Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1, Januari-Juni 2015
Hasneni
Fakultas Syariah IA IN Bukittinggi
e-mail: hasneni_neni@yahoo.com
Abstract
The implementation of pagang gadai in Minangkabaus local tradition is the lending agreement by giving as
surance to the
borrower, as long as the debt is not paid yet, so the assurance is still held by the borrower. This tradition arose thro
ugh the principle
of communal land ownership in Minangkabaus maternal lineage that communal land ownership is not a private
poverty and it
cannot be traded. Thus, this local tradition came from an agreement that the main purpose was to help people inside
the community.
Moreover, it also has social function because most of people who pawn and lien holder is still in one community, i
n one tribe, and
in one region. Besides, Islam came to Minangkabau when the tradition of pagang gadai had been a habitual
tradition from
generation to generation. However, in some views this tradition is contrary to Islamic rules; whether the pawning
materials can be
used by the pawning receiver.
Keywords: Local Tradition, Pagang Gadai, Minangkabau Community
Abstrak
Pelaksanaan pagang gadai dalam tradisi lokal adat Minangkabau adalah perjanjian pinjam meminjam dengan
memberikan jaminan kepada si peminjam, selama hutung itu belum dibayar maka barang jaminan akan tetap
berada di tangan si peminjam. Tradisi ini muncul di tengah prinsip kepemilikan tanah yang bersifat komunal
dalam adat matrineal Minangkabau bahwa tanah milik komunal adalah tanah yang tidak dimiliki secara privat
dan tidak boleh diperjualbelikan. Sehingga tradisi lokal pagang gadai ini timbul dari suatu perjanjian yang
bersifat tolong menolong, berfungsi sosial, sebab kebanyakan orang yang mengadaikan dan si pemegang gadai
adalah orang yang masih sekaum, sesuku, dan sejauh-jauhnya adalah senagari. Di samping itu, Islam masuk
ke dalam masyarakat adat Minangkabau disaat tradisi pagang gadai telah menjadi kebiasaan turun temurun
masyarakatnya. Namun dalam beberapa pandangan, tradisi pagang gadai ini terdapat pertentangan dengan apa
yang diatur oleh hukum Islam. Pertentangan terjadi dalam hak apakah barang gadaian itu boleh dimanfaatkan
oleh si penerima gadai.
Kata Kunci: Tradisi Lokal, Pagang Gadai, Masyarakat Minangkabau
tempat lahir, tempat hidup dan juga tempat mati. Grafiti Press, 1986), h. 150.
69
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.1, Januari-Juni 2015
setiap kaum harus mempunyai tanah pendam II, (Jakarta: Dal al Fikri, 1978), h. 12.
pekuburan, agar jenazah kerabat tidak terlantar.
Tanah menurut budaya adat mereka juga
sesuatu yang dapat menetukan asli atau tidaknya
suatu suku di suatu nagari. Hal ini dapat disimak
dari sebuah pepatah yang mengatakan: Ado
tapian tampek mandi,ado basasok bajarami, ad
o bapan-
dam pakuburan. (ada tepaian tempat mandi, ad
a
sawah dan ladang Disebabkan begitu tingginya
nilai tanah terhadap kedudukan dan keberadaan
suatu suku dalam masyarakat Minangkabau, maka
menurut adat mereka, tidak dapat dipindahtan-
gankan atau diperjualbelikan. Orang Minangkabau
tidak ada yang mau dan dapat menjual tanahnya,
berupa rumah, sawah dan ladang. Pameo adat
mengatakan bahwa: di jua tak dimakan bali, di
ga-
dai tak dimakan sando (dijual tak dimakan beli d
an
digadai tak dimakan sandera). Praktek gadai telah
dijalankan secara turun temurun di Minangkabau
untuk mengatasi persoalan ekonomi mereka de-
ngan menggadaikan tanah pusaka mereka.
Di samping itu, Islam masuk ke dalam ma-
syarakat adat Minangkabau di saat tradisi pagang
gadai telah menjadi kebiasaan turun temurun
masyarakatnya. Hanya saja, sejarah membukti-
kan bahwa Islam diterima oleh masyarakatnya
dan menjadi dasar dalam pengaturan hidup ber-
masyarakat, termasuk dalam hal bermuamalah.
Namun dalam hal pagang gadai terdapat per-
tentangan terutama dalam hal apa yang diprak-
tekan oleh orang Minangkabau dengan apa yang
di atur oleh hukum Islam, bahkan dalam hal pe-
manfaatan barang yang digadaikan.
