Вы находитесь на странице: 1из 7

B.

Pembahasan

Hasil pengamatan anatomi ikan Nilem (Osteochilus hasselti) didapatkan hasil

bahwa tubuh ikan dapat dibagi tiga bagian yaitu kepala (caput) mulai dari moncong

sampai dengan batas tutup insang, badan (truncus) mulai dari belakang tutup insang

sampai dengan anus, dan ekor (cauda) mulai dari belakang anus sampai dengan ujung

sirip ekor. Hal itu sesuai dengan pernyataan Radiopoetro (1988), yang menyatakan

bahwa tubuh ikan nilem terdiri atas tiga bagian yaitu caput, truncus, dan cauda.

Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) memiliki bentuk tubuh yang hampir serupa

dengan ikan mas, hanya kepala relatif kecil, pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua

pasang sungut peraba. Warna tubuh ikan ini hijau abu-abuan, dan hidup di perairan

yang jernih, makanan berupa tumbuhan. Sirip punggung dari ikan nilem ini di sokong

jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagak bentuknya simetris. Sirip

dubur di sokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, sirip perut di sokong 1 jari-

jari keras dan 8 jari lunak, sirip dada di sokong 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak.

Ikan ini terdapat di Indonesia khususnya di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan sedangkan

di luar Indonesia terdapat di Malaysia dan Siam (Djuhanda, 1981).

Sistem pencernaan ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dimulai dari oesophagus

yang sangat pendek, karena hampir ronga mulut langsung menuju ke lambung atau

intestine ventriculus melengkung seperti huruf U, dan dibedakan menjadi 2 yaitu pars

cardiaca yang lebar dan pars pylorica yang sempit. Pada bangsa ikan sangat berliku dan

hampir memenuhi rongga perut, dan bermuara ke anus. Hepar terdiri atas dua lobi,

vesica felea dari hepar menuju ductus hepaticus kemudian bersatu dengan ductus

cyticus menjadi ductus choleodocus yang bermuara ke duodenum. Adapun yang

dihubungkan dengan peritoneum ke tundus ventriculli. Osteochilus hasselti mempunyai


hati dan pankreas yang sulit dibedakan sehingga disebut hepatopankreas (Radiopoetro,

1988).

Menurut Djuhanda (1981), Ikan Nilem memiliki ukuran tubuh yang relatif

pendek, tubuhnya lebih pipih ke arah dorsovental, sehingga ikan nilem lebih mudah

membelokkan tubuhnya daripada berenang dengan cepat. Tubuhnya ditutupi dengan

sisik sikloid atau stenoid. Mulutnya terletak di ujung depan kepala dan moncongnya

dapat ditonjolkan ke depan. Berdasarkan letaknya, sirip ikan dapat dibedakan menjadi

sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), sirip pada bagian lubang porus

urogenalis (anal fin), sirip perut (abdominal fin) dan sirip dada (pectoral fin).

Sistem pernapasan dilakukan oleh insang yang terdapat dalam 4 pasang kantong

insang yang terletak di sebelah pharynk di bawah operculum. Waktu bernapas

operculum menutup melekat pada dinding tubuh, arcus branchialis mengembang ke

arah lateral. Air masuk melalui mulut kemudian kelep mulut menutup, sedangkan arcus

branchialis berkontraksi, dengan demikian operculum terangkat terbuka. Air mengalir

keluar filamen sehingga darah mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida

(Jasin,1989).

Menurut Djuhanda (1981), lengkung insang pada ikan nilem berupa tulang rawan

yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya filamen-filamen insang.

Arteri branchialis dan arteri epibranchialis terdapat pada lengkung insang di bagian

basal pada kedua filamen insang pada bagian basalnya. Tapis insang berupa sepasang

deretan batang-batang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melejat pada bagian

depan dari lengkung insang. Ikan nilem memiliki gelembung renang untuk menjaga

keseimbangan di dalam air.

Sistem urogenitalia ikan Nilem jantan yaitu terdapat sepasang testis yang panjang,

yang terletak ventral dari ginjal (ren). Ujung caudal mulai vas deferens yang bermuara
ke dalam sinus urogenitalis. Ikan betina terdapat sepasang ovaria yang panjang. Ovaria

ini mempunyai rongga ke caudal lalu melanjutkan ke oviduct, yang bermuara ke dalam

sinus urogenitalis. Fertilisasi antara sperma dan ovum dilakukan di dalam air. Telur-

telur yang telah dihasilkan dilekatkan kepada tumbuhan yang terdapat di air

(Radiopoetro, 1977).

Sistem ekskresi ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros) dan

berwarna kemerah-merahan. Karena ikan hidup di air, ikan harus selalu menjaga

keseimbangan tekanan osmotiknya. Pada ikan yang bernapas dengan insang, urin

dikeluarkan melalui cloaca atau porus urogenitalis; dan karbon dioksida dikeluarkan

melalui insang. Mekanisme ekskresi pada ikan Nilem ini mengeksresikan amonia dan

aktif menyerap oksigen melalui insang, serta mengeluarkan urin dalam jumlah yang

besar melalui porus urogenitalis berbeda dengan ikan yang hidup di laut akan

mengekskresikan amonia melalui urin yang jumlahnya sedikit (Djuhanda, 1981).

Hasil pengamatan ikan Lele didapatkan hasil bahwa tubuh Lele (Clarias

batrachus) terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Lele mempunyai

bentuk kepala yang menggepeng (depress). Tubuh ikan Lele memiliki ciri khas dengan

permukaan kulitnya yang licin karena tidak mengandung sisik. Di bagian atas ruangan

rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (organ arborescent), yang memiliki

banyak kapiler-kepiler darah. Hal ini sesuai dengan penyataan Simanjuntak (1989),

yang menyatakan bahwa pada organ arborescent bentuknya seperti sebatang pohon

yang penuh dengan kapiler-kapiler darah.

