Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien
lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu
tidak terbatas (Perry dan Potter, 1994).
2
SUB BAB
3
B. Jenis-jenis Mobilisasi dan Imobilisasi
1. JenisMobilisasi
a) Mobilisasi Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaks isosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf
motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
b) Mobilisasi Sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
di pengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada tubuhnya. Hal ini
dapat di jumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan kemasan traksi.
Pasien paraplegi mengalami mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah
karena kehilangan kontrol motorik dans ensorik.
Mobilisasi sebagian ini di bagi menjadi dua jenis, yaitu:
(a) Mobilisasi Sebagian Temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang bersifat sementara. Dapat disebabkan
oleh trauma revelsibe pada sistem muskoluskeletal, contohnya adalah
adanya dislokasi sendi dan tulang.
(b) Mobilisasi Sebagian Permanen, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf irevelsibe, contohnya terjadinya
hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang,
poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
2. Jenis Imobilisasi
a) Imobilisasi Fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti
pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan
di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk
mengurangi tekanan.
4
b) Imobilisasi Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami
kerusakan otak akibat suatu penyakit.
c) Imobilisasi Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Contohnya keadaan stres berat dapat disebabkan karena
bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh
atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
d) Imobilisasi Sosial, merupakan keadaan individu yang mengalami
hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya
sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
5
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
1. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan
kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan
mobilisasi dengan cara yang sehat.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan
aktifitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena
kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.
4. Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau
tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan
dengan orang dalam keadaan sehat.
6
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya
dibandingkan dengan seorang remaja.
PROM adalah energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang
lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien
sesuai dengan rentang gerak yang normal (klienpasif). Kekuatan otot yang
digunakan sebesar 50 %. Sedangkan AROM adalah gerakan yang dilakukan oleh
seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot yang
digunakan pada aktif ROM ini sebesar 75 %. Gerakan ROM ini ada beberapa
macam (gambar E1).
(Gambar E1)
7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti
adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah
terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
8
c. Hambatan kemampuan untuk berjalan memanjat.
d. Hambatan kemampuan untuk berjalan pada permukaan tidak rata.
e. Hambatan kemampuan utuk meniti tepi jalan.
5. Hambatan Mobilitas dengan Kursi Roda
a. Hambatan kemampuan untuk mengoperasikan kursi roda manual atau
listrik pada permukaan rata dan tidak rata.
b. Hambatan kemampuan untuk mengoperasikan kursi roda manual atau
listrik pada jalan menanjak.
c. Hambatan kemampuan untuk mengoperasikan kursi roda pada tepi jalan.
6. Hambatan Kemampuan Berpindah dari/ke Kursi Roda
a. Hambatan kemampuan untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi dan
kursi ke tempat tidur.
b. Hambatan kemampuan untuk berpindah naik atau turun dari toilet atau
commode.
c. Hambatan kemampuan untuk berpindah masuk atau keluar dari tub atau
shower.
d. Hambatan kemampuan untuk berpindah antara-tingkatan yang tidak rata.
e. Hambatan kemampuan untuk berpindah dari kursi ke mobil atau mobil ke
kursi.
f. Hambatan kemampuan untuk berpindah dari kursi turun ke lantai atau dari
lantai naik ke kursi roda.
g. Hambatan kemampuan untuk berpindah dari berdiri ke lantai atau lantai ke
berdiri.
9
C. Intervensi
1. Hambatan mobilitas fisik
a. Rujuk pada Sindrom Disuse untuk intervensi pencegahan komplikasi
imobilitas.
b. Ajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak
yang sehat sedikitnya empat kali sehari.
1) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada anggota gerak yang sakit.
a) Lakukan dengan perlahan.
b) Sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi.
2) Secara bertahap lanjukan rentang gerak aktif untuk aktivitas
fungsional.
c. Posisi dalam kesejajaran tubuh untuk mencegah komplikasi
1) Gunakan papan kaki.
2) Hindari berbaring atau duduk dengan posisi yang sama dalam waktu
lama.
3) Ubah posisi sendi bahu setiap 2 sampai 4 jam.
4) Gunakan bantal kecil atau tanpa bantal saat dalam posisi fowler.
5) Sangga tangan dan pergelangan tangan dalam kesejajaran alamiah.
6) Jika klien dalam posisi telungkup, letakkan bantal kecil atau gulungan
handuk di bawah kurvatura lumbar atau di bawah ujung sangkar iga.
7) Letakkan trokanter gulung atau karung pasir sejajar dengan panjang
pinggul dan paha bagian atas.
8) Jika klien dalam posisi lateral, letakkan bantal untuk menyangga
tungkai dari lipatan paha sampai kaki, dan bantal untuk memfleksikan
bahu dan siku : jika diberikan sangga kaki bawah dalam posisi fleksi
dorsal dengan karung pasir.
9) Gunakan bebat tangan-pergelangan tangan.
d. Beri mobilisasi progresif
1) Bantu individu mengambil posisi duduk dengan perlahan.