Dalam Islam transaksi dalam bentuk pem-
berian jaminan ketika melakukan aqad hutang
piutang dikenal dengan istilah rahn. Aqad ini di-
maksudkan untuk harta yang dijadikan sebagai
jaminan hutang yang bersifat mengikat. Dalam
pengertian lain, rahn diartikan sebagai transaksi
dalam bentuk menjadikan sesuatu barang sebagai
jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin di-
jadikan sebagai pembayar hak (piutang) itu, baik
seluruhnya atau sebagiannya2. Menurut penger-
tian lain rahn berarti menjadikan sesuatu barang
atau benda sebagai jaminan hutang yang dapat
Al-Sarakhsyi,
dijadikan sebagai Dar alhutang
pembayar Kitab A (Beirut:
l Arabiyang
apabila
3
berhutang tidak dapat
Syarbaini membayar
Khatib, Mugni alhutangnya . II, edisi
Muhtaj Jilid
70
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.1, Januari-Juni 2015
oleh hukum Allah. Atau sebagaimaa yang dikatakan Dari pengertian di atas dapat disimpul-
oleh Ibnu Qayyim al Jauziyah, apabila ditemui in- kan bahwasnya kriteria harta harus mampu me-
dikator kemaslahatan disitulah hukum Allah, dan menuhi kebutuhan manusia atau memiliki unsur
dengan cara apapun kemaslahatan itu dapat dica- nilai ekonomis, serta memiliki unsur manfaat
pai, maka tata cara itu pun disyariatkan4. atau jasa yang diperoleh dari suatu barang. Secara
Oleh sebab itu dalam masalah pagang gadai garis besar, unsur-unsur harta adalah; a) Bersifat
di Minangkabau penetapannya tidak dapat ditetap- materi atau mempunyai wujud nyata (ainiyah), b)
kan dengan menghitam atau memutihkan. Harus Dapat disimpan untuk dimiliki (qabilan lit-tamlik),
dilihat dari sisi mashlahah dan mafsadahnya atau c) Dapat dimanfaatkan (qabilan lil-intifa), d)Uruf
nilai positif dan negatifnya. Untuk mengkaji ten- (adat atau kebiasaan) masyarakat memandangnya
tang gadai di Minangkabau perlu diadakan peneli- sebagai harta.
tian yang menyangkut tentang sejarah muncul atau Di kalangan ulama fiqih membagi harta
latar belakang lahirnya aqad itu. Bagaimana ma- dari segi tujuannya menjadi dua bagian, yaitu: 1)
syarakat Minangkabau melaksanakannya. Karena Maal yang tujuan awalnya untuk muamalah, yaitu
walaupun masyarakat Minangkabau diatur dengan keberadaannya sebagai harga untuk semua ba-
adatnya, namun kadang kala pelaksaaan budaya rang (uang); 2). Maal yang tujuan awalnya untuk
dengan aturan yang sama dilaksanakan dalam ben- diambil manfaatnya, yaitu keberadaannya untuk
tuk yang berbeda. Kemudian dari pencarian itu di- dimanfaatkan (barang-barang)
harapkan akan ditemukan sebuah model atau pola Bagian uang, yaitu yang digunakan untuk
yang memang dapat diterapkan oleh masyarakat pertukaran antara barang dan jasa pelayanan,
Minangkabau yang tidak bertentangan dengan yang mana uang disini sebagai harta dan nilai.
syariat dan tidak melanggar adat. Dalam tulisan ini Uang di sini dibagi menjadi dua macam yaitu
akan dibahas tentang tinjauan hukum Islam terha- mata uang murni (emas dan perak) dan mata
dap pagang gadai di Minangkabau. uang muqayyad (uang-uang kertas, logam, dan
Perspektif Islam Terhadap Harta Kekayaan sejenisnya). Sedangkan, bagian barang, yaitu
yang diambil manfaatnya sesuai dengan fung-
Harta dalam bahasa Arab disebut de-
si barang-barang itu. Barang ini dibagi menjadi
ngan al-ml, yang merupakan akar kata dari la-
dua macam: a). barang-barang milik, yaitu yang
fadaz yang berarti condong,
dimiliki untuk diambil manfaatnya dengan cara
cenderung, dan miring. Istilah harta atau al-maal
menggunakan untuk membantu bermacam-ma-
dalam al-Quran maupun Sunnah tidak dibatasi
cam proses aktivitas dan kadang-kadang dimiliki
dalam ruang lingkup makna tertentu, sehingga
untuk tujuan konsumsi, seperti hewan-hewan
pengertiannya sangat luas dan selalu berkembang.
yang mempunyai susu, hewan-hewan yang bisa
Secara etimologi harta adalah:
berkembang biak, dan bangunan-bangunan yang
disewakan. b). barang-barang dagang yaitu, ba-
rang-barang yang disediakan untuk jual beli atau
tukar menukar atau barang-barang yang dibeli
atau diproduksi untuk perdagangan.
Sedangkan pembagian maal dari segi pe-
:Segala
Artinya sesuatu
yang dan
dibutuhkan
makaiannya ulama-ulama fiqih membagi mal itu
diperoleh manusia dengan sebuah usaha baik
berupa benda yang tampak (materi) seperti menjadi mal untuk muamalah dan mal untuk intifa
(diambil manfaatnya). Yang dimaksud dengan mal
emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhan,
maupun berupa manfaat dari suatu barang se- untuk muamalah ialah semua harta yang tujuan-
perti kendaraan, pakaian, dan tempat tinggal. nya untuk digunakan dalam muamalah antar ma-
Pada dasarnya harta adalah segala sesuatu nusia dan juga alat untuk tukar-menukar, artinya
yang memiliki nilai-nilai legal dan konkrit wujudnya, keberadaannya sebagai harta untuk barang-ba-
disukai oleh tabiat manusia pada umumnya, bisa rang, yang dimaksud dengan mal untuk intifa ialah
dimilki, disimpan dan dimanfaatkan dalam perkara semua harta yang ditujukan untuk dimiliki dan
yang legal menurut syara, seperti pinjaman, modal dipergunakan (bukan untuk diperdagangkan).
bisnis, konsumsi, hibah, dan sebagainya. Jenis ini menjadi harta milik dan harta barang da-
4
gangan seperti yang telah diterangkan di atas.
