Вы находитесь на странице: 1из 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar komponen utama yang terdapat dalam tubuh manusia
adalah air, di mana jumlahnya sekitar 60% dari total berat badan orang
dewasa. Cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia tidak hanya berkumpul
di satu tempat, melainkan didistribusikan ke dalam ruangan utama yaitu
cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES). Cairan ekstraseluler
terbagi di dua bagian yaitu intravaskuler dan interstisial. Cairan dan elektrolit
sangat dibutuhkan oleh sel-sel dalam tubuh agar dapat menjaga dan
mempertahankan fungsinya sehingga dapat tercipta kondisi yang sehat pada
tubuh manusia. (Guyton dan Hall, 2008; Irawan, 2007).
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan suatu hubungan yang erat
dan bergantung satu dengan yang lainnya. Apabila terjadi gangguan
keseimbangan pada salah satunya, maka akan memberikan pengaruh pada
yang lainnya. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat
terjadi pada keadaan diare, muntah-muntah, sindrom malabsorpsi, ekskresi
keringat yang berlebih pada kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) secara berlebihan oleh paru-paru, pendarahan,
berkurangnya kemampuan pada ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh. Dalam keadaan tersebut, pasien perlu diberikan
terapi cairan agar volume cairan tubuh yang hilang dengan segera dapat
digantikan. Terdapat tiga prinsip utama dalam pemberian terapi cairan yaitu
koreksi kehilangan elektrolit, koreksi kehilangan cairan dan koreksi terhadap
kebutuhan normal asupan cairan per harinya. Koreksi yang dilakukan cukup
sampai batas normal atau kondisi yang dapat ditolerir oleh tubuh. Tujuannya
adalah untuk menghindari terjadinya resiko iatrogenik 2 yang tidak
diinginkan akibat dari pemberian terapi yang berlebihan (Hillman, 2004;
Sjamsuhidajat dan Jong, 2011).
Pemilihan pemberian terapi cairan yang sesuai untuk perbaikan dan
perawatan stabilitas hemodinamik pada tubuh sangat sulit dan kontroversial.
Karena pemilihannya tergantung pada tipe dan komposisi elektrolit dari
cairan yang hilang seperti keseluruhan darah, plasma dan air. Selain itu,
pemilihan penggantian cairan tubuh dikaitkan dengan pemantauan dari tenaga
kesehatan serta biaya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar KDM cairan dan elektrolit?
1.2.2 Bagaimana konsep dasar penyakit DBD?
1.2.3 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis DBD?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui konsep dasar KDM cairan dan elektrolit.
1.3.2 Mengetahui konsep dasar KDM DBD.
1.3.3 Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa mediS DBD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Cairan Dan Elektrolit
2.1.1 Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah
satu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya,
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam
sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di
luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap
keadaan fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004)

Kebutuhan cairan menurut berat badan


NO UMUR BB (KG) CAIRAN (ML/24JAM)

1 3 hari 3,0 250-300

2 1 tahun 9,5 1150-1300

3 2 tahun 11,8 1300-1500


4 6 tahun 20 1500-2000

5 10 tahun 28,7 2000-2500

6 14 tahun 45 2200-2700

7 18 tahun (adult) 54 2200-2700

2.1.2 Etiologi (faqih 2011)


a. Ketidakseimbangan volume cairan
1) Kekurangan volume cairan
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah dari fistula
atau selang.
Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral, penggunaan
obat-obatan diuretic.
2) Kelebihan volume cairan
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, peningkatan kadar aldosteron dan
steroid di dalam serum, asupan natrium berlebih.
3) Sindrom ruang ketiga
Hipertensi portal, abstruksi usus halus, peritonitis, luka bakar
4) Ketidakseimbangan hiperosmolar
Diabetes insipidusInterupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara
neurologis ketoasidosis diabetic, pemberian cairan hipertonik.
5) Ketidakseimbangan hipoosmolar
Asupan cairan berlebih

b. Ketidakseimbangan elektrolit
1. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
pengeluaran diuretic.
2. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan salin
hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
3. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran.
4. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti akibat
luka bakar dan trauma.
5. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipoalbuminemia,
hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik,
pancreatitis.

6. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, penyakit paget, osteoporosis, imobilisasi yang lama.

3. Faktor Predisposisi (Burner & Suddarth.2002)


1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan
NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Kondisi stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urin.
4. Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,
gangguan hormone
akan mengganggu keseimbangan cairan.
5. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy,
proses ini
menimbulkan pergerakan cairan dari interstitial ke intraseluler.
4. Cara Pengeluaran Cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1. Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah untuk disaring setiap hari. Produksi urin untuk semua usia
1ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urin sekitar 1,5 lt/ hari. Jumlah
urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat
dihasilkan dari aktivitas otot, temperature lingkungan yang meningkat, dan
demam. Disebut juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20ml/24 jam.

3. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400ml/hari. Meningkatnya cairan yang
hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman nafas
akibat pergerakan atau demam.

2.1.3 Patofisiologi Terjadinya Penyakit


Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit dalam jumlah yang perposional. Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya gangguan ini di awali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan intraseluler menuju
intraveskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Secara
umum, deficit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, pendarahan dan
pergerakan cairanke lokasi ketiga ( lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari sisi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritoneum, pericardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan ( Faqih, 2011).
a. Kekurangan volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga
rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama.
1. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES)
2. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)
3. Hipovolekmia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler
(CES).
b. Keadaan dimana seseorang individu mengalami atau beresiko mengalami
kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonic dari CES yang
disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang
kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini
selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total yang ada
akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total.

2.1.4 gejala klinis


Tanda dan gejala klinis yang mungkin didapatkan pada klien hipovolemia antara
lain: pusing, kelelahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, haus, muntah,
kekacauan mental, konstipasi. Tergantung pada jenis kehilangan cairan
hipovolemia dapat disertai dengan ketidakseimbangan asam basa, osmolar atau
elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompetensi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat
berupa peningkatan rangsangan system syaraf simpatis ( peningkatan frekuensi
jantung, inotropik ( kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan
hormone antideuritik (ADH) dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang
lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut. (faqih 2011)
2.1.5 Manajemen Asuhan Keperawatan
.
1. Pengkajian
a. Identitas:
Nama, Umur. Jenis kelamin, Alamat
b. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan penyakit
yang dideritanya
sekarang seperti : klien menderita kanker sehingga harus mengkonsumsi obat-
obatan anti
kanker.
Apakah ada riwayat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
sebelumnya.
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Kelelahan, kelemahan
Nyeri kram abdomen
Anoreksia, mual, muntah, rasa haus.
Diare / Konstipasi
Kesemutan pada ekstremitas
Ansietas, gelisah
Sakit kepala
Kulit kemerahan / demam
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga klien yang menderita gangguan yang sama
dengan klien.

c. Pemeriksaan fisik
Kempis pada kekurangan cairan
a) Anamnesis
Berat badan turun
Sakit kepala, pusing
Mata cekung, konjungtiva kering
Membran mukosa kering bibir pecah-pecah
b) Sirkulasi
Nadi cepat tapi lemah
Kolaps vena
Hipotensi
Pengisian kapiler menurun
c) Pernapasan
Frekuensi nafas cepat dan dangkal
d) Neurosensori
Letargi
Kesemutan ekstremitas
e) Sistem Gastrotestinal
Abdomen cekung
Muntah
Hiperperistaltik disertai diare
f) Sistem ginjal
Oliguria
Berat jenis urinI
g) Kulit
Kulit dan membrane mukosa kering
Turgor kulit tidak elastis, kulit dingin dan lembab
Suhu tubuh menurun
Kulit kemerahan
h) Eliminasi
Konstipasi / diare, kram abdomen.
2. Kelebihan volume cairan
a. Anamnesis
Berat badan naik
Penglihatan kabur, udema periorbital, papiledema
b. Sirkulasi
Vena leher distensi
Edema
Denyut nadi kuat
Hipertensi
Peningkatan tekanan vena
c. Pernafasan
Suara krekels diparu-paru
Dipsnea
d. Ginjal
Diaresis
e. Eliminasi
Penurunan haluaran urin
f. Neurosensori
Perubahan tingkat kesadaran (bingung)
Pemeriksaan fisik elektrolit
a. Hiponatremia
Aktifitas: malaise, kelemahan, pingsan
Neurosensori : sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, kedutan otot
Sirkulasi : Hipotensi, penurunan nadi perifer
Eliminasi : Kram abdomen, diare
Pernafasan : Takipnea
b. Hipernatremia
Aktifitas kelemahan
Sirkulasi : Hipotensi postural, takikardi
Eliminasi : Haluaran urin menurun
Neurosensori : Peka rangsangan, letargi
Kulit : kering dan kemerahan

