Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KEPERAWATAN ANAK 1
Materi Pokok: ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
GANGGUAN PERNAFASAN
Untuk Memenuhi Tugas: Feny Kusumadewi S.Kp., M.Kep.
PRODI: S1 KEPERAWATAN
Di susun oleh:
Ayu Fatmawati
Erna F.
Sifah Fauziah
Siti Isnaini Rahmawati
Keperawatan 3A
Gedung STIKes Banten, Jalan Raya Rawa Buntu No. 10, BSD City Serpong,
Tangerang Selatan 15318.
INFLUENZA
Definisi
Influenza atau flu disebabkan oleh berbagai virus yang mengalami perubahan signifkan
dari waktu ke waktu. Penyakit ini disebarkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak
langsung (infeksi droplet besar) atau benda-benda yang terkontaminasi secret nasofaring.
Influenza atau flu adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh
virus influenza (virus RNA) yang mudah menular. Penularan virus dapat terjadi melalui udara
pada saat orang berbicara, batuk, ataupun bersin. Influenza merupakan penyakit yang umum
dikalangan masyarakat.
Virus-virus tersebut biasanya menyerang tubuh melalui membran dalam hidung, mata,
ataupun mulut. Setiap kali menyentuh sesuatu ada kemungkinan terjadinya penularan pada
virus influenza.
Tanda dan gejala selama berlangsungnya penyakit influenza pada anak-anak besar dan
remaja (adolesen).
Gejala-gejala:
- Sensasi dingin
- Batuk
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Kelemahan badan
- Hidung tersumbat
- Diare
- Pusing
- Iritasi mata atau nyeri pada mata
- Muntah-muntah
Tanda-tanda:
- Demam
- Faringitis
- Konjungtivitis (ringan)
- Rinitis
- Adenitis servikalis
- Mengi atau ronki paru
FREKUENSI RELATIF MANIFESTASI KLINIS INFEKSI VIRUS INFLUENZA PADA
ANAK-ANAK BERUSIA KURANG DARI 5 TAHUN.
Kategori klinis utama:
- Penyakit pada saluran nafas bagian atas
- Laringotraktis
- Bronchitis
- Bronkiolitis
- Pneumonia
Gejala-gejala:
- Batuk
- Anoreksia
- Pilek
- Muntah-muntah
- Diare
- Sakit tenggorokan
Tanda-tanda:
- Demam
- Faringitis
- Adenitis servikal
- Otitis media
- Kejang-kejang
- Eksantema
- Adenitis menyeluruh
Patofisiologi
Proses terjadinya influenza diawali dengan masuknya virus influenza ke dalam tubuh
manusia melalui partikel udara (droplet infection), kuman ini akan melekat pada sel epitel
hidung, dengan mengikuti proses pernapasan maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus
dan masuk ke saluran pernapasan, yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala,
dan sebagainya.
Pathway
Virus Influenza
Proses Peradangan
Dilatasi Pembuluh Darah Suplai oksigen dlm darah
Akumulasi secret di Bronkus
Eksudat masuk alveoli Hipoksia
Pemeriksaan Penunjang
Bronchoscopy
Digunakan untuk melihat pohon bronkus dan untuk memindahkan sumbatan
asing, mendapatkan jaringan untuk biopsi, atau untuk penyedotan cairan.
Tes ini dilakukan dengan cara pasien dianastesi dan suatu bronchoscope
dimasukkan ke dalam mulut pasien dan sepanjang batang tenggorok dan pohon
bronkus. Bronchoscope berisi kamera video kecil dan alat pemeriksa yang digerakkan
dokter untuk melakukan prosedur.
Sebelum prosedur
1) Pasien harus menandatangani persetujuan tertulis untuk
prosedur invasif.
2) Pasien Nothing Per Oral (NPO) selama 8 jam kecuali dalam
emergensi, untuk mengurangi kemungkinan muntah ketika
bronchoscope dimasukkan ke dalam kerongkonan.
