Вы находитесь на странице: 1из 8

Hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen merupakan dua bidang hukum yang

sulit dipisahkan dan ditarik batasannya. Az Nasution berpendapat bahwa ,Hukum


perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas
atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi
kepentingan konsumen. Sedangkan Hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-
asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak
atau satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa di dalam pergaulan hidup.

Awal terbentuknya Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


yang disepakati oleh DPR pada (tanggal 30 Maret 1999) dan disahkan Presiden RI pada
tanggal 20 April 1999 (LN No. 42 Tahun 1999). Berbagai usaha dengan memakan waktu,
tenaga dan pikiran yang banyak telag dijalankan berbagai pihak yang berkaitn dengan
pembentukan hukum dan perlindungan konsumen. Baik dari kalangan pemerintah, lembaga-
lembaga swadaya masyarakat. YLKI, bersama-sama dengan perguruan-perguruan tinggi yang
merasa terpanggil untuk mewujudkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini.
Berbagai kegiatan tersebut berbentuk pembahasan ilmiah/non ilmiah, seminar-seminar,
penyusunan naskah-naskah penelitian, pengkajian naskah akademik Rancangan Undang-
Undang (Perlindungan Konsumen).

ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 8 Tahun 1999 menjelakan bahwa Perlindungan Konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen.

Tujuan dari UU PK adalah melindungi kepentingan konsumen, dan di satu sisi menjadi pecut
bagi pelaku usaha untuk meningkatkan kualitasnya. Lebih lengkapnya Pasal 3 UU PK
menyebutkan bahwa tujuan perlindungan konsumen adalah:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses
negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen;

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum


dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen


sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Sedangkan asas-asas yang dianut dalam hukum perlindungan konsumen sebagaimana


disebutkan dalam Pasal 2 UU PK adalah:

1. Asas manfaat

Asas ini mengandung makna bahwa penerapan UU PK harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya kepada kedua pihak, konsumen dan pelaku usaha. Sehingga tidak ada satu
pihak yang kedudukannya lebih tinggi dibanding pihak lainnya. Kedua belah pihak harus
memperoleh hak-haknya.

2. Asas keadilan

Penerapan asas ini dapat dilihat di Pasal 4 7 UU PK yang mengatur mengenai hak dan
kewajiban konsumen serta pelaku usaha. Diharapkan melalui asas ini konsumen dan pelaku
usaha dapat memperoleh haknya dan menunaikan kewajibannya secara seimbang.

3. Asas keseimbangan

Melalui penerapan asas ini, diharapkan kepentingan konsumen, pelaku usaha serta
pemerintah dapat terwujud secara seimbang, tidak ada pihak yang lebih dilindungi.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen

Diharapkan penerapan UU PK akan memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan


konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas kepastian hukum

Dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha mentaati hukum dan memperoleh
keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian
hukum.

PERKEMBANAGN PERLINDUNGAN KONSUMEN.

6. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Produsen.

Hak konsumen
Secara umum dan telah diakui oleh organisasi internasional ada empat hak dasar konsumen,
yaitu :

Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety)


Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed)
Hak untuk memilih (the right to choose)
Hak untuk di dengar (the right to be heard)

Sedangkan dalam pasal 4 UUPK ada sembilan, yaitu :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/
jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan/ jasa serta mendapatkan barang dan/ jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/
jasa.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ jasa yang digunakann.

5. Hak untuk mendpaatkan advokasi, perlindunga, dan upaya penyelesaian sengketa


perlindungan konsumen secara patut.

6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

8. Hak untuk mendapatkan dispensasi, ganti rugi dan/ penggantian, jika barang dan/ jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang lain.

Kedudukan konsumen

Let the buyer beware (ceveat emptor) : asas ini berasumsi, pelaku usaha dan konsumen adalah
dua pihak yang sangat seimbang sehingga tidak perlu ada proteksi apapun bagi si konsumen.