c. Hipokalemia
Aktifitas : kelemahan umum, kelelahan
Sirkulasi : Hipotensi, nadi lemah dan tidak teratur, disritmia
Eliminasi : Nokturia.
Pernafasan : Pernafasan dangkal, apnea, sianosis
Neurosensori : Parestesia, mengantuk
d. Hiperkelemia
Aktifitas : Kelemahan otot
Sirkulasi : Nadi tidak teratur dan lambat, hipotensi
Eliminasi : kram abdomen,diare
Neurosensori : Parestesia
e. Hipokalsemia
Sirkulasi : Hipotensi, nadi lemah dan tidak teratur
Eliminasi : Diare, nyeri abdomen
Neurosensori : Parestesia, baal dan kesemutan, Ansietas.
Pernafasan : dangkal
f. Hiperkalsemia
Aktifitas : Malaise, kelelahan dan kelemahan
Sirkulasi : Hipertensi, disritmia
Eliminasi : konstipasi / diare, nokturia, poliuria
Neurosensori : Sakit kepala, penurunan kesadaran.
g. Hipomagnesemia
Aktifitas : kelemahan
Sirkulasi : Takikardia, disritmia, hipotensi
Neunsensori : Parestesia, Nistagmus.
h. Hipermagnesemia
Aktifitas : Kelemahan
Sirkulasi : Hipotensi, Nadi lemah dan tidak teratur
Neunosensori : Kulit kemerahan, berkeringat penurunan tingkat kesadaran
Pernafasan : Hipoventilasi
Pemeriksaan diagnostic cairan :
Hipovolemia : - Berat jenis urin meningkat > 1,025
- Peningkatan Ht > 50%, Hb naik, SDM meningkat.
- Peningkatan BUN > 25mg / 100ml, CR meningkat
- Natrium Urine menurun
- Glukosa serum normal / meningkat
- Protein serum meningkat
Hipervolemia: - Penurunan, BUN <10mg / 100ml
- Hb / Ht dam SDM menurun
- Natrium Urine rendah
- Albumin menurun
- BJ Urine
- Tanda kongesti pada dada

Elektrolit
K (-) an : - Terjadi penurunan natrium, kalium, kalsium, magnesium dan
klorida
- BJ urin menurun
- Osmolalitas rendah
- Pada EKG, interval Q-T memanjang
K (+) an : - Peningkatan Natrium, klorida, kalium, mangnesium dan kalsium
- Osmolalitas serum rendah

2.1.6 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan.
2. Kerusakan integritas jaringan b/d edema
3. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan
4. Perubahan pertukaran gas b/d
5. Penurunan curah Jantung b/d ketidak seimbangan elektrolit
2.1.7 Intervensi keperawatan
Dx 1: Resiko kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme
pengaturan
Intervensi Rasional
- Pantau TTV dan CVP -Takikardia tergantung pada derajat
kekurangan cairan pengukuran CVP
untuk penentuan derajat kekurangan
carian dan respons terhadap terapi
penggantian.
- Pantau masukan dan haluaran urine - Kebutuhan penggantian cairan di
dasarkan pada perbaikan kekurangan
dan kehilangan terus menerus.
- Timbang berat badan setiap hari dan
bandingkan dengan keseimbangan- Perubahan dalam berat badan tidak
cairan 24 jam.Kaji tingkat kesadaran / secara akurat mempengaruhi volume
respons neuromuscular Berikan intravaskuler.
perawatan kulit dan mulut - Penurunan fungsi serebral dengan
- Berikan kewaspadaan keamanan sering mengakibatkan perubahan
sesuai indikasi. mental
- Ubah posisi seirng masase kulit dan- Vasokontriksi dan penurunan
lindungi tonjolan tulang intraseluler menyebabkan penurunan
- Selidiki keuhan nyeri dada tiba-tiba elastisitas.
- Perubahan proses pikir memerlukan
- Pantau peningkatan TD tiba-tiba / tindakan perlindungan untuk
nyata. mencegah cidera.
Kolaborasi - Jaringan rentan terhadap kerusakan
- Kaji identifikasi (pengobatan karena vasokontriksi dan peningkatan
penyebab dasar) kerapuhan seluler.
- Pantau pemeriksaan laboratorium- Hemokonsentrasi dan peningkatan
sesuai indikasi : elektrolit, glukosa, agregasi trombosit dapat
pH/PCO2M pemeriksaan koagulasi mengakibatkan pembentukan emboli
berikan larutan IV sesuai indikasi: sistemik.
- Perbaikan kekurangan darah terlalu
cepat dapat menurunkan sistem
kardiopulmonal.
Larutan isotonic - Rujuk pada daftar factor predisposisi
Darah lengkap pemberal
Natrium bikarbonat - Tergantung pada kesempatan
kehilangan cairan, ketidak seimbangan
elektrolit / metabolic mungkin
memerlukan perbaikan
Memberikan perbaikan sirkulasi
Kekurangan darah aktif
Memperbaiki asidosis berat
Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan b/d edema
Intervensi Rasional
Mandiri
Identifikasi pasien berisiko Temukan dan intervesi dini mencegah
terhadap hipernatremia dan komplikasi serius
kemungkinan penyebab misalnya :
kekurangan air, kelebihan natrium
Kaji adanya lokasi pembentuk Edema mungkin umumatau lokal pada
edema area depend.
Mempertahanakn integritas kulit,
Berikan perawatan kulit dan menurunkan tekanan dan friksi pada
perubahan posisi sering jaringan edema.
Menurunkan risiko komplikasi akibat
Anjurkan menghindari makanan natrium
tinggi natrium Kekurangan air rehidrasi cepat dapat
Kaji tingkat kesadaran dan menyebabkan edema serebral
kekuatan muscular

