Вы находитесь на странице: 1из 7

Mungkin kita pasti pernah mengalami kondisi hati ya rumit, gundah gulana, tertekan yang berujung

pada redupnya keimanan,bukan ?


Dimana kita merasa resah setiap saat, merasa hidup tanpa ada rasa yg dirasakan, merasa bahwa hidup
hanya sekedar perjalanan tanpa kita tau akhir dari pijakan ini.. ketika kita berjalan hanya sekedar
berjalan..

Dulu aku pernah berada pada titik itu, dimana aku merasa setiap perjalanan ini percuma, bahkan tiada
aku tau tujuan akhir mengapa aku melangkah..
Dulu aku pernah berada di titik ini mengutuk setiap rute jalan kehidupan ini..

Namun waktu beranjak pergi, Alhamdulillah ketika aku benar2 berada pada titik terendah dalam
perjalananku, Allah tidak pernah diam, Dia mempersemaikan aku dengan saudara2 yang begitu setia
merangkulku, yang selalu sabar mengajakku bahkan mereka tanpa mengeluh membangunkan kembali
puing2 keimanan ku ini..

Hatiku mulai tergugah untuk selalu berada dalam lingkaran ini.. Hatiku semakin nyaman berada dalam
rangkulan saudara ku ini...
Rasanya redup hatiku ini perlahan hidup kembali, langkah2 tanpa arahku ini pun kembali berjalan pada
lentera kebenaran Illahi..
Seketika itupun, aku merasakan kesejukan yang luar biasa, tenang dan damai..
Didalam lingkaran ini akupun menemui apa yang aku cari..
Menemui apa yang belum pernah aku jumpai..
Lagi2 Allah Maha baik, yang dengan skenario indahnya mempertemukan aku dengan lingkaran ini...

*Lentera Kebaikan*
Didalam lingkaran ini, aku bisa mencurahkan segala gundah gulana, menumpahkan segala isi hatiku,
lagi2 dengan sabar saudara2 ku dalam lingkaran ini selalu punya cara untuk mengajak aku merenungi
semua ini, mengajariku untuk lebih dekat dengan ayat2 Allah..

Lingkaran ini bernama *MENTORING*


Disinilah aku belajar banyak hak, dibimbing dan dirangkul agar menjadi seorang manusia yang berguna
bukan hanya didunia tapi mereka merangkulku untuk bersama2 berjalan menuju JannahNya..
Aku diajari banyak hal, mulai bagaimana aku mensyukuri hidup dan menikmati semua hal yg aku
dapatkan..

Mereka bukan hanya sekedar teman dalam lingkaran ini, tapi bagiku mereka lebih sekedar teman,
bahkan bagiku mereka adalah saudara ku ke surga..

Masih ingat dalam ingatanku kalimat yg selalu diucapkan oleh kakak pementorku
"Jangan takut untuk berjalan pada kebaikan, ketika langkah kakimu terhenti karna rayuan dunia, maka
ingatlah ada hal menakjubkan yang akan menantimu disurgaNya, jadi jangan menyerah untuk menjadi
baik"

Dan sampai saat ini aku masih saja enggan untuk pergi dari lingkaran ini..
Karna hati ini telah Allah pautkan dengan LENTERA KEBAIKAN INI

Jujur pada akhirnya akupun jatuh cinta pada MENTORING


"UKHUWAH FILLAH ABADAN ABADA"

-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Antara Kau dan Aku Ada CintaNya

Pernah kah kita berfikir akan dipertemukan dalam ukhuwah ini ?


Pernah kah kita menyangka hati ini akan terpaut manisnya ukhuwah ?
Aku bahagia..
Aku senang
Bahkan kata-kataku tak dapat mengungkap semua rasa ini..
Bertemu denganmu membuatku semakin baik..
Bukan hanya baik untuk dunia tapi kau ajari aku baik untuk akhirat ..

Dan aku mulutku seakan bungkam untuk menyatakan ini


Mentoring mengajariku banyak hal
Mentoring mengajariku belajar mencintaiNya lebih dari apapun
Dan lagi-lagi bibirku kaku untuk mengungkap segala rasa yang ada
Adakah bait-bait yang indah selain doa rahasia ini
Seakan lingkaran ini menyampul robitoh kita menjadi kuat
Seakan lingkaran ini menguatkan azzam kita untuk selalu menjadi baik...