The due care theory : pelaku usaha mempunya kewajiban untuk berhati-hati dalam
memasyarakatkan produk, baik barang maupun jasa selama berhati-hati dengan produknya
ia tak dapat dipersalahkan dan tidak dapat menyalahkan pelaku usaha. Seperti yang tercantu
dalam pasal 1865 BW bahwa seseorang yang mendalilkan sesuatu diwajibkan membuktikan
adanya hak atau peristiwa tersebut.

The privity of contract : pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen,
tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu hubungan
kontraktual.

Hak-Hak Produsen

1. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi, cara, dan
nilai tukar barang atau jasa yang diperdagangkan dengan konsumen;

2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beretikad tidak
baik;

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen;

4. Hak untuk rehabilitasi nama baim apabila terbukti secra hukum bahwa kerugian konsumen
tidak diakibatkan oleh barnag atau jasa yang diperdagangakan.

Tanggung Jawab Produsen

Produsen bertanggung jawab member ganti rugi kepada konsumen apabila didalam proses
transaksi jual beli, konsumen tidak mengetahiu adanya perubahan barang atau jasa yang
dilakukan oleh produsen atau barang dan jasa tersebut tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan
komposisi yang semestinya.

Kewajiban Produsen

1. Beretikad baik dalam kegiatan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
atau jasa serta memberikan penjelasan, penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
4. Menjamin mutu barang atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu dan jasa yang berlaku;

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji atau mencoba barang dan jasa
yang dibuat atau diperdagangkan;

6. Memberi kompensasi, ganti rugi, atau pengganti atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan barang atau jasa yang diperdagangkan;

7. Memberi kompensasi ganti rugi atau penggunaan bila barang atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuia dengan perjanjian.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN ASAS ASASNYA

Secara garis besarnya UUPK mengatur hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
yakni sebagai berikut :
1) Ketentuan Umum
Memuat pengertian-pengertian tentang istilah yang dipakai dalam UUPK
2) Asas dan Tujuan
Memuat asas-asas perlindungan konsumen dan tujuan perlindungan konsumen
3) Hak dan Kewajiban
Memuat hak dan kewajiban yang dimiliki oleh konsumen maupun pelaku usaha
4) Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha
Memuat sejumlah perbuatan-perbuatan yang dilarang untuk dilakukan oleh pelaku usaha, yang
berkaitan dengan kegiatan produksi, memasarkan, promosi atau iklan, penjualan dengan obral,
dll.
5) Ketentuan Pencantuman Klasula Baku
Memuat ketentuan-ketentuan mengenai pencatuman klasula baku.
6) Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Memuat aturan-aturan tentang tanggung jawab pelaku usaha.
7) Pembinaan dan Pengawasan
Memuat ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan pembinaan dan pengawasan dalam
perlindungan konsumen.
8) Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)
Memuat ketentuan tentang fungsi, tugas, organisasi dan keanggotaan BPKN.
9) Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM)
Memuat tentang tugas dan fungsu LPKSM.
10) Penyelesaian Sengketa
Memuat ketentuan-ketentuan tentang penyelesaian sengketa konsumen, baik melalui pengadilan
maupun di luar pengadilan.
11) Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
Memuat tentang fungsi, tugas dan kewenangan BPSK.
12) Penyidikan
Memuat tentang ketentuan penyidikan perkara konsumen yang di duga memenuhi unsur-unsur
pidana.
13) Sanksi
Memuat ketentuan-ketentuan tentang jenis sanksi, meliputi sanksi adminitratif maupun sanksi
pidana.
14) Ketentuan Peralihan
Memuat ketentuan tentang ketentuan peralihan berkaitan dengan pemberlakuan UUPK.
15) Ketentuan Penutup
Memuat tentang mulainya berlakunya UUPK.

Ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum UUPK yang mengatur dan


melindungi konsumen merupakan suatu aturan yang bersifat umum, sehingga tidak bisa
dikesampingkan keberadaannya. Sekalipun peraturan-peraturan itu tidak secara khusus untuk
melindungi konsumen, setidak-tidaknya ia merupakan sumber juga dari hukum konsumen
dan/atau hukum perlindungan konsumen (Az. Nasution, 2011 : 47). Az. Nasution (2011 : 47 - 56)
menguraiakan sumber-sumber hukum konsumen dan/ atau hukum perlindungan konsumen,
sebagai berikut :
1) Undang-Undang Dasar dan Ketetapan MPR
Hukum konsumen, terutama Hukum Perlindungan Konsumen mendapatkan landasan hukumnya
dalam Pembukaan UUD 1945, alinea ke-4 yang berbunyi ...kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia...
Kata melindungi mengandung makna asas perlindungan (hukum) ada segenap bangsa
Indonesia, tanpa terkecuali.
Landasan hukum lainnya terdapat dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945, yang menyebutkan bahwa
Tiap warga negara berhak atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Sesunggungnya apabila kehidupan seseorang terganggu oleh pihak lain, maka alat-alat negara
akan akan turun tangan, baik diminta atau tidak, untuk melindungi dan/atau mencegah terjadinya
gangguan ini. Hal ini merupakan hak dasar bagi warga negara.
Selanjutnya untuk melaksanakan perintah UUD 1945 untuk melindungi segenap bangsa, dalam hal
ini khususnya konsumen, Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) telah menetapkan berbagai
ketetapan MPR sejak tahun 1978 - 1993. TAP 1993 tegas mengatakan dalam satu baris kalimat
yang menyatakan bahwa ...meningkatkan pendapatan produsen dan melindungi konsumen.
2) Hukum Konsumen dalam Hukum Perdata
Hukum konsumen dalam hukum perdata yakni dalam pengertian hukum perdata dalam arti luas,
yakni hukum perdata (KUH Perdata), hukum dagang (KUH Dagang), serta kaidah-kaidah
keperdataan yang termuat dalam peraturan perundang-undangan lainnya. Kesemuanya itu baik
hukum perdata tertulis maupun hukum perdata tidak tertulis (hukum adat).
Jika dilihat secara keseluruhan, kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah hukum
antara pelaku usaha penyedia barang dan/atau jasa dengan konsumennya termuat dalam (Az.
Nasution, 2011 : 53) :
a. KUH Perdata, terutama Buku II, III, dan IV.
b. KUH Dagang, Buku I dan II.
c. Berbagai peraturan perundang-undangan lain yang memuat kaidah-kaidah hukum bersifat
perdata tentang subyek-subyek hukum, hubungan hukum dan masalah antara penyedia barang
atau penyelenggara jasa tertentu dengan konsumen.
3) Hukum Konsumen dalam Hukum Publik
Hukum konsumen dalan hukum publik yang dimaksud adalah hukum yang mengatur hubungan
antara negara dan alat-alat perlengkapannya atau hubungan antara negara dengan perorangan.
Adapun yang termasuk dalam hukum publik dan terutama dalam kerangka hukum konsumen
dan/atau hukum perlindungan konsumen adalah Hukum Administrasi Negara (HAN), Hukum
Pidana, Hukum Acara Perdata/ Pidana, Hukum Internasional khususnya Hukum Perdata
Internasional.

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Perlindungan konsumen adalah perangkat yang diciptakan untuk melindungi dan terpenuhinya
hak sebagai contoh para penjual diwajibkan menunjukka tanda harga sebagai tanda pemberitahuan
kepada konsumen. Dengan kata lain, segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen.
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan
adalah:

Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan
Pasal 33.

Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No.
3821.

Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Usaha Tidak Sehat.

Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian Sengketa.

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan


Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.

Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan
pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota.

Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795 /DJPDN/SE/12/2005
tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen.
Menurut Undang- undang no.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:
Pasal 1 butir 1,2 dan 3:

1. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen.

2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan

3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan taua badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun buka badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama- sama melalui
perjanjian menyelenggaraka kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

http://www.jurnalhukum.com/hukum-perlindungan-konsumen-di-indonesia/

http://www.hukum-ut.id/2017/03/hukum-perlindungan-konsumen.html?m=1

http://arikathemousleemah.blogspot.co.id/2014/04/makalah-perlindungan-konsumen.html?m=1

Вам также может понравиться