Вы находитесь на странице: 1из 4

Kesultanan Palembang

Kesultanan Palembang Darussalam adalah suatu


kerajaan Islam di Indonesia yang berlokasi di sekitar kota
Palembang, Sumatera Selatan sekarang. Kesultanan ini
diproklamirkan oleh Sri Susuhunan Abdurrahman, seo-
rang bangsawan Palembang keturunan Jawa pada tahun
1659,[1] dan dihapuskan keberadaannya oleh pemerintah
kolonial Belanda pada 7 Oktober 1823.
Malthe Conrad Bruun (1755-1826) seorang petualang
dan ahli geogra dari Perancis mendeskripsikan keada-
an masyarakat dan kota kerajaan waktu itu, yang telah
dihuni oleh masyarakat yang heterogen terdiri dari Cina,
Siam, Melayu dan Jawa serta juga disebutkan bangunan
yang telah dibuat dengan batu bata hanya sebuah vihara Replika masjid agung kesultanan Palembang
dan istana kerajaan.

bang, telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk


1 Pendirian dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada kesultanan De-
mak serta turut serta menyerang Malaka yang waktu itu
telah dikuasai oleh Portugis. Kemudin pada tahun 1596,
Palembang juga ditaklukan oleh VOC Seterusnya nama
tokoh yang dirujuk memimpin kesultanan Palembang da-
ri awal adalah Sri Susuhunan Abdurrahman tahun 1659.
Walau sejak tahun 1601 telah ada hubungan dengan VOC
dari yang mengaku Sultan Palembang.[4]

1.1 Kuto Gawang

Pada awal abad ke-17, Palembang menjadi pusat pe-


merintahan kerajaan yang bernuansa Islam dengan pen-
dirinya Ki Gede ing Suro, bangsawan pelarian dari
Kesultanan Demak akibat kemelut politik setelah mang-
Replika takhta sultan Palembang
katnya Sultan Trenggana. Pada masa ini pusat pemerin-
tahan di daerah sekitar Kelurahan 2-Ilir, di tempat yang
Berdasarkan kisah Kidung Pamacangah dan Babad Ar- sekarang merupakan kompleks PT Pupuk Sriwijaya. Se-
ya Tabanan[2] disebutkan seorang tokoh dari Kediri yang cara alamiah lokasi keraton cukup strategis, dan seca-
bernama Arya Damar sebagai bupati Palembang tu- ra teknis diperkuat oleh dinding tebal dari kayu unglen
rut serta menaklukan Bali bersama dengan Gajah Ma- dan cerucup yang membentang antara Plaju dengan Pu-
da Mahapatih Majapahit pada tahun 1343. Sejaraw- lau Kembaro, sebuah pulau kecil yang letaknya di te-
an Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan ngah Sungai Musi. Keraton Palembang yang dibangun-
Adityawarman.[3] Begitu juga dalam Nagarakretagama, nya itu disebut Keraton Kuto Gawang yang bentuknya
nama Palembang telah disebutkan sebagai daerah jajah- empat persegi panjang dibentengi dengan kayu besi dan
an Majapahit serta Gajah Mada dalam sumpahnya yang kayu unglen yang tebalnya 30 x 30 cm/batangnya. Ko-
terdapat dalam Pararaton juga telah menyebutkan Palem- ta berbenteng yang di kemudian hari dikenal dengan na-
bang sebagai sebuah kawasan yang akan ditaklukannya. ma Kuto Gawang ini mempunyai ukuran 290 Rijnlan-
Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama Pa-lin- dsche roede (1093 meter) baik panjang maupun lebar-
fong yang terdapat pada buku Chu-fan-chi yang ditulis nya. Tinggi dinding yang mengitarinya 24 kaki (7,25 me-
pada tahun 1178 oleh Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Pa- ter). Orang-orang Tionghoa dan Portugis berdiam berse-
lembang, dan kemudian sekitar tahun 1513, Tom Pi- berangan yang terletak di tepi sungai Musi. Kota berben-
res seorang petualang dari Portugis menyebutkan Palem- teng ini sebagaimana dilukiskan pada tahun 1659 (Sketsa

