Вы находитесь на странице: 1из 4

Light cure GIC untuk kasus perforasi

Laporan kasus dengan dua kasus perbaikan perforasi dengan menggunakan light-cured glass
ionomer. Evaluasi pasca operasi dilakukan setelah satu dan dua tahun.

Laporan Kasus Pertama

Seorang wanita 24 tahun dirujuk ke Rumah Sakit Gigi Spesialis Universitas Sains Malaysia
untuk pengobatan nyeri dan bengkak pada premolar kedua rahang atas kanan. Riwayat nyeri
intermiten selama enam bulan setelah penambalan dengan resin komposit dan akhirnya
dilakukan perawatan endodontik oleh dokter gigi sebelumnya. Namun, keluhannya tetap ada
walaupun telah dilakukan perawatan endodontik.

Riwayat medisnya sebelumnya tidak ada masalah. Tidak ada kelainan ekstraoral. Secara intraoral
pada gigi terdapat restorasi glass ionomer yang besar pada disto-oklusal yang meluas ke
subgingival. Perkusi dan palpasi apikal positif, dan mobiliti kelas I. Periodontal probing di
bagian distal gigi 6mm. Terdapat fistula bukal di attached gingiva antara gigi tersebut dan
geraham pertama. Tes vitalitas tidak dilakukan karena gigi telah dilakukan perawatan saluran
akar.

Secara radiografi terlihat perawatan endodontik yang buruk karena obturasi pada kanal tidak
sempurna, terdapat gambaran radiolusen periapikal, pelebaran ligamen periodontal, kehilangan
lamina dura pada bagian mesial dan kehilangan alveolar crest di bagian distal.

Diagnosis gagalnya perawatan saluran akar adalah periodontitis periapikal kronis dengan
kemungkinan perforasi di bagian distal. Semua pilihan pengobatan diinfokan dan pasien memilih
untuk mempertahankan gigi tersebut. Perawatan endodontik harus dilakukan kembali dengan
menggunakan light-cured glass ionomer (GC Fuji Lining LC, GC, Jepang) ditawarkan kepada
pasien dan pasien menyetujui rencana perawatan. Pasien diberitahukan bahwa bahan lebih cocok
(MTA) untuk perbaikan perforasi tidak tersedia di klinik.

Pada kunjungan berikutnya, gigi diisolasi dengan rubber dam dan langkah pengobatan
selanjutnya dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 2.5x (mikroskop Zeiss, Carl
Zeiss, Jena, Jerman). Setelah membuang bahan restorasi, ditemukan perforasi di distal dengan
lebar 3mm sampai ke dasar ruang pulpa, terlihat adanya perdarahan.

Pendarahan dihentikan dengan irigasi sodium hipoklorit 1% dan tekanan dengan kasa.
Selanjutnya debris dan karies di daerah perforasi dibuang. Setelah diirigasi dengan air distilasi,
daerah tersebut dikeringkan, kemudian dentin conditioner (GC Corporation, Tokyo, Jepang)
diaplikasikan di dentin sekitar daerah perforasi dan didiamkan selama 10 detik, kemudian
diirigasi dengan air distilasi selama lima detik dan dikeringkan dengan udara dan cotton pellet
steril. Perforasi diperbaiki dengan menggunakan light-cured glass ionomer, GC Fuji Lining LC
(GC, Jepang) sesuai instruksi. Bahan tersebut dicampur hingga konsistensi yang sesuai hingga
mudah diaplikasikan, aplikasi menggunakan probe periodontal. Daerah perforasi diisi secara
bertahap dari dasar hingga 2-3mm bahan menutupi daerah sekitar dentin dan kemudian disinari.
Ketebalan akhir bahan sekitar 2mm. Bahan tidak menutupi orifis, kanal bukal dan palatal.
Selanjutnya, dilakukan perawatan ulang saluran akar secara konvensional. Sisa bahan pengisi
endodontik konvensional dibuang dengan menggunakan stainless steel 32mm # 2 dan # 3 Gates
Glidden dan kloroform.

Kanal diirigasi dengan sodium hipoklorit 1% dan dikeringkan dengan paper point (Kerr Poin
Absorbent, USA). Kalsium hidroksida (PD, Washington, USA) diaplikasikan sebagai obat
intrakanal dengan kapas steril dan restorasi light-cured glass ionomer (Fuji II, GC, Jepang). Gigi
dibentuk dan disesuaikan dengan kontak oklusal.

