Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap sinyal suara yang ditimbulkan pada rotordinamik
akibat ketidakseimbangan (unbalance), ketidaksesumbuan (misalignment) dan kelonggaran
(looseness). Untuk keperluan tersebut, maka dikembangkanlah sebuah model mesin uji
rotordinamik yang terdiri dari poros-rotor yang ditumpu oleh bantalan dan diputar oleh motor yang
tersambung dengan kopling ke poros. Pada piringan rotor terdapat beberapa lubang dengan posisi
simetris terhadap sumbu putarnya yang dapat digunakan sebagai tempat untuk memasang massa
unbalance. Misalignment diberikan pada tumpuan dan kopling, looseness diberikan dengan
penyetelan baut pada tumpuan. Data suara dicuplik dengan menggunakan mikrofon yang
terkalibrasi dan soundcard komputer yang terintegrasi dengan program komputer. Data hasil
pengujian dalam domain waktu ditransfer menjadi sinyal dalam domain frekuensi dengan
menggunakan Fast Fourier Transform (FFT). Sinyal suara pada kondisi normal diperbandingkan
dengan sinyal suara kondisi rusak untuk mendapatkan karakteristik suara akibat masing-masing
jenis kerusakan dengan lebih spesifik. Dari hasil pengujian terungkap bahwa untuk kasus akibat
unbalance diperoleh spektrum frekuensi suara dengan nilai amplitudo yang tinggi pada frekuensi 1x
putaran motor (1x rpm). Kasus Misalignment menghasilkan spektrum suara dengan nilai amplitudo
yang tinggi pada 2x putaran motor (2x rpm). Kasus looseness memiliki ciri khas spektrum suara
dengan nilai amplitudo yang tinggi pada 1x, 2x dan 3x putaran motor (1x, 2x dan 3x rpm).
Peningkatan nilai amplitudo suara terjadi seiring dengan peningkatan besarnya cacat yang diberikan
pada sistem rotordinamik.
Kata kunci: Sinyal suara, Unbalance, Misalignment, Looseness, FFT
Pendahuluan
Pada sistem poros rotor yang berputar, sering ditemukan adalah unbalance,
seringkali terjadi getaran. Getaran yang misalignment dan looseness. Beberapa
muncul pada mesin khususnya pada sistem metoda pendeteksian jenis kerusakan tersebut
rotordinamik kemungkinan disebabkan oleh telah dikembangkan, dan metode pengukuran
beberapa faktor, diantaranya adalah adanya getaran merupakan metode yang paling
massa tak seimbang (unbalance) pada rotor
banyak digunakan untuk pendeteksian
atau poros, ketidaksesumbuan poros
unbalance, misalignment dan looseness ketika
(misalignment), kelonggaran (looseness),
cacat pada bantalan (bearing defect), dan sistem mesin dalam keadaan beroperasi. Dari
sebagainya. Dari data di lapangan didapatkan analisis sinyal getaran dapat diketahui bahwa
bahwa kasus penyebab getaran (cacat) yang masing-masing faktor tersebut menunjukkan
MT 23
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Selain pada kopling, misalignment dapat pondasi tidak kuat. Gejala kerusakan ini
terjadi pada bantalan, yaitu antara bantalan ditandai dengan adanya frekuensi getaran
dan poros [3]. (Gambar 2). dominan pada , 1, 1 , 2, dst x rpm atau n
x rpm pada domain frekuensinya [1].
Salah satu pengukuran getaran untuk
mendeteksi cacat looseness pada sebuah
pembangkit/turbin, menunjukkan frekuensi
getaran yang lebih dominan/maksimum di 2x
rpm, dan ketika diberikan beban (unbalance),
frekuensi yang terjadi di 2x rpm turun drastis,
Gambar 2 Misalignment pada Bantalan dan ketika beban tersebut dihilangkan,
frekuensi di 2x rpm kembali dominan [1].
Looseness Komponen-komponen mesin yang sering
Looseness atau yang biasa disebut mengalami looseness antara lain bantalan
mechanical looseness (Kelonggaran mekanik) (mount) atau tutup bantalan (bearingcap).
adalah salah satu jenis kerusakan pada mesin Looseness ini hampir selalu menghasilkan
yang menyebabkan terjadinya getaran. sejumlah besar harmonik dalam spektrum
Kelonggaran mekanik dapat terjadi apabila frekuensinya, baik harmonik ganjil maupun
tutup bantalan longgar atau ikatan mesin ke tunggal.
