Вы находитесь на странице: 1из 32

ARTI MORBIDITAS

morbidity (morbiditas)

Dalam khasanah literatur istilah morbiditas menggambarkan sebuah keadaan pemikiran


yang murung (a gloomy state of mind). Dalam ilmu-ilmu Sosial istilah ini merujuk pada
pengalaman-pengalaman sehat (health experience), yang secara lebih spesifik pada periode-
periode sakit. Pada suatu masa tertentu di mana dalam masyarakat ada beberapa orang yang
sakit, yang bisa di hitung baik dalam hal jumlah yang sakit dan yang cidera maupun jumlah
dari hari sakit yang mereka alami. Hal-hal itu sakit, timbulnya dan durasinya menjadi pokok
kajian morbiditas. Sebagai sebuah kajian morbiditas memusatkan perhatian pada kualitas
hidup, berusaha mempelajari mengapa timbul penyakit dan apa efeknya terhadap individu
dan masyarakat. Dalam kajian-kajian mortalitas ide untuk memperpanjang kehidupan sering
ditemui, dan harapan hidup pada kelahiran sering dipakai sebagai alat ukur keberhasilan
kebijakan mortalitas. Dalam kajian morbiditas, tujuan utamanya adalah mengurangi jumlah
episode sakit (sickness episodes) dan memperkecil jumlah waktu sakit (sickness time) yang
dialami individu. Jika harapan hidup memperkirakan berapa lama anggota masyarakat bisa
hidup, harapan sehat (health expectancy memperkirakan seberapa bagian dari umur seseorang
akan dijalani dalam kondisi sehat dan berapa bagian yang dijalani dalam keadaan sakit.
Dalam kondisi ideal orang akan menjalani masa hidupnya dalam kondisi yang sehat.

Advertisement

Mortalitas sedang menurun di sebagian besar kawasan di dunia. Di Eropa Barat, di mana teori
tersebut dikenal dengan baik, penurunan ini terjadi pada akhir abad 18, saat di mana penyakit
infeksi sering terjadi. Sejak saat itu resiko meninggal pada usia tertentu telah menurun, dan
harapan hidup telah naik dari sekitar 30 atau 35 tahun menjadi lebih dari 75 tahun. Meski di
masa lampau para cendekiawan sering berasumsi bahwa morbiditas seharusnya mampu
memperkirakan mortalitas selama masa transisi sehat, riset terhadap pengalaman sehat
mengatakan sebaliknya. Pada masing-masing usia kemungkinan terjadinya kematian telah
menurun dengan tajam, tetapi kemungkinan jatuh sakit permulaan episode sakit atau cedera
baru telah menurun secara lebih bertahap dan menjalani rute yang berbeda. Dengan kata lain,
kemungkinan terjadinya kematian akibat penyakit telah berubah sepanjang zaman, baik untuk
penyakit dan untuk gangguan kesehatan yang sering dianggap sebagai penyakit. Daya bunuh
penyakit semakin menurun dan manusia makin mampu menangani faktor-faktor penyebab
dan resiko dari penyakit dan gangguan kesehatan. Yang lebih mengejutkan, durasi rata- rata
dari episode sakit telah meningkat. Dengan demikian harapan sehat tidak mampu
mengimbangi meningkatnya harapan hidup.

Beberapa alasan telah diajukan atas munculnya kecenderungan waktu sakit dan survival.
Yang pertama, karakteristik penyakit telah berubah dari yang biasanya singkat menjadi
panjang. Di masa lampau orang lebih sering jatuh sakit, tetapi secara rata-rata waktu sakit
mereka lebih pendek dari pada yang dialami orang pada akhir abad 20. Yang kedua, teori
yang disebut kelemahan heterogen {heterogenous frailty) menjelaskan lamanya waktu sakit
dengan menunjuk pada perubahan dalam komposisi penduduk. Orang-orang yang selamat
(newsurvivors), yaitu, orang-orang yang mampu bertahan hidup lebih lama pada saat
mortalitas menurun, tampaknya telah menderita lebih banyak penyakit. Yang ketiga,
pengobatan telah memperlihatkan keberhasilannya dalam mengalahkan penderitaan penyakit
yang panjang, terutama pada orang dewasa. Sebagai tambahan, faktor-faktor budaya telah
membantu pengembangan definisi yang lebih luas terhadap penyakit berdasarkan individu
dan masyarakat.

Masa-masa sehat dalam hidup dialami dengan sangat berbeda baik antar individu maupun
antara laki-laki dan perempuan. Beberapa orang sering mengalami sakit sementara yang lain
mengaku tidak pernah sekali pun jatuh sakit. Perbedaan ini mencerminkan perbedaan sikap
dalam memandang sebuah pengalaman sebagai suatu kondisi sakit. Perbedaan ini juga
memcerminkan perbedaan-perbedaan exposure terhadap resiko- resiko terkena penyakit dan
cedera, dan barang kali juga perbedaan derajat pada masa-masa sehat sebelumnya yang terus
mempengaruhi kesehatan selanjutnya. Banyak penyakit meninggalkan efek yang lama pada
penderita setelah ia sembuh, dan hal yang sama juga terjadi pada pengalaman sehari-hari
(seperti terkena radiasi matahari), dan perilaku (seperti mengisap rokok). Penderitaan tersebut
nampaknya terakumulasi pada tingkat yang beragam. Masa-masa sehat yang dialami
belakangan, dan saat kematian, mungkin tidak hanya disebabkan oleh perbedaan individu
pada saat mereka dilahirkan, yaitu yang disebutkan dalam teori kelemahan heterogen, tetapi
juga oleh perbedaan-perbedaan yang terjadi di sepanjang kehidupan. Baik di masa lalu
maupun kini, wanita dilaporkan menderita lebih banyak penyakit ketimbang pria, namun
hidup lebih lama.

Di negara-negara berkembang permasalahan utama kebijakan morbiditas adalah pencegahan


atas penyakit yang berkepanjangan, yang mencakup episode final dari penyakit yang semakin
panjang yang berakhir dengan kematian. Biaya perawatan penyakit menjadi semakin mahal
di paruh kedua abad 20. Bagi negara-negara yang sedang berkembang permasalahan di sektor
ini jauh lebih kompleks. Terutama di Asia dan Afrika penyakit infeksi akut, infeksi
pernapasan, dan penyakit degeneratif yang kronis muncul secara bersamaan, yang menuntut
seperangkat kebijakan kesehatan yang lebih beragam dan mahal. Tugas riset morbiditas pada
ilmu-ilmu sosial adalah memandang penyakit itu sendiri sebagai akibat, dan mencari cara
untuk mengurangi beban yang menghimpit individu dan masyarakat.

morbiditas dan mortalitas penyakit dan

perbedaannya.
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejarah menunjukkan bahwa epidemiologi merupakan ilmu yang dikenal sejak zaman dahulu
bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini
berkaitan satu dengan yang lain. Misalnya, studi epidemiologi bertujuan mengungkapkan
penyebab suatu penyakit atau program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang
membutuhkan pengetahuan ilmu kedokteran seperti ilmu faal/fisiologi, biokimia, patologi,
mikrobiologi, dan genetika.

Dalam sejarah epidemiologi akan digambarkan tentang perkembangan epidemiologi yang


diwali sejak abad ke-5 SM yaitu sejak era hippocrates sampai akhir abad ke-20. Adapun
tujuan mempelajari sejarah epidemiologi adalah memberikan gambaran tentang bagaimana
hubungan dan aplikasi epidemiologi dengan berbagai masalah kesehatan masyarakat.

Epidemiologi merupakan salah satu ilmu yang dapat memperkuat kompetensi maupun
profesionalisme petugas kesehatan. Oleh karena itu, epidemiologi diajarkan di berbagai
jenjang sekolah atau perguruan tinggi kesehatan, maka dari itu penting untuk dibahas
mengenai epidemiologi.

Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:

Jelaskan sejarah epidemiologi!


Sebutkan dan jelaskan jenis dan ruang lingkup epdemiologi!
Jelaskan batasan dan manfaat epidemiologi serta konsep dan cara penularan dari
penyakit!
Jelaskan batasan mengenai morbiditas dan mortalitas penyakit dan perbedaannya!
Jelaskan ukuran status morbiditas dan mortalitas penyakit!

Bagaimana hubungan unsur-unsur


terjadinya peningkatan demografis
morbiditas dan danpenyakit!
mortalitas faktor-faktor imunitas terhadap
Jelaskan teori konsep dasar terjadinya penyakit!
Apa saja konsep penyebab penyakit serta bagaimana tahapan alamiah suatu penyakit?
Jelaskan definisi penyakit dan sumber penularaan serta pencegahan dan
penanggulangannya?
Jelaskan perbandingan karakteristik penyakit menular dan tidak menular!
Mengapa penyakit tidak menular dan penyakit bukan infeksi dapat meyebabkan
peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit?
Apa agen infeksi serta macam-macam penularan?
Apa definisi serta cara penularan dari kejadian endemi, epidemi, dan pandemi?
Definisi imunitas dan faktor yang mempengaruhi imunitas?
Jelaskan definisi komponen dan ruang lingkup demografi dan cara menganalisis
piramida penduduk dan ukuran dasar demografi?
Bagaimana hubungan unsur-unsur demografi dan faktor-faktor imunitas terhadap
terjadinya peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit?

Tujuan

Tujuan dari pengamatan ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui sejarah epidemiologi.