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2000), h. xvii.
Sedangkan pembagian maal dari segi pe- yang dijadikan pegangan bagi sesuatu utang, dan
nilaiannya sebagian ulama fiqih membagi harta/ dengan itu ia boleh digunakan untuk membayar
mal dari segi nilainya menjadi harta yang mengan- jika pengutang gagal membayar utangnya.
dung nilai dengan harta yang tidak mengandung Menurut jumhur ulama, rukun rahn itu ada
nilai. Harta yang mengandung nilai adalah harta 4 yaitu;
yang telah ditentukan dan dapat dimanfaatkan a. Shigat (lafadz ijab dan qabul)
serta dikelola secara bebas, seperti uang, barang b. Orang yang berakad (rahin dan murtahin)
dagangan, tanah, binatang, ternak, makanan, dan c. Harta yang dijadikan marhun, dan
lain-lain dan orang-orang yang merusaknya harus d. Utang (marhum bih).
memberikan jaminan pengganti. Karenanya, Sedangkan syarat rahn, ulama fiqh mengemu-
khamer, daging babi, dan bangkai tidak termasuk kakannya sesuai dengan rukun rahn itu sendiri, yaitu:
harta yang bernilai dalam Islam, hal ini juga pemi- a. Syarat yang terkait dengan orang
liknya seorang muslim, namun jika pemiliknya yang berakad, adalah cakap bertindak
bukan seorang muslim, orang yang merusak hukum. Kecakapan bertindak hukum
harta tersebut harus mengganti nilai dan harga- menurut jumhur ulama adalah orang
nya. Yang dimaksud dengan harta yang tidak yang telah baligh dan berakal.
bernilai adalah harta yang tidak dikhususkan dan b. Syarat sight (lafadz). Ulama Hanafiyah
tidak boleh dimanfaatkan kecuali dalam keadaan mengatakan dalam akad rahn tidak
darurat. Jadi, udara, cahaya, bulan, panas mata- boleh dikaitkan dengan syarat tertentu
hari adalah termasuk hal-hal yang tidak mungkin atau dengan masa yang akan datang,
dimiliki, karenanya, ia tidak termasuk harta. karena akad rahn itu sama dengan akad
Demikian juga khmer, bangkai, daging babi, dan jual-beli. Apabila akad itu dibarengi
darah adalah tidak termasuk harta yang bernilai dengan syarat tertentu atau dikaitkan
jika pemiliknya adalah seorang muslim. dengan masa yang akan datang, maka
Perspektif Islam Terhadap Gadai syaratnya batal, sedangkan akadnya sah.
Gadai dalam perspektif Islam disebut c. Syarat marhun bih, adalah: pertama, me-
dengan istilah rahn. Secara bahasa rahn (gadai) rupakan hak yang wajib dikembalikan
bermakna ketetapan dan kelanggengan, dise- kepada murtahin. Kedua, marhun bih
but juga dengan al-habsu yang artinya menahan5. boleh dilunasi dengan marhun itu dan
Sedangkan menurut istilah syara yang dimaksud yang ketiga, marhun bih itu jelas/ tetap
dengan rahn (gadai) adalah: Menjadikan suatu dan tertentu.
benda berharga dalam pandangan syara sebagai d. Syarat marhun, menurut pakar fiqh, jenis
jaminan atas utang selama ada dua kemungkinan, barang yang dijadikan agunan adalah:
untuk mengembalikan uang itu atau mengambil pertama, barang jaminan (agunan) itu
sebagian benda itu6. boleh dijual dan nilainya seimbang de-
Gadai menurut ulama Syafiiyah yaitu ngan utang. Kedua, barang jaminan itu
menjadikan sesuatu (harta) pegangan (jaminan) dinilai harta dan boleh dimanfaatkan.
bagi sesuatu utang yang boleh digunakan untuk Karena khamar tidak boleh dijadikan ba-
melunasi jika pengutang gagal melunasinya. rang jaminan dan khamar tidak terma-
Sedangkan definisi gadai menurut ulama Maliki suk ke dalam harta bernilai, juga tidak
adalah sesuatu barang yang bernilai yang diambil bermanfaat dalam Islam, maka khamar
dari pemiliknya sebagai pegangan atau jaminan tidak sah bila dijadikan barang jaminan.
bagi sesuatu utang yang lazim yaitu suatu akad Ketiga, barang jaminan itu jelas. Keempat,
yang membolehkan memegang harta seperti agunan itu milik sah orang yang ber-
harta tak alih, binatang, barang dagangan, atau utang. Kelima, barang jaminan itu tidak
manfaat (yang boleh diambil tempo atau pekerja- terkait dengan orang lain. Keenam, ba-
an) mengaitkan dengan utang. Ulama Hanabilah rang jaminan itu merupakan harta yang
mendefinisikan bahwa gadai merupakan harta utuh, tidak bertebaran dalam beberapa
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT. tempat dan ketujuh, barang jaminan itu
Grafindo Persada, 2000), h.105. boleh diserahkan baik materinya mau-
6
Masyfuk Zuhdi, Masail fiqhiyah (Jakarta: CV. pun manfaatnya.
Haji Masagung, 1997), h.122.