Kawan akan ku beri tau sebuah rahasia besar


Kau dan dunia harus tau
Bahwa rahasia inilah yang membuat aku dan mereka menjalin ukhuwah..
Aku akan beri tau kau
Bahwa ada lingkaran cinta disekitar kita yang bernama mentoring
Dan kau harus ikut di dalamnya untuk merasakan indahnya ukhuwah ini
Ah lagi-lagi aku terlalu membara untuk mengajak kau disini..
Ayolah bersemai bersama aku dan kita akan mencari cintaNya bersama...
Aku mencintai lingkaran ini
Mentoring

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[Pesan Islam Kepada Generasi Muda]

Pemuda yang ingin sukses adalah pemuda yang pandai memanfaatkan peluang masa mudanya untuk
maju dan berubah.Ia menyadari bahwa peluang itu tidak akan berulang. Ia memanfaatkan masa muda
sebelum datang masa lemahnya (tua), masa sehat sebelum sakitnya, masa lapang sebelum sempitnya,
masa terang sebelum masa gelapnya.

Setidaknya ada beberapa kemampuan yang perlu dimiliki para pemuda Muslim hari ini; mencakup daya
pikir (ijtihad), daya kalbu (mujahadah), dan daya raga (jihad) dalam arti yang seluas-luasnya.Termasuk
jihad peradaban (kehidupan) di mana memilih hidup dalam kemuliaan Islam dan meninggal dalam
keadaan husnul khatimah.

Ada beberapa poin pesan dari Rasulallah kepada pemuda yang dirangkum dari berbagai riwayat dengan
simpulan sebagai berikut:
1. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu
2. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu
3. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah
4. Jika engkau meminta tolong, mintalah tolong hanya kepada Allah
5. Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu manfaat
(keuntungan), maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk
dirimu
6. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak
akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu.
7. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Artinya, pena yang menuliskan taqdir
telah diangkat (tidak menulis lagi) dan lembaran-lembaran yang ditulisnya pada Lauhul Mahfudzh sudah
kering, tidak akan lagi tambahan dan pengurangan. Taqdir semua makhluk yang telah Allah tuliskan, dan
hanya Allah saja yang tahu, tidak akan pernah berubah sama sekali.

Sumber: hidayatullah.com

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[UJIANMU BEDA DENGAN UJIANKU]

Terkadang kita melihat orang lain dan beranggapan kalau hidupmya lebih bahagia, mudah, dan nyaman
daripada kita. Padahal bisa jadi lebih sulit. Hanya saja mereka "tidak mengeluh".

Ada yang mendapatkan anugrah dimudahkan urusan akademiknya, tetapi kesulitan dalam ekonomi.
Ada yang mudah akademik dan ekonominya.
Tetapi kurang kasih sayang dari orangtuanya.
Ada yang belimpahkan kasih sayang orangtua tetapi tidak punya teman sepermainan.
Ada yang punya banyak teman
Tetapi tidak akrab dengan keluarganya sendiri.

Begitulah seterusnya rantai kehidupan dunia yang tidak pernah sempurna.


Kebahagiaan abadi dan sempurna, hanya di surga.
Masing-masing ada ujian dan fitnahnya.

Fitnah itu dapat berupa nikmat atau keburukan, karena nikmat juga bisa menjadi fitnah/ujian
Allah berfirman,

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
(Al-Anbiya: 35)

Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,



Musibah yang mendekatkan-mu kepada Allah lebih baik dari nikmat yang membuat-mu lupa kepada
Allah. (Tasliyah Ahlil mashaa-ib hal. 227)

Jika ada ujian datang kepadamu, nikmati saja dan jalani dengan sabar. Jangan terlalu banyak protes dan
mengeluh terhadap apa yang terjadi.
Alangkah lebih berarti apabila apabila kita bersyukur dan mencari hikmah dari setiap ujian yang
menimpa diri ini.

Karena Allah pasti mendatangkan suatu musibah itu bukan tanpa suatu alasan. Pasti ada hikmah yang
datang bersama ujian itu. Pecayalah.
Allah itu Maha Adil.