1
2 3 PEPERANGAN

Joan van der Laen), menghadap ke arah Sungai Musi (ke 1.4 Kuto Besak
selatan) dengan pintu masuknya melalui Sungai Rengas.
Di sebelah timurnya berbatasan dengan Sungai Taligawe, Pada masa pemerintahan Sultan Muhamad Bahaudin
dan di sebelah baratnya berbatasan dengan Sungai Bu- (1776-1803), dibangun Keraton Kuto Besak. Letak-
ah. Dalam gambar sketsa tahun 1659 tampak Sungai Ta- nya di sebelah barat Keraton Kuto Tengkuruk. Kuto ini
ligawe, Sungai Rengas, dan Sungai Buah tampak terus ke mempunyai ukuran panjang 288,75 meter, lebar 183,75
arah utara dan satu sama lain tidak bersambung. Sebagai meter, tinggi 9,99 meter, dan tebal dinding 1,99 meter
batas kota sisi utara adalah pagar dari kayu besi dan kayu membujur arah barat-timur (hulu-hilir Musi). Di setiap
unglen. Di tengah benteng keraton tampak berdiri megah sudutnya terdapat bastion. Bastion yang terletak di su-
bangunan keraton yang letaknya di sebelah barat Sungai dut barat laut bentuknya berbeda dengan tiga bastion la-
Rengas. Benteng keraton mempunyai tiga buah baluarti in, sama seperti pada bastion yang sering ditemukan pada
(bastion) yang dibuat dari konstruksi batu. Orang-orang benteng-benteng lain di Indonesia. Justru ketiga bastion
asing ditempatkan/bermukim di seberang sungai sisi yang sama itu merupakan ciri khas bastion Benteng Kuto
selatan Musi, di sebelah barat muara sungai Komering Besak. Di sisi timur, selatan, dan barat terdapat pintu ma-
(sekarang daerah Seberang Ulu, Plaju). suk benteng. Pintu gerbang utama yang disebut lawang
kuto terletak di sisi sebelah selatan menghadap ke Sungai
Musi. Pintu masuk lainnya yang disebut lawang burat-
1.2 Beringin Janggut an jumlahnya ada dua, tetapi yang masih tersisa hanya
sebuah di sisi barat. Perang Palembang 1821 dan dibu-
Setelah Keraton Kuto Gawang dihancurkan VOC tahun barkannya institusi Kesultanan pada 7 Oktober 1823, ba-
1659, oleh Susuhunan Abdurrahman pusat pemerintah- ngunan Kuto Tengkuruk diratakan dengan tanah. Di atas
an dipindahkan ke Beringin Janggut yang letaknya di se- runtuhan Kuto Tengkuruk, atas perintah van Sevenhoven
kitar kawasan Mesjid Lama (Jl. Segaran). Sayang da- kemudian dibangun rumah Regeering Commissaris yang
ta tertulis maupun gambar sketsa mengenai keberadaan, sekarang menjadi Museum Sultan Mahmud Badaruddin
bentuk, dan ukuran keraton ini hingga saat ini tidak ada. II.
Daerah sekitar Keraton Beringin Janggut dibatasi oleh
sungai-sungai yang saling berhubungan. Kawasan kera-
ton dibatasi oleh Sungai Musi di selatan, Sungai Teng-
kuruk di sebelah barat, Sungai Penedan di sebelah uta-
2 Ekonomi
ra, dan Sungai Rendang/Sungai Karang Waru di sebelah
timur. Sungai Penedan merupakan sebuah kanal yang Kesultanan Palembang berada kawasan yang strategis da-
menghubungkan Sungai Kemenduran, Sungai Kapuran, lam melakukan hubungan dagang terutama hasil rempah-
dan Sungai Kebon Duku. Karena sungai-sungai ini sa- rempah dengan pihak luar. Kesultanan Palembang juga
ling berhubungan, penduduk yang mengadakan perjalan- berkuasa atas wilayah kepulauan Bangka Belitung yang
an dari Sungai Rendang ke Sungai Tengkuruk, tidak lagi memiliki tambang timah dan telah diperdagangankan se-
harus keluar melalui Sungai Musi. Dari petunjuk ini da- jak abad ke-18.[5]
pat diperoleh gambaran bahwa aktivitas sehari-hari pada
masa itu telah berlangsung di darat agak jauh dari Su-
ngai Musi. 3 Peperangan
Pada tahun 1811, Sultan Mahmud Badaruddin II menye-
1.3 Kuto Tengkuruk
rang pos tentara Belanda yang berada di Palembang, na-
Kawasan inti Keraton Kesultanan Palembang- mun ia menolak bekerja sama dengan Inggris, sehingga
Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Thomas Stamford Bingley Raes mengirimkan pasukan
Badaruddin I luasnya sekitar 50 hektare dengan batas- menyerang Palembang dan Sultan Mahmud Badaruddin
batas di sebelah utara Sungai Kapuran, di sebelah timur II terpaksa melarikan diri dari istana kerajaan, kemudian
berbatasan dengan Sungai Tengkuruk (sekarang menjadi Raes mengangkat Sultan Ahmad Najamuddin II adik
Jl. Jenderal Soedirman), di sebelah selatan berbatasan Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai raja. Pada tahun
dengan Sungai Musi, dan di sebelah barat berbatasan 1813 Sultan Mahmud Badaruddin II kembali mengam-
dengan Sungai Sekanak. Pada awalnya di areal tanah bil alih kerajaan namun satu bulan berikutnya diturunkan
yang luasnya sekitar 50 hektare ini hanya terdapat kembali oleh Raes dan mengangkat kembali Sultan Ah-
bangunan Kuto Batu atau Kuto Tengkuruk dan Masjid mad Najamuddin II, sehingga menyebabkan perpecahan
Agung dengan sebuah menara yang atapnya berbentuk keluarga dalam kesultanan Palembang.[6]
kubah. Pada saat ini batas kota Palembang kira-kira di Pada tahun 1818 Belanda menuntut balas atas kekalah-
sebelah timur berbatasan dengan Kompleks PT. Pusri, an mereka sebelumnya dan menyerang Palembang serta
di sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Musi, di berhasil menangkap Sultan Ahmad Najamuddin II dan
sebelah barat berbatasan dengan Sungai Lambidaro (36 mengasingkannya ke Batavia. Namun Kesultanan Palem-
Ilir), dan di sebelah utara hingga sekitar Pasar Cinde. bang kembali bangkit melakukan perlawanan yang ke-
3

