh
Komponen Pangan : Reaksi Biomolekuler, Dampak Terhadap Kesehatan
dan Penangkalan. Prosiding Seminar. Bogor: Pusat Studi Pangan dan Gizi
IPB.
Universitas Indonesia
GAMBAR
(a)
(b)
(c)
Keterangan :
a. Ekstrak heksan
b. Ekstrak etil asetat
c. Ekstrak metanol
Kuersetin
I II III IV V VI
(a)
Kuersetin
I II III IV V VI
(b)
Keterangan:
a. Fraksi I hingga fraksi VI serta kuersetin sebelum disemprot DPPH
b. Fraksi I hingga fraksi VI serta kuersetin sesudah disemprot DPPH
Keterangan :
Serapan Blanko DPPH = 0.6237
(a) (b)
(A) (B) (C) (D)
Keterangan:
A. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Mayer LP
B. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Bouchardat
C. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Dragendorf LP
D. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
(a) (b)
(A) (B) (C) (D)
Keterangan:
A. Identifikasi dengan penambahan serbuk seng dan asam klorida encer
B. Identifikasi dengan penambahan serbuk magnesium dan asam klorida pekat
C. Identifikasi dengan penambahan asam borat dan asam oksalat
D. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
(a) (b)
(A) (B)
Keterangan:
A. Identifikasi dengan penambahan asam sulfat, benzene, dan lapisan benzen dikocok dengan
natrium hidroksida
B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
(a) (b)
(A) (B)
Keterangan:
A. Identifikasi dengan penambahan aquadest panas, dinginkan, kemudian kocok kuat-kuat
selama 10 detik
B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
(a) (b)
(A) (B)
Keterangan:
A. Identifikasi dengan penambahan larutan besi (III) klorida
B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
(a) (b)
Keterangan:
A. Identifikasi dengan penambahan asam asetat anhidrat, dan asam sulfat pekat
B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
TABEL
(%)
Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna Oblongata
Miq.
Absorbansi
Konsentrasi Persamaan IC50
Sampel % Inhibisi
(g/ml) Sampel linier (g/ml)
Blanko uji
1 0.647 3.86
2 0.626 6.98
y = 38.54x -
3 0.541 19.61
Kuersetin 0.675 10.35 1.565
4 0.535 20.51 R = 0.920
5 0.432 34.91
6 0.307 54.38
1 0.575 14.56
5 0.551 16.03
y = 0.4911x +
Ekstrak 10 0.539 18.12
0.675 16.147 68.93
Heksan 25 0.522 20.22 R = 0.9134
50 0.51 24.21
100 0.49 27.19
5 0.629 6.5
10 0.612 9.06
Ekstrak y = 0.679x +
25 0.589 12.48
Etil 0.673 7.053 63.17
Asetat 50 0.578 15.9 R = 0.978
100 0.514 23.62
1 0.595 11.58
5 0.584 13.22
y = 1.963x +
Ekstrak 10 0.574 14.71
0.673 10.71 20.01
Metanol 25 0.517 23.17 R = 0.9992
50 0.432 35.8
100 0.272 59.58
1. Fraksi I 242.6
2. Fraksi II 526
4. Fraksi IV 1500.1
5. Fraksi V 4640.9
6. Fraksi VI 2819
Absorbansi
Konsentrasi Persamaan IC50
Sampel % Inhibisi
(g/ml) Sampel linier (g/ml)
Blanko uji
100 0.5168 17.13
150 0.5113 18.01
y = 0.0925x
200 0.4974 20.25
Fraksi 1 0.6237 + 14.865 379.83
250 0.4956 20.53 R = 0.9572
300 0.491 21.27
350 0.4789 23.21
100 0.5447 12.66
150 0.5312 14.82
y = 0.1864x
200 0.5193 16.73
Fraksi 2 0.6237 + 7.483 228.09
250 0.5116 17.97 R = 0.9305
300 0.4988 20.02
350 0.464 25.6
100 0.5364 13.99
150 0.5341 14.36
y = 0.0915x
200 0.5255 15.74
Fraksi 3 0.6237 + 11.148 424.61
250 0.5221 16.28 R = 0.9047
300 0.5164 17.2
350 0.4978 20.18
10 0.5785 7.24
25 0.5669 9.1
y = 1.2663x
50 0.5062 18.83
Fraksi 4 0.6237 + 2.7891 37.28
75 0.462 25.92 R = 0.9916
90 0.4227 32.22
100 0.4102 34.23
10 0.5647 9.45
25 0.5546 11.07
y = 2.066x +
50 0.457 26.72
Fraksi 5 0.6237 1.4145 23.51
75 0.3789 39.29 R = 0.9811
90 0.3041 51.24
100 0.3025 51.49
Absorbansi
Konsentrasi Persamaan IC50
Sampel % Inhibisi
(g/ml) Sampel linier (g/ml)
Blanko uji
10 0.5929 4.93
25 0.5577 10.58
y = 1.2271x
50 0.4719 16.13
Fraksi 6 0.6237 + 2.026 39.09
75 0.4651 25.42 R = 0.996
90 0.4385 29.69
100 0.4192 32.78
LAMPIRAN
Fraksi-fraksi
60
50
40
%Inhibisi
30
20
y=38,54x 10,35
R=0,920
10
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
10
KonsentrasiDalamTabungg/mL
30
25
20
%Inhibisi
15
10
y=0,491x+16,14
5 R=0,913
0
0 5 10 15 20 25 30
KonsentrasiDalamTabungg/mL
30
25
20
%Inhibisi
15
10
y=0,679x+7,053
5 R=0,978
0
0 5 10 15 20 25 30
KonsentrasiDalamTabungg/mL
70
60
50
%Inhibisi
40
30
20
y=1,963x+10,71
10 R=0,999
0
0 5 10 15 20 25 30
KonsentrasiDalamTabungg/mL
25
20
%Inhibisi
15
10
y=0,092x+14,86
R=0,957
5
0
0 20 40 60 80 100
KonsentrasiDalamTabungg/mL
30
25
20
%Inhibisi
15
10
y=0,186x+7,483
5 R=0,930
0
0 20 40 60 80 100
KonsentrasiDalamTabungg/mL
25
20
%Inhibisi
15
10
y=0,091x+11,14
R=0,904
5
0
0 20 40 60 80 100
KonsentrasiDalamTabungg/mL
40
35
30
25
%^Inhibisi
20
15
y=1,266x+2,789
10
R=0,991
5
0
0 5 10 15 20 25 30
KonsentrasDalamTabungg/mL
60
50
40
%Inhibisi
30
20
y=2,066x+1,414
10 R=0,981
0
0 5 10 15 20 25 30
KonsentrasiDalamTabungg/mL
35
30
25
%Inhibisi
20
15
10
y=1,227x+2,026
5
R=0,996
0
0 5 10 15 20 25 30
KonsentrasiDalamTabungg/mL