Untuk mengetahui jenis dan ruang lingkup epdemiologi.
Untuk mengetahui batasan dan manfaat epidemiologi serta konsep dan cara penularan
dari penyakit.
Untuk mengetahui batasan mengenai morbiditas dan mortalitas penyakit dan
perbedaannya.
Untuk mengetahui ukuran status morbiditas dan mortalitas penyakit.
Untuk mengetahui hubungan unsur-unsur demografis dan faktor-faktor imunitas
terhadap terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit.
Untuk mengetahui teori konsep dasar terjadinya penyakit.
Untuk mengetahui apa saja konsep penyebab penyakit serta bagaimana tahapan
alamiah suatu penyakit.
Untuk mengetahui definisi penyakit dan sumber penularaan serta pencegahan dan
penanggulangannya.
Untuk mengetahui perbandingan karakteristik penyakit menular dan tidak menular.
Untuk mengetahui mengapa penyakit tidak menular dan penyakit bukan infeksi dapat
meyebabkan peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit.

Untuk mengetahui agen infeksi serta macam-macam penularan.
Untuk mengetahui definisi serta cara penularan dari kejadian endemi, epidemi, dan
pandemi.
Untuk mengetahui definisi imunitas dan faktor yang mempengaruhi imunitas.
Untuk mengetahui definisi komponen dan ruang lingkup demografi dan cara
menganalisis piramida penduduk dan ukuran dasar demografi.
Untuk mengetahui hubungan unsur-unsur demografi dan faktor-faktor imunitas
terhadap terjadinya peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit.

Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh,yaitu:

Dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.


Dapat menambah wawasan pembaca, terutama bagi penulis.
Dapat menambah jumlah inventaris makalah diperpustakaan kampus.

BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah epidemiologi

Dalam sejarah epidemiologi akan digambarkan tentang perkembangan epidemiologi yang


diawali sejak abad ke 5 SM yaitu era hipocrates sampai akir abad ke 20. Perkembangan
sejarah epidemiologi dpat dikelompokkan dalam 4 tahap yaitu pengamatan, perghitungan,
pengkajian, dan uji coba1:

1. Tahap pengamatan

Merupakan tahap awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan
serta factor-faktor yang berhubungan dengan cara pengamatan (observasi) sebagai contoh
adalah pengamatan oleh hipocrates 2400 tahun lalu.

Hipokrates adalah orang yang pertama yang berfikir bahwa terdapat hubungan antara
keadaan lingkungan dengan kejadian lingkungan dengan kejadian penyakit pada zaman
Yunani antar 460-370 SM. Hipocrates merupakan dokter terbesar pada zamannya dan
dianggap sebagai bapak ilmu kedokteran. Selin itu, ipocrates juga dikenal melalui tulisannya
yang berjudul Air, Water, and Places

Hipocrates menekankan pentingnya menentukan pengaruh factor lingkungan dan kebiaasaan


hidup terhadap timbulnya penyakit. Dengan kata lain, hipocrates telah menghubungkan
timbulnya penyakit dengan factor lingkungan baik, lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial.

1. Tahap perhitungan

Tahap ini merupakan upaya untuk mengukur frekuensi dan penyebaran suatu masalah
kesehatan dengan bantuan ilmu hitung. Conth pada tahap ini adalah pengukuran oleh john
Graunt (1662) yang mengadakan pencatatan kelahiran dan kematian dikota Londn yang
diperoleh selama 30 tahun sejak taun 1632.

1. Tahap pengkajian

Pada tahap ini sudah dilakukan pengkajian dan pembuktian adanya ubungan statistic antara
kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh adala pembuktian oleh
William Farr (1893) dan John Snow (1894).

Farr membuktikan bahwa adanya hubungan statistic antaraperistiwa kehidupan dengan


keadaan masyarakat. Farr menggunakan metode statistika dan epidemiologi untuk
menganalisis data kematian yang berkaitan denga epidemic penyait kolera yang terjadi

dibeberapa wialayah di London pada tahun 1832 dan 1849.


Adapun john Snow (1894) mempelajari tentang terjadinya wabah kolera di kota London dan
membuktikan adanya hubungan antara timbulnya wabah kolera dengan sumber air minum
penduduk. Penkajian yag dilakukan oleh Snow hanya pada data yang ada atau terjadi secara
alamiah sehingga disebut sebagai tahap eksperimen lainnya.

1. Tahap uji coba

Tahap uji coba sebagai dasar eksperimen modern adalah membandingkan akibat dari suatu
paparan yang diberikan kepada suatu kelompok baik manusia atau hewan dibandingkan
dengan kelompok manusia atau hewan lain yang tidak diberi paparan tersebut. Tokoh
eksperimen modern adalah sebagai berikut :

1. James Lind (1716-1794)

Pada tahun 1753< Lind mengamati bahwa kejadian scurvy berhubungan dengan kondisi
lingkungan dan kebiasaan makan para awak kapal yang berlayar. Kemudian dia melakukan ui
coba memberikan berbagai jenis suplemen gizi termaksud cuka dan jeruk citrus pada
penderita scurvy. Hasilnya scurvy dapat dicegah dan diobati dengan memberikan buah jeruk.

2. Edwar Janner ( 1749-1823)

Taun 1798, Janer mengamati bahwa seseorang yang terifeksi cow pox aman dari infeksi small
pox. Virus orthopox baru dapat diidentifikasi pada tahun 1958.

3. Joseph Goldberger (1974-1927)

Pada tahun 1915, Golberger ditugaskan oleh Surgeon General Amerika Serikat untuk
mengadakan penyelidikan mengenai pellagra. Dari penyelidikan tersebut Goldberger
menemukan bahwa pellagra tidak disebabkan penyakit menular tetapi karena kekurangan gizi
dan dapat dicegah dengan meningkatkan konumsi protein hewani dan protein kacang-
kacangan. Vitamin B6 baru dapat diidentifikasi tahun 1924.

4. Doll Dan Hill

Austin Bradford hill bersama Richard Doll meakukan studi tentang merokok dan kaitannya
dengan kangker paru-paru studi penyakit kardiovaskuler pada penduduk Farmingham,
Massachusetts.

Tokoh Tokoh sejarah Epidemiologi

Dikenal beberapa orang yang telah mematok sejarah penting dalam perkembangan
epidemiologi, diantaranya adalah 2:

1. Hippocrates (460 BC-377 BC)

Hippocrates merupakan ahli epidemiologi pertama di dunia, karena dialah yang pertama
mengajukan konsep analisis kejadian penyakit secara rasional dan uga memperkenalkan
istilah endemic dan epidemi. Hippocrates mengemukakan beberapa teori yaitu penyakit

terjadi karena
eksternal adanya
maupun kontak
internal denan jasad hidup penyakit berkaitan dengan lingkungan
seseorang.

2. Galen (129-199)

Galen merupakan bapak psikologi eksperimental karana dia megajukan konsep bahwa status
kesehatan berkaitan dengan temperament dan penyakitberhubungan dengan personality type
dan lifestyle factors.

3. Thomas Syndenham (1624-1689)

Dia disebut sebagai English Hippocrates karena petanyaannya yang menghidupkan kembali
konsep Hippocrates di Ingris dan merinci lebih jelas tentang factor lingkungan dari
Hipporates. Dia dianggap sebagai bapak epidemmiologi

4. Antonio Van Leuwenhoek (1632-1730)

Dia sebagai ilmuan yang menemukan microscope, penenmu bakteri dan parasite (1674)
penemu spermatozoa (1677) penemuan Antonio ini kemudian sangat berguna untuk analisis
epidemiologi selanjutnya.

5. Robert Koch

Dia adalah penemu basil tuberculosis (1822), dia memperkenalkan tuberculin (1890) sebagai
suatu cara pengobatan tuberculosis. Dia juga memperkenalkan konsep tentang cara
menentukan kapan mikroorganisme dapat dianggap sebagai penyebab suatu penyait.

6. Max Van Patternkofer

Dia inginmembuktika bahwa vibrio bukan penyebab kolera.


7. Jhon Snow (1813-1858)

Dia adalah penemu penyakit kolera. Dia menggunakan pendekatan epidemiologis dengan
menganalisis faktor empat orang, waktu untuk menganalisis maslah kolera sehingga dianggap
sebagai the father of field epidemiologi

8. Percival Pott

Dia adalah orang yang melakukan pendeatan epidemiologi dan menganalisis tingginya angka
kejadian kanker scrotum pada pekerja pembersih cerobng asap. Dengan analisis
epidemiolginya, dia menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang
menjadi penyebabnya.dia dianggap sebagai bapak epidemiologi modern.

9. James Lond

Dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang engalami
scurvy (kurang vitamin C) ternyata hal ini dikarenakan mereka semua makan makanan
kaleng. Dia dikenal sebagai bapakTrial klinik

10. Doll dan Hill


Dia adalah penemu kanker akibat merokok, mereka adalah pelopor penelitian di bidang
epidemiologic klinik.

Jenis dan ruang li ngkup epidemiologi


o Jenis-jenis epidemiologi

1. Epidemiologi Deskriptif (Descriptive epidemiology)b

Epidemiologi deskriptif adalah penelitian yang mempelajari frekuensi dan distribusi masalah
kesehatan tanpa memandang perlu mendapatkan jawaban tentang faktor penyebab yang
mempengaruhi frekuensi, penyebaran dan munculnya maslah kesehatan tersebut.
Epidemiologi deskriptif ini hanya menjawab pertanyaan tentang siapa (who), dimana
(where), dan kapan (when) tetapi tidak menjelakan kenapa (why) tibul masalah kesehatan
tersebut. Jadi dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frejuensi penyakit berubah
menurut perubahan variable-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat
(place) dan waktu ( time).