2) Biarkan individu menjuntaikan tungkai di samping tempat tidur selama
5 menit sebelum mengambil posisi berdiri.
10
3) Batasi waktu selama 15 menit, tiga kali sehari, pertama kali turun dari
tempat tidur.
4) Tingkatkan waktu individu di luar tempat tidur sesuai toleransi dengan
interval 15 menit.
5) Anjurkan untuk ambulasi, dengan atau tanpa alat bantu.
6) Jika tidak mampu berjalan, bantu individu keluar dari tempat tidur
pindah ke kursi roda atau kursi.
7) Beri dorongan ambulasi untuk berjalan singkat yang serig (sedikitnya
3 kali sehari), dengan bantuan bila belum dapat berdiri tegap.
8) Tingkatkan lamanya berjalan secara progresif setiap hari.
e. Amati dan ajarkan penggunaan :
1) Kruk
a) Tidak boleh ada tekanan pada aksila : harus digunakan kekuatan
tangan.
b) Tipe gaya berjalan dengan kruk bervariasi tergantung pada
diagnosis individu.
c) Ukur kruk 5 sampai 6,75 cm di bawah aksila, dan ujungnya 15 cm
dari kaki.
2) Walker
a) Gunakan tangan yang kuat untuk menyangga kelemahan pada
anggota gerak bawah.
b) Gaya berjalan bervariasi sesuai masalah individu.
3) Kursi Roda
a) Latih cara berpindah.
b) Latih bermanuver di sekitar ruangan.
4) Prostese
a) Balut puntung sebelum memasang prostese.
b) Pasang prostese.
c) Prinsip perawatan puntung.
d) Pentingnya membersihkan puntung, menjaganya tetap kering, dan
memasang prostese hanya saat puntung kering.
11
5) Sling
a) Kaji ketepatan pemasangan : sling harus kendur di sekitar leher dan
ahrus menyangga siku dari pergelangan di atas setinggi letak
jantung.
b) Lepaskan sling untuk melakukan latihan rentang gerak.
6) Balutan Ace
a) Amati posisi yang tepat.
b) Pasang dengan tekanan yang sebanding, balut dari distal ke arah
proksimal.
c) Amati adanya bunching (bagian yang kendur).
d) Amati tanda iritasi kulit, (kemerahan, ulserasi) atau keketatan
(kompresi).
e) Balut ulang Balutan Ace dua kali sehari, atau sesuai pesanan,
kecuali jika terdapat kontraindikasi (misal : jika balutan adalah
balutan kompresi pascaoperasi, penksa pesanan dokter).
f. Ajarkan kewaspadaan keamanan
1) Lindungi daerah yang mengalami penurunan sensasi dari panas atau
dingin yang berlebihan.
2) Latihan jatuh dan bagaimana untuk bangun dari jatuh ketika pindah
tempat atau bergerak.
3) Untuk penurunan persepsi ekstremitas bawah (kelalaian pascacedera
serebrovaskular [CSV]), beri tahu individu untuk memeriksa dimana
anggota gerak harus diletakkan ketika mengganti posisi atau sedang
berjalan melewati pintu : dan periksalah untuk memastikan bahwa
kedua sepatu telah terikat dengan baik, bahwa tungkai yang sakit telah
dibalut dengan trouser, dan celana yang digunakan tidak terseret.
4) Instruksikan pada individu yang sudah nyaman menggunakan kursi
kursi roda untuk melakukan posisi pindah dan mengangkat bokong
selama 15 menit untuk menghilangkan tekanan : manuver
berpegangan, di tempat landai, tempat mendaki, dan di sekitar
perobatan : dan kunci kursi roda sebelum berpindah.
12
g. Dorong penggunaan lengan yang sakit jika memungkinkan
1) Dorong individu untuk menggunakan lengan yang sakit untuk aktivitas
perawatan diri (misal : makan, berpakaian, menyisir rambut).
2) Untuk kelalaian pasca-CS/ anggota gerak atas lihat juga kelalaian
unilateral.
3) Instruksikan individu untuk menggunakan lengan yang tidak sakit
untuk melatih bagian yang sakit.
4) Gunakan peralatan adaptif untuk meningkatkan penggunaan lengan
a) Manset universal untuk makan pada individu yang mempunyai
kontrol buruk untuk kedua lengan dan tangan.
b) Pegangan yang besar atau diberi bantalan untuk membantu
individu dengan keterampilan motorik halus yang buruk.
c) Tempat cuci dengan pinggiran yang tinggi untuk mencegah
makanan yang jatuh.
d) Cangkir dengan sedotan untuk menahan piring di tempatnya dan
mencegahnya terpeleset.
e) Lakukan mandi air hangat untuk mengurangi kekakuan tubuh pada
pagi hari dan memperbaiki mobilitas.
h. Minta individu untuk memperagakan :
1) Latihan penguatan
2) Latihan rentang gerak
3) Merawat alat adaptif
4) Tindakan kewaspadaan
2. Hambatan mobilitas di tempat tidur
Intervensi yang diberikan serupa dengan Hambatan Mobilitas Fisik.