Pada dasarnya gadai menurut Islam, hu- untuk perkara-perkara yang berhubungan dengan
kumnya adalah boleh (jaiz). Hal ini berdasarkan gadaian ditanggung oleh pemilik barang jaminan
firman Allah SWT yang berbunyi: (penggadai), karena syara telah menetapkan se-
gala untung rugi menjadi tanggungan penggadai.
Hal ini berdasarkan sabda nabi yang berbunyi:
73
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.1, Januari-Juni 2015
74
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.1, Januari-Juni 2015
75
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.1, Januari-Juni 2015
Maksudnya harus dicari setelah terlebih da- jika harta itu dapat diperjual belikan akan dapat
hulu anggota keluarga yang paling dekat seperti mengatasinya tanpa terancam untuk menjadikan
dengan keluarga ibu terlebih dahulu, tetapi jika anak cucunya akan menjadi orang miskin. Karena
tidak ada, diberikan kepada keluarga setingkat
dengan nenek, jika masih tidak ada yang mampu
baru dicari kepada anggota kaum dari saudara
nenek, dan begitu seterusnya. Karena umum-
nya tanah di Minangkabau adalah tanah pusaka
(pusaka tinggi atau pusaka rendah) maka untuk
menggadaikan tanah tersebut harus mendapat
persetujuan dan kesepakatan seluruh ahli waris
tanah itu, di samping harus pula mendapat per-
setujuan atau disaksikan oleh Kepala Suku atau
Penghulu.
Kesepakatan atau persetujuan bersama
baru dapat dicapai bila diketemukan hal-hal se-
bagai berikut ini:
1. Rumah gadang katirisan, artinya rumah a
dat
sudah rusak, perlu disisip atau diperbaiki,
sedangkan uang simpanan suku tidak ada
diwaktu itu.
2. Gadih gadang atau jando alun balaki, artin
ya ada
gadis atau janda yang sudah patut dikawin-
kan, tetapi ongkos tidak ada untuk mengisi
adat dan untuk perhelatan perkawinan itu.
3. Mayik tabujua ditangah rumah, artinya tana
h itu
boleh digadaikan untuk menutupi biaya kema-
tian, penguburan, kenduri, dan sebagainya, apa
lagi kalau yang meninggal seorang penghulu.
4. Managakkan batang tarandam, artinya adat t
idak
berdiri pada kaum atau rumah itu sudah perlu
didirikan penghulu atau sudah lama pusaka
penghulu terbenam saja, karena biaya untuk
mengisi adat pada nagari tidak cukup.
Kalau bertemu salah satu dari syarat yang
4 (empat) maka indak kayu janjang dikapiang, i
ndak
ameh bungka diasah (tidak kayu, tangga dari ka
yu
dikeping, tidak emas bungkal diasah. Artinya kalau
tidak ada persedian dalam lumbung padi, tidak pula
ada tanaman tua yang dapat dipajadi pitih (dijadikan
uang), waktu itu apa boleh buat, harta itu sendiri
boleh digadaikan misalnya sawah atau ladang.
Menggadai bukan memindahmilikan seperti
halnya dalam jual beli. Dengan menggadaikan
tanahnya sipemilik tidak kehilangan atas kepemi-
likannya. Hal ini dimaksudkan karena masyarakat
Minangkabau yang menganut sistem kepemilikan
komunal pada dasarnya tidak mengenal kepemi-
likan individual. Terutama dalam harta bersama,
diharapkan dikemudian hari tanah mereka itu dan bintang beredar, selama awan putih, se-
masih dapat ditebus dan kehormatan mereka se- lama gagak hitam, selama air mengalir).
bagai masyarakat suku di daerah itu masih tetap Dari ketiga jenis gadai tersebut dapat dipa-
diakui keberdaannya, karena secara formal mereka hami bahwa timbulnya gadai itu disebabkan tran-
masih punya tanah. saksi hutang piutang. Sesorang yang memerlukan
Dilihat dari segi keberadaan harta yang di- biaya meminjam uang kepada seseorang dalam
gadai di tangan pemegang gadai, ada tiga jenis bentuk nilai emas kemudian ia gadaikan atau ia
gadai yaitu: serahkan tanahnya kepada si pemilik uang (yang
1. Sando atau sandro (sandera), yaitu menggadaikdikenal dengan pemagang). Untuk selanjutnya
an selama uang belum di kembalikan tanah menjadi
harta yang akan di tebus sewaktu-waktu, seku- sandaran si pemagang, dan pemagang diboldap
rang-kurangnya ditebus setelah sekali panen. hak (piutang) bebas menggarap dan mengambil
2. Sando kudo atau sandaro kudo (sandera ku hasil dari tanah atau sawah tersebut. Maka sejak
da); saat itu hilanglah hak pemilik sawah atau tanah
yaitu yaitu menggadaikan harta yang tidak untuk memanfaatkan tanah miliknya itu sampai
mungkin dapat di tebus kembali karena telah dapat menebus hartanya tersebut.
beberapa kali dipadalam (diperdalam), yakni Demikian syarat-syarat yang perlu untuk
uang gadaian itu sudah beberapa kali ditam- dapat digadaikannya tanah di Minangkabau.