Untukmu dan untukku yang sedang diuji, yakinlah Allah adalah sebaik-baiknya penolong, dan hikmah
sebaik-baiknya hasil.

-----------------------------------------------------------------------------------------------
[NIKMATNYA MENTORING]

"Bagaimana mau menikmati, kalau belum cinta. Bagaimana mau cinta, kalau belum pernah mencoba
untuk jatuh cinta"

Eits, jangan baper dulu. Itu hanya perumpamaan. Perumpamaan agar kita senang dan sangat menikmati
yang namanya mentoring

Bagiku, mentoring itu segalanya. Mentoring emang bukan segalanya, tapi segalanya berawal dari
mentoring. Apa pertama kali aku mengenal mentoring, terus langsung senang yang namanya
mentoring? Tentu tidak! Setiap orang berbeda memang, ada yang langsung senang bisa ikut mentoring
tapi ada juga yang harus melalui proses (cukup) panjang baru ia senang bisa ikut mentoring.

Saat mengenal mentoring, usiaku masih terbilang cukup muda. Karena aku bersekolah yang background
nya Islam dan kegiatan tambahan nya mentoring. Hal ini membuatku mau tidak mau mengikuti kegiatan
tambahan yang bernama mentoring sepanjang aku bersekolah disana. Dan benar saja, tahun demi tahun
ku lalui, rasanya seperti biasa saja ikut mentoring. Sekedar rutinitas mingguan yang mewajibkanku ikut
di dalamnya. Hampa. Tidak membekas untukku

Usiaku semakin bertambah, namun bukan hanya usia hidupku saja yang bertambah, melainkan usiaku
bersama mentoring ini juga bertambah. Saat itu aku mengalami titik balik yang membuat banyak
pertanyaan muncul di benak. Karena remaja itu identik dengan masa labil, begitu pula denganku yang
pernah melewatinya hingga titik balik ini tiba

Saat titik balik, salah satu pertanyaan terbesarku adalah "Apakah kamu akan terus menjadi orang yang
begini aja? Ga mencoba untuk menjadi pribadi yang terus lebih baik?". Setelah itu ku putuskan untuk
mencoba menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan apa? Salah satunya dengan aku mencoba jatuh cinta
dengan mentoring

Seharusnya aku sadar dari dulu, mentoring ini adalah saranaku untuk bisa menjadi lebih baik. Disana kita
dibina untuk memiliki karakter diri yang lebih islami. Kenapa? Karena disana ada pementor kita yang
senantiasa memberikan siraman ruhani, senantiasa mengingatkan kita untuk beribadah dan dekat
dengan Allah. Bahkan kegiatan yang rutininan ini semakin memacuku di kala rasa malas timbul

Seharusnya aku sadar dari dulu, bahwa hidup tak hanya soal dunia saja, bahkan hidup yang lebih kekal
itu di akhirat. Bagaimana bisa aku menyia-nyiakan kegiatan mentoring yang bisa menjadikan
keimananku padaNya meningkat. Banyak hal yang ku dapatkan di mentoring. Ilmu yang bermanfaat,
persaudaraan yang indah, bahkan skill kita bisa terasah di dalamnya

Sejak ku coba untuk jatuh cinta, ternyata aku beneran cinta. Karena orang yang cinta, ia akan selalu
rindu untuk bertemu. Begitu pula denganku, aku selalu merindukan pertemuan itu. Pertemuan untuk
mentoring setiap pekannya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[Mentoring : Sihir atau Jebakan ? ]

Aku pertama mengenal mentoring ketika awal masuk kuliah. Diperkenalkan melalui acara GOM (Grand
Opening Mentoring) dan dipertemukan dengan kelompok yang di dalamnya tersimpan banyak hal yang
sulit dijelaskan.

Jangan kira mentoring itu selalu menyenangkan seperti cerita-cerita orang kebanyakan. Pengalaman
pertamaku mentoring mungkin jauh dari ekspektasi awal. Pementorku hanya mengisi mentoring di
sekitar 2 pertemuan awal, setelahnya entah tak ada kabar. Ditambah lagi semangat dan ketertarikan
teman-teman sekelompok terhadap mentoring begitu rendah kala itu.