Contoh : adalah ada 100 orang laki-laki menderita infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA ) di
kelurahan Maleer pada tahun 2008.3

2. Epidemiologi analitik (Analytic epidemiology )

Epidemiologi analitik adalah penelitian yang menganalisis faktor penyebab (determinan)


masalah kesehatan. Berarti epidemiologi analitik merupakan pencarian jawaban terhadap
faktor-faktor penyebab yang dimaksud (why) untuk kemudian dianalisa hubungannya dengan
akibat yang ditimbulkan.
Contoh : setelah ditemukan secara deskriptif bahwa angka kejadian infeksi saluran
pernafasan akut ( ISPA ) pada orang yang merokok sangat tinggi maka perlu dianalisis lebih
lanjut apakah rokok memang benar penyebab terjadinya ISPA.3

3. Epidemiologi eksperimental

Epidemiologi eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan percobaan


atau eksperimen untuk penyakit.

Contohnya : jika rokok dianggap sebagai penyebab ISPA, maka dilakukan eksperimen
terhadap sekelompok orang dilarang merokok, kelompok lain dibiarkan merokok kemudian
dibandingkan hasilnya.3

Ruang lingkup epidemiologi3

1. Etiologi

Hal ini berkaitan dengan identifikasi penyebab penyakit dan masalah kesehatan lain.
Misalnya,etiologi dari kolera adalah vibrio cholera.

2. Efikasi (Efficacy)

Hal ini berkaitan dengan efek/daya optimal yang dapat diperoleh dari pemberian intervensi
kesehatan. Efikasi dimaksudkan untuk melihat hasil atau efek suatu intervensi, misalnya
efikasi dari pemberantasan sarang nyamuk adalah menurunkan angka kejadian penyakit
demam berdarah.

Efektifitas ( Effectiveness)

Efektivitas adalah besarnya hasil yang diperoleh dari suatu tindakan (intervensi) dan besarnya
perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan yang lain. Efektivitas ini ditunjukkan untuk
mengetahui efek intervensi atau pelayanan dalam berbagai kondisi lapangan yang sebenarnya
yang sangat berbeda-beda. Contohnya peningkatan kasus DBD 70% kemudian dilakukan
fogging dan ternyata hasil yang diperoleh kasus menurun 50%, dengan demikian fogging
efektif menurunkan kasus DBD sebesar 20%

Efisiensi ( Efficiency)

Efisiensi adalah sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh
berdasarkan besarnya biaya yang diberikan atau ditujukan untuk mengetahui kegunaan dan
hasil yang diperoleh berdasarkan besarnya pengeluaran ekonomi/biaya yang dilakukan.
Contohnya pemberantasan sarang nyamuk cukup menggunakan 3M yaitu menguras tempat
penampungan air, yang menjadi tempat genangan air sehingga pemberantasan sarang nyamuk
tidak efisien jika membersihkan semua lingkungan.

Evaluasi

Merupakan penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau program


kesehatan masyarakat atau melihat dan member nilai keberhasilan program seutuhnya.
Contohnya Imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil >90% akan menurunkan angka
kesakitan Tetanus neonatorum.

Edukasi

Merupakan intervensi berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat sebagai


bagian dari upaya preventif penyakit. Contohnya penyuluhan tentang gejala dan pencegahan
demam berdarah akan menurunkan angka kematian demam berdarah.

Batasan dan manfaat epidemiologi serta konsep dan cara penularan penyakit

Epidemiologi dibatasi untuk mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor
faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakig, kecacatan, dan kematian dalam
populasi manusia.4

Manfaat epidemiologi

1. Untuk mempelajari riwayat penyakit

Epidemiologi
yang mungkinberguna untuk
akan terjadi mempelajari
hasil penelitiantren penyakit untuk
epidemiologi dapatmemprediksi tren penyakit
digunakan dalam perencanaan
4
pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Diagnosis masyarakat

Epidemiologi digunakan untuk mendiagnosis penyakit, kondisi cidera, gangguan, defek/cacat


yang menjadi masalah kesehatan atau kematian di dalam suatu komunitas atau wilayah.4

3. Mengkaji resiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi
kelompok maupun populasiepidemiologi digunakan untuk faktor resiko, masalah, dan
perilaku apa saja yang dapat mempengaruhi kelompok atau populasi.4
4. Pengkajian, evaluasi dan penelitian

Epidemiologi digunakan untuk menentukan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan


mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok. Epidemiologi juga
digunakan untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas,kuantitas, ketersediaan layanan
untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit, cidera, ketidakmampuan atau
kematian.4

5. Melengkapi gambaran klinis

Epidemiologi digunakan dalam proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa
suatu kondisi memang ada atau bahwa seseorang memang menderita penyakit tertentu.
Epidemiologi juga digunakan untuk menentukan hubungan sebab akibat, misalnya, radang
tenggorokan dapat menyebabkan demam rematik. 4

6. Identifikasi sindrom

membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan sindrom, mmisalnya


sindrom down dll4
7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit

Temuan epidemiologi memungkinkan dilakukannya pengendalian, pencegahan dan


pemusnahan penyebab penyakit, kondisi, cidera, atau kematian.4

Konsep penularan penyakit

1. Fomite atau benda mati adalah benda yang mempunyai peran dalam penularan
penyakit. Fomite dapat berupa pensil, pulpen, gelas, gagang pintu, pakaian, atau
benda mati lainnya yang menghantarkan infeksi akibat terkontaminasi organisme
penyebab penyakit yang kemudian disentuh oleh orang lain.4
2. Vektor adalah setiap mahluk hidup selain manusia (misalnya serangga seperti lalat,
kutu, nyamuk, hewankecil seperti mencit, tikus, atau hewan pengerat lainnya) yang
membawa penyakit (carrier) yang menyebarkan dan menjalani proses penularan
penyakit. Vektor menyebarkan agen infeksi dari manusia atau hewan yang terinfeksi
ke manusia atau hewan lain yang rentan melalui kotoran, gigitan, dan cairan
tubuhnya, atau secara tidak langsung melalui kontaminasi pada makanan.4
3. Reservoir adalah manusia,hewan,tumbuhan, tanah, atau zat organik(seperti tinja dan
makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak organisme infeksius.
Saat organisme infeksius berkembang biak dalam reservoir, mereka melakukannya
sedemikian rupa sehingga penyakit dapat ditularkan pada pejamu yang rentan.
Manusia sering berperan sebagai reservoir sekaligus pejamu.4
o Cara penularan penyakit

Terdapat dua cara penularan penyakit yaitu :

1. Penularan langsung / penularan dari orang ke orang

Perpindahan patogen atau agen secara langsung adan segera dari pejamu/reservoir ke pejamu
yang rentan. Penukaran langsung dapat terjadi melalui kontak fisik langsung atau kontak
langsung orang per orang, seperti bersentuhan dengan tangan yangterkontaminasi.4.

2. Penularan tidak langsung

Terjadi ketika patogen atau agen berpindah atau terbawa melalui beberapa item, organisme,
benda, atau proses perantara menuju pejamu yang rentan sehingga menimbulkan penyakit.
Alat penularan tidak langsung yaitu fomite, vektor, udara partikel debu, droplet air, makanan,
kontak oral-fecal, dan mekanisme lain yang secara efektif menyebarkan organisme penyebab
penyakit.4

Terdapat beberapa cara penularan pada penularan tidak langsung yaitu 4:

1. Penularan airborne

Terjadi ketika droplet atau partikel debu membawa patogen ke pejamu dan menginfeksinya

2. Penularan waterborne

Terjadi ketika patogen, misalnya kolera, terbawa dalam air minum, kolam renang, sungai,
atau danau yang digunakan untuk berenang.
3. Penularan vehicleborne

Berhubungan dengan fomite( barang/benda) misalnya peralatan makan, pakaian, sisir,botol


air minum dan sebagainya.

Batasan dan perbedaan morbiditas dan mortalitas

Mortalitas adalah angka kematian, sehingga lebih mudah dimengertidan mudah di


identifikasi, pencatatan menjadi lebih baik, lebih mudah didapat, dan lebih pasti dalam
perhitungannya, sekalipun masih ada kematian yang tidak di laporkan dan dicatat. Angka
kematian juga berbeda beda prosedur sertifikasinya. Sebab kematian seringkali tidak
tercantum, apalagi dilakukan otopsi. Juga faktor-faktor yang menentukan penyakit sering
tidak tercatat, misalnya merokok, peminum, dst. Apabila penelitian mengharuskan
perhitungan kematian, maka angkamortalitas dapat menjadi pengukuran efek secara
langsung.

Sebaliknya, morbiditas, lebih sulit di mengerti oleh awam, karena tidak dapat melakukan
diagnosis penyakit. Karenanya, morbiditas lebih sulit di mengerti dan cenderung kurang
akurat dalam pencatatan di banding mortalitas. Morbiditas juga seringkali tidak dilaporkan

dan/atau dicatat,
belum tentu juga karena banyak yangtergantung
ada diagnosisnya, diobati sendiri atau di
berobatna kebantu
dokteroleh
atauteman.
bukanBila diobati,
dokter,
sehingga ada kemungkinan tidak di laporkan. Juga penderita saat ini ingin berobat ke dokter
itu instan sembuh, sehingga para medisi cenderung memberi pengobatan yang multipurpose,
pasien tidak kembali lagi, dan diagnosis tidak dibuat, hingga tidak di laporkan. Namun
demikian, morbiditas merupakan ukuran yang lebih baik bagi kesehatan dan usaha preventif
daripada mortalitas yang terjadi setelah terjadi morbiditas, dan akibat usaha pengobatan yang
tidak berhasil. Skema pada Gambar 7.2 memperlihatkan perbedaan kedudukan usaha
preventif dan kuratif. Bila usaha kuratif sukses, maka angka mortalas akan turun, sebaliknya
usaha preventif kalau mau sukses, harus menurunkan angka morbiditas.