bah sehingga telah semakin banyak, sehingga Tetapi dalam kenyataan yang terlihat sekarang,
jika akan ditebus nilainya sudah sangat tinggi. sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ma-
Dalam keadaan seperti ini lebih baik mema- syarakat, di Minangkabau ada orang yang meng-
gang sawah orang atau sawah orang lain yang gadaikan tanahnya bukan karena seperti hal-hal
luasnya sama tetapi harganya lebih rendah. tersebut di atas, misalnya:
3. Selamanya, bagai salamo matohari, bulan d a. Untuk menutupi ketekoran dagang.
an b. Untuk keperluan biaya pengobatan.
bintang berada, salamo awan putiah, salam c. Untuk biaya pendidikan anak.
o gagak d. Karena kaumnya telah punah atau hampir
hitam, salamo aia ilia. (selama matahari, bula punah.
n
76
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.1, Januari-Juni 2015
didapat setelah adanya kesepakatan dari keluarga dari satu kaum, tetapi dia tinggal dinagari lain dan
seperti memperbaiki rumah besar yang bocor, telah menjadi orang nagari tersebut. Terjadinya
mengawinkan anak gadis yang telah dewasa atau gadai ini yaitu seseorang anggota kaum yang sa-
janda, memakamkan mayat dan menegakkan adat ngat memerlukan uang, sedangkan dalam kaum
yang tidak berdiri. Sebelum melakukan perbuat- itu sendiri dia tidak dapat mengusahakannya, maka
an penggadaian atas tanah maka terlebih dahulu anak kemenakan itu dapat mengadaikan harta pu-
dipenuhi berbagai ketentuan. Adapun ketentuan saka tersebut kepada orang lain atas kesepakatan
yang dimaksud adalah sebagai berikut: anggota kaum dan penghulunya.
Mula-mula dicarikan terlebih dahulu orang- Tinjauan Hukum Islam terhadap Pagang
orang diantaranya kaum itu sendiri yang akan
Gadai Minangkabau
nantinya akan bertindak sebagai pemegang gadai.
Artinya disini adalah dicarikan kaum keluarga Falsafah adat bersendi syara, syara bersen
yang terdekat. Apabila orang satu kaum tidak ada, di
baru dicarikan orang yang sesuku dengan pemilik kitabullah benar-benar telah memposisikan
ulayat, dan apabila orang yang sesuku juga tidak Sumatera Barat sebagai wilayah yang dipandang
ada maka dicarikanlah orang-orang yang ada sarat dan kental nuansa keislamannya dan seakan
dalam satu nagari. telah merasuk dalam setiap lini kehidupan sosial-
Setelah ada pesesuaian antara pemegang nya. Bahkan, predikat wilayah serambi Mekkah
gadai dan pemberi gadai, terlebih dahulu harus juga sudah begitu melekat dalam berbagai pem-
dimintakan persetujuan dari seluruh anggota bicaraan yang seakan tengah mensejajarkannya
susukan atau kaum pemilik ulayat. Biasanya dengan Aceh Darussalam. Oleh karena itu, ber-
untuk melakukan perbuatan gadai tanah ulayat bagai pengkajian soal Sumatera Barat sulit sekali
ini kaum atau suku diwakili oleh penghulunya. untuk dilepaskan dari penglihatan sisi keislaman-
Selain dari anggota masyarakat, persetujuan juga nya. Hampir saja tema sosial yang lahir dari negeri
harus didapatkan dari mamak kepala waris yang ini adalah Islam itu sendiri.
bersangkutan. Jika persetujuan tidak didapatkan Tanah sebagai sebagai salah satu pendukung
maka gadai tidak dapat dilaksanakan. sosialnya juga tidak terlepas dari pengkajian pakar
Apabila izin sudah diperoleh dari seluruh dalam perspektif Islam. Muchtar Naim telah
anggota kaum atau suku dan dari mamak kepala mengawalinya pada tahun 1968 dan menduduk-
warisnya, maka barulah gadai dapat dilakukan kan masalah ini. Pada masa-masa berikutnya,
menurut harga yang telah disepakati oleh kedua interaksi masyarakat adat Minangkabau dengan
belah pihak. Adapun pelaksanaan gadai itu harus tanahnya dalam konteks tanah sebagai objek
dilakukan dihadapan kepala Nagari dan dibuatkan bisnis juga tidak luput dari pengkajian orang.
surat gadainya. Surat gadai itu selain ditanda ta- Pagang gadai adalah tema yang paling sering diba-
ngani oleh kedua belah pihak yang bersangkutan, has orang Minangkabau karena sampai kini prak-
juga harus menyertakan tanda tangan dari mamak tek tersebut masih tetap eksis diterapkan orang.
