Вы находитесь на странице: 1из 15

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS

PADA ANAK DENGAN DIARE


DI RUANG TULIP RSUD ULIN
BANJARMASIN

Disusun Oleh :
NURUL FARIDA
P07124113168
Semester V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN D3 KEBIDANAN
TAHUN 2015
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Telah disetujui dan diterima untuk pengambilan kasus Asuhan Kebidanan dengan Judul
Dokumentasi Asuhan Kebidanan Patologis Pada Anak Dengan Diare Di Ruang Tulip RSUD
Ulin Banjarmasin

Nama : An. R
Umur : 15 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan

Digunakan untuk membuat Asuhan Kebidanan Pada Anak Patologis untuk memenuhi tugas
Praktik Klinik Kebidanan (PKK) II oleh :

Nama : Nurul Farida


NIM : P07124113168

Mahasiswa Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan DIII Kebidanan Semester V Jalur


Umum

Banjarmasin, September 2015

Pembimbing Lahan, Mahasiswa,

Lindawati, Am.Keb Nurul Farida


NIP. 19760330200604 2 012 NIM. P07124113168
KONSEP DASAR
DIARE (GASTROENTERITIS)

A. Pengertian

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja. Diare akut (GEA) adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. (Mansjoer
Arief, 2000)
Gastroenteritis adalan inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus. GEA
ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit. (Betz dan Linda A.S, 2009)
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buang air besar yang tidak
normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.
Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali BAB, sedangkan neonatus dikatakan
diare bila sudah 4 kali BAB. (Sodikin, 2009)

B. Klasifikasi
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14 hari,
dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan
darah.
2. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari
diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
3. Diare Kronis
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab
non-infeksi, seperti penyakit senditif terhadap gluten atau gangguan metabolisme
yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
(Den Ger, 2012)

C. Etiologi
Menurut Arief Mansjoer 2000, penyebab diare dapat dibagi sebagai berikut :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk)
b. Bakteri (Shigella, Salmonella, E. Coli, Vibro)
c. Parasit (Protozoa, E. hotolytica, G. lamblia, Balantidium Colli, cacing perut,
Askaris, Trikurit, Strongiledion, dan Jamur Kandida).
2. Malabsorbsi ; karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, atau protein.
3. Makanan ; makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Imunodefisiensi.
5. Psikologis, rasa takut dan cemas.

Berdasarkan patofisiologisnya maka penyebab diare dibagi menjadi :


1. Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman pathogen, dan
apatogen, hiperperistaltik, usus halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan
psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi, dan defisiensi imun terutama IgA
sekretorik.
2. Diare osmotic, yang dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan
kalori protein (KKP), atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir. Pada
diare akan terjadi kekurangan air (dehisrasi), gangguan keseimbangan asam-basa
(asidosis metabolic) yang secara klinis berupa pernapasan kussmaul,
hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi.
(Arif Mansjoer, 2000)

D. Patogenesis
Menurut Nursalam (2005), diare dapat terjadi dengan mekanisme dasar sebagai berikut:
1. Gangguan Osmotik
Terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit
ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya, toksin pada dinding usus, akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, selanjutnya timbul diare,
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Morbilitas Usus
Hyperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik menurun,
maka akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga selanjutnya timbul
diare pula.

E. Patofisiologis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirusenteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Ascherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada
dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bila melalui fekal-oral
dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen
dikerenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa
(asidosismetabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

F. Tanda Dan Gejala


Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin
mengandung darah dan/atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan
air dan elektrolitnya, terjadi gejala dehidrasi, berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun
besar cekung/tonus dan tugor kulit berkurang. Selaput lendir mulut dan bibir kering.
Menurut Sodikin (2000), gejala klinis sesuai dengan derajat atau banyaknya
kehilangan cairan. Bila dilihat dari banyaknya cairan, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan kehilangan berat badan dan skor Maurice King.
Berdasarkan kehilangan berat badan , dehidrasi ada empat kategori, yaitu tidak ada
dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi
penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan
10%).
Sementara itu, menurut skor Maurice King dapat dijelaskan tabel berikut :

Bagian tubuh yang Nilai Untuk Gejala yang Ditemukan


diperiksa 0 1 2
Keadaan Umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma,
apatis, mengantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
Denyut nadi/menit Normal 120-140 >140