Selama prosedur
1) Monitor tanda-tanda vital, usaha pernapasan, dan warna kulit;
monitor jantung
Setelah prosedur
1) Pasien tetap puasa (NPO) sampai refleks muntah kembali untuk
menghindari aspirasi
2) Periksa batuknya dan kembalinya refleks muntah
3) Monitor pernapasan dalam hal kecepatan, usaha, penggunaan
accessory muscle, dan suara napas
4) Monitor kecepatan jantung dan perubahan status pernapasan
5) Monitor dahak apakah ada darah karena iritasi di dalam
bronkus
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang perlu dilakukan pada anak yang menderita infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) adalah kaji status pernapasan pasien, baik frekuensi,
kedalaman, irama, kesulitan bernapas, dan pola napas.
Observasi adanya retraksi, suara serak, stridor, batuk, apakah ada pernapasan
cuping hidung? Auskultasi paru, catat adanya penyimpangan yang terjadi, misalnya
ada mengi, wheezing, krakela?
Observasi warna kulit, apakah kulit berwarna merah muda/sianosis, catat
perubahan yang terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan obstruksi
mekanik, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri
2) Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan proses inflamasi
3) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan proses inflamasi,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Type/ Katergori/Klasifikasi/Jenis
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologi dan
riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting Karen merupakan salah sat factor
determinan untuk menetapkan strategi terapi.
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria :
- Dengan atau tanpa gejala klinik
- BTA positif : Mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong
biakan positif 1 kali ata disokong radiologic positif 1 kali
- Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria :
- Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB Paru aktif
- BTA negative, biakan negative terapi radilogik positif
c. Bekas BTA Paru dengan kriteria :
- Bakteriologik (mikroskop dan biakan) negative
- Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
- Radilogik menunjukan gambaran lesi TB inatif, menunjukan serial foto yang tidak
berubah
- Ada riawayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung)
Tanda Gejala
TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
A. Gejala respiratorik, meliputi :
Batuk: gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sdah ada kerusakan jaringan.
Batuk darah: Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berpa garis atau bercak-bercak darak, gmpalan darah atau darah segar
dalam jmlah sangat banyak. Batk darah terjadi karena pecahnya pembuluh
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh
darah yang pecah.
Sesak napas: Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
ata karena ada hal hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia, dan lain-lainya.
Nyeri dada: Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila system persarafan di plera terkena.
B. Gejala sistemik, meliputi
Demam: Merupakan gejala yang sering dijmpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
Gejala sistemik lain: Gejala sistemik lain ialah keringat mala, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasannya gradal dalam beberapa minggu-bulan, akantetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.
Etiologi
Agen infeksius utama , Mycobacetrium tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam
yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhdapat panas dan sinar ultraviolet
Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium pernah, pada kejadian yang jarang,
berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis.
Patofisiologi/Pathway
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan
di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg, 1981 dikutip price, 1995).
Setekah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian
atas lobus bawah) basil tuberculosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan
jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dari bakteri terus diafagosit atau berkembangan
biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang
mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10
20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi disekitarnta yang terjadi dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan paru yang
akhirnya membentuk suatu kapsul mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut focus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe
regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Komplek Ghon yang mengalami
perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehta yang kebetulan menjalani pemeriksaan
radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana
bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tubercular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah
atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tdak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang
lam atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi peradangan aktif. Penyakit
dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah limfe (limfohematogen).
Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai alirah darah dalam jumlah yang
lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain
(ekstraoulmoner). Penyebab hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasannya
menyebabkan tuberculosis miller. Ini terjadi bila focus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk kedalam system vaskuler dan tersebar ke dalam system
vascular ke organ-organ tubuh.
M. Tuberkulosis M. Bovis
Proliferasi sel epitel disekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ yang
terinfeksi (tuberkel)
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa TB ditegakkan
1. Tes diagnostic
2. Tes diagnostic yang dilakukan table berikut
Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil
1. Sputum:
Kultur
Mycobatterlum tuberculosis positif
pada tahap aktif, penting untuk
menetapkan diagnose pasti dan
melakukan uji kepekaan terhadap obat.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identifikasi diri klien:
1. Nama
2. Jenis kelamin
3. Umur
4. Tempat /Tanggal lahir
5. Alamat
6. Pekerjaan
B. Riwayat kesehatan
1. Kesehatan sekarang
keadaan pernapasan > nafas pendek >
Nyeri dada
Batuk dan
Sputum
2. Kesehatan Dahulu :
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cerdas dan
pembedahan
3. Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma elergi dan TB
C. Gejala yang berkaitan dengan masalah utama, misalnya :
Demam
Menggigil
Lemah
Keringat dingin malam merupakan gejala yang berkaitan TB
D. Status Perkembangan, misalnya :
Ibu yang melahirkan bayi prematur perlu ditanyakan apakah sewaktuhamil
mempunyai masalah-masalah resiko dan apakah usia kehamilan cukup
Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola pernapasan, cepat
lelah sewaktu naik tangga, sulit bernapas sewaktu berbaring atau apakah bila
flu sembuhnya lama.