MT 23
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
MT 23
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Pada Gambar 4 dapat dilihat, bahwa suara mesin yang dapat dilihat pada Gambar
Microphone menangkap sinyal suara dari 5a dan 5b.
rotordinamik yang sedang berputar, kemudian Pengujian Kondisi Unbalance. Pengujian
diterusakan ke soundcard dari PC yang kondisi unbalance diuji pada piringan rotor
kemudian diubah dalam bentuk data digital yang telah dibuat. Kondisi unbalance pada
dengan menggunakan software dengan fitur rotor dibuat dengan memberikan massa
Fast Fourier Transform (FFT), yang unbalance pada salah satu lubang berulir
kemudian dapat mentransfer data dalam rotor. Massa unbalance yang diberikan pada
domain waktu ke domain frekuensi. rotor bervariasi yaitu 10 gram, 15 gram, 20
Untuk mendapatkan kondisi standar atau gram, dan 25 gram. Sinyal domain frekuensi
kondisi normal, pengujian dilakukan terlebih pada masing-masing kondisi unbalance 10
dahulu dengan melakukan balancing, gram dan 15 gram disajikan pada Gambar 6a
alignment dan pengencangan dengan dan 6b. Sinyal domain frekuensi pada masing-
sebaiknya pada komponen-kompone masing kondisi unbalance 20 gram dan 25
rotordinamik. Setelah itu baru dilakukan gram disajikan pada Gambar 7a dan 7b.
pengujian untuk kasus misalignment dan Untuk pengujian unbalance, rotor diputar
looseness. pada kecepatan 2900 rpm, yang bila diubah
Pengujian Kondisi Normal. Pengujian ke satuan Hz, maka kecepatan putar rotor
kondisi normal dilakukan dengan tidak sama dengan 48,3 Hz. Seperti dijelaskan
memberikan cacat pada mesin uji, yang dapat sebelumnya, frekuensi getaran yang muncul
dijadikan sebagai bahan acuan kondisi ideal pada kondisi unbalance adalah 1x rpm (1x
mesin tanpa cacat atau kerusakan. Hasil dari kecepatan putar), dan dari hasil pengujian
pengujian kondisi normal ini didapat sinyal dengan sinyal suara, frekuensi suara dominan
dalam domain waktu dan domain frekuensi terjadi juga pada 1x rpm.
0.8 0.9
0.6 0.8
0.4 0.7
0.2 0.6
Magnitude (V)
respon (V)
0 0.5
-0.2 0.4
-0.4 0.3
-0.6 0.2
-0.8 0.1
-1 0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 50 100 150 200 250 300 350 400
t (s) Frequency
(a) (b)
Gambar 5 Sinyal suara pada kondisi normal (a) domain waktu (b) domain frekuensi
MT 23
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Sinyal Domain frequency 10gr mass Sinyal Domain frequency 15gr mass
1 1
0.9 0.9
48 Hz
0.8 0.8
0.7 48 Hz 0.7
0.6
Magnitude (V)
0.6
Magnitude (V)
0.5 0.5
0.4 0.4
0.3 0.3
0.2 0.2
0.1 0.1
0 0
0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 300
Frequency Frequency
(a) (b)
Gambar 6 Sinyal domain frekuensi kondisi unbalance (a) 10 gram, (b) 15 gram
Sinyal Domain frequency 20gr mass Sinyal Domain frequency 25gr mass
1 1.1
48 Hz
48 Hz
0.9 1
0.9
0.8
0.8
0.7
0.7
Magnitude (V)
0.6
Magnitude (V)
0.6
0.5
0.5
0.4
0.4
0.3
0.3
0.2 0.2
0.1 0.1
0
0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 300
Frequency Frequency
(a) (b)
Gambar 7 Sinyal domain frekuensi kondisi unbalance (a) 20 gram, (b) 25 gram
Hasil dari pengujian unbalance yang telah Pengujian Kondisi Misalignment. Pengujian
dilakukan, dapat dilihat bahwa nilai frekuensi kondisi misalignment dilakukan dengan
suara dominan terjadi pada 1x rpm, hal ini memberikan misalignment pada bantalan dan
sesuai dengan frekuensi getaran yang terjadi kopling. Misalignment yang diberikan adalah
pada unbalance. Hasil dari pengujian juga misalignment angular. Sinyal suara hasil
dapat dilihat, terjadinya peningkatan atau pengujian kondisi misalignment pada bantalan
pertambahan nilai amplitudo (magnitude) disajikan pada Gambar 7. Sinyal suara hasil
suara akibat dari pemberian dan penambahan pengujian kondisi misalignment pada kopling
unbalancemass 10 gram hingga 25 gram, hal disajikan pada Gambar 8.