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat dehidrasi menggunakan
skor Maurice King adalah :
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-60 detik,
kemudian dilepas kembali. Bila lutut kembali normal dalam waktu 1 detik, anak
menderita dehidrasi ringan, bila kembali dalam 1-2 detik, anak menderita
dehidrasi sedang, dan bila kembali dalam 2 detik, anak menderita dehidrasi berat.
2. Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh penderita.
Skor 0-2 menunjukkan dehidrasi ringan, dehidrasi sedang ditunjukkan skor 3-6,
dan skor 7-12 menunjukkan dehidrasi berat. Nilai atau gejala tersebut adalah
gejala atau nilai terlihat pada dehidrasi isotonic dan hipotonic.
3. Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah tertutup, nilai untuk ubun-ubun
besar diganti dengan banyaknya atau frekuensi buang air kecil.
Secara Ringkas Gejala Klinis Dehidrasi adalah sebagai berikut :
Variabel Gejala Klinis Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Keadaan Umum
Kesadaran Baik/compos Gelisah Apatis-koma
mentis
Rasa Haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi Normal Cepat Sangat Cepat
Respirasi
Pernapasan Normal Agak cepat Kussmaul
Integumen
Ubun-ubun besar Agak cekung Cekung Sangat cekung
Mata Agak cekung Cekung Sangat cekung
Tugor & tonus Normal Agak kurang Sangat cekung
Diuresis Normal Oliguria Anuri
Selaput lendir Normal Agak kering Kering

G. KOMPLIKASI
Menurut Dewi (2010), Komplikasi dari diare adalah:
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi:
a. Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b. Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c. Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB,

Tanda klinis dehidrasi menurut Haroen Noerasid dalam (modifikasi) dalam


Soegeng (2000)

Gejala klinis Dehidrasi


Kesadaran Baik gelisah apatis-koma
Rasa haus + ++ +++
Nadi Normal Cepat Cepat sekali
Pernapasan Biasa Agak cepat Kaussmaul
Ubun-ubun besar Agak cekung Cekung Cekung sekali
Mata Agak cekung Cekung Cekung sekali
Turgor kulit dan Biasa Agak cekung Kering sekali
tonus
Diuresis Normal Oliguria Anuria
Selaput lendir Normal Agak kering Kering
2. Renjatan
Renjatan hipovolemik akibat turunnya volume darah, dan apabila penurunan volume
darah mencapai 15-25% BB, maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
3. Hipokalemia, dengan gejala yang muncul adanya meteorismus, hipotoni otot,
kelemahan, bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG.
4. Hypoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan
vili mukosa usus halus.
6. Kejang
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah biasanya penderita
mengalami kelaparan.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diare menurut Arief Mansjoer (2000), yaitu :
1. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis, pH, dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyakit
dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
Na, K, Ca, P serum pada diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Deodanal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif pada diare kronik.

I. Penatalaksanaan Medis
Menurut FKUI tahun 1985, penatalaksanaan berdasarkan prinsip perawatan diare
adalah:
1. Pemberian Cairan
a. Pemberian Peroral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K, dan Glukosa, untuk diare akut
diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/L dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin
yang diberi gula atau garam. Hal ini adalah untuk pengobatan pertama di rumah
pada semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah
ada dehidrasi ringan sebelum dibawa ke RS untuk mencegah dehidrasi lebih
lanjut.
b. Cairan Parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari BB atau
ringannya dehidrasi yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai umur dan BB.
Jenis-jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu Dg aa,
RLg, RL, DG 1 : 2, R Lg 1 : 3 dan cairan 4 : 1.
Cara-cara memberi cairan berdasarkan tingkat dehidrasi
a. Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap kali buang air besar.
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25-50 ml/kg parocal atau intragastik, selanjutnya 125 ml/kg
BB/hari.
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB parocal atau intragastik, selanjutnya 125
ml/kg BB/hari.
d. Dehidrasi berat
Cairan parenteral
2. Dietetik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan
dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
a. Memberikan nasi.
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral
dan makanan yang bersih.
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg maka jenis makanan :
- Susu seperti ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misal LLM, Almiron.
- Makanan setengah (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak
mau minum susu karena tidak biasa.
- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan
asam lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang
ditemukan.
3. Obat-obatan : obat anti sekresi, obat anti spasmolitik, obat pengeras tinja, obat
antibiotik.
- Obat anti sekresi : asetosal dosis 25 mg/kg BB/Tahun dengan dosis minuman 30
mg, Klorpromazin dosis 0,5 mg/kg BB/Hari.
- Obat anti spasmolitik : pada umumnya obat ini seperti papaveri ekstrak beladona
opium loperamid dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare.
- Obat antibiotik, pada umumnya tidak diberikan apabila ada penyebab yang jelas,
antibiotik diberikan bila ada penyakit seperti DMA, Faringitis, Bronchitis, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, CL dan Linda A.S. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta : EGC

Dewi, V.N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta. Salemba Medika

Ger, Den. 2012. Jenis klasifikasi Diare. http://worldhealth-


bokepzz.blogspot.com/2012/04/jenis-klasifikasi-diare.html (diakses tanggal 15
September 2015)