Kolaborasi
Tingkat Carian poliv Reduksi cepat natrium serum dengan
Nacl 0,9% disertai penurunan osmolalitas serum
dapat menyebabkan edema

Dx. 3 Penurunan curah Jantung b/d ketidak seimbangan elektrolit


Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau TTV dan CVP Takikardia dan hipertensi
manifestasi umum
Auskultasi paru dan bunyi jantung Buyi nafas adventisius dan bunyi
jantung ekstra (s3)
Perhatian adanya distensi vena Tanda dekompensasi jantung / GJK
leher atua perifer
Pantau Kec infuse dan cairan Bolus carian tiba-tiba lavid
parental secara ketat menimbulkan kelebihan beban volume
cairan atau resiko terhadap
dekompensasi jantung.
Tingkatkan tirah baring jadwalkan Keterbatasan cadangan jantung
perawatan untuk memberikan periode mengakibatkan kelelahan / intoleransi
istirahat sering aktivitas.
2.2 Konsep Dasar DBD
2.2.1 Definisi
a. Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus.
(Soedarmo Sumarno, 2005).
b. Dengue ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk spesies
Aedes. (Hasan Rusepno, 2007).
c. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. (Hidayat A.
Aziz Alimul, 2008).

2.2.2 Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia,
virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang
termasuk dalam grup B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4.(Nursalam Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di
Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang
biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat
penampungan air di sekitar rumah.
3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-
pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2) Menggigit pada waktu siang hari
3) Jarak terbang 50 meter.(Rampengan T H, 2007)

2.2.3 Klasifikasi
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan,
ujiturniketpositif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin
lembab, gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang
disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

2.2.4 Manifestasi klinis


a. Demam tinggi selam 5-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis, hematoma.
c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
d. Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
i. Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun,gelisah, nadi cepat dan lemah). (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

2.2.5 Patofisiologi
a. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus
antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3
danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF.
c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik
dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
2.2.6 Patway Demam berdarah Dengue DBD

2.1.7. Pemeriksaan Lab/ Diagnostik Test


a. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)

2.2.7 Komplikasi
a. Ensefalopati dengue
b. Kelainan ginjal
c. Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).

2.2.8 Pengobatan dan Pencegahan


a. Pengobatan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada
derajat I hingga derajat IV.
Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah
atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai
berikut :
a) 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b) 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c) 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d) 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg

2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder


3) Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.

Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam,
apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi
tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam
dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam
pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan
nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan
dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak
10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas

Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam,
apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan
tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander
atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam.
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20
ml/kgBB/jam.
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam
diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka
konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler
pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).

b. Pencegahan
Ada 3 cara pemberantasan vector
1. Fogging focus
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan fogging
hanya dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis butul-butul memenuhi criteria
2. Abatisasi
Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-tempat
umum.
3. Tanpa inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:
1) Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat
penampungan air bersih.
2) Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
3) Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas,
lainnya yang dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang
nyamuk Aedes Aegypti.

2.2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.


Asuhan keperawawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui
kerjasama dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan Asuhan keperawatan
sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. (kusnanto, 2004).Tahaptahap proses
keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan. Kelima langkah tersebut dapat dijadikan pedoman dalam mencapai tujuan
keperawatan yaitu : meningkatkan, mempertahankan kesehatan, atau membuat pasien
mencapai kematian dengan tenang pada pasien terminal, serta memungkinkan pasien pasien
atau keluarga dapat dapat mengatur kesehatan sendiri menjadi lebih baik.(Tarwoto
wartonah, 2006).

Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi
yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan data secara sistematis; kedua,
memilah dan mengatur data yang dikumpulkan, ketiga mendokumentasikan dalam format yang
dapat dibuka kembali. (Tarwoto wartonah, 2006)
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut Nursalam
2005 adalah :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam
kesadaran komposmentis.Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
4. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
5. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
napsu makan menurun.Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
6. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti
air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).

Pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah
sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi
lemah.
2) Grade II :kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan
petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III :kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV :kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, danmuncul keringat dingin, dan lembab.
Kuku sianosis/tidak
Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).

Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+),
yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2.2.10 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah aktual atau resiko dalam rangka mengindentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah, masalah kesehatan klien
yang ada ada tanggung jawabnya. (Tarwoto wartonah,2006)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam
Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan.Menurut Nursalam 2005 diagnosa
keperawatan yang muncul antara lain:
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
2) Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
4) Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.