Setelah tiga bulan, pasien tidak merasakan adanya keluhan. Perkusi dan palpasi negatif, perforasi
telah tertutup dan sembuh, kedalaman poket distal 3mm, dan mobilitas gigi berkurang.
Dilakukan pemasangan rubber dam dan kemudian daerah perforasi diperiksa dengan membuang
tambalan sementara. Perbaikan daerah perforasi dalam keadaan baik (pemeriksaan visual dan
taktil) secara klinis tidak ada tanda kebocoran.

Perawatan saluran akar konvensional dilanjutkan dengan preparasi mekanik saluran akar
menggunakan teknik step-back, dan diberikan kalsium hidroksida intrakanal. Obturasi selesai
satu bulan kemudian dengan AH 26 dan gutta percha dengan teknik kondensasi lateral. Setahun
setelah kunjungan pertama gigi tidak ada keluhan. Disarankan untuk pemeriksaan berkala tiap
enam bulan dan perlunya pembuatan mahkota gigi.

Laporan Kasus Dua

Pasien laki-laki 23 tahun dirujuk ke Rumah Sakit Klinik Gigi Spesialis Universitas Sains
Malaysia untuk perawatan endodontik perforasi gigi molar kedua kiri rahang bawah. Pada
kunjungan pertama pasien mengeluh adanya bengkak, gigi goyang dan sakit yang sedang hingga
parah. Dia menyatakan bahwa perawatan endodontik yang dijalaninya belum selesai.
Pemeriksaan ekstraoral tidak ada kelainan. Intraoral, restorasi glass ionomer disto-oklusal gigi
37, karies di bagian distal, mobilitas kelas I-II, bengkak dan abses bukal dan lingual. Periodontal
probing bagian lingual 5mm di seberang daerah bifurkasi. Sakit pada gigi saat di perkusi dan
palpasi apikal. Tes vitalitas tidak dilakukan karena telah dilakukan perawatan endodontik
sebelumnya.

Radiografi periapikal menunjukkan gambaran radiolusen pada daerah furkasi dan akar distal.
Diagnosisnya adalah periodontitis periapikal akut disertai abses dengan perforasi di furkasi
lingual. Semua pilihan perawatan diinformasikan kepada pasien dan diberitahukan mengenai
kondisi dan prognosis terburuk. Namun, pasien tetap ingin dilakukan perawatan terhadap
giginya, dan setuju untuk dilakukan perbaikan perforasi dengan light-cured glass ionomer,
kemudian diikuti perawatan definitif endodontik dan restoratif. Pasien diberitahukan bahwa
bahan lebih cocok (MTA) untuk perbaikan perforasi tidak tersedia di klinik.

Kondisi perawatan yang sama seperti dijelaskan dalam laporan kasus satu. Dibuat akses,
kemudian dihilangkan restorasi dan karies, terlihat perforasi bundar dengan diameter sekitar
2mm pada kamar pulpa di bagian lingual gigi. Berbeda dengan kasus sebelumnya, perdarahan
minim dan tidak terdapat karies. Dilakukan irigasi NaOCl 1% dan dengan spuit dan kasa steril
untuk mencapai hemostasis. Kemudian diirigasi dengan air distilasi dan dikeringkan, daerah
perforasi diberi bonding dentin (GC Corporation, Tokyo, Jepang) di sekitar dentin selama 10
detik, kemudian diirigasi dengan air distilasi selama 5 detik dan dikeringkan. Selanjutnya,
perawatan daerah perforasi menggunakan light-cured glass ionomer (GC, Tokyo, Jepang).
Daerah perforasi diisi bertahap disekeliling dentin 2-3mm kemudian disinari (Bludent LED,
Plovdiv, Bulgaria). Ketebalan akhir bahan sekitar 2mm. Diperhatikan untuk tidak melibatkan
daerah orifis saluran akar.

Selanjutnya, perawatan endodontik konvensional yang dilakukan dengan irigasi dengan sodium
hipoklorit 1% dan dikeringkan dengan paper point. Kalsium hidroksida diletakkan di intrakanal
dengan cotton pellet steril, dan aplikasi restorasi light-cured glass ionomer. Gigi disesuaikan
dengan kontak oklusal.

Setelah tiga bulan pasien tidak merasakan adanya keluhan. Secara intraoral, perkusi dan palpasi
negatif. Pembengkakan di bukal dan lingual berkurang dan mobiliti gigi <1mm. Probing
periodontal di furkasi lingual adalah 3mm. Restorasi dihilangkan, pemeriksaan daerah perforasi
(visual dan taktil) menunjukkan perforasi sudah tertutup tanpa adanya tanda kebocoran
klinis(bau busuk).