E. Data Polapemeliharaan kesehatan, misalnya :
Tentang pekerjaan.
Obat yang tersedia di rumah.
Pola tidur istirahat dan stress.
F. Pola keterlambatan atau pola peranan kekerabatan, misalnya :
Adakah pengaruh dari gangguan/ penyakitnya terhadap dirinya dan
keluarganya,serta
Apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap peran sebagi
istri / suami dan dalam melakukan hubungan seksual.
G. Pola Aktivitas / istirahat
Gejala:
Kelelahan umum dan kelemahan
Napas pendek karna kerja
Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil dan atau
berkeringat mimpi buruk
Tanda:
Takikardia, takipnea / dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)
H. Pola Integritas Ego
Gejala:
Adanya/faktor stress lama
Masalah keuangan, rumah
Perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan
Populasi budaya/etnik
I. Makanan/Cairan
Gejala:
Kehilangan napsu makan
Tidak dapat mencerna
Penurunan BB
Tanda:
Perilaku distraksi, gelisah
J. Pernapasan
Gejala
Batuk produktif atau produktif
Napas pendek
Riwayat TB/terpajan pada individu terinfeksi
Tanda
Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luar atau fibrasi parenkim paru
dan pleura)
Perkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunti napas menurun/tidak ada secara
bilateral unitelar. Bunyi napas tubeler dan bisikan pektoran diatas lesi luar.
Krekel tercatat diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek.
Karakteristik sputum adalah hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah
Deviasi trakea (penyebaran bronkogenik)
Tidak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubah mental
K. Keamanan
Gejala
Adanya kondisi penekanan imun, Contoh : AIDS, Kanker
Tanda
Demam rendah atau sakit panas akut
L. Interaksi social
Gejala
Perasaan isolasi/penolakkan karena penyakit menular
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
M. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala
Riwayat keluarga TB
Ketidakmampuan umum/status kesehatan batuk
Kambuhnya TB
Tidak berpartisipasi dalam terapi
N. Pertimbangan
DRG menunjukan retata lama dirawat adalah 6,6 hari
O. Rencana pemulangan
Memerlukan bantuan dengan gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawat
diri dan pemiliharaan/perawatan rumah
P. Pemeriksaan penunjang
Rontgen dada
Usap basil tahan asam BTA
Kultum sputum
Test kulit tuberculin
sesak salurahn
Pasien pernapasan
3. Posisikan
mengatakan
semi/high fowler
adannya
3. Mengatur posisi tidur
memberikan
secret di
semi atau high fowler
kesempatan paru-
saluran napas
membantu pasien
paru berkembang
Data objektif
untuk berlatih batuk
secara maksimal
Suara napas
secara efektif dan
akibat diafgrama
abnormal
(rochi/rales, menarik napas turun kebawah.
wheezing) dalam. Batuk efektif
Frekuensi mempermudah
napas ekspektorasi
.x/menit mucus.
(>kurang 4. Pasien dalam
dari normal) kondisi sesak
dengan irama cenderung untuk
(regular/irreg bernapas melalui
4. Memberikan secret
ular) mulut yang jika
dari dalam mulut dan
dispnea tidak ditindak
trakea, suction jika
lanjut akan
memungkinkan.
mengakibatkan
stomatis.
5. Air digunakan
untuk
menggantikan
keseimbangan
5. Memberikan minum
cairan tubuh
kurang lebih 2500
akibat cairan
ml/perhari,
banyak keluar
menganjurkan untuk
melalui
minum dalam
pernapasan. Air
kondisi hangat jika
hangat akan
tidak ada kontra
mempermudah
indikasi.
cairan dalam
pembuluh darah
dapat diikat
dengan
mucus/sekret.