2.2.11 Perencanaan Keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat
menggambarkan respon pasien pada masalah kesehatan aktual dan resiko (Nursalam, 2001).
Rencana keperawatan Pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
menurut Nursalam 2005, Wong Dona L 2003 dan Doenges, Marilynn, E. dkk, 1999.adalah :
a. Diagnosa keperawatan 1
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
Tujuan :Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Kriteria hasil :Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas darikedinginan.
Intervensi Keperawatan
1) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam atau sering
lagi.
Rasional: Suhu 38,9-41,1oc menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam
dapat membantu dalam diagnosis.
2) Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
Rasional: Untuk memberikan pengetahuan pemahaman tentang penyebab dan
memberikan kesadaran kebutuhan belajar.
3) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi demam.
Rasional: Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanyaperubahan
dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien.
4) Catatlah asupan dan keluaran cairan.
Rasional: Untuk mengetahui keseimbangan cairan baik intake maupun output.
5) Anjurkan anak untuk banyak minum paling tidak 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan
manfaat bagi anak.
Rasional: Untuk mempercepat proses penguapan melalui urine dan keringat, selain itu
dimaksudkan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
6) Berikan kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha.
Rasional: kompres air dingin dapat memberikan efek vasodilatasi pembululuh darah.
7) Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
Rasional: Untuk memudahkan dalam proses penguapan.

b. Diagnosa Keperawatan 2
Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
Tujuan :Nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil :Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
Intervensi keperawatan.
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan
anak memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak
terhadap nyeri.
Rasional: Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan
resolusi komplikasi.
2) Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
Rasional :Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat mengurangi rasa nyeri atau
mengurangi stimulus nyeri.
3) Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri
(libatkan keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV.
Rasional :Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak.
c. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada napsu makan.
Tujuan :Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.
Intervensi keperawatan
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.
Rasional :Untuk memberikan nutrisi yang optimal meskipun kehilangan napsu makan
serta memotivasi anak agar mau makan.
2) Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi
masih hangat
Rasional :Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk mencerna
makanan dan menghindari rasa mual.
3) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil
tetapi sering.
Rasional: karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik.
4) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.
Rasional: Untuk membantu status nutrisi.

d. Diagnosa Keperawatan 4
Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan : tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : Jumlah trombosit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan
1) Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis
Rasional: Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan bawah
kulit.
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari
Rasional :Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit.
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.
Rasional :Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor penyebab
terjadinya syok apabila terjadi penurunan trombosit yang hebat.
4) Anjurkan anak untuk banyak istirahat
Rasional: Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam proses
penyembuhan.

e. Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Tujuan: Anak mendapat istirahat yang adekuat
Kriteria hasil:
Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.
Intervensi keperawatan
1) Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan
dan eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak.
Rasional: Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas dan memungkinkan
penghematan energi atau kelemahan tubuh.

2) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak


Rasional: Bantuan keluarga membuat anak merasa aman secara moril dan fisik serta
membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien.
3) Dekatkan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak
Rasional: Memudahkan pasien dapat mengambil keperluannya.

2.2.12 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah
untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan
balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Langkah-langkah evaluasi :
1) Daftar tujuan-tujuan pasien.
2) Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3) Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.(TarwotoWartonah, 2006).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Anamnesa
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari rabu,tanggal 08November 2017 Pukul 08:
00 WIB didapatkan data sebagai berikut
3.1.1 Identitas klien
Nama Klien :An.G
TTL : Palangka raya, 08Desember 2005
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : kristen protestan
Suku : Dayak/ Indonesia
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Manjuhan 05
Diagnosa medis : DBD
3.1.2 Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. A
TTL : Palangka Raya, 23-Mei-2017
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : kristen protestan
Suku : Dayak/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Manjuhan 05
Hubungan keluarga : nenek kandung
3.1.3 Keluhan utama
Nenek klien mengatakan cucu saya demam.
3.1.3.1 Riwayat kesehatan sekarang
An.G dibawake IGD dr. Doris Slyvanus pada pukul 10.00 WIB, senin 06 Oktober 2017
dengan keluhan panas demam, an. G di IGD diberikan inf RL 20 tpm dan inj pct.Setelah itu
dibawa ke ruang Flamboyan untuk penangan selanjutnya.
3.1.3.2 Riwayat kesehatan lalu
(1) Riwayat prenatal : ibu klien tidak pernah mengeluh sakit selama kehamilan
(2) Riwayat natal : Ibu melahirkan An. A , umur kehamilan 9 bulan, persalinan
normal dan bayi langsung menangis ketika lahir dengan berat 3,1 kg .
(3) Riwayat postnatal :Baik, tidak ada gangguan setelah lahir
(4) Penyakit sebelumnya :An. A Tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
(5) Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Usia 5 jam 2 bulan 1 bulan 9 bulan 0 bulan 5 tahun

(6) Riwayat kesehatan keluarga


Orang tua klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.
(7) Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