Sistem pencernaan dari ikan Lele terdiri atas mulut, lambung, usus, dan

dikeluarkan melalui porus urogenitalis. Usus ikan Lele panjang karena termasuk ikan

omnivora. Menurut Storer and Usinger (1961), sistem pencernaan ikan ini terdiri dari

rahang ikan mempunyai banyak gigi kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah
makanan dan lidah kecil dalam di dasar rongga mulut membantu gerakan respirasi.

Farink terdapat insang di sisi dan samping lalu ke oesophagus pendek mengikuti hingga

timbul lambung atau gastrum. Pyloric value terpisah belakang dari intestine. Tiga

tubular pyloric caeca yang berfungsi mengabsorpsi, mengambil ke intestine. Tiga hati

besar di dalam rongga tubuh dengan kantung empedu dan saluran ke intestine serta

pankreasnya tidak jelas.

Sistem respirasi ikan Lele ini dimulai dari udara yang terikat pada air masuk

melalui insang yang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan

beberapa filamen insang di dalamnya. Setiap filamen terdiri atas lamela yang berfungsi

untuk tempat pertukaran gas. Clarias batrachus memiliki alat pernafasan tambahan

berupa arborescent. Hal ini sesuai dengan pernyataan Simanjuntak (1989), yang

menyatakan bahwa alat pernafasan pada ikan Lele adalah insang dan arborescent

sebagai alat pernafasan tambahan yang terletak di dalam ruang sebelah atas insang yang

merupakan membran berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Arborescent berbentuk

seperti rimbunan dedaunan berwarna kemerahan yang berfungsi untuk mengambil

oksigen dari atas permukaan air sehingga dapat mengambil oksigen langsung dari udara,

untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Ikan Lele mampu bertahan hidup dalam

kondisi oksigen yang minimum karena mempunyai arborescent. Oleh karena itu, jika

pada kolam banyak terdapat eceng gondok ikan ini tidak berdaya.

Sistem genitalia pada ikan Lele betina dan jantan dapat dibedakan dengan mudah

terutama ikan Lele yang sudah matang atau dewasa. Tanda-tanda jenis kelamin ikan

Lele betina adalah alat kelaminnya berbentuk bulat telur, terletak dekat lubang dubur,

gonad betina ikan Lele berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat

di dalamnya dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Ikan Lele jantan alat

kelaminya berbentuk meruncing, terletak di dekat lubang dubur, gonad ikan lele jantan
memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran

gonad lebih kecil dari pada betinanya (Simanjuntak,1989).

Sistem ekskresi pada ikan Lele (Clarias batrachus) terdiri atas organ pengeluaran

pada ikan yang berupa ginjal (berjumlah sepasang berwarna merah tua dan terletak di

bagian lateral dari intestine (usus) dengan bentuk seperti oval dan mempunyai bagian

yang membesar), Ureter yang merupakan saluran penghubung setelah urin dihasilkan

oleh ginjal dan diteruskan ke dalam kandung kemih (vesica urinaria) yang merupakan

persatuan ureter kanan dan kiri pada ikan Lele serta menampung urin yang nantinya

akan dikeluarkan melalui ubang cloaca. Lubang cloaca sebagai alat eskresi terakhir

yang mempunyai fungsi sebagai pengeluaran untuk zat-zat metabolisme yang sudah

tidak digunakan oleh tubuh (Sumantadinata, 1983).


IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Bagian tubuh baik Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) maupun Ikan Lele (Clarias

batrachus) terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput), truncus (badan), dan

cauda (ekor).

2. Seluruh tubuh ikan Nilem tertutupi oeh sisik sedangkan bagian tubuh ikan Lele

tidak tertutupi oleh sisik sehingga permukaan tubuh menjadi licin.

3. Ikan Nilem mempunyai gelembung renang yang berjumlah sepasang dan digunakan

sebagai alat keseimbangan naik turunnya ikan di dalam air.

4. Ikan Lele memilki ciri khas dengan memiliki alat tambahan pernafasan disebut

Arborescent yang berfungsi untuk mengikat oksigen dari atas permukaan air

sehingga mampu hidup dalam lingkungan yang minim oksigen seperti lingkungan

lumpur.

5. Ikan Nilem maupun ikan Lele keduanya memiliki sistem pencernaan, sistem

respirasi, sistem genitalia, dan sistem ekskresi yang cukup kompleks dibandingkan

dengan hewan invertebrata.


DAFTAR REFERENSI

Djuhanda, T. 1981. Analisa Struktur Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya,


Surabaya.

Djuhanda, T. 1985. Analisa Struktur Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya,


Surabaya.

Jasin, Maskoeri. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya,
Surabaya.

Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley and Sons, New York 524 p.

Radiopoetro. 1988. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifkasi Ikan. Bina Cipta, Jakarta.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifkasi Ikan. Bina Cipta, Jakarta.

Simanjuntak, H. 1989. Pembudidayaan Ikan Lele (lokal dan dumbo). Bhratara. Jakarta.

Storer, Tracy and Usinger, R. 1961. Elements of Zoology. Mc Graw Hill Book
Company, London.

Sumantadinata, Komar. Ir. 1983. Pengembangan Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia


cetakan 1. Sastra Budaya, Jakarta.

Вам также может понравиться