kepala waris yang berasal dari pihak pemberi Fiqh sengaja dijadikan media analisis karena
gadai dan pihak pemegang gadai dan juga disertai sifat fleksibilitasnya yang selalu bisa menjangkau
dengan saksi-saksi, yang terdiri dari anggota-ang- praktek dan praksis masyarakat penggunanya. Dan
gota kaum yang diketahui oleh Kepala Nagari biasanya, corak keberagamaan sebuah masyarakat
dari kedua belah pihak yang melakukan perbuat- salah satunya diukur dari pelaksanaan fiqh sosial-
an gadai tanah ulayat. nya. Apalagi, seperti di awal disampaikan bahwa
Pelaksanaan gadai menurut hukum adat nuansa keislaman masyarakat ini adalah begitu
adalah timbul dari suatu perjanjian yang bersifat kental hingga masuk ke wilayah adatnya. Banyak
tolong menolong, berfungsi sosial, sebab keba- interaksi yang dilakukan oleh masyarakat Sumatera
nyakan orang yang mengadaikan dan si pemegang Barat yang dikenal sebagai suku Minangkabau ter-
gadai adalah orang yang masih sekaum, sesuku, hadap tanahnya. Interaksi tersebut dimulai dari se-
dan sejauh-jauhnya adalah senagari. Jarang di temui jarah asal suku Minangkabau, batas wilayah yang
gadai itu dilakukan oleh persekutuan hukum yang masuk dalam kategori bersuku Minangkabau, in-
berbeda nagari, kalau ada itu adalah merupakan teraksi penguasaan tanah, interaksi kepemilikan
pengecualian, yang mungkin saja karena adanya tanah, proses dan bentuk pewarisan tanah, hingga
hubungan perkawinan atau merupakan belahan ke persoalan tanah sebagai pagang gadai.
Dalam banyak suku, tanah merupakan inti Semua kitab fiqh umumnya menyebut de-
simbolitas keberadaan komunitas tersebut. Tanah ngan ar-rahn saja. Kebolehan ini didukung pula
akan melekat dengan suku yang mendiaminya oleh praktik Nabi Saw yang menggadaikan baju
seperti tanah Jawa, tanah Sunda, tanah Minang. besinya untuk pinjaman konsumtif beliau (HR.
Ranah Minang salah satunya juga dapat dimaknai Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu Majah). Sebagian
dengan tanah Minang dalam berbagai aspeknya. ulama mensyaratkan gadai/rahn boleh bila dalam
Istilah bakampung banagari, bakorong bajurai ada- keadaan bepergian, tapi secara umum ulama mem-
lah wujud interaksi orang Minang dengan tanah- bolehkan praktik Ar-Rahn ini tanpa memandang
nya. Interaksi ini menandakan betapa strategisnya keadaan, dan nyatanya gadai yang dilakukan Nabi
posisi tanah bagi komunitas yang menguasainya. Saw sendiri dalam posisi tidak dalam bepergian.
Pada awal peradaban, tanah lebih dekat Ar-Rahn pada dasarnya adalah akad tabar-
sebagai simbol kekuasaan wilayah daripada sim- ru lit-tawun (tanpa pamrih dengan motif to-
bol kekayaan individual. Alquran sendiri menyitir long menolong) sebagai jaminan adanya hutang
anak, istri, perhiasan dari emas dan perak, ternak piutang. Karena prinsipnya adalah tolong meno-
dan kuda perang sebagai simbol kekayaan serta long, maka tidak boleh mengambil keuntungan
memposisikan harta dengan anak sebagai sejajar sedikitpun dari akad tersebut, termasuk upaya
dalam ayat lainnya. Peradaban serupa juga terjadi pemanfaatannya. Penambahan keuntungan dari
di Minangkabau. Bahkan, seiring munculnya akad tersebut termasuk dalam kategori riba. Ini
nilai tanah sebagai harta dengan wujud merebak- adalah logika yang dikembangkan dari konsep
nya kepemilikan tanah oleh individual melalui tabarru. Hanya saja, ada hadis yang menjelas-
pengaplingan, di Minang dengan sistem adat kan bahwa ketika rahn itu berupa binatang, maka
matrilinelnya, tanah tidak bisa dimiliki atau dika- boleh saja pemegang rahn memanfaatkannya
pling oleh individu tapi dikuasai oleh komunal. untuk dikendarai atau diambil susunya sejauh si
Perempuan selain sebagai punjer keturunan atau pemegang rahn menjalankan fungsi pemeliharaan
nasab kesukuan, mereka juga sebagai pihak yang dan perawatan (nafaqah) (HR. Bukhari, Tirmidzi,
memiliki fungsi strategis dan prioritas sebagai pe- Abu Dawud dari Abu Hurairah).
megang hak milik, hak pakai, waris dalam tanah Dalam penjelasannya, Jumhur ulama dan
ulayat dan limpapeh rumah gadang. hukum Islam melarang pemilik barang gadai untuk
Kendati berada dalam kekuasaan perem- memanfaatkan barang gadai kecuali ada izin dari
puan, tapi tanah tidak bisa diperjual belikan dan pemegang gadai karena hak menahan barang gadai
bila terjadi, maka akan menjadi aib bagi suku yang itu selamanya ada pada pemegang gadai. Bahkan,
melakukannya. Tanah seharusnya tidak terjual Malikiyyah lebih tegas lagi melarang pemanfaatan
pada orang asing di luar suku. Jual beli itu pun tersebut oleh pemilik meski ada izin dari pemegang
akan dilakukan dengan sangat alot sekali karena gadai dan memandang bahwa izin tersebut akan
harus melalui persetujuan semua pihak baik kaum membatalkan akad gadai. Dalam konteks lain, ada
perempuan maupun laki-laki tanpa terkecuali. hadis yang menjelaskan bahwa kendati penguasa-
Jadi, di saat banyak bangsa sudah memberlakukan an objek rahn ada pada pemberi piutang, namun
kepemilikan individual atas tanah, dalam ma- orang yang berhutang tidak boleh dihalang-halangi
syarakat Minangkabau masih mempertahankan untuk memanfaatkan objek rahn tersebut.