: Klien
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
3.1.4.1 Keadaan umum
Klien sakit sedang, kesadaran comphos mentis
3.1.4.2 Tanda vital
Tekanan darah : 100/50 mmhg, Nadi:139 x/mnt, Suhu:38,6oC, Respirasi:23 x/mnt
3.1.4.3 Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Ubun-ubun menutup, rata dan tidak terlihat cekungan.
b. Rambut
Warna rambut hitam, tidak rontok, tidak mudah dicabut, dan lurus.
c. Kepala
Keadaan kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada peradangan atau benjolan, massa
tidak ada.
d. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek pupil isokor tidak
terdapat oedem palpebra, ketajaman baik.
e. Telinga
Bentuk telinga simetris, serumen atau sekret tidak ada, peradangan tidak ada, klien
dapat mendengar dan melihat ketika dipanggil.
f. Hidung
Bentuk hidung simetris, serumen atau sekret tidak ada, terpasang O2 nasal kanul
1l/mnt.
g. Mulut
Tidak intak, tidak stanosis, keadaan lembab, palatum keras
h. Gigi
Tidak ada carries pada gigi, jumlah 21
3.1.4.4 Leher dan tengorokan
Leher dan bentuk simetris, tidak sakit ketika menelan, tidak ada pembesaran tonsil, tidak
ada pembesaran vena jugularis, tidak ada benjolan, tidak ada peradangan.
3.1.4.5 Dada
Dada berbentuk simetris, tidak ada retraksi dada, bunyi nafas vesikuler, tipe pernafasan
dada, bunyi jantung lup-dup, iktus kordis tidak terlihat, tidak ada nyeri dada.
3.1.4.6 Punggung
Punggung berbentuk simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan.
3.1.4.7 Abdomen
Bentuk abdomen simetris, bising usus 12x/menit, tidak ada asites, tidak ada masa, tidak
ada hepatomegali, tidak ada spenomegali, tidak ada nyeri.
3.1.4.8 Ektremitas
Ektremitas berbentuk simetris, tidak ada oedem, tidak ada sianosis, tidak ada clubbing
finger, keadaan kulit baik tampak bersih.
3.1.5 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Gizi : Gizi baik, berat badan 31 kg
2. Kemandirian dalam bergaul : klien sudah dapat bergaul dengan teman sebayanya
3. Motorik halus : klien sudah dapat menulis
4. Motorik kasar : klien sudah dapat berlari
5. Kognitif dan bahasa: : klien sudah dapat membaca
6. Psikososial : klien sudah bisa makan sendirian
3.1.6 Pola Aktifitas Sehari-Hari
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
I Nutrisi
3.2 Frekuensi 3x1 sehari 3x1 sehari

3.3 Nafsu makan/selera Baik kurang


nasi, lauk, sayur
3.4 Jenis makanan Nasi, lauk, sayur

Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2 x sehari 2 x sehari
Konsistensi Lembek Lembek
b. BAK
Frekuensi 8x sehari 10x sehari
Konsistensi jernih Jernih
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 07: 00- 10:00 dan 07: 00- 10:00 dan
14:00- 16:00 WIB 14:00- 16:00 WIB
b. Malam/ jam 19: 00-13:00 dan 19: 00-13:00 dan
04:00-06:00 WIB 04:00-06:00 WIB
4 Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari 2x/ hari
b. Oral hygiene 2x sehari 2x/hari

3.1.8 Data Penunjang


1. Hasil laboratorium tanggal 16 Januari 2016
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1. WBC 8.03 x 10^3/Ul 4.00 10.00 Normal
2. RBC 3.24 x 10^6/Ul 3.50 5.50 Normal
3. HGB 14.3 g/Dl 11.0 16.0 Normal
4. PLT 160 x 10^3/Ul 150 400 Normal
3.1.9 Penatalaksanaan Medis
No. Terapi Dosis Rute Indikasi
1. RL 20 tpm IV Cairan elektrolit
2. PCT 3 x 10 PO Untuk menurunkan panas
mg demam

Palangka Raya, 08 November 2017

Mahasiswa

( Siska )
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN


KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
DATA OBYEKTIF
DS : nenek klien mengatakan : Hipertermia
cucu saya demam Virus dengue
DO :
1. Suhu axila klien 38,6oC Melalui gigitan nyamuk
2. Badan klien panas saat
disentuh Bereaksi dengan antibody
3. Mata klien terlihat
kemerahan Menimbulkan respon peradangan
4. Kulit kemerahan
5. TTV hipertermia
TD : 100/50
N: 139 x/mnt
S: 38,6oC
RR : 23 x/mnt
DS :nenek klien mengatakan Respon peradangan Resiko
pasien mual dan muntah. ketidakseimbangan
DO : Menstimulasi medulla vomiting nutrisi
- Pasien mual dan muntah
- Pasien berkeringat Mual dan muntah
- bibir kering
- akral dingin Resiko ketidakseimbangan
elektrolit
PRIORITAS MASALAH

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan badan klien panas saat
disentuh, mata dan kulit klien kemerahan dengan tanda-tanda vital Tekanan darah :
100/50 mmhg, Nadi:139 x/mnt, Suhu:38,6oC, Respirasi:23 x/mnt
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
ditandai dengan pasien mual dan muntah, pasien banyak berkeringat, bibir kering dan
akral dingin.
RENCANA KEPERAWATAN