Sehat============//============Sakit============//============Kematian

Usaha preventif Usaha kuratif

Catatan: // = intervensi

Gambar 7.2 skema perbedaan kedudukan Usaha Preventif dan kuratif

Ukuran status morbiditas dan mortalitas penyakit


o Pengukuran Morbiditas

Morbiditas dapat dihitung seara abosolut dan relatif terhadap jumlah penduduk , untuk
penelitian kesehatan , maka angka relatif yang digunakan , karena dapat mencerminkan
kemungkinan/probbilitas terjangkit penyait/morbiditas bila berada dala suatu masyarakat
tertentu. Ukuran morbidtas dan mortalitas yang diakai dapat berupa proporsi,rates dan ratio.5

1. Proporsi adalah ukuran yang membandingkan penyebut dengan pembilang, dimana


pembilang termasuk dalam angka penyebut, sebagai berikut 5:

Proporsi = a/ ab x dimana a = pembilang ,dan a+b = penyebut


P(A) = NA/N, sehingga rumus ini sama denga rumus yang diatas.

1. Rate adalah ukuran yang lebih kompleks,rate menggambarkan perubahan persatuan


unit yang menyebabkan perubahan di unit yang lain.
2. Ratio adalah pecahan dimana pembilang tidak termasuk dalam penyebut sehingga
bentuknya sebagai berikut ;

Ratio = a/b, dimana a = pembilang ,dan b = penyebut

Dua ukuran yang dicatat secara rutin dan digunakan untuk mengukur frekuensi penyakit atau
morbiditas adalah insiden dan prevalensi 5:

1. Insiden

Insidensi /IR mengukur kasus baru atau mengukur terjadinya perubahan dari keadaan sehat
menjadi sakit,insidensi dapat diukur untuk periode tertentu , tetapi secara rutin dhitung setiap
ahu (kalender) satu kali. Insidensi ini merupakan ukuran dasar untuk mnyatakan apakah ada
perubahan dari frekuensi penyakit. Rumus yang digunakan untuk mengukur insidensi adalah
5
:

Frekuensi penyakit = jumlah penderita baru factor

Jumlah populasi penyandang resiko

Apabila dihitung untuk satu tahun kalender (Januari sampai Desember), maka

Insidensi penyakit = jumlah penderita baru selama satu tahun kalender Faktor

Jumlah penduduk tertanggal 1 juli tahun yang sama

2. PREVALENSI

Prevalensi berbeda dengan insidensi, karena menghitung semua kasus yang ada pada periode
tertentu, sehingga baik kasus baru maupun yang lama, semuanya dihitung.

Prevalensi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut5 :

Prevalensi = PR = Jumlah penderita pada periode waktu tertentu / 1 tahun kalender


Jumlah populasi penyandang resiko /tertanggal 1 juli,tahun sama

PengukuranMortalitas

Mortalitas di ukur atas dasar berbagai angka kematian menurut kebutuhan . Dikenal berbagai
angka mortalitas. Seperti yang penting adalah angka kematian bayi ( AKB ) atau IMR .
Angka kematian ibu atau infant mortality rate ( IMR ) . angka kematian ibu atau maternal
mortality rate ( MMR ) , angka kematian kasar atau crude deadth rate (CDR), Angka
kematian atas dasar usia age specific death rate (ASDR),dsb.5
1. AKB atau IMR digunakan sebagai indicator kesehatan atau kesejahteraan masyarakat,
AKB ini sebetulnya bukan rate tetapi ratio yang membandingkan kematian bayi dari
usia 0-1 tahun dengan jumlah kelahiran hidup untuk satu tahun kalender.

Perhitungan AKB / IMR adalah sebagai berikut 5:

AKB =IMR = Jumlah kematian bayi , usia 0-1 th factor

Jumlah kelahiran hidup tahun sama ,daerah sama

2. Angka kematian kasar (AKK)

Angka kematian dasar dihitung , untuk melihat kecenderungan turun agtau naiknya
penduduk, dan untuk melakukan perbandingan antara kematia berdasarkan distribusi di usia
di suatu wilayah.5

AKK = Jumlah kematian , 1 th kalender faktor

Jumlah penduduk tertanggal 1 juli th yang sama

3. Angka kematian usia spesifik ato age specific death rate (ASDR)

ASDR = Jumlah kematian kelompok usia tertentu factor

Jumlah penduduk kelompok usia yang sama, tanggal 1 juli

4. Angka keparahan penyakit atau Case Fatality Rate (CFR)

Contoh :

Di Bandung ,tahun 1996 ; penderita hepatitis A = 576 Sedangkan yang meninggal karenanya
= 19, maka

CFR = 19/576 X 100% = 3,30 %

Hubungan unsur-unsur demografis dan faktor-faktor imunitas terhadap


peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit
o Morbiditas

Morbiditas merupakan peristiwa sakit atau kesakitan, menjadi salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin tinggi morbiditas,
menunjukkan derajat kesehatan penduduk semakin buruk. Sebaliknya semakin rendah
morbiditas, menunjukkan derajat kesehatan penduduk semakin baik. 6

Morbiditas memiliki arti yang lebih kompleks, tidak hanya terbatas pada statistik atau ukuran
tentang peristiwa tersebut, namun juga pada factor yang mempengaruhinya ( determinan
factor), seperti faktor sosial, ekonomi, dan sebagainya.6
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kesehatan, morbiditas disebabkan
karena sakit sindrom gawat napas neonates, tuberculosis, dan diare. Penyakit asma,
tuberculosis, dan diare menimbulkan dampak negative pada kehidupan pasien, menyebabkan
anak sering tidak masuk sekolah membatasi aktivitas pribadi maupun keluarga, dan
penurunan produktivitas kerja.6

Penyakit-penyakit tersebut muncul karena gaya hidup dan pola makan yang salah, serta
lingkungan yang kotor. Semua bermula dari minimnya pengetahuan mengenai masalah itu
sendiri baik tentang gizi maupun lingkungan.6

Mortalitas

Mortalitas adalah angka kematian. Berdasarkan penelitian Worouw, menyimpulkan bahwa


factor lingkungan dan kemiskinan berpengaruh pada morbiditas. Penelitian Fuhrer,
menghasilkan kesimpulan bahwa budaya dan jenis kelamin yang menghasilkan pola
morbiditas dan mortalitas yang berbeda pula. Sedangkan berdasarkan penelitian Arola,
menyatakan bahwa usia dan jenis kelamin berpengaruh terhadap job control seseorang
pekerja dan job control yang rendah meningkatkan banyaknya absensi karena sakit. 6

Kasus kematian
adat istiadat terutama
maupun dalam
masalah jumlah banyak
kesehatan berkaitan
lingkungan. Salahdengan masalah
satu ukuran social, yang
kematian ekonomi,
cukup
menjadi perhatian adalah jumlah kematian bayi. Jumlah kematian bayi ini dipublikasikan
dengan sebuah indikasi yang disebut angka kematian bayi (IMR).6

Gwatkin, mengindikasikan bahwa perbedaan IMR di Indonesia berhubungan dengan kondisi


sosial ekonomi yang diukur dengan tingkat kekayaan dan ratio penduduk miskin. Kwachi
dalam poerwanto dkk mengemukakan bahwa pada kenyataannya kalangan dengan tingkat
social ekonomi yang rendah memiliki resiko kematian yang lebih tinggi.6

Di Indonesia, setiap tahun sekitar 14.180 wanita meninggal karena hamil dan melahirkan atau
dalah satu jam terdapat dua orang ibu meninggal saat melahirkan. Jika dikalkulasikan, angka
kematian ibu saat melahirkan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nipas mencapai
20 ribu per tahun. Angka tersebut masih merupakan angka tertinggi di asia tenggara. 6

konsep dasar terjadinya penyakit


o Kosep timbulnya penyakit

Konsep dasar timbulnya penyakit adalah proses dimana penyakit mulai terjadi dan
berkembang dalam tubuh manusia. Proses timbulnya penyakit melibatkan interkasi tiga jenis
factor yaitu penyebab (Agent), manusia (Host), dan lingkungan (environment). Apada
kondisi seimbang antara agent, host, dan environment maka kondisi kesehatan tetap terjaga.
Kasus ketidak seimbangan misalnya peningkatan agent dari perubahan kondisi lingkungan
kemungkinan akan meningkatkan paparan terhadap kerentanan (host). Kerentanan manusia
(host) terhadap paparan meningkat karena kurang tidur, kekurangan gizi, stress. Penuaan,
atau berbagai jenis factor yang juga dapat meningkatkan resiko penyakit. Perubahan
lingkungan memberikan kontrribusi untuk mengubah kerentanan manusia / pejamu (host)
serta kelangsungan agent hidup penyakit. 1

Proses Terjadinya Penyakit


Terjadinya penyakit pada manusia bukanlah peristiwa tunggal pada satu titik waktu,
melainkan merupakan proses yang terjadi selama periode waktu riwayat alami penyakit.
Riawayat alami dapat dibagi menjadi dua periode, prephatogenesis dan phatogenesis.
Masing-masing periode dibagi lagi dalm dua tahap. Tahapan dalam prephatogenesis adalah
kerentanan dan adaptasi. Tahap pada pathogenesis adalah pathogenesis dini dan fase klinis.
Fase klinis penyakit ditetapkan sebagai penyakit yang dideteksi karena gejala yang dialami
pasien atau tanda-tanda jelas bagi seorang dokter selama pemeriksaan fisik. Perubahan
patologis dideteksi hanya oleh laboratorium atau tes klinis. Dengan demikian untuk
mendeteksi penyakit lebih awal dari biasanya akan dilakukan melalui adanya tanda-tanda
fisik atau gejala, tes screening, mendeteksi penyakit pada tahap pathogenesis dini/pra gejala. 1