kepemilikan komunal demi kemaslahatan masa Dari beberapa pendapat di atas dapat diam-
depan anak-anak dan kemenakan dalam satu suku bil pemahaman bahwa menurut fikih muamalah
dan kaum. aqad rahn merupakan aqad yang mengikut kepada
Pagang gadai diyakini sebagai gadai biasa aqad hutang piutang. Objek yang dijadikan jamin-
pada objek-objek harta bergerak (manql) pada an berfungsi sebagai dasar kepercayaan yang
awalnya. Namun, seiring dengan dominasi diberikan oleh yang berhutang kepada yang ber-
mamak, munculnya kepemilikan individu, atau piutang. Seandainya pada waktu yang ditentukan,
penguasaan dominatif oleh perempuan atas yang berhutang tidak mampu melunasi hutangnya,
tanah, pagang gadai pun berlaku untuk tanah maka jaminan itu dapat di jual untuk membayar
(uqqr). Pagang gadai adalah terjemahan langsung hutang itu dengan sebahagian atau seluruh harga
dari Rihn Maqbdhah yang dijadikan dasar da jual barang jaminan tersebut.
n Aqad hutang yang disertai dengan jaminan
acuan diperbolehkannya gadai dalam al-Quran perbolehkan bahkan dianjurkan didalam Islam.
Surat Al-Baqarah 283.
79
Hasneni Tradisi Lokal Pagang.....
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.1, Januari-Juni 2015
Seperti disinyalir dalam Surat al Baqarah ayat 283. memanfaatkan barang jaminan itu, karena barang
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan itu bukan miliknya secara penuh. Hak pemegang
(melakukan muamalah tidak secara tunai), jaminan menahan barang jaminan itu dan ia dapat
sedangkan kamu tidak menemukan seorang menjual harta itu untuk pelunasi piutangnya jika
penulis, maka hendaklah ada barang jamin- yang berhutang tidak mampu membayarnya pada
an yang dipegang (pemberi hutang).
waktu yang telah disepakati.
Walaupun di dalam ayat tersebut dinyata- Hal ini berdasarkan kepada hadis Nabi
kan bahwa aqad rahn dapat dilakukan dalam SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
perjalanan, namun ulama fikih sepakat bahwa ia Barang jaminan tidak boleh disembunyi-
juga dapat dilakukan dalam keadaan hadir atau kan dari pemiliknya,karena hasil (dari ba-
bukan dalam perjalanan, dengan syarat secara rang jaminan) dan resiko (yang timbul atas
hukum barang jaminan itu dapat dikuasai oleh barang itu) menjadi tanggung jawabnya
pemberi hutang. Karena tidak semua barang (HR. Al Hakim, al Baihaqy,dan ibn Hiban).
jaminan dapat langsung dipegang oleh pemberi Dalam hadis yang lain juga dijelaskan bahwa
jaminan. Oleh sebab itu paling tidak pemberi mengambil manfaat lebih dalam pelaksanaan
hutang harus dapat memegang atau menguasai hutang piutang termasuk kepada riba. Riba ter-
sesuatu yang menjamin bahwa barang itu dalam masuk yang diharamkan oleh Allah dan pelakunya
keadaan sedang dijaminkan (menjadi agunan diancam dengan pelaku dosa besar. Berdasarkan
hutang). Misalnya apabila barang jaminan itu be- kepada hadis yag diriwayatkan oleh al Baihaqy
rupa sebidang tanah atau sebuah rumah. yang artinya: setiap hutang piutang yang melebihi
Di samping ayat di atas pernah diriwayat manfaat (dari jumlah hutang) adalah riba.
dalam sebuah hadis yang di riwayatkan oleh Bukhari Dari penjelasan penelitian ini dapat dipahami
dan Muslim bahwa Nabi SAW pernah menjamin- bahwa diperbolehkan untuk melakukan pagang
kan baju besinya kepada seorang Yahudi untuk gadai dalam hukum Islam. Dengan syarat tidak
berhutang membeli makanan. Menurut sejarah itu- menyalahi dan tidak melanggar perjanjian selaku
lah kasus rahn pertama dalam Islam. Untuk sahnya terjadinya aqad. Jika suatu barang telah dijadikan
aqad rahn harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai jaminan hutang maka ia berada di bawah
umum suatu aqad, baik yang berhubungan dengan kekuasaan yang berpiutang sampai hutang dilunasi
pelaku, bahwa ia adalah seorang yang diboleh kan oleh yang berhutang. Menurut ulama jumhur pe-
melakukan aqad atau balig dan beraqal (mukallaf). megang barang jaminan tidak boleh memanfaat-
Begitu juga dengan objeknya barang itu harus ada kan barang jaminan itu, karena barang itu bukan
dan ia merupakan milik dari yang menjaminkan miliknya secara penuh.
dan mempunyai nilai sekurangnya senilai dengan Kesimpulan
jumlah hutangnya. Dan yang terakhir mesti ada
Pelaksanaan gadai menurut hukum adat ada-
kesepakatan diantara kedua pihak.