NamaKlien : An. G

RuangRawat : Flamboyan

DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional

Dx 1: Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji Tanda-tanda vital klien 1) Mengetahui keadaan
berhubungan dengan proses keperawatan 1 x 4 jamdi harapkan 2) Berikan kompres air hangat umum klien
penyakit demam dapat teratasi dengan kriteria pada dahi dan axila 2) Membantu menurunkan
hasil : 3) Berikan penjelasan kepada suhu tubuh
1. Badan klien tidak lagi panas keluarga mengenai 3) Untuk memberikan
2. Kulit dan mata pasien tidak peningkatan suhu tubuh dan pengetahuan tentang
kemerahan cara penanganannya tanda gejala dan
3. TTV dalam batas Normal 4) Kolaborasi pemberian terapi penanganan pada anak
(Nadi=110, Suhu=36,5-37,5oC, obat sesuai intruksi dokter demam.
Respirasi=16 -20x/mnt) 4) Pemberian terapi obat
untuk mempercepat
proses penyembuhan
RENCANA KEPERAWATAN

NamaKlien : An. G

RuangRawat : Flamboyan

DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional

Dx 2: Resiko Setelah dilakukan 1) Kaji keadaan umum klien 1) untuk mengetahui keadaan
ketidakseimbangan tindakan keperawatan 2) kaji balance cairan (input dan output pasien
elektrolit berhubungan 3x24 jamdiharapkan cairan) 2) untuk mengetahui
dengan ketidakseimbangan kebutuhan elektrolit klien 3) berikan klien banyak minum keseimbangan cairan yang
cairan terpenuhi klien dengan 4) Beri pasien dan anjurkan keluarga masuk dan keluar dalam
kirekteria hasil : pasien untuk memberi minum tubuh pasien
1) Mual dan muntah banyak 3) agar klien tidak kekurangan
hilang 5) Kolaborasi pemberian cairan cairan tubuh
2) Bibir lembab elektrolit sesuai intruksi dokter 4) membantu memberikan
3) Akral hangat pemasukan cairan sesuai
kebutuhan tubuh.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan dan


Nama Perawat
Jam

rabu,08 1) Kaji Tanda-tanda vital klien Jam 11.10


november 2) Berikan kompres air hangat S : keluarga klien mengatakan klien masih
2017 pada dahi dan axila panas
3) Berikan penjelasan kepada O : - Tanda-tanda vital
10.00WIB
keluarga mengenai peningkatan S : 38,4 C
10.03WIB suhu tubuh dan cara TD: 100/80
penanganannya N : 139x/ Menit
10.07WIB
4) Kolaborasi pemberian terapi RR : 23x/Menit
11.00WIB obat sesuai intruksi dokter - klien diberikan kompres hangat untuk
PCT PO 3x10mg menstabilkan suhu tubuh.
- Orang tua /wali paham dan mengerti
jika peningkatan suhu tubuh ditandai
dengan naiknya suhu, pusing dan
berkeringat dan cara penanganannya
dengan memberi obat penurun demam
dan kompres air hangat. Jika semakin
parah harus ditangani oleh tenaga
kesehatan ahli.
- Klien mendapatkan obat PCT 1
setelah makan
A : Belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,4

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda


Tangan
Jam
dan Nama
Perawat

Senin, 30 Diagnosa 2 10.30WIB


Oktober 2017 S : keluarga klien mengatakan klien masih merasa
1) Kaji keadaan umum mual.
10.10WIB
klien O:
10.15WIB 2) kaji balance cairan - klien tampak lemas
(input dan output -bibir kering
10.20WIB cairan) -mual
3) Beri pasien dan - klien minum sebanyak 2000 cc dan kencing
10.23WIB
anjurkan keluarga 1500
pasien untuk memberi - keluarga klien mengerti dan paham untuk
minum banyak memberikan klien air minum yanga banyak.
4) Kolaborasi pemberian - Klien mendapatkan infus RL 20 TPM/mnt
cairan elektrolit sesuai A : Masalah belum teratasi
intruksi dokter P : lanjutkan intervensi 1,2,4
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Pengkajian
4.1.1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
An.G dibawake IGD dr. Doris Slyvanus pada pukul 10.00 WIB, senin 06
Oktober 2017 dengan keluhan panas demam, an. G di IGD diberikan inf
RL 20 tpm dan inj pct. Pada saat pengkajian tanda-tanda vital klien
Tekanan darah : 100/50 mmhg, Nadi:139 x/mnt, Suhu:38,6oC,
Respirasi:23 x/mnt. Dengan masalah keperawatan hipertermia.
Menurut Faqih 2011 Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh
kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang perposional. Tanda
dan gejala klinis yang mungkin didapatkan pada klien kekurangan cairan
antara lain: pusing, panas kelelahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
haus, muntah, kekacauan mental, konstipasi.
Menurut penulis data yang didapatkan pada saaat pengkajian memiliki
kesesuaian dengan terori yang ada, karena penulis menemukan data data
seperti : tanda tanda vital Tekanan darah : 100/50 mmhg, Nadi:139 x/mnt,
Suhu:38,6oC, Respirasi:23 x/mnt.
4.1.2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan
An.g saat dilakukan pengkajian mengatakan mual dan muntah dengan
data objektif Pasien mual dan muntah, Pasien berkeringat, bibir kering,
akral dingin.
Menurut Tamsuri 2004 Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam
rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi
homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel
di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang
berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler

Вам также может понравиться

  • ASKEP Konstipasi
    ASKEP Konstipasi
    Документ17 страниц
    ASKEP Konstipasi
    rikayoni
    Оценок пока нет
  • LP Dan SP Pemasangan Infus
    LP Dan SP Pemasangan Infus
    Документ10 страниц
    LP Dan SP Pemasangan Infus
    shofa
    100% (1)
  • Cairan Dan Elektrolit Baru
    Cairan Dan Elektrolit Baru
    Документ5 страниц
    Cairan Dan Elektrolit Baru
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Pathways
    Pathways
    Документ2 страницы
    Pathways
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Cairan Dan Elektrolit Baru
    Cairan Dan Elektrolit Baru
    Документ5 страниц
    Cairan Dan Elektrolit Baru
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Mekanisme Transpor Sel
    Mekanisme Transpor Sel
    Документ30 страниц
    Mekanisme Transpor Sel
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Studi Kasus PPK 1 Linda Lestari Ruang B
    Studi Kasus PPK 1 Linda Lestari Ruang B
    Документ41 страница
    Studi Kasus PPK 1 Linda Lestari Ruang B
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Miksi Cantik
    Miksi Cantik
    Документ11 страниц
    Miksi Cantik
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Nur Alifah
    Nur Alifah
    Документ2 страницы
    Nur Alifah
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Cover Dalam, Daftar Isi New
    Cover Dalam, Daftar Isi New
    Документ11 страниц
    Cover Dalam, Daftar Isi New
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Studi Kasus PPK 1 Linda Lestari Ruang B
    Studi Kasus PPK 1 Linda Lestari Ruang B
    Документ41 страница
    Studi Kasus PPK 1 Linda Lestari Ruang B
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • LP Elektrolit
    LP Elektrolit
    Документ14 страниц
    LP Elektrolit
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Sel 11
    Sel 11
    Документ11 страниц
    Sel 11
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Pathways
    Pathways
    Документ2 страницы
    Pathways
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Sampul
    Sampul
    Документ3 страницы
    Sampul
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Model Keperawatan Menurut Roy
    Model Keperawatan Menurut Roy
    Документ11 страниц
    Model Keperawatan Menurut Roy
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • LP Kejang Demam 1
    LP Kejang Demam 1
    Документ19 страниц
    LP Kejang Demam 1
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Konseptual Menurut Roy
    Konseptual Menurut Roy
    Документ6 страниц
    Konseptual Menurut Roy
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • LP Kejang Demam 1
    LP Kejang Demam 1
    Документ19 страниц
    LP Kejang Demam 1
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Tugas Sap Asma
    Tugas Sap Asma
    Документ11 страниц
    Tugas Sap Asma
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Contoh Askep 3
    Contoh Askep 3
    Документ17 страниц
    Contoh Askep 3
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Asma Bronkial Referat
    Asma Bronkial Referat
    Документ31 страница
    Asma Bronkial Referat
    Fadhlina Muharmi Harahap
    83% (6)
  • Laporan Pendahuluan Prosedur Tindakan Nebulizer
    Laporan Pendahuluan Prosedur Tindakan Nebulizer
    Документ3 страницы
    Laporan Pendahuluan Prosedur Tindakan Nebulizer
    Melly Yusfarinaa Kai
    100% (2)
  • Askep Rematik
    Askep Rematik
    Документ24 страницы
    Askep Rematik
    Benny Wegah Nulis
    86% (7)
  • Tag Archives
    Tag Archives
    Документ4 страницы
    Tag Archives
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • LP Dan SP Pemasangan Infus
    LP Dan SP Pemasangan Infus
    Документ10 страниц
    LP Dan SP Pemasangan Infus
    shofa
    100% (1)
  • Contoh 1 Konstipasi
    Contoh 1 Konstipasi
    Документ19 страниц
    Contoh 1 Konstipasi
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • Contoh Askep 3
    Contoh Askep 3
    Документ17 страниц
    Contoh Askep 3
    Siska Sweetmedusa
    Оценок пока нет
  • LP Dan SP Pemasangan Infus
    LP Dan SP Pemasangan Infus
    Документ10 страниц
    LP Dan SP Pemasangan Infus
    shofa
    100% (1)