6. Berfungsi
Kolaborasi :
meningkatkan
6. Memberikan O,
udara inspirasi yang kadar tekanan
lembab parisal o2 dan
saturasi o2 dalam
darah
7. Berfungsi untuk
mengecerkan
dahak,
7. Memberikan
meningkatkan/me
pengobatan atas
mperlebar saluran
indikasi :
1. Agen mukolitik, udara
missal
:Acetilcystein
(mucomyst)
2. Bronkodilator
missal :
Theophyline,
Oxtriphyline
3. Kortikosteroid
(prednisone),
misal:
Dexamethasone.
3. Evaluasi Keperawatan
Keberhasilan penatalaksaan keperawatan tercemin pada pencapaian hasil dan
tujuan klien. Bandingkan perilaku klien dengan hasil dan tujuan klien yang telah
ditetapkan sebelumnya. Ketidakberhasilan dalam pencapaian hasil dan tujuan klien
mengindikasikan diperlukannya modifikasi dalam pendekatan yang digunakan dengan
mengkaji kembali kliem. Merevisi diagnose keperawatan dan menyesuaikan tindakan
keperawatan. Keberhasilan penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan
tuberculosis mencakup:
1. Mencapai jalan napas yang paten, mampu menangani sekresi dengan memperbanyak
masukan cairan, teknik batuk yang efektif.
2. Menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup tentang penyakit dari cara penularan
tentang medikasi (nama, dosis dan jadwal serta efek samping).
3. Mematuhi program pengobatan
4. Berperan serta aktif dalam tindakan pencegahan
PNEUMONIA
Definisi
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveolu oleh eksudet. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung
pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak
berfungsi. Hiposekmia dapat terjadi tergantung banyak nya jaringan paru-paru yang sakit.
Klasifikasi
Pneumonia pada anak balita paling sering disebabkan oleh virus pernafasan dan puncak
nya terjadi pada umur 2-3 tahun, sedangkan pada umur sekolah paling disebabkan oleh
bakteri Mycoplasma pneumoniae .
Pada bayi dan anak anak penyebab yang paling sering adalah :
Virus sinsisial pernafasan
Adenovirus
Virus parainfluenza
Virus influenza
Secara morfologik, pneumonia digolongkan menjadi :
Pneumonia lobaris : melibatkan semua atau segmen yang luas dari satu lobus paru
atua lebih. Jika kedua paru terkena disebut pneumonia bilateral atau pneumonia
ganda
Bronkopneumonia : dimulai pada bronkiolus terminal, yang tersumbat dengan
eksudat mukopurulen yang membentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-lobus
didekatnya ; disebut juga pneumonia lobularis
Pneumonia interstisial : proses inflamasi dengan batas-batas yang lebih atau kurang
dalam dinding alveolus ( interstisium) dan jaringan peribronkial dan interlobaris.
Pneumonitis : inflamasi akut lokal paru tanpa toksemia yang berkaitan dengan
pneumonia lobaris.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus, atipikal
(mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin
terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada
anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah RSV
untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti
demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah,
prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau
krekels terdengar auskultasi.
2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim
gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat
penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil
(pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti
dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak
produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah.
Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.
3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia streptokokus,
manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme individual
menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului
dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise,
pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan nafas dalam,
nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.
Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia dapat
diklasifikasikan:
1. Usia 2 bulan 5 tahun
Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2
bulan 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun
40 x/menit atau lebih.
Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai
dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa
adanya nafas cepat.
2. Usia 0 2 bulan
Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas
cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan
tidak ada nafas cepat.
Patofisiologi
Melalui udara
Aspirasi organisme dari naso laring
Hematogen
Reaksi inflamasi hebat Nyeri dada
Panas dan demam
Annoreksia pausea vomit
Partial oclusi
Hipoksemia
Hepatisasi merah diakibatkan perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler
paru-paru. Perembesan tersebut membuat aliran darah menurun, alveoli dipenuhi dengan
leukosit dan eritrosit ( jumlah eritrosit relatif sedikit, leukosit lalu melakukan fagosilosis
pneumococcus dan sewaktu resolusi berlangsung makrofag masuk ke dalam alveoli dan
menelan leukosit beserta pneumococcus. Paru-paru masuk ke dalam tahap hepatisasi abu-abu
dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati dan
esudat fibrin dibuang dari alveoli sehingga terjadi pemulihan sempurna. Paru-paru kembali
menjadi normal tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas
Pathway
Normal ( sistem
pertahan ) terganggu Organisme
Sel napas bagian
Virus bawah pneumokokus Stapilokokus
Cairan edema +
Sel darah merah, Permukaan lapisan,
leukosit ke alveoli
leukosit, pneumokokus pleura tertutup tebal
mengisi alveoli eksudat trombus vena
pulmonalis
Konsolidasi paru
Leukositosis
Nektrosis hemoragik
Kapasitas vital,
compliance
menurun, hemoragik Suhu tubuh
meningkat Produksi sputum
meningkat
Intoleransi aktivitas
defisiensi Resiko kekurangan
pengetahuan Ketidak efektifan bersihan
volume cairan
jalan napas
Hipetermi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan
predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein
di atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat
menyokong diagnosa.