Pada tahap pertama, penyakit belum berkembang meskipun ada factor yang mendukung
kejadian tersebut. Tahap selanjutnya, dalam riwayat alamiah adalah tahap pragejala penyakit
atau disebut pathogenesis dini. Tahap ke empat pada tahap riwayat alamiah adalah fase klinis
penyakit, paparan dari pejamu ke agent terjadi selama beberapa tahap pada yang rentan. Pada
kasus agent menular, paparan diikuti oleh periode inkubasi, ketika multiorganisme dalam
jumlah yang cukup untuk menghasilkan reaksi pejamu dan gejala klinis. Periode waktunya
relative pendek, biasanya jam hingga bulanan. Untuk penyakit yang disebabkan oleh agent
yang tidak menular, perode waktunya dari paparan hingga permulaan gejala disebut periode
induksi atau periode laten, biasanya setahun hingga decade. Perbedaan lain antar penyakit
menular atau yang disebabkan oleh agent yang tidak teredentifikasi kemungkinan adalah
menjadi kondisi kronik yang alami. Sebagian besar tapi tidak semua penyakit dengan
penyebab relative infeksi memiliki periode durasi pendek.1

Ada bebagai model mengenai peristiwa timbulnya penyakit, namun yang banyak digunakan
adalah 1:

1. Model segitiga epiemiologi (The Epidemiologic triangle)


2. Jaring jaring sebab akibat (The Web of Causation)
3. Model Roda (The Wheel)
4. Model Kausal Pie

1
Pembahasan dari model model peristiwa timbulnya penyakit adalah sebagai berikut :
1. Model Segitga Epidemiologi

Gordon dan Lerich (1950) menyebutkan bahwa timbulnya penyakit pada manusia
dipengaruhi oleh factor utama, yaitu pejamu (host), bibit penyakit (agent), dan lingkungan
(environtment).

Biological Laws (Jhon Gordon)

1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent dengan manusia


2. Keseimbangan tergantung sifat alami karakteristik agent dan host.
3. Karekter agent dan host, cara interaksinya, secara langsung berhubungan dengan
lingkungannnya
1. Agent

Agent adalah factor yang menyebabkan hadirnya penyakit. Agent adalah substannsi yang ada
atau tidaknya, bila diikuti kontak yang efektif pada manusia yang rentan akan menjadi
ransangan bagi terjadinya penyakit. Contohnya pada kasus salmonella yang merupakan
penyebab salmonellosis; kekurangan vitamin D yang menyebabkan rakhitis.

2. Lingkungan (Environment)

Lingkungan adalah kondisi atau factor yang bukan bagian dari agent atau host tetapi mampu
meningkatkan paparan agent dan interaksinya dengan host.

Secara umum lingkungan terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

Lingkunga fisik;

Meliputi kondisi udara, musim, cuaca, kondisi geografis, serta geologinya.

Lingkungan biologi;

Hewan; agent, reservoir, maupun vector dari suatu penyakit, mikroorganisme saprofit yang
mempunyai pengaruh positif. Tumbuhan; sumber nutrient.

Lingkungan social
kesehatan fisik danekonomi lingkungan
mental secara social
individu, ekonomisocial,
kehidupan mempengaruhi status
fasilitas olahraga,
rekreasi, stratifikasi social, tingat kejahatan, sistem asuransi, bencana alam, dan
perang.
3. Host

Host adalah inang individu manusia ynag merupakan tempat bagi agent untuk menghasilkan
penyakit. Penyakit dapat terjadi hanyapada seseorang atau host yang rentan. Kurangnya
kerentanan mungkin karena kekebalan atau resistensi yang melekat. Kerentanan merupakan
suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan
ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Kekebalan dapat menjadi homoral
atau seluler. Semua factor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit serta riwayat suatu penyakit

2. Model Jaring jaring sebab akibat

Model jaring jaring sebab akibat dikemukan oleh Machmahon dan Pugh (1970) prinsipnya
adalah dalam menimbulkan penyakit peranan factor factor dalam menimbulkan suatu
penyakit tidak pernah tergantung pada sebuah factor penyebab saja tetapi tergantung kepada
sejumlah factor dala rangkaian kausalitas sebelumnya bagaikan jaring penyebab. Berikut
adalah skema model jaring jaring sebab akibat:

Faktor 8
Faktor 9
Faktor 10
Faktor 11
Faktor 4
Faktor 5
Faktor 12
Faktor 6
Faktor 7
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 3

penyakit
Faktor 13

Sejauh ini kita telah membahas kausalitas seolah olah setiap penyakit memiliki suatu
penyebab karena awalnya epidemiologi terfokus pada wabah penyakit menular dengan asal
usul ide penyebab tungga cukup bias diterapkan untuk pengendalian penyakit. Wabah kolera
dapat dikendalikan dengan meghilangkan sumber dari vibriokolera. Diptheria bias
dihilangkan melalui program vaksinasi. Demam berdarah dapat dicegah dari penyebaran
dengan menerapkan karantina pada semua individu terpapar.oleh karena itu pengahpusan
karena isolasi agent dan penghapusan kerentanan host melalui vaksinasi adalah langkah yang
efektif.

3. Model Roda (Wheel)


Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungan ibarat roda. Model roda
digambarkan sebuah roda yang terdiri dari manusia dengan subtansi genetic pada intinya dan
komponen lingkungan biologi, social, fisik, tergantung problem spesifik penyakit yang
bersangkutan. Pada model ini penerapan faktor agent tidak terlalu diperhitungkan tapi yang
lebih diperhatikan adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya
peranan masing masing lingkungan menentukan penyakit yang akan ditimbulkan. Skema
model roda konsep timbulnya penyakit dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Faktor internal
Faktor eksternal

4. Model Kusal Pie

Pada model sebelumnya disebutkan bahwa pada umumnya penyakit mempunyai lebihdari
satu penyebab baik pada penyakit infeksi maupun noninfeksi. Namun demikian, sebuah
penyakit mempunyai necessary cause yaitu keadaan yang sudah pasti memberikan akibat.
Oleh karena itu, dengan sendirinya kehadiran sebuah agent belum tentu menimbulkan suatu
penyakit. Pengaruh satu agent dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti status, paparan bahan
racun, dan lingkungan. Contohnya pada kejadian kanker paru dapat disebabkan oleh
merokok, asbes, atau gas radon.

Dalam konsep Rotmhan dikemukakan bahwa komponen kausa terdiri dari beberapa
komponen dan tidak satupun dari komponen komponen tersebut secara sendiri mencukupi
untuk kejadian penyakit. Tetapi pada saat semua komponen ada, maka terbentuklah sebuah
mekanisme kausal oleh Rothman disebut kausal Pie.

Konsep penyebab penyakit dan tahapan alamiah suatu penyakit


o Konsep penyebab penyakit
Ada beberapa istilah yang menyatakan kausa suatu penyakit yaitu2 :

1. Kausa mutlak

Merupakan suatu penyebab yang pasti akan menyebabkan suatu penyakit tertentu.
Contohnya: untuk terjadinya penyakit TBC pasti disebabkan karena adanya Mycobacterium
Tuberculosis.

2. Kausa esensial

Merupakan suatu penyebab yang harus ada untuk memungkinkan suatu penyakit. Contohnya
: kausan esensial dari penyakit diare adalah lingkungan kurang bersih.

3. Kausa sufisien

Merupakan suatu penyebab yang umumnya terdiri dari beberapa penyebab, yang secara
bersama- sama saling mempengaruhi untuk terjadinya penyakit. Contohnya : kausa sufisien
dari penyakit hipertensi adalah sering mengkonsumsi makanan yang tinggi garam, usia diatas
30 tahun, kurang olahraga, makanan tinggi lemak.

Riwayat alamiah penyakit

Riwayat alamiah suatu penyakit pada umumnya melalui tahapan- tahapan berikut 2:

1. Tahap prepatogenesis

Tahap prepatogenesis mempunyai ciri- ciri :

1. Seseorang masih berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi mereka memiliki
kemungkinan terkena serangan agen penyakit.
2. Terjadi interaksi antara penjamu, agen dan lingkungan, masih terjadi diluar tubuh,
dimana agen masih ada di luar tubuh penjamu, mengembangkan potensi
infektifitasnya sehingga siap menyerang penjamu.
3. Belum ada tanda- tanda sakit selama daya tahan tubuh penjamu masih kuat.
4. Tahap patogenesis

Tahap ini meliputi sub- sub tahap yaitu 2:

1. Tahap inkubasi

Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu anatara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
yang peka terhadap penyebab penyekit, sampai timbulnya gejala penyakit.