Perawatan endodontik konvensional kemudian dilanjutkan dengan menggunakan teknik crown-


down rotary. Preparasi saluran selesai sampai bur F3. Kalsium hidroksida diaplikasikan di
intrakanal. Obturasi selesai satu bulan kemudian dengan AH 26, dan kondensasi lateral dengan
gutta percha. Restorasinya terdiri dari amalgam post and core dan mahkota logam penuh. Satu
tahun pascaoperasi pasien tidak merasakan adanya keluhan. Dua tahun setelah pengobatan,
pasien tidak merasakan keluhan dan gigi dapat berfungsi secara normal.

Diskusi

Menjaga gigi tetap alami penting untuk fungsi dan estetika. Terapi endodontik dapat digunakan
untuk mencapai tujuan ini. Masalah teknis yang terjadi selama endodontik yaitu pengobatan
perforasi dinding atau dasar kamar pulpa atau saluran akar selama penghilangan karies, selama
preparasi kavitas, kanal dan debridement mekanis. Hal ini secara signifikan dapat mengganggu
prognosis jangka panjang gigi (Breault et al, 2000).

Bahan untuk perbaikan perforasi harus berkontak baik dengan keras jaringan gigi dan jaringan
lunak periodontal. Bahan ini dapat merusak hasil perawatan endodontik dengan efek samping
secara lokal atau sistemik, baik melalui kontak langsung atau karena irigasi bahan kimia ke
jaringan periodontal dan tulang alveolar (Breault et al, 2000).

Dalam laporan kasus ini, light-cured glass ionomer adalah alternatif pilihan pengganti MTA.
Glass ionomer light-cured merupakan partikel kecil, hidrofilik, resin nonaqueous yang
dikombinasikan dengan inisiator cahaya dan serbuk glass. Keuntungan dari bahan ini adalah
tidak larut dalam cairan mulut, adhesif terhadap struktur gigi, kekuatan tinggi, dan bersifat ganda
sebagai obat. Lightcured glass ionomer juga bersifat: penyusutan rendah, ekspansi termal rendah,
dan adanya flouride release seperti glass ionomer biasa (Scherer, Dragoo, 1995; Dragoo, 1997).

Aplikasi klinis light-cured glass ionomer pada: lesi erosif pada pasien geriatri, resin sementasi
pada alat prostodonti cekat, perbaikan porselen, base amalgam, bahan inti, dan restorasi untuk
pasien anak (Scherer, Dragoo, 1995; Dragoo, 1997).

Dragoo (1997) menunjukkan secara klinis dan histologis sifat biokompatibilitas restoratif bahan
ini. Pembentukan epitel dan jaringan ikat karena aplikasi light-cured glass ionomer ini
merupakan kemampuan untuk mengembalikan gigi yang sebelumnya dianggap tidak bisa
dipertahankan (Dragoo, 1997; Stock, NG, 2004). Dragoo (1997) secara klinis dan histologis
menyatakan bahwa light-cured glass ionomer sangat biokompatibilitas untuk jaringan lunak dan
keras. Sebagai manfaat tambahan, fluoride release light-cured glass ionomer dapat
mempengaruhi reaksi biokimia produk bakteri plak melalui perubahan metabolisme karbohidrat
(Scherer, Dragoo, 1995).

Hal ini berbeda dengan MTA yang memiliki setting time panjang dan memerlukan klinisi yang
kompeten. Dari hal tersebut, dokter gigi dapat dengan mudah mengaplikasikan light-cured glass
ionomer ini. Selain itu, penutupan dan ketahanan terhadap kebocoran mikro didapat dari ikatan
kimia bahan di enamel dan dentin (Mount, Hume, 1998). Glass ionomer sebagai bahan gigi
restoratif digunakan untuk perawatan abfraksi, resorpsi akar eksternal, dan perbaikan perforasi
akar (Shuman, 1999, Silveira, Sachez-Ayala, 2008). Berdasarkan sifat biokompatibilitasnya,
light-cured glass ionomer dapat menjadi bahan untuk perawatan perforasi endodontik, terutama
ketika lebih bahan yang cocok seperti MTA tidak tersedia. Secara ekonomis glass ionomer lebih
terjangkau dibanding MTA. Namun, sebaiknya dilakukan penelitian lebih banyak dan lebih
lanjut tentang keberhasilan penggunaan bahan light-cured glass ionomer ini terhadap perawatan
perbaikan perforasi endodontik.

Вам также может понравиться