Tapi entah mengapa, aku seolah tersihir oleh testimoni dari orang-orang keren yang aku dapat ketika
GOM, yang membuatku terus penasaran dan berusaha bertahan untuk tetap ikut mentoring, hanya
demi menebus rasa penasaranku terhadap kebenaran testimoni itu.

Dan entah bagaimana skenario indah dari Allah, aku diizinkan mendapat kelompok baru. Dengan
seorang pementor yang sekali lagi membuatku merasa tersihir. Oleh kelembutannya, perhatiannya, dan
nasihat-nasihat yang entah mengapa selalu tepat dengan keadaan diri kala itu. Materi yang dibawakan
selalu pas dengan permasalahan dan keadaan yang dihadapi, seolah menjadi pengingat dan penerang
atas segala resah yang dirasakan. Entah, apakah hanya aku yang merasakan hal ini, atau barangkali
kamu juga ?

Semakin lama ikut mentoring, berpindah dari kelompok satu dengan kelompok yang lain, pementor satu
dengan pementor yang lain, teman satu dengan teman yang lain, entah mengapa aku semakin merasa
terjebak dan sulit keluar

Terjebak dalam kebaikan lebih tepatnya. Aku terjebak di antara orang-orang yang selalu membuatku
malu dan merasa cupu

Malu ketika di sesi hafalan, menyimak hafalan seorang teman yang ternyata jauh lebih banyak dan aku
masih segitu-segitu aja. Malu ketika sesi kabar baik kabar buruk, ada orang yang masalah dan
kesibukannya luar biasa tapi tetap tenang dan tersenyum seolah tanpa beban. Merasa cupu dengan
prestasi mereka, kesibukan baik mereka, pencapaian mereka, dan bagusnya ibadah harian mereka,
sedang aku masih berjalan di sini-sini aja. Malu ketika wawasan mereka tentang siroh nabawi, hadist,
dan permasalahan umat begitu luas dan aku hanya tahu seputar hal itu-itu saja, banyak hal yang aku tak
tau dan tak paham

Sekali lagi, aku merasa terjebak sekaligus tersihir oleh mentoring.


Terjebak dalam lingkaran yang selalu menularkan semangat, sekaligus pengingat, sekaligus pemicu
untuk terus berlomba dalam kebaikan. Dan tersihir oleh segala kebaikan dan keromantisan Allah berikut
skenario indah-Nya yang tak terjelaskan, melalui mentoring

Entah..

Kuakui, mentoring mungkin memang bukanlah sarana terbaik dalam belajar Islam lebih dalam. Bukan
pula sarana belajar akademik yang paling efektif. Pementor nya pun juga bukanlah malaikat yang
mengajarkan kebaikan tanpa cela.

Namun di balik ketidaksempurnaannya, ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kuambil. Yang pada
akhirnya mengakselerasi kedewasaanku dalam menyikapi banyak hal.

Sejatinya manusia memanglah makhluk pelupa, kan ? Yang harus senantiasa diingatkan. Yang harus
senantiasa ditampar biar sadar. Dan aku menemukannya di mentoring. Diingatkan, ditampar, sekaligus
diselamatkan

Karena mentoring barangkali memang hanyalah jebakan. Yang ternyata tidak sempurna. Tapi para
penggeraknya, adalah orang-orang yang bercita-cita dan berusaha menyempurnakan setiap potensi
kebaikan yang ada di lingkaran mereka.

Kau boleh tak percaya dengan apapun yang kukatakan tentang mentoring. Dan aku juga tak berharap
kau percaya padaku. Cukup percaya pada Allah, dan mulai coba buktikan dahsyatnya sihir dan jebakan
kebaikan mentoring

--------------------------------------------------------------------------------------------
Kata orang, kekuatan cinta itu dahsyat. Cinta akan memampukan yang tidak mampu. Cinta memberi
kekuatan pada dia yang mengaku lemah. Cinta memberi kehangatan pada dia yang berhati kaku, dingin
lantaran tertampar kerasnya kehidupan. Cinta pula yang mampu melunturkan satu demi satu tembok
kokoh pertahanan diri yang menyepi, mengasingkan diri dari keramaian lantaran tak lagi percaya masih
ada ketulusan dari makhluk bernama manusia.

