Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Lamtiur Sinaga
1724210287
Reguler 2 LA J/S
Sejarah standardisasi di Indonesia sudah dimulai sejak 1928. Saat itu dibentuk lembaga
bidang standardisasi yang fokus pada penyusunan standar untuk bahan bangunan, alat
transportasi dilanjutkan dengan standar instalasi listrik dan persyaratan jaringan
distribusi listrik.
Pada 1951 terbentuk Yayasan Dana Normalisasi Indonesia (YDNI) yang mewakili
Indonesia menjadi anggota International Electrotechnical Commission (IEC) pada 1966.
Kiprah YDNI berlanjut pada 1995 saat mewakili Indonesia menjadi anggota
International Organization for Standardization (ISO).
Pemerintah menerbitkan UU No. 10 tahun 1961 yang dikenal dengan nama Undang-
Undang Barang pada 1961. Dalam UU ini memang tidak menyebut mengenai standar,
namun di dalamnya secara tegas menyatakan hal-hal terkait standar.
Budi melanjutkan, pembentukan BSN sangat tepat di saat Indonesia mulai memasuki era
globalisasi yang ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian dengan Organisasi
Perdagangan Dunia. Indonesia telah meratifikasi perjanjian WTO pada tahun 1995
setelah adanya Undang-undang No. 7 Tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan
WTO, ujarnya.
Pencapaian lain BSN adalah meningkatnya jumlah SNI yang ditetapkan. Hingga
September 2016, tercatat 9.050 SNI (aktif). BSN juga mengembangkan skema penilaian
kesesuaian, hingga per tahun 2016 sebanyak 1.171 Laboratorium, Lembaga Inspeksi, dan
Penyelenggara Uji Profisiensi dan 227 Lembaga Sertifikasi terakreditasi Komite
Akreditasi Nasional (KAN). Hingga 2016, BSN telah menetapkan 116 Komite Teknis
Perumus SNI.
BSN juga aktif mendukung kebijakan dan program strategis pemerintah diantaranya SNI
Pasar Rakyat, SNI Baterai Mobil Listrik, Penerapan SNI pada UMKM, Penerapan SVLK,
Pengembangan SNI Pangan Organik, Standar Jasa Pariwisata, Standar Nano Teknologi,
Penerapan SNI Mainan Anak, Penerapan Produk SNI Keramik, serta Pengembangan SNI
Halal. Yang terkini, SNI tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan dan SNI
Manajemen Resiko.
Selain itu, BSN berperan dalam mengharmonisasikan standar dan penilaian kesesuaian
dalam rangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang saat ini sudah mencapai 90%.
Melalui KAN, juga telah ditandatangani MRA/MLA dengan negara anggota
penandatangan APLAC, PAC, IAF, ILAC. Dengan MRA/MLA, hasil uji atau sertifikasi
di Indonesia, akan diakui oleh negara-negara penandatangan perjanjian tersebut.
4. LINGKUP K2
Pegangan awal dalam melaksanakan kegiatan yang mempunyai potensi bahaya :
Standarisasi Proses ( Pemasangan dsb)
Standarisasi Uji (Performance Test, Komisioning dsb)
Standarisasi Produk (Spesifikasi dsb)
Keselamatan umum adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman bagi masyarakat
umum dari bahaya yang diakibatkan oleh kegiatan Instalasi dan kegiatan
ketenagalistrikan lainnya dari Perusahaan, dengan memberikan perlindungan,
pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang
berhubungan dengan kegiatan Perusahaan.
Keselamatan lingkungan adalah upaya untuk mewujudkan kondisi akrab lingkungan dari
Instalasi, dengan memberikan perlindungan terhadap terjadinya pencemaran dan / atau
pencegahan terhadap terjadinya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan
Instalasi.
Keselamatan instalasi adalah upaya untuk mewujudkan kondisi andal dan aman bagi
Instalasi, dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan pengamanan terhadap
terjadinya gangguan dan kerusakan yang mengakibatkan Instalasi tidak dapat berfungsi
secara normal dan atau tidak dapat beroperasi.
5. 4 (EMPAT) PILAR K2
Empat Pilar K2 terdiri dari :
1) Keselamatan Kerja : perlindungan terhadap pegawai
2) Keselamatan Umum: perlindungan terhadap masyarakat , instalansi
3) Keselamatan Lingkungan : perlindungan terhadap lingkungan instalansi
4) Keselamatan Instalansi : perlindungan terhadap instalasi penyediaan tenaga listrik
6. PENGERTIAN K3
Upaya atau pemikiran dan penerapannya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja.
Keselamatan kerja adalah suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang
dapat menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda (rusaknya peralatan),
maupun kerugian jiwa manusia (luka ringan, luka berat, / cacat bahkan tewas).
Pengertian Kecelakaan
Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga /tiba-tiba yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Undang undang ini diberlakukan untuk setiap tempat kerja yang di dalamnya terdapat
tiga unsur, yaitu :
a. Adanya suatu usaha, baik usaha yang bersifat ekonomi maupun sosial
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus atau hanya
sewaktu-waktu
c. Adanya sumber bahaya
8. HAK DAN KEWAJIBAN SETIAP TENAGA KERJA DALAM K3 (BAB VIII,
PASAL 12 ,UU NO : 1 TAHUN 1970)
a. Memberikan keterangan yang benar tentang k3, bila diminta oleh pengawas / ahli k3
b. Memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan
c. Mematuhi dan mentaati semua syarat k3
d. Minta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat k3 yang di wajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat k3 dan alat pelindung diri
yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus yang ditentukan oleh
pengawas dalam batas-batas yang masih dapat di pertanggung jawabkan