Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN KEJANG

Pengkajian data dilakukan pada .


3.1 Data Subyektif
3.1.1. Biodata/Identifitas
Biodata bayi mencakup nama, tempat/tanggal lahir , umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
3.1.2. Keluhan Utama
Pada bayi kejang, keluhan yang ibu utarakan antara lain bayinya tubuhnya gemetar, gerakan
tubuhnya lebih aktif dari biasanya, tidak terkendali, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, bayi
lemas/ tidak bergerak, mata berkedip terus menerus, mulut mecucu, tubuh kaku
3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan perjalanan penyakit (kejang) yang di alami bayi. Waktu permulaan kejang dan berapa
lama ibu mengamati tanda-tanda bayinya kejang sampai dibawa ke petugas kesehatan.
3.1.4 Penyakit Riwayat Dahulu
Riwayat kejang sebelumnya apakah merupakan kejang berulang, trauma kepala, radang selaput
otak (meningitis), epilepsi, kelainan metabolisme seperti: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia,
hiponatremia, dan hypernatremia, hiperbilirubinemia, dan kelainan metabolisme asam amino, perdarahan
otak, dan infark serebri.
3.1.5 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat kehamilan: bayi yang kecil untuk masa kehamilan, bayi prematur, ibu mengalami infeksi
dari bakteri dan virus seperti TORCH, ibu yang tidak disuntik TT, ibu menderita DM.
Riwayat persalinan: persalinan dengan tindakan (ektrasi cunam/ ekstrasi vakum), persalinan
presipitatus, persalinan presentasi bokong, pemotongan tali pusat yang tidak steril, asfiksia, dan gawat
janin.
Selain itu, bayi yang mengalami komplikasi perinatal seperti tetanus neonatorum, trauma
perdarahan intrakranial, dan trauma susunan saraf pusat juga beresiko mengalami kejang.
3.1.6 Riwayat kesehatan keluarga.
Ibu terinfeksi TORCH, menderita penyakit Diabetus Mellitus
3.1.7 Pola kebiasaan
Pola minum bayi sehari normalnya 8-10 kali, pada bayi yang mengalami kelainan akan lebih
malas menyusu.

3.2 Data Obyektif.


3.2.1 Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah-hiperaktif
Kesadaran : normal, apatis, somnolen, sopor, koma
hu :normal (36,5-37C), hipertermia (>37,5C), hipotermia (<36,5C).
Respirasi : apnea, hiperpnea (> 60x/mnt)
di : nadi normal bayi (120-160), apakah nadi bayi teraba lemah, ireguler, ataukah tidak teraba
3.2.2 Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, mikrosefali
2. Muka
Rhisus sardonicus, pucat, gerakan otot-otot muka, asimetri wajah (sisi yang paresis tertinggal bila anak
menangis).
3. Mata
Deviasi bola mata secara horisontal, kedipan mata proksimal, kelopak mata berkedip-kedip, gerakan cepat
dari bola mata, nystagmus, dilatasi pupil.
4. Mulut
Cyanosis, strismus, lidah menunjukan gerakan menyeringai, gerakan terkejut-kejut pada mulut dan pipi
secara tiba-tiba menghisap, mengunyah, menelan, menguap.
5. Leher
Tanda-tanda kaku kuduk
6. Abdomen
Kekakuan otot pada abdomen, tanda-tanda infeksi pada tali pusat, jika terjadi sepsis perut tampak buncit
dan hepatosplenomegali
7. Ekstremitas
Pergerakan seperti berenang, mengayuh pada anggota gerak atas dan bawah, ekstensi lengan dan tungkai,
menyerupai sikap deserebasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikas,
gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat,
gerakan menyerupai refleks moro, tremor

3.2.3 Pemeriksaan laboratorium


1. Pemeriksaan darah dapat berupa: gula darah, elektrolit darah (terutama kalsium dan magnesium), darah
tepi, punksi lumbal, punksi subdural, kultur darah, dan titer TORCH
2. EKG dan EEC
3. Foto rotgen dan USG kepala

3.3 Assasement
nosa aktual : Bayi X usia 0-28 hari dengan kejang (menurut klasifikasi kejang)
Masalah : Gangguan rasa nyaman bayi akibat kejang
Gangguan pemenuhan nutrisi akibat kejang
nosa potensial: Epilepsi, hipoksia serebral progresif, edema cerebral dan asidosis laktat.
Identifikasi kebutuhan tindakan segera: rujukan, kolaborasi dengan dokter spesialis anak.