mudian kembali dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaru- [5] Ricklefs, M.C.. A history of modern Indonesia since c.
ddin II. Lalu pada tahun 1819, Sultan mendapat serang- 1300. p. 139.
an dari pasukan Hindia yang antara lain dikenal sebagai
[6] Ricklefs, M.C.. A history of modern Indonesia since c.
Perang Menteng (diambil dari kata Mungtinghe). Pada 1300. p. 140.
tahun 1821 dengan kekuatan pasukan lebih dari 4000 ten-
tara, Belanda kembali menyerang Palembang dan berha-
sil menangkap Sultan Mahmud Badaruddin II yang ke-
mudian diasingkan ke Ternate.[6] Kemudian pada tahun 6 Bacaan Lanjut
1821 tampil Sultan Ahmad Najamuddin III anak Sultan
Ahmad Najamuddin II sebagai raja berikutnya, namun Bruun, M.C. (1822). Universal geography, or A de-
pada tahun 1823 Belanda menjadikan kesultanan Palem- scription of all the parts of the world. Edinburgh:
bang berada dibawah pengawasannya, sehingga kembali Balfour & Clarke.
menimbulkan ketidakpuasan di kalangan istana. Puncak-
Andaya, B.W. (1993). To live as brothers: southeast
nya pada tahun 1824 kembali pecah perang, namun da-
Sumatra in the seventeenth and eighteenth centuries.
pat dengan mudah dipatahkan oleh Belanda, pada tahun
University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-1489-4.
1825 Sultan Ahmad Najamuddin III menyerah kemudian
diasingkan ke Banda Neira.[6] Ricklefs, M.C. (1993). A history of modern Indo-
nesia since c. 1300. California: Stanford University
Press. ISBN 0-8047-2194-7.
4 Daftar Sultan Palembang
Poesponegoro, M.D.; Notosusanto, N. (1992). Se-
jarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan
Sri Susuhunan Abdurrahman (1659-1706)
perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indone-
Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago (1706- sia. jakarta: PT Balai Pustaka. ISBN 979-407-409-
1718) 8.

Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno (1718-1724)


Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo (1724- 7 Tautan luar
1757)
(Indonesia) Bahasa Jawa, Arab, dan Melayu di Pa-
Sultan Ahmad Najamuddin I Adi Kusumo (1757- lembang
1776)
(Indonesia) Palembang Sebuah Negeri yang Hilang
Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803) (Reeksi Hari Jadi Palembang ke-1319)
Sultan Mahmud Badaruddin II (1804-1812, 1813, (Indonesia) Benteng Kuta Besak
1818-1821)
(Indonesia) Sultan Mahmud Badaruddin III Prabu
Sultan Ahmad Najamuddin II (1812-1813, 1813-
Diradja Al-Hajj (Sultan Palembang 2003-Kini)
1818)
Sultan Ahmad Najamuddin III (1821-1823)
Sultan Mahmud Badaruddin III, Prabu Diradja Al-
Hajj (2003-kini)

5 Rujukan
[1] Bruun, M.C. (1822). Universal geography, or A descrip-
tion of all the parts of the world. p. 441.

[2] Darta, A.A. Gde, A.A. Gde Geriya, A.A. Gde Alit Geria,
(1996), Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan, Denpa-
sar: Upada Sastra.

[3] Berg, C.C., (1985), Penulisan Sejarah Jawa, (terj.), Ja-


karta: Bhratara.

[4] Poesponegoro, M.D. Sejarah nasional Indonesia: Jaman


pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam
di Indonesia. p. 46.
4 8 TEXT AND IMAGE SOURCES, CONTRIBUTORS, AND LICENSES

8 Text and image sources, contributors, and licenses


8.1 Text
Kesultanan Palembang Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Palembang?oldid=12953630 Kontributor: Meursault2004,
Bennylin, Jazle, Kembangraps, IvanLanin, Farras, Aday, Naval Scene, Chatti, Aldo samulo, Mfa fariz, Relly Komaruzaman, Gunkar-
ta, Tjmoel, TjBot, Kenrick95Bot, VoteITP, EmausBot, Wagino 20100516, AABot, MALLUS, Wagino Bot, Muhraz, Adi.akbartauhidin,
Yanu Tri, Japra Jayapati, Rachmat-bot, HsfBot dan Pengguna anonim: 10

8.2 Images
Berkas:Blank.png Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d2/Blank.png Lisensi: Public domain Kontributor: ?
Pembuat asli: ?
Berkas:Broom_icon.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2c/Broom_icon.svg Lisensi: GPL Kontributor:
http://www.kde-look.org/content/show.php?content=29699 Pembuat asli: gg3po (Tony Tony), SVG version by User:Booyabazooka
Berkas:Flag_of_the_Netherlands.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/20/Flag_of_the_Netherlands.svg
Lisensi: Public domain Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Zscout370
Berkas:Merge-arrows.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/52/Merge-arrows.svg Lisensi: Public domain
Kontributor: ? Pembuat asli: ?
Berkas:Miniature_of_Palembang_palace.JPG Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/47/Miniature_of_
Palembang_palace.JPG Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Ramzy Muliawan
Berkas:Question_book-4.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/64/Question_book-4.svg Lisensi: CC-BY-
SA-3.0 Kontributor: Created from scratch in Adobe Illustrator. Originally based on Image:Question book.png created by User:Equazcion.
Pembuat asli: Tkgd2007
Berkas:Sultan_of_Palembang_throne.JPG Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/43/Sultan_of_Palembang_
throne.JPG Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Ramzy Muliawan

8.3 Content license


Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0

Вам также может понравиться