Tahap inkubasi mempunyai ciri- ciri :

1. Belum tampak tanda- tanda sakit yang khas dari penyakit.


2. Tiap penyakit memiliki masa inkubasi yang berbeda- beda, mulai dari beberapa jam,
hari inggu, bulan, sampai bertahun- tahun.
3. Tahap dini
Tahap dini memiliki ciri- ciri :

1. Mulai muncul gejala penyakit yang kelihatan ringan.


2. Sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis,
walaupun penyakit masih dalam masa sub klinik.
3. Penjamu masih dapat melakukan aktifitas sehari- hari.
4. Diharapkan diagnosis sudah dapat ditegakkan secara dini, karena bila diobati dapat
sembuh, bila dibiarkan menjadi sakit.
5. Tahap lanjut

Tahap lanjut memiliki ciri- ciri :

1. Gejalah penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan
patologis dan gejalanya.
2. Penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelaianan klinik yang jelas sehingga
diagnosis sudah relatof mudah untuk ditegakkan sehingga diperlukan pengobatan
yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
3. Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir

Tahap pathogenesis
berakhirnya penyakitadalah
yaitu2berakhirnya
: perjalanan penyakit, dimana ada lima keadaan setelah

1. Sembuh sempurna

Merupakan kondisi dimana bibit penyakit menghilang, bentuk dan fungsi tubuh kembali
seperti keadaan sebelum sakit.

2. Sembuh dengan cacat

Merupakan kondisi dimana bibit penyakit sudah tidak ada tetapi bentuk dan fungsi tubuh
tidak kembali seperti keadaan sebelum sakit, dan meninggalkan gangguan permanen berupa
sakit.

3. Karier

Merupakan kondisi dimana perjalanan penyakit sudah berhenti, gejala penyakit tidak nampak
tetapi bibit penyakit masih ditemukan dalam penjamu dan penyakit dapat kembali saat daya
tahan tubuh menurun.

4. Penyakit tetap berlangsung secara kronik

Merupakan kondisi dimana perjalanan penyakit tidak berhenti dan gejala penyakit tidak
berubah.

5. Berakhir dengan kematian

Merupakan kondisi dimana perjalanan penyakit berhenti dan penjamu atau host meninggal
dunia.

Definisi penyakit, sumber penularan, dan pencegahan


o Definisi penyakit

1. Suatu pola respon yang diberikan terhadap oleh organisme hidup terhadap beberapa
bentuk invasi benda asing atau terhadap cedera yang mengakibatkan berubahnya
fungsi normal organisme tersebut.7
2. Suatu keadaan abnormal saat tubuh tidak dapat merespon atau menjalankan fungsi
normalnya.7
3. Suatu kegagalan mekanisme tubuh organisme untuk bereaksi terhadap invasi benda
asing sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi atau struktur di beberapa bagian
organisme tersebut.7
o Pencegahan
4. Pencegahan primer : pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapt
menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Contoh :
promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan, langkah-
langkah dan kegiatan pokoknya seperti sanitasi, pengendalian infeksi, imunisasi,
perlindungan makanan, susu, sumber air, pengamanan lingkungan, dan perlindungan
terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.7
5. Pencegahan sekunder : pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining
kesehatan dan deteksi untuk menemukan status patogenik setiap individu di dalam
populasi.7
6. Pencegahan tersier : pencegahan tersier adalah pencegahan yang mencakup
pembatasan terhadap segala ketidakmampuan untuk menyediakan rehabilitasi saat
penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kesehatan. Pada
tahapan ini, sasarannya adalah membantu mereka yang menderita penyakit dan
mengalami cedera atau ketidakmampuan untuk menghindari penggunaan sia-sia
layanan kesehatan dan agar tidak menjadi tergantung pada praktisi kesehatan dan
institusi perawatan kesehatan.7
o Sumber penularan7

Klasifikasi Contoh sumber


Panas atau dingin yang berlebihan,
Agen fisik
sengatan listrik, radiasi, cedera
Alergi Astma, reaksi anafilaktik, lesi
Penyakit bawaan keluarga seperti
alkoholism, struktur genetik atau
Herediter kromosomyang menyebabkan kecacatan,
penyakit, atau kelainan pada turunannya,
sindrom
Infeksi nosokomial, penyakit, atau
cedera akibat perawatan atau tindakan
Iatrogenik
yang diberikan dalam fasilitas perawatan
kesehatan
Penyakit yang penyebab atau asalnya
Idiopatik tidak diketahui atau kasus kesakitan
akibat hal ang spontan
Infeksius Bakteri, virus, parasite
Spina bifida, penyakit ginjal polikistik,
Kongenital
aneurisme serebral
Disfungsi organ dalam tubuh
Metabolic menyebabkan hipotiroidisme,
hipertiroidisme, gondok eksoptalmik
Defisiensi vitamin seperti skorbut atau
Nutrisional
defisiensi protein seperti kwashiorkor
Psikologis Ketidakseimbangan biokimia dalam otak

Radang Sengatan, tanaman rambat racun


Luka, patah tulang, gegar otak, cedera
Traumatic
mekanik
Faktor lingkungan atau perilaku yang
Tumor merangsang pertumbuhan tumor, seperti
kanker paru
Merokok, stres, kurangnya kecukupan
Vascular
makan
Zat kimia Oabat-obatan, asam, basa, logam berat

Perbandingan karakteristik penyakit menular dan penyakit tidak menular2

Penyakit Menular (PM) Penyakit Tidak Menular (PTM)


1. Banyak ditemukan di negara
1. Ditemukan di negara industry
berkembang
2. Rantai penularan yang jelas 2. Tidak ada rantai penularan
3. Perlangsungan akut 3. Perlangsungan kronik
4. Etilologi mikroorganisme jelas 4. Etiologi tidak jelas
5. Bersifat single-kausa 5. Bersifat multiple-kausa
6. Diagnosis mudah 6. Diagnosis sulit
7. Agak mudah mencari
7. Sulit mencari penyebabnya
penyebabnya

8. Biaya relatif murah 8. Biaya mahal


9. Jelas muncul di permukaan 9. Ada iceberg phenomenon
10. Morbiditas da mortalitasnya 10. Morbiditas dan mortalitasnya
cenderung menurun cenderung meningkat

Penyakit tidak menular dan penyakit bukan infeksi dapat meyebabkan


peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit.
o Situasi Global

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO
menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak
36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga

membunuh penduduk
ekonomi rendah dengan usia
dan menengah, yang
dari lebihkematian
seluruh muda. Diyang
negara-negara dengan
terjadi pada tingkatberusia
orang-orang
kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju,
menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia
kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti
kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang
lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan
diabetes.8

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)
diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di
negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan
meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan
diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per
tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi
lain, kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya
akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030. Pada negara-
negara menengah dan miskin PTM akan bertanggung jawab terhadap tiga kali dari tahun
hidup yang hilang dan disability (Disability adjusted life years=DALYs) dan hampir lima kali
dari kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi. 8

Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan
akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit menular akan
menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta penyakit kronik
lainnya akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sementara itu
penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya
diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030. Peningkatan kejadian PTM
berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan
perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia
harapan hidup.8

Situasi Indonesia

Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases. Di
satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering terjadi KLB
beberapa penyakit menular tertentu, munculnya kembali beberapa penyakit menular lama (re-
emerging diseases), serta munculnya penyakit-penyakit menular baru (new-emergyng
diseases) seperti HIV/AIDS, Avian Influenza, Flu Babi dan Penyakit Nipah. Di sisi lain, 8
PTM menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah
terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin
meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun. Fenomena ini
diprediksi akan terus berlanjut. 8

PTM menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas tinggi karena kebanyakan PTM
merupakan penyakit yang tidak diketahui apa penyebabnya yang disebut penyakit non-infeksi
sehingga tidak bisa sembuh, Penyakit tidak menular tidak sama halnya dengan penyakit
menular yang kebanyakan disebabkan oleh mikroba atau bakteri yang dapat disembuhkan,
karena dilihat dari gaya hidup sekarang, kebanyakan masyarakat sudah sadar akan hygiene
perorangan (kebersihan diri) sehingga sudah jarang terkena penyakit yang bersifat menular.8

Agen infeksi dan macam-macam penularan


o Agen infeksi
Agen (factor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Agen-agen infeksi dapat
dikelompokkan menjadi2:

1. Golongan virus, misalnya arbovirus, adenovirus dan hemophilus influenza.


2. Golongan bakteri, misalnya E. Coli, mycobacterium tuberculosis, steptokokus, dan
staphylokokus.
3. Golongan riketsia, misalnya salmonella typhi, salmonella parathypi.
4. Golongan protozoa, misalnya plasmodium malariae.
5. Golongan jamur, misalnya hisplasmosis capsulatum.
6. Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing
gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya.
o Macam-macam penularan

Route penularan adalah suatu mekanisme di mana agen/penyebab penyakit tersebut


ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dengan reservoir kepada host baru. Penularan ini
melalui berbagai cara antara lain 2:

1. Kontak langsung

Penyakit-penyakit yang umumnya ditularkan dengan kontak langsung ini pada umumnya
terjadi pada masyarakat yang hidup di lingkungan yang padat daripada di lingkungan yang
penduduknya masih jarang. Contohnya penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu dan kadas.

1. Inhalasi (inhalation)

Inhalasi merupakan penularan yang melalui udara/pernapasan. Penyakit yang ditularkan


melalui udara ini sering disebut air borne infection (penyakit yang ditularkan melalui udara).
Contohnya TBC.

1. Infeksi (infection)

Penularan ini terjadi melalui perantara tangan, makanan dan minuman. Contohnya adalah
kolera dan thypus.

1. Penetrasi pada kulit

Penularan ini dapat ditularkan langsung oleh organisme itu sendiri. Misalnya malaria dengan
melalui gigitan nyamuk atau melalui luka, misalnya tetanus.

1. Infeksi melalui plasenta

Infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu mengandung,
misalnya shypilis dan toxoplasmosis.