Penatalaksanaan
a. Antibiotika diberikan sesuai penyebabnya.
b. Ekspektoron yang dapat dibantu dengan postural drainase.
c. Rehidrasi yang cukup dan adekuat.
d. Latihan nafas dalam dan batuk efektif sangat membantu.
e. Oksigenasi sesuai dengan kebutuhan dan yang adekuat.
f. Isolasi pernafasan sesuai dengan kebutuhan.
g. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
h. Terapi lain sesuai dengan komplikasi.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat pasien: Panas, batuk, nasal discharge, perubahan pola makan,
kelemahan, Penyakit respirasi sebelumnya,perawatan dirumah, penyakit lain
yangdiderita anggota keluarga di rumah
b. Pemeriksaan Fisik: Demam, dispneu, takipneu, sianosis, penggunaan otot
pernapasn tambahan, suara nafas tambahan, rales, menaikan sel darah putih
(bakteri pneumonia), arterial blood gas, X-Ray dada
c. Psikososial dan faktor perkembangan: Usia, tingkat perkembangan,
kemampuan memahami rasionalisasi intervensi, pengalaman berpisah
denganm orang tua, mekanisme koping yang diapkai sebelumnya, kebiasaan
(pengalaman yang tidak menyenangkan, waktu tidur/rutinitas pemberian pola
makan, obyek favorit)
d. Pengetahuan pasien dan keluarga: Pengalaman dengan penyakit pernafasan,
pemahaman akan kebutuhan intervensi pada distress pernafasan, tingkat
pengetahuan kesiapan dan keinginan untuk belajar.
Diafragma yang
lebih rendah akan
membantu dalam
meningkatkan
ekspansi data,
d. Menbantu pasien pengisian udara,
dalam melakukan mobilisasi dan
latihan nafas pengeluaran
dalam. sekret.
Mendemonstrasik
an / membantu Nafas dalam akan
pasien belajar memfasilitasi
untuk batuk, pengembangan
misalnya maksimum paru-
menahan dada paru/ saluran
dan batuk efektif udara kecil. Batuk
pada saat posisi merupakan
tegak lurus. mekanisme
pembersihan diri
normal, dibantu
silia untuk
memelihara
kepatenan saluran
udara. Menahan
dada akan
membantu untuk
ketidaknyamanan,
dan posisi tegak
lurus akan
memberikan
tekanan lebih
besar untuk batuk.
mestimulasi batuk
atau pembersihan
saluran nafas
secara merkanis
pada pasien yang
tidak dapat
melakukannya di
e. Melakukan karenakan ketidak
suction atas efektifan batuk
indikasi atau penurunan
kesadaran.
Cairan (terutama
cairan hangat )
akan membantu
f. Memberikan memobilisasi dan
cairan 250 ml/ mengeluarkan
hari (jika tidak sekret.
ada
kontraindikasi)
dan air hangat Memfasilitasi
pencairan dan
pengeluaran
sekret, postural
drainage mungkin
Kolaborasi :
tidak aktif pada
a. Mengkaji efek pneumonia
dari pemberian interstisial atau
nebulizer dan yang disebabkan
fisioterapi oleh eksudet atau
pemapasan kerusakan dari
lainnya, misal: alveolar.
incentive
spirometer,
ippb, Pengaturan
perkusi,dan tatalaksana/
postural jadwal dari
drainage. intake. Oral akan
Melakukan mengurangi
tindakan selang kemungkinan
diantara waktu muntah dan
makan dan batuk. Membantu
membatasi mengurangi
cairan jika bronkospasme
cairan sudah dengan mobilisasi
mencukupi. dan sekret.
b. Memberikan
pengobatan atas
indikasi:
mukolitik,
ekspektoran,
bronkodilatora,
dan analgesik.