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
unbalance (mass), maka semakin tinggi pula
amplitudo suara yang terjadi dengan nilai
frekuensi suara yang tetap.
MT 23
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
0.9 96 Hz
1
0.8
0.7
0.5
0.6
Magnitude (V)
respon (V)
0 0.5
0.4
-0.5
0.3
0.2
-1
0.1
-1.5 0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 50 100 150 200 250 300 350 400
t (s) Frequency
(a) (b)
Gambar 8 Sinyal suara kondisi misalignment pada bantalan
(a) domain waktu, (b) domain frekuensi
0.9
1
0.8
0.7
0.5
0.6
Magnitude (V)
respon (V)
0 0.5
95 Hz
0.4
-0.5
0.3
0.2
-1
0.1
-1.5 0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 50 100 150 200 250 300
t (s) Frequency
(a) (b)
Dari Gambar 7 dan Gambar 8 dapat dilihat Pengujian Kondisi Looseness. Pengujian
bahwa frekuensi suara yang dominan pada kondisi looseness dilakukan dengan
kondisi cacat misalignmet adalah 2x rpm. memberikan looseness pada bantalan-poros,
Hasil pengujian antara misalignment pada dan rumah bantalan. Posisi pemberian
bantalan dan pada kopling, terjadi perbedaan looseness pada set-up pengujian disajikan
nilai frekuensi, yaitu pada bantalan frekuensi pada gambar 9a dan 9b. Sinyal suara hasil
terjadi pada 96 Hz, sedangkan pada kopling pengujian kondisi looseness pada bantalan-
95 Hz, tetapi sama terjadi pada 2x rpm, hal ini poros disajikan pada Gambar 10a. Sinyal
disebabkan perbedaan putaran motor ketika suara hasil pengujian kondisi looseness pada
pengujian pada bantalan dan kopling. Hal ini rumah bantalan disajikan pada Gambar 10b.
menujukkan bahwa cacat misalignment yang
terjadi pada bantalan dan kopling
menghasilkan frekuensi di 2x rpm.
MT 23
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
(a) (b)
0.35 97 Hz 0.35
49 Hz
0.3 0.3
97 Hz
0.25 0.25
Magnitude (V)
Magnitude (V)
147
0.2 145 Hz 0.2
0.15 48 Hz 0.15
0.1 0.1
0.05 0.05
0 0
0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 300
Frequency Frequency
(a) (b)
Gambar 11 Sinyal suara kondisi looseness (a) pada bantalan-poros, (b) pada rumah bantalan
Pengujian looseness juga dilakukan frekuensi suara yang lebih dominan muncul
dengan penambahan unbalance, hal ini pada 2x rpm, dan nilai amplitudo suara yang
dilakukan untuk melihat pengaruh kehadiran muncul pada 2x rpm lebih tinggi dari pada
unbalance terhadap sinyal suara pada frekuensi yang lain, sedangkan ketika
rotordinamik yang mengalami looseness. dilakukan penambahan cacat unbalance
Sinyal suara dalam domain frekuensi pada (mass), nilai amplitudo suara yang muncul
kondisi looseness + unbalance disajikan pada 2x rpm menjadi turun drastis, dan begitu
pada Gambar 11. juga pada 1x rpm terjadi penurunan. Pada 3x
Hasil dari pengujian dengan menggunakan rpm terjadi peningkatan nilai amplitudo suara,
sinyal suara didapat frekuensi suara dominan atau menjadi lebih tinggi dibandingkan
terjadi pada 1,2,3 x rpm, baik pada bantalan dengan frekuensi yang lain, hal ini disebabkan
dengan poros, maupun pada rumah bantalan. adanya eksitasi dari unbalance mass yang
Pada pengujian looseness baut bantalan diberikan.
dengan poros tanpa unbalance (mass),
MT 23
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Sinyal Domain frequency Looseness BP+mass Sinyal Domain frequency Looseness BK+mass
0.4 0.35
145 Hz
0.35 148 Hz
0.3
0.3
0.25
0.25
Magnitude (V)
Magnitude (V)
0.2
0.2
0.15 96 Hz
0.15
0.1
0.1
48 Hz
0.05 0.05
0 0
0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 300
Frequency Frequency
Gambar 12 Sinyal suara dalam domain frekuensi untuk kondisi looseness + unbalance
(a) looseness pada bantalan-poros, (b) looseness pada rumah bantalan
MT 23