Definisi dan tas cara penularan dari kejadian endemik, epidemik, dan pendemik
o Pandemik

Pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi
yang banyak di berbagai daerah/negara di daerah. Dalam sejarah manusia, telah terjadi
banyak wabah besar atau pandemi yang cukup signifikan. Penyakit dalam wabah-wabah
tersebut biasanya merupakan penyakit yang ditularkan hewan (zoonosis) yang terjadi
bersama dengan domestikasi hewan seperti influensa dan tuberkulosa. Adapun contoh wabah
besar yaitu9-11:

Contoh kasusnya misalnya influensa, Flu Asiatik, 18891890. Dilaporkan pertama kali
pada bulan Mei 1889 di Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak
sampai Tomsk dan daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan
menyerang Amerika Utara pada bulan Desember 1889, Amerika Selatan pada FebruariApril
1890, India pada FebruariMaret 1890, dan Australia pada MaretApril 1890. Wabah ini
diduga disebabkan oleh virus flu tipe H2N8 dan mempunyai laju serangan dan laju mortalitas
yang sangat tinggi.9-11

Flu Spanyol, 19181919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret 1918 di basis pelatihan
militer AS di Fort Riley, Kansas, pada bulan Oktober 1918 wabah ini sudah menyebar
menjadi pandemi di semua benua. Wabah ini sangat mematikan dan sangat cepat menyebar
(pada bulan Mei 1918 di Spanyol, delapan juta orang terinfeksi wabah ini), berhenti hampir
secepat mulainya, dan baru benar-benar berakhir dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan,
25 juta orang tewas; diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh dunia sebanyak
dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di India, 500.000 di Amerika
Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah tersebut baru-baru ini diselidiki
di Centers for Disease Control and Prevention, AS, dengan meneliti jenazah yang terawetkan
di lapisan es (permafrost) Alaska. Virus tersebut diidentifikasikan sebagai tipe H1N1.9-11

Flu Asia, 19571958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok pada awal
Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang sama. Wabah tersebut
merupakan flu burung yang disebabkan oleh virus flu tipe H2N2 dan memakan korban
sebanyak satu sampai empat juta orang. 9-11

Flu Hong Kong, 19681969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan wabah ini dideteksi
pertama kali di Hongkong pada awal 1968. Perkiraan jumlah korban adalah antara 750.000
dan dua juta jiwa di seluruh dunia.9-11

Endemik

Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat
pada suatu tempat/populasi tertentu. Adapun contoh penyakit yang termasuk dalam kategori
endemik9-11:

1. HIV AIDS

AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebuat dengan retroviruses yang sering
disebut dengan HIV. Seseorang yang terkena atau terinfeksi HIV AIDS sistem kekebalan
tubuhnya akan menurun drastic. Virus AiDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut
dengan T-lymphocytes. Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam
selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang
terinfeksi HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan
tubuhnya akan menurun karena serangan demam yang berulang. 9-11
Sejak pertama kali ditemukan pada 1987, angka kasus HIV/AIDS diIndonesia yang
dilaporkan hampir mencapai angka 100 ribu. Lebih dari itu, risiko penyebarannya berpotensi
mengalami peningkatan, sebagaimana data yang disampaikan oleh Dirjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama,
bahwa tercatat setidaknya 5.000 kasus baru HIV, dan 1.300 kasus AIDS yang terjadi
sepanjang Juli hingga September pada 2012 yang lalu.9-11

Dari angka tersebut, untuk kasus HIV saja, hampir setengahnya didominasi oleh kalangan
dewasa berumur 25-40 tahun (sekira 75 persen). Hampir sama buruknya untuk kasus AIDS,
dengan jumlah penderitanya yang lebih banyak berumur kisaran 20-40 tahun (sebanyak 69
persen).9-11

HIV AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seks bebas, transfusi darah, penggunaan jarum
secara bergantian, dan penularan dari ibu pada calon janinnya. 9-11

2. Chikungunya

Chikungunya merupakan jenis demam yang disebabkan oleh alphavirus yang disebabkan
oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti (nyamuk yang juga dapat menularkan penyakit demam

berdarah dengue).
chikungunya.9-11 Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus

Penyakit yang juga dikenal dengan demam tulang atau flu tulang ini memiliki gejala yang
seperti tubuh yang tiba tiba mengalami demam diikuti dengan linu di persendian, serta
timbul juga rasa ngilu dan sakit pada tulang. Gejala yang dialami sedikit mirip dengan infeksi
virus dengue dengan sedikit berbeda pada hal hal tertentu.9-11

Dari sejarah diduga KLB Chikungunya pernah terjadi pada tahun 1779 di Bataviadan Kairo;
1823 di Zanzibar; 1824 di India; 1870 di Zanzibar; 1871 di India; 1901 di Hongkong, Burma,
dan Madras; 1923 di Calcuta. Pada tahun 1928 di Cuba pertama kali digunakan istilah
dengue, ini dapat diartikan bahwa infeksi Chikungunya sangat mirip dengan Dengue.
Istilah Chikungunya berasal dari bahasa suku Swahili yang berarti Orang yang jalannya
membungkuk dan menekuk lututnya,suku ini bermukim di dataran tinggi Makonde Provinsi
Newala, Tanzania (yang sebelumnya bernama Tanganyika). Istilah Chikungunya juga
digunakan untuk menamai virus yang pertama kali diisolasi dari serum darah penderita
penyakit tersebut pada tahun 1953 saat terjadi KLB di negara tersebut.12

Pada demam Chikungunya adanya gejala khas dan dominan yaitu nyeri sendi. Dari tahun
1952 sampai kini virus telah tersebar luas di daerah Afrika dan menyebar ke Amerika dan
Asia. Virus Chikungunya menjadi endemis di wilayah Asia Tenggara sejak tahun 1954. Pada
akhir tahun 1950 dan 1960 virus berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan
Burma. Tahun 1965 terjadi KLB di Srilanka. Di negara berkembang seperti Indonesia, angka
kematian penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena banyak
dipengaruhi faktor lingkungan dan perilaku hidup masyarakat. Terlebih lagi dalam kondisi
sosial ekonomi yang memburuk, tentunya kejadian kasus penyakit menular memerlukan
penanganan yang lebih serius, profesional, dan bermutu. Indonesia juga menghadapi beban
ganda dalam pembangunan kesehatan atau yang dikenal dengan double burden.12

3. FLU BURUNG
Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar sesama unggas,
menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia. Mutasi virus ini dapat
menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan sekresi unggas yang telah terinfeksi.
Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan
tubuh yang lebih lemah, pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta
pemilik unggas peliharaan rumahan.9-11

Awal wabah pada peternakan di dunia yang telah dikonfirmasi sejak Desember 2003 wabah
flu burung juga melanda benua Afrika. Pada 8 Februari 2006, OIE mengumumkan Nigeria
sebagaisebagai negara pertama yang memiliki kasus positif flu burung di benua itu. Dua
pekan kemudian, virus H5N1 ditemukan di sebuah desa kecil di Niger, sekitar 72 km dari
perbatasannya dengan Nigeria. Virus ini juga menyebar ke Mesir dan Kamerun.9-11

Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, Indonesia, yang disebabkan oleh flu
burung subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya di Asia Tenggara (Thailand, Kamboja,
dan Vietnam), kasus ini dianggap unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan
unggas.9-11

Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada
manusia yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut : Indonesia 99 kasus
dengan 79 kematian,Vietnam 93 kasus dengan 42 kematian, Mesir 34 kasus dengan 14
kematian, Thailand 25 kasus dengan 17 kematian, Cina 25 kasus dengan 16
kematian, Turki 12 kasus dengan 4 kematian,Azerbaijan 8 kasus dengan 5 kematian,
Kamboja 7 kasus dengan 7 kematian, Irak 3 kasus dengan 2 kematian, Laos 2 kasus
dengan 2 kematian, Nigeria 1 kasus dengan 1 kematian, Djibouti 1 kasus tanpa kematian.9-11

Keterangan: jumlah kasus yang dilaporkan WHO adalah jumlah kasus yang telah diverifikasi
dengan hasil laboratorium.12

4. MALARIA

Plasmodium Protista Eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyebab utama dari
Penyakit Malaria. Di dalam tubuh manusia parasit ini bersembunyi dan berkembang biak di
dalam hati (liver) kemudian menginfeksi sel darah merah sehingga menyebabkan gejala
seperti demam dan sakit kepala, yang mana pada kasus yang parah akan megarah ke
koma(tidak sarkan diri) dan kematian. Diperkirakan pada tahun 2009 dari 225 juta kasus
malaria di seluruh dunia
781.000 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.Nyamuk dengan Plasmodium ini tersebar
luas di belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-tropis seperti sebagian besar daerah
Asia (khususnya Asia Tenggara), Amerika (khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara
Afrika.9-11

Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax, plasmadium ovale, malariae
plasmodium dan plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit malaria. Khusus untuk
plasmodium falciparum sering menjurus kepada sakit malaria berat yang sangat sering
menyebabkan kematian (pada tahun 2010 diperkirakan 90% angka kematian akibat malaria
terjadi di Sub-Sahara Afrika dimana plasmodium falciparum bertanggung jawab atas
sebagian besar kasus malaria yang terjadi), sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah
penyakit ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut. Selain itu adapula
plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan malaria pada spesies hewan kera tetapi
dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil kemungkinannya.9-11

Diperkirakan oleh para ahli selama lebih dari 50.000 tahun manusia telah diinfeksi oleh
Penyakit malaria. Menurut rekaman sejarah demam periodik penyakit malaria telah
ditemukan pada tahun 2700 SM di China dan kekaisaran Romawi, dan rekaman sejarah abad
19 mencatat bahwa pada perang pasifik diperkirakan sekitar 500.000 tentara AS terinfeksi,
dimana 60.000 diantaranya terbunuh karenanya. 9-11