3.4 Planning
3.4.1 Planning di BPM:
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu tentang keadaan bayinya saat ini.
R/ informasi yang tepat dapat mengurangi kecemasan ibu.
2. Lakukan informed consent untuk setiap tindakan.
R/ informed consent mempermudah petugas kesehatan untuk melakukan intervensi kepada pasien
3. Bebaskan jalan nafas
R/ oksigenasi terjamin, agar tidak terjadi hipoksia sel-sel otak.
4. Miringkan kepala
R/ untuk menghindari aspirasi isi lambung.
5. Berikan benda yang dapat digigit
R/ mencegah tergigitnya lidah atau tertutupnya jalan napas
6. Pertahankan suhu normal bayi
R/ suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kelembaban tinggi akan mempengaruhi panas
atau dinginnya tubuh.
7. Lakukan kompres dengan air kran dan beri obat penurun panas (antipiretik) bila suhu bayi meninggi
R/ Perpindahan panas secara konduksi dan menurunkan panas pada pusat hipotalamus
8. Pasang infus cairan elektrolit
R/ Mencukupi kebutuhan cairan dan memperbaiki metabolisme tubuh bayi.
9. Rujuk ke rumah sakit terutama yang memiliki fasilitas NICU
R/ Untuk mendapatkan penganan lebih lanjut.
3.4.2 Planning Di Rumah sakit
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu tentang keadaan bayinya saat ini.
R/ informasi yang tepat dapat mengurangi kecemasan ibu.
2. Lakukan informed consent untuk setiap tindakan.
R/ informed consent mempermudah petugas kesehatan untuk melakukan intervensi kepada pasien
3. Bersihkan jalan nafas dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut, hidung dan nasofaring
R/ Menghindari aspirasi
4. Berikan oksigen dengan alat Bag to Mouth Face Mask oksigen 2 liter/menit pada bayi apnea
R/ Membantu oksigenasi agar tidak terjadi hipoksia sel-sel otak
5. Pasang infus sesuai advice dokter
R/ Mencukupi kebutuhan cairan dan memperbaiki metabolisme tubuh bayi.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antispasmodik/anti kejang : diazepam 0,5
mg/kg/supp/im setiap 2 menit sampai kejang teratasi dan luminal 30 mg im/iv
R/ Untuk mengurangi, mengatasi da mencegah kejang berulang
7. Nilai kondisi bayi tiap 15 menit
R/ Pemantauan kondisi bayi yang teratur dapat menentukan perkembangan asuhan yang selanjutnya.
8. Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan 60ml/kgBB/hr
R/ Mencukupi kebutuhan cairan dan memperbaiki metabolisme tubuh bayi. Glukosa merupakan sumber
karbohirat yang mudah dicerna sehingga kebutuhan energi lebih cepat terpenuhi.
9. Jika kejang sudah teratasi, ambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium, misalnya : darah tepi, elektrolit
darah, gula darah, kimia darah, kultur darah, pemeriksaan TORCH
R/ mencari factor penyebab
10. Jika kejang berulang, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi:
diazepam dapat diberikan sampai 2 kali
Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 20 mg iv setiap 12 jam
Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg tiap 12 jam
Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium glukonas 10% 2 ml/kg dalam waktu 5-10
menit . apabila belum juga teratasi diberi pyridoxin 25-50 mg
Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi infus dextrose 10%
R/ Penanganan secara komprehensif untuk mengatasi kejang dengan segera dan mencegah komplikasi
dari kejang yang berlangsung lama.

Вам также может понравиться