Kekuatan cinta, membuat Bunda Hajar berlari berbolak-balik meniti Shofa-Marwa demi setetes air
untuk Ismail mungil. Kekuatan cinta, membuat Bunda Khadijah mempersembahkan seluruh jiwa-raga
bahkan hingga habis sudah semua hartanya untuk sang kekasih hati, Baginda Rasulullah. Kekuatan cinta,
membuat Ismail dengan keridhoan penuh menyerahkan diri untuk disembelih oleh Sang Ayahanda
tercinta, Nabi Ibrahim a.s.

Lantas, masih ada kah cinta-cinta suci nan mampu menggetarkan jiwa? Kekuatan dahsyatnya mempu
menggerakkan seluruh tenaga jiwa raga untuk mempersembahkan yang terbaik untuk yang dicinta?
Masih adakah cinta sebesar kekuatan cintanya Bunda Hajar pada Ismail? Masih adakah cinta sesuci
cintanya Bunda Khadijah pada Baginda Rasulullah? Atau, masih adakah cinta seberserah cintanya Ismail
pada Nabi Ibrahim a.s?

Ada! Pasti ada! Dahulu, bagiku cinta seagung itu pastilah hanya cinta Ibu-Ayah pada anak-anaknya yang
rela mengerahkan daya upaya terbaik untuk kebahagiaan sang anak. Selebihnya tak ada. Dahulu sekali,
ada yang menganggap semua hubungan pertemanan sama saja. Hanya datang ketika butuh, lantas
menghilang ketika dibutuhkan. Dahulu sekali, ada yang menganggap semua hubungan semu, hanya
berlandaskan kamu bisa kasih aku apa.

Tapi, semua itu lambat laun berubah lantaran dia menemukan lingkaran penuh cinta di bangku kuliah.
Benar bila orang di luar sana ada yang berkata, dunia kampus akan merubah sebagian besar dar
hidupmu. Dan, nyatanya, setelah hamper 2 tahun mengenyam dunia kampus, kalimat tersebut benar
adanya.

Lingkaran penuh cinta ini, bukan berarti sempurna tanpa cela. Ada saat-saat dimana semua orang
memiliki kepentingannya masing-masing, hingga sulit bagi kita duduk melingkar di pekan itu. Ada pula
saat dimana temu rindu kita tiap pekan kita dibenturkan dengan kenyataan. Maaf, izin dulu, sedang di
luar kota. Atau, bahkan pernah suatu kali alasan sesederhana ketiduran pun menjadi penghalang bagi
kita melepas rindu yang hanya sekali dalam sepekan itu.
Tetapi, bukankah disitu letak seni dari mentoring?

Perbedaan jadwal setiap manusia di dalamnya, tetapi ternyata ALLAH dengan takdir terbaik-Nya,
mengatur jadwal-jadwal kita hingga kitapun tergerak hati jiwa dan diringankan untuk melangkah ke
lingkaran penuh cinta satu kali setiap pekannya?
Tetapi, bukankah disitu letak seni dari mentoring?

Setiap insan dengan beragam karakter yang berbeda, berpadu berkumpul di dalam lingkaran cinta.
Duduk manis, mengisi kembali semangat yang mungkin sedang surut. Duduk manis, mendengarkan
taujih (materi mentoring) yang tiba-tiba saja serasa sangat pas dengan kebutuhan batin diri ini. Duduk
manis, sekedar bertukar senyum saling memberikan kebahagiaan, hingga lingkaran cinta yang terkadang
dan seringkali menjadi majelis ilmu itupun turun para malaikat yang turut serta menjadi saksi dari inni
uhibbuki fillah, aku mencintaimu karena ALLAH.
Tetapi, bukankah disitu letak seni dari mentoring?

Pertemuan itu, bukan lagi tentang seberapa sering kita bertemu atau seberapa lama kita bertemu. Bisa
jadi, ini hanya tentang seberapa berkualitaskah pertemuan-pertemuan kita? Pada pertemuan singkat
satu hingga dua jam per pekan yang membuat kita banyak mengingat kembali kebesaran ALLAH. Pada
pertemuan singkat satu hingga dua jam per pekan yang membuat kita dapat menyerap kembali
semangat satu sama lain, berlomba-lomba dalam kebaikan bisa jadi.

Вам также может понравиться