Analgesik
diberikan untuk
c. Memberikan
meningkat kan
cairan suplemen
usaha batuk
misalnya IV,
dengan
humidifikasi
mengurangi rasa
oksigen, dan
tidak nyaman,
humidifikasi
tetapi harus
ruang.
digunakan sesuai
penyebabnya
d. Memonitor
serial chest x-
Cairan diberikan
ray, ABGs,dan
untuk untuk
pulse oximetri
mengganti
kehilangan
(termasuk
insesible/ IWL)
dan membantu
mobilisasi sekret.
e. Membantu
bronchoscopy/ Untuk dapat
thoracentesis mengikuti
jika di kemajuan dan
indikasikan. efek dari proses
penyakit serta
memfasilitasi
kebutuhan untuk
perubahan terapi
1) Kaji perubahan
tanda vital, Kadang-kadang
contoh diperlukan untuk
peningkatan mengeluarkan
suhu/ demam sumbatan mukus,
memanjang, sekret yang
takikardia, purulen, dan atau
hipotensi mencegah
ortostatik atelektasis.
Kekurangan volume Pasien diharapkan
2. cairan yang berhubungan menunujukan 1) Peningkat
dengan : kesimbangan an suhu/
Intake oral cairan memanjan
tidak Dibuktikan dengan g nya
adekuat Parameter demam
Takipneu
individual yang meningkat
Demam
tepat misalnya : kan laju
metabolik
membran dan
mukosan kehilangan
lembab 2) Kaji turgor kulit, cairan
turgor kulit kelembapan melalui
baik membran evaporasi.
pengisian
mukosa ( bibir, TD
kapiler lidah ). ortostatik
cepat berubah
tanda vital dan
stabil peningkata
n
takikardia
menunjuk
kan
3) Catat laporan kekuranga
mual/muntah. n cairan
sistemik.
2) Indikator
langsung
keadekuat
4) Pantau makanan
an volume
dan haluaran,
cairan
catat warna,
meskipun
karakter urine.
membran
Hitung
mukosa
keseimbangan
mulut
cairan.
mungkin
Waspadai
kering
kehilangan yang
karena
tak nampak.
napas
Ukur berat
mulut dan
badan sesuai
oksigen
indikasi
5) Tekanan cairan tambahan
3) Adanya
sedikitnya 2.500
gejala ini
ml/hari atau
menurunk
sesuai kondisi
an
individual.
masukan
oral.
Kolaborasi : 4) Memberik
6) Beri obat sesuai an
indikasi, misal : informasi
antipiretik, tentang
antiemetik. keadekuat
an volume
7) Berikan cairan cairan dan
tambahan IV kebutuhan
sesuai penggantia
keperluan. n
5) Pemenuha
n
kebutuhan
dasar
cairan,
menurunk
an risiko
dehidrasi
6) Berguna
menurun
kan
kehilangan
1) Evaluasi respons
cairan
pasien terhadap
7) Pada
aktivitas. Catat
adanya
laporan dispnea,
penurunan
peningkatan
masukan/
kelemahan/
banyak
kelelahan dan
kehilangan
perubahan tanda
penggunaa
vital selama dan
n
setelah aktivitas.
parenteral
2) Berikan
dapat
lingkungan
tenang dan memperba
batasi iki/mence
pengunjungan gah
selama fase akut kekuranga
sesuai indikasi. n.
Dorong
penggunaan
manajemen stres 1) Menetapk
Intoleransi aktivitas yang Pasien diharapkan dan pengalihan an
3. berhubungan dengan menunjukan yang tepat. kemampua
3) Jelaskan
Ketidakseimbangan peningkatan n/
pentingnya
antara suplai dan tolerasi terhadap kebutuhan
isitirahat dalam
kebutuhan oksigen aktivitas yang psien dan
Kelemahan umum rencana
dapat diukur memudah
Kelelahan yang
pengobatan dan
dengan kan
berhubungan
perlunya
tidak pilihan
dengan gangguan
kesimbangan
adanya intervensi
pola tidur yang
aktivitas dan 2) Menurunk
dispnea
berhubungan
kelemahan istirahat. an stres
dengan
berlebihan dan
ketidaknyamanan, tanda vital rangsanga
batuk berlebihan, rentang n berlebih
dan dispnea normal an
,meningka
tkan
istirahat
3) Tirah
baring di
pertahanka
n selama
fase akut
untuk
menurunk
an
kebuthan
metabolik,
4) Bantu pasien menghema
memilih posisi t energi
nyman untuk untuk
istirahat dan/ penyembu
atau tidur. han,
pembatasa
n aktivitas
ditentukan
dengan
respons
individual
pasien
5) Bantu aktivitas terhadap
perawatan diri aktivitas
yang diperlukan. dan
Berikan perbaikan
kemajuan kegagalan
peningkatan pernapasa
aktivitas selama n.