lah timbul dari suatu perjanjian yang bersifat to-
Ulama fikih sepakat bahwa di samping
long menolong, berfungsi sosial, sebab kebanyakan
telah memenuhi persyaratannya, aqad rahn baru
orang yang mengadaikan dan si pemegang gadai
dianggap sempurna apabila secara hukum barang
adalah orang yang masih sekaum, sesuku, dan se-
jaminan itu telah berada di tangan (qabadh) pem-
jauh-jauhnya adalah senagari. Terjadinya gadai
beri hutang dan uang yang dipinjam telah berada
ini yaitu seseorang anggota kaum yang sangat
di tangan yang berhutang. Jika barang yang dija-
memerlukan uang. Sedangkan dalam kaum itu
minkan itu berupa barang tidak bergerak berupa
sendiri dia tidak dapat mengusahakannya, maka
tanah, rumah atau kolam, maka penerima jamin-
anak kemenakan itu dapat mengadaikan harta pu-
an cukup menerima surat atau sertifikatnya yang
saka tersebut kepada orang lain atas kesepakatan
diterima oeleh pemberi hutang sebagai sebagai
anggota kaum dan penghulunya.
pelunasi hutangnya tersebut.
Sedangkan pelaksanaan pagang gadai
Menurut ketentuan fikih muamalah aqad
menurut tinjauan Islam diperbolehkan untuk
rahn bersifat mengikat, jika suatu barang telah di-
melakukan pagang gadai. Dengan syarat tidak
jadikan sebagai jaminan hutang maka ia berada di
menyalahi dan tidak melanggar perjanjian selaku
bawah kekuasaan yang berpiutang sampai hutang
terjadinya aqad. Hanya saja agama berdasarkan
dilunasi oleh yang berhutang. Menurut ulama
pendapat jumhur berpendapat bahwa jika praktek
jumhur pemegang barang jaminan tidak boleh
pagang gadai yang dilaksanakan dengan kebebasan
Hasneni Tradisi Lokal Pagang.....
80
ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 1, No.1, Januari-Juni 2015
bagi yang pihak penerima gadai untuk memanfaat- Moleong. Lexy. J., Metodelogi Penelitian Kualita
kan barang gadaian maka agama mengganggap se- tif
suatu perbuatan yang bertentangan dengan agama. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
Pada prinsipnya, Jumhur ulama dan hukum Islam 2000)
melarang pemilik barang gadai untuk memanfaat-
kan barang gadai kecuali ada izin dari pemegang Naim, Mochtar, Menggali Hukum Tanah dan Waris
gadai karena hak menahan barang gadai itu selama- -
nya ada pada pemegang gadai. an Minangkabau, (Padang: Center for
Namun untuk menyikapi perbedaan ini perlu Minangkabau Studies Press, 1968)
ditekankan sebuah paradigm bahwa, ketika nilai-
nilai Islam memberikan perubahan dalam masalah Navis. A.A., Alam Takambang Jadi Guru (Jakarta:
muamalah, adakalanya memberikan perubahan Grafit Press, 1984)
total, jika hal itu benar-benar bertentangan dengan Rachmat, Syafei, Fiqih muamalah (Bandung : Pusaka
prinsip mashlahah (tujuan kebaikan dan kedamaian
Setia, 2001)
ditengah masyarakat). Seperti diharamkannya jual
beli garar (mengicuh), karena jual beli itu akan me- Saraksi, Al, Dar al Kitab A l Arabi (Beirut: Dar al-
nimbulkan penzaliman kepada salah satu pihak. Fikr, 1982)
Tetapi dalam masalah muamalah tersebut jika dida-
Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Pendekat
lamya mengandung kemaslahatan, maka Islam
hanya memberi warna agar ia sesuai dengan prin- an
sip-prinsip syariah. Dalam bidang muaamalah Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung
syariat Islam lebih bayak memberikan pola-pola, :
prinsip dan kaedah umum, dibanding memberi- Alfabeta.
kan jenis dan bentuk muamalah secara rinci. Atas
dasar itu bentuk muamalah dan pengembanganya Umar, Ali Tasyarif dan Faisal Hamdan, (1978),
diserahkan sepenuhnya kepada para ahli dibidang- Adat Dan Lembaga-Lembaga Huku
nya. Bidang-bidang seperti inilah yang menurut m
kalangan ahli ushul fiqh dengan persoalan taaqquliya Adat Sumatra Barat. Badan Pembinaan
t Hukum Nasional dan Fakultas
(yang dapat dialar) atau maqul mana (yang dapa Hukum dan Pengetahuan Masyarakat
t Universitas Andalas. Padang.
dimasuki logika. Artinya yang terpenting dalam
masalah dalam masalah muamalah adalah substansi
makna yang terkandung dalam suatu bentuk mua-
malah serta sasaran yang akan dicapainya yaitu me-
ngandung prinsip dan kaidah yang ditetapka syara
dan bertujuan untuk kemaslahatan serta langkah
menghindarkan kemudharatan dari mereka, maka
jenis muamalah seperti itu dapat diterima.
Daftar Pustaka
Al- Khatib, Asyarbaini, Mugni al Muhtaj Jilid II
(Jakarta: Dal al Fikri, 1978)
Chairul, Anwar, Hukum Adat Indonesia. Meninjau
Hukum Adat Minangkabau. (Jakarta: PT.
Bineka Cipta, 1997)
Harun, Nasroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2000)
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah. (Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 2000)
Zuhdi, Masyfuk, Masail fiqhiyah (Jakarta: CV. Haji
Masagung 1997) 81
Hasneni Tradisi Lokal Pagang.....