Parasit malaria yang ditemukan pada jenis hewan mamalia orang utan dan gorila sangat mirip
dengan parasit malaria yang ditemukan pada manusia. Diperkirakan berdasarkan bukti-bukti
terkini bahwa penyakit malaria pada manusia mungkin berasal dari gorila.
Kata Malaria berasal dari bahasa Italia Mala Aria yang berarti bad air atau dalam bahasa
Indonesia udara buruk. Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam rawa. Penyakit
malaria pernah mewabah di Eropa dan Amerika Utara walaupun saat ini penyakit ini semakin
jarang ditemukan di belahan dunia tersebut, dikarenakan oleh perubahan geografi yang telah
menyingkirkan rawa rawa tempat sebagian besar nyamuk penyebar malaria tinggal dan
berkembang biak.9-11

5. TBC

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau
kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus
baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC.
Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. 9-11

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan
bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan
Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi
TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.12

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama
baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum
(KP).9-11

Cara Penularan Penyakit TB

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber
infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru.9-11
Epidemik

Epidemik ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas /daerah tertentu dalam jumlah yang
melebihi batas jumlah normal atau yang biasa. Contoh fenomena Epidemik yang terjadi di
Indonesia9-11:

Kolera

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, wabah kolera di Republik Demokratik Kongo telah


menulari lebih dari 5.000 orang dan menyebabkan hampir 300 kematian sejak Maret lalu.12

Berdasarkan informasi, Bandundu, Equateur dan Provinsi Orientale adalah daerah paling
parah yang dilanda wabah penyakit itu. Sebanyak 5.000 tanda penularan telah dicapai
pekan ini dengan 5.088 kasus kolera dilaporkan, termasuk 296 kematian, kata Kantor PBB
untuk Koordinasi.12

Urusan Kemanusiaan dalam sebuah pernyataan. Kolera merupakan penyakit infeksi usus
yang sangat menular yang dapat membunuh penderitanya jika tidak dirawat dengan lebih
baik.

Seperti yang dilansir laman infopenyakit.com, kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang
endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar
dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran
modern. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran)
manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan
sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit
kolera itu juga.12

SPORADIK

Sporadik adalah adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit)
yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu.
Contoh fenomena Sporadik 9-11:

1. Polio meilitis

Selama 3 dekade pertama di abad ke 20-,80-90% penderita polio adalah anak


balita,kebanyakan dibawah umur 2 tahun. Tahun 1955,di Massachusett Amerika Serikat
pernah terjadi wabah polio sebanyak 2.771 kasus dan tahun 1959 menurun menjadi
139 kasus.Hasil penelitian WHO tahun 1972-1982,di Afrika dan Asia Tenggara terdapat
4.214 dan 17.785 kasus. Dinegara musim dingin,sering terjadi epidemic dibulan Mei-
Oktober,tetapi kasus sporadic tetap terjadi setiap saat .Di Indonesia, sebelum perang dunia II,
penyakit polio merupakan penyakit yang sporadic-endemis,epidemi pernah terjadi di berbagai
daerah seperti Bliton sampai ke banda, Balikpapan, bandung Surabaya,Semarang dan
Medan Epidemi terakhir terjadi pada tahun 1976/1977 di Bali Selatan. Kebanyakan infeksi
virus polio tanpa gejala atau timbul panas yang tidak spesifik. Perbandingan asimtomatik dan
ringan sampaiterjadi paralisis adalah 100:1 dan 1000:1.

Dalam salah satu symposium imunisasi dijakarta(1979) dilaporkan bahwa:


1. Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative makin bertambah (10%)
2. Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.
3. Paralytic rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun bertambah dengan
9.000kasus.Namun,10 tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini akibat
gencarnya program imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia.

Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik , disebabkan oleh komplikasi
berupa kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan adanya
kematian.Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (90-95%);hanya 5-10%
yang memberikan gejala poliomyelitis.

Definisi imunitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi imunitas


o Definisi imunitas

Imunitas adalah keadaan menjadi imun; perlindungan terhadap penyakit tertentu yang didapat
melalui imunisasi atau infeksi sebelumnya atau faktor-faktor non imunologis lainnya. 13

Imunitas adalah kemampan tubuh untuk pertahanan diri melawan infeksi dan berupaya untuk
membawanya ke dalam sel dari orang atau hewan lain. 14

14
Imunitas terbagi dua, yaitu :

1. Imunitas Spesifik adalah kekebalan yang terbentuk akibat dimasukkan kuman


(vaksinasi) dan/atau antibodi secara buatan/sengaja ke dalam tubuh(serum).
2. Imunitas Non-spesifik adalah kekebalan yang didapat secara alamiah, karena infeksi,
atau mendapat antibodi selama dalam kandungan (transplasenter).

Kedua antibodi ini dapat bersifat aktif dan pasif.Imunitas aktif adalah imunitas yang didapat
karena tubuh membuat antibodi sendiri, sedangkan pasif, berarti tubuh mendapatkan
antibodi atau limfosit yang sensitized dari luar atau dari host lain, atau tidak membuat
sendiri.14


Faktor-faktor yang mempengaruhi imunitas14:

1. Umur

Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan orang tua lebih mudah
terserang. Dengan kata lain orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kuran
kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua
kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.

2. Jenis kelamin

Untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio dan diphteria lebih parah terjadi pada
wanita daripada pria.

3. Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular
tertentu polio, pnemonia, malaria, serta amubisis. Sebaiknya untuk penyakit thypoid dan
meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.

4. Gizi

Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-
penyakit infeksi, tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap
penyakit infeksi

5. Trauma

Stress salah satu bentuk trauma merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu
penyakit tertentu.

Komponen dan ruang lingkup demografi dan cara menganalisis piramida


penduduk dan ukuran dasar demografi

Demografi adalah syudi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang fertilitas, mortalitas dan

mobilitas. Demografi
penduduk dan karaktermeliputi
geografisstudi ilmiah
lainnya, tentang
serta jumlah,faktor-faktor
bagaimana persebaran geografis, komposisi
ini berubah dari
2
waktu ke waktu (Haupt dan Kane 1991).

Para ahli demografi terutama tertarik pada statistik fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian)
dan mobilitas (perpindahan tempat) karena ketiga variabel ini merupakan komponen yang
berpengaruh terhadap perubahan penduduk . Ketiga komponen tersebut diukur dengan
tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan migrasi yang menentukan jumlah penduduk,
komposisi umur, dan laju pertambahan dan penurunan penduduk .2

Demografi bersifat antar-disiplin karena erat hubungannya dengan disiplin lain seperti
matematika, biologi, kedokteran, geografi, sosiologi dan ekonomi. 2


Tujuan Demografi2:
1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.
2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.
3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk
dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.
4. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk dimasa akan datang dan
kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

Ukuran-ukuran Dasar Demografi


1. Rate

Angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian/penyakit tertentu dalam


populasi dan waktu tertentu atau perbandingan antara kejadian dengan jumlah penduduk yang
memiliki resiko kejadian tersebut. Digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan
kejadian tertentu dalam masyarakat.

Besarnya Rate = X x Konstanta (K) Y


Contoh : Morbidity rate, Mortality rate, Natality rate)

2. Rasio / Ratio

Perbandingan antara nomerator dan denominator pada suatu waktu, atau perbandingan 2
bilangan yang tidak saling tergantung dan digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian.

Besarnya rasio = X Y

3. Proporsi

Perbandingan antara pembilang (Numerator) dengan penyebut (denominator) dimana


Numerator termasuk/bagian dari denominator, dengan satuan %.

Proporsi = X x 100 ( X+Y)

4. Rata-rata

Yaitu ukuran nilai tengah yang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai pengamatan

yang didapat kemudian dibagi banyaknya pengamatan yang ada.


5. Frekuensi

Yaitu ukuran yang menyatakan berapa kali aktivitas/suatu kegiatan dilaksanakan pada
periode waktu tertentu.

6. Cakupan

Ukuran untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan dari suatu terget kegiatan yang
ditentukan pada periode tertentu.

Hubungan unsur-unsur demografi dan faktor-faktor imunitas terhadap


terjadinya peningkatan frekuensi morbiditas dan mortalitas penyakit

Unsur demografis berhubungan dengan terjadinya peningkatan frekuensi morbiditas dan


mortalitas penyakit. Hal ini karena kondisi demografis merupakan kondisi penduduk yang
berkaitan dengan jumlah dan kepadatan penduduk dan berhubungan dengan masalah
kesehatan. Apabila pertumbuhan atau laju penduduk di suatu daerah tinggi, maka
kemungkinan orang yang terpapar akan semakin besar. Lingkungan dengan penduduk banyak
atau padat juga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan langsung dengan
meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas. Contohnya apabila terjadi suatu wabah di
suatu daerah dengan lingkungan penduduk yang padat, maka wabah akan cepat menyebar
dan jumlah orang yang terkena wabah akan banyak.2

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Epidemiologi dibatasi untuk mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor
faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakig, kecacatan, dan kematian dalam
populasi manusia

Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa agar tidak hanya sekedar mengetahui materi
tentang pengertian epidemiologi tetapi juga mampu menjelaskan ruang
lingkup dan hal-hal lain yang berkaitan dengan epidemiologi.
2. Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih meningkatkan pemahaman dengan
mencari tahu hal-hal yang belum dideskripsikan dalam makalah ini.
3. Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih meningkatkan kerja sama yang lebih
baik dalam pelaksanaan dan pembuatan makalah selanjutnya.

Вам также может понравиться