3. Hambatan berjalan
a. Jelaskan bahwa ambulasi aman adalah gerakan komplet yang melibatkan
sistem muskuloskeletal, neurologis dan kardiovaskuler, serta faktor
kognitif seperti mental dan orientasi.
13
b. Bila individu didekondisi, diperlukan program progresif ; konsul dengan
ahli terapi fisik untuk evaluasi dan rencana.
c. Pastikan bahwa alat bantu ambulasi digunakan dengan tepat dan aman
(misal : tongkat, walker, kruk).
1) Menggunakan sepatu yang tepat ukuran dan kuat.
2) Dapat ambulasi menanjak, di permukaan tidak rata, dan tangga naik
dan turun.
3) Menyadar bahaya (misal : lantai basah berantakan).
d. Beri mobilisasi progresif bila diindikasikan :
1) Bantu individu untuk posisi duduk dengan perlahan.
2) Biarkan individu menggantungkan kaki di tepi tempat tidur selama
beberapa menit sebelum berdiri.
3) Batasi waktu sampai 15 menit, tiga kali sehari, beberapa menit pertama
saat turun tempat tidur.
4) Tingkatkan waktu individu untuk turun dari tempat tidur, sesuai
toleransi, dengan peningkatan waktu 15 menit.
5) Lanjutkan ambulasi dengan atau tana alat bantu.
6) Bila klien tidak dapat berjalan, bantu turun dari temapt tidur ke kursi
roda atau kursi.
7) Dorong ambulasi untuk jalan angkat dan sering (sedikitnya tiga kali
sehari) dengan bantuan bila tidak mantap.
8) Tingkatkan jarak berjalan secara progresif setiap hari.
e. Evaluasi respons terhadap ambulasi rujuk ke intoleran aktivitas.
4. Hambatan mobilitas dengan kursi roda
a. Tentukan faktor yang mempengaruhi penggunaan kursi roda yang tepat
seperti pengetahuan, kekuatan, dan mental.
b. Konsul dengan ahli terapi fisik bila latihan penguatan diindikasikan.
c. Ajarkan teknik pemindahan beban berat badan dan beban bukan berat
badan.
d. Minta individu menunjukkan teknik dan evaluasi keefektifan dan
keamanannya.
14
5. Hambatan kemampuan berpindah dari/ke kursi roda
a. Jelaskan bahwa berpindah yang aman adalah gerakan lengkap yang
melibatkan sistem muskuloskeletal, neurologis, dan kardiovaskuler serta
faktor kognitif seperti mental dan orientasi.
b. Bila individu didekondisikan, diperlukan program latihan progresif :
konsul dengan ahli terapi fisik untuk evaluasi dan rencana.
c. Jelaskan bahwa pasien harus selalu berpindah ke arah sisi yang tidak sakit.
d. Tentukan apakah alat bantu diperlukan (misal : sabuk berjalan dengan
pegangan, lift mekanis, kursi pemindahan).
e. Konsul dengan ahli terapi fisik untuk menentukan seberapa bantuan yang
diperlukan :
1) Tidak memerlukan bantuan.
2) Memerlukan hanya petunjuk verbal.
3) Dukungan praktisi bila bantuan tambahan diperlukan.
4) Memerlukan bantuan fisik.
5) Memerlukan alat mekanis untuk melakukan berpindah (misal : lift).
f. Beritahu bahwa kemampuan dapat berfluktuasi dan untuk meminta
bantuan dalam upaya mencegah cedera.
D. Implementasi
Implementasi yang akan dilakukan disesuaikan dengan masalah yang ada
berdasarkan perencanaan yang telah disusun atau dibuat (Doenges M. E., 2001).
E. Kriteria Evaluasi
1. Hambatan mobilitas fisik
a. Memperlihatkan penggunaan alat-alat adaptif untuk meningkatkan
mobilitas.
b. Menggunakan tindakan pengamanan untuk meminimalkan kemungkinan
cedera.
c. Menguraikan rasional intervensi.
15
d. Menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
2. Hambatan Berjalan
a. Melakukan kembali/mempertahankan posisi fungsi optimal, dibuktian oleh
tidak adanya kontraktur, footdrop.
b. Menunjukkan mobilitas yang aman.
c. Menggunakan alat bantu dengan tepat.
3. Hambatan Mobilitas dengan Kursi Roda
a. Menunjukkan penggunaan kursi roda yang aman.
b. Menunjukan pemindahan ke kursi roda dengan aman.
4. Hambatan Kemampuan Berpindah dari/ke Kursi Roda
a. Mengidentifikasi kapan bantuan diperlukan.
b. Menunjukkan kemampuan untuk berpindah di berbagai situasi (misal :
toilet, tempat tidur, mobil, kursi, tangga).
16
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry, 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume 2,
Jakarta: EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul, 2012, Buku Saku Kebutuhan Dasar
Manusia, Jakarta:EGC.
17