Mansjoer, Arief, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan.
Jakarta. Salemba Medika

Sodikin. 2009. Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan. Jakarta : EGC

Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS
PADA ANAK DENGAN DIARE
DI RUANG TULIP RSUD ULIN
BANJARMASIN

PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Kamis/ 10 September 2015
Pukul : 18.00 WITA
No. RMK :118xxxx

IDENTITAS

I. Identitas Anak
Nama Anak : An. R
Umur :15 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
II. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. A Nama Ayah : Tn. F
Umur : 35 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jelapat II Batola Alamat : Jelapat II Batola

PROLOG
Ibu membawa anaknya ke IGD Rumah Sakit Ulin Banjarmasin pada hari kamis tanggal 10
September 2015 pada pukul 04.00 WITA, menurut orang tua anaknya mengalami BAB cair
10 kali disertai muntah 2-3 kali dan demam sejak hari rabu tanggal 9 September 2015. Terapi
yang sudah diberikan Infus RL 10 tpm botol pertama. Keadaan umum saat masuk ruang IGD
lemah, nadi 110x/menit, pernapasan 32x/menit, T: 38,3oC. Anak dibawa ke ruang anak pada
hari kamis tanggal 10 september 2015 pukul 07.00 WITA. Infus terpasang pada tangan
sebelah kiri botol pertma (sisa 410 ml).
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan anaknya masih BAB cair sebanyak 4 kali dan demam turun naik.

OBJEKTIF
Keadaan umum lemah, nadi 92x/menit, pernapasan 40x/menit, T : 37,7oC, muka terlihat
pucat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mukosa bibir lembab, ekstrimitas tidak ada
oedem, tugor kulit cepat kembali. Terapi : Sanmol drop 3x0,7 cc per oral, oralit 100 ml
setelah BAB.

ANALISA
An. R umur 15 bulan dengan diare akut + dehidrasi ringan.

PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, yaitu keadaan
umum lemah, nadi 92x/menit, pernapasan 40x/menit, suhu 37,7oC. Orang tua
mengerti.
2. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pada pukul 21.00 WITA keadaan
umum lemah, suhu 37,7oC, nadi 92x/menit, dan respirasi 40x/menit.
3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi terhadap anak. Anak sudah makan 10 sendok bubur
pada pukul 17.30 dan minum 1 gelas air putih.
4. Melanjutkan pemberian terapi:
- Infus RL 10 tpm (botol pertama sisa 80 ml )
- P/o Sanmol drop 3x0,7 cc
- P/o Lacto B 2x1 sachet
- P/o Zink Kid 1x20 mg
- Oralit 100-200 ml setiap kali BAB
5. Memberikan KIE kepada orang tua dan keluarga tentang:
a. Memberikan kompres hangat apabila anaknya demam.
b. Memberikan ASI sesering mungkin.
c. Memberikan makan dan minum sedikit-sedikit tapi sering.
Orang tua mengerti.
CATATAN PERKEMBANGAN

HARI/TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN


Jumat, S : Ibu mengatakan anaknya masih BAB berampas sebanyak 3 kali,
11 September 2015 dan tidak demam.
22.00 WITA O : Keadaan umum baik, nadi 98 x/menit, pernapasan 42 x/menit, T :
37,2oC, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mukosa bibir
lembab, tugor kulit cepat kembali.
A : An. R umur 15 bulan dengan diare.
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan, yaitu keadaan umum baik, nadi 98 x/menit,
pernapasan 42 x/menit. Orang tua mengerti.
2. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pada hari sabtu
tanggal 12 September 2015 pukul 06.00 WITA, yaitu keadaan
umum baik, suhu 37,2oC, nadi 98x/menit, pernapasan
42x/menit.
3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi terhadap anak. Anak sudah
makan setengah porsi bubur pada pukul 18.00 WITA dan
minum 1 gelas air putih.
4. Melanjutkan pemberian terapi:
- Infus RL 10 tpm (botol ke 3 sisa 240 ml)
- P/o Sanmol drop 3x0,7 cc (diberikan pada pukul 02.00
WITA)
- P/o Lacto B 2x1 sachet
- P/o Zink Kid 1x20 mg
- Oralit 100-200 ml setiap kali BAB (diberikan 1 kali
pada pukul 06.30 WITA)
5. Memberikan KIE kepada orang tua dan keluarga tentang:
a. Memberikan ASI sesering mungkin.
b. Memberikan makan dan minum sedikit-sedikit tapi sering.

Minggu, Anak pulang pada pukul 10.00 WITA


13 September 2015

Вам также может понравиться