4) Pasien
fase
mungkin
penyembuhan.
nyaman
dengan
kepala
1) Kaji fungsi
tinggi,
normal paru,
tidur di
patologi kondisi
kursi atau
menunduk
edepan
meja atau
bantalan
5) Meminima
lkan
kelelahan
dan
membantu
keseimban
2) Diskusikan
gan suplai
aspek
dan
ketidakmampua
kebutuhan
n dari penyakit,
oksigen.
lamanya
penyembuhan,
1) Meningkat
dan harapan
kan
Defisiensi pengetahuan Pasien diharapkan kesembuhan.
pemahama
4. yang berhubungan menyatakan Identifikasi
n situasi
dengan : pemahaman perawatan diri
yang ada
Kurang terpajan kondisi, dan kebutuhan/
Kesalahan dan
proses sumber
interpretasi penting
penyakit pemeliraan
Kurang mengingat
menghubu
dan rumah.
ngkannya
pengobatan
melakukan dengan
perubahan program
pola hidup pengobata
dan n.
2) Informasi
berpartisipa
dapat
si dalam
meningkat
program
kan
pengobatan
koping
dan
membantu
menurunk
an ansietas
dan
masalah
berlebihan
. Gejala
pernapasa
n mungkin
lambat
untuk
membaik,
dan
kelemahan
dan
kelelahan
3) Berikan dapat
informasi dalam menetap
bentuk tertulis selama
dan verbal. periode
yang
panjang.
Faktor ini
dapat
berhubung
an dengan
depresi
dan
kebutuhan
untuk
4) Tekankan berbagi
pentingnya bentuk
melanjutkan dukungan
batuk efektif/ dan
latihan bantuan.
3) Kelemaha
pernafasan.
n dan
depresi
dapat
mempenga
ruhi
kemampua
n untuk
5) Tekankan mengasimi
perlunya lasi
melanjutkan informasi/
terapi antibiotik mengikuti
selama periode progam
yang di medik.
4) Selama
anjurkan.
awal6-8
minggu
setelah
pulang,
pasien
berisiko
besar
untuk
kambuh
dari
pneumoni
a
5) Penghenti
an dini
antibiotik
6) Buat langkah
dapat
untuk
mengakiba
meningkatkan
tkan iritasi
kesehatan
mukosa
umum dan
bronkus,
kesejahteraan
mis: istirahat dan
dan aktivitas mengham
seimbang, diet bat
baik, makrofag
menghindari alveolar,
kerumunan mempenga
selama musim ruhi
pilek/flu dan pertahanan
orang yang alami
mengalami tubuh
infeksi saluran melawan
nafas atas infeksi
7) Tekankan 6) Meningkat
pentingnya kan
melanjutkan pertahanan
ebvaluasi medik alamiah/
dan imunitas,
vaksi/imunisasi membatasi
dengan tepat. terpajan
pada
patogen
8) Identifikasi
tanda/gejala
yang
memerlukan
pelaporan
pemberi
perawatan
kesehatan
misal : 7) Dapat
peningkatan mencegah
dispnea, nyeri kambuhny
dada, kelemahan a
menunjang, pneumoni
kehilangan berat a dan/ atau
badan, komplikas
demam/menggig i yang
il, menetapnya berhubung
batuk produktif, an.
8) Upaya
perubahan
evaluasi
mental
dan
intervensi
tepat
waktu
dapat
mencegah/
meminima
lkan
komplikas
i
DAFTAR PUSTAKA
N.Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association NIC-NOC Jilid 1, 2, 3. Yogykarta:
MediAction.
Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC
Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit dengan Gangguan Pernapasan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Somantri Iman. 2015. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC