Вы находитесь на странице: 1из 8

MEKANIKA 101

Volume 11 Nomor 2, Maret 2013

STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI FLUIDA


NANO Al2O3/ETHYLENE GLYCOL PADA CIRCULAR TUBE DI BAWAH
KONDISI FLUKS KALOR KONSTAN

Defri Irawan 1, Budi Kristiawan 2, Eko Prasetyo Budiana 2


1
Program Sarjana Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret

Keywords : Abstract :
Heat transfer coefficient This research was conducted to examine the thermal conductivity and heat
Nanofluids transfer characteristic of Al203/ethylene glycol nanofluid on a circular tube
Particle concentrations heat exchanger under constant heat flux conditions. Al2O3 nanoparticles were
Thermal conductivity dispersed in ethylene glycol as base fluid at three different particles
Al2O3 nano particle concentration of 0,2%, 0,5%, and 1,0% w/v, respectively. A straight
horizontal stainless-steel tube of 1,2 m length, 0,005 m inner diameter and
0,0063 m outer diameter was used as a test section. A nickelin coil heater was
connected to an AC regulated power supply to obtain constant wall heat-flux
boundary condition. The flow rates were adjusted to obtain the Reynolds
number specification from 350 to 700. The result shows that the effective
thermal conductivity increases from its base fluid. The highest enhancement
of thermal conductivity of the observed nanofluids is 5,81% for nanoparticles
concentration of 1,0% w/v. For the same Reynolds number, heat transfer
increases with the increase of the Nusselt number from base fluid to
nanofluids at x/Di = 200 with the highest value of 37,62% for 1,0% w/v. At
the Reynolds number variation, the highest Nusselt number enhancement at
x/Di = 200 reaches 45,52% from Reynolds number 350 to 630 concentration
of 1,0% w/v.

PENDAHULUAN berlian dengan air sebagai fluida dasarnya. Hasil


Latar belakang dilaksanakannya penelitian ini penelitian menunjukkan bahwa viskositas fluida
yaitu berdasarkan perkembangan penukar kalor yang nano meningkat seiring dengan meningkatnya
membutuhkan bentuk kompak namun dengan konsentrasi partikel. Nilai bilangan Reynolds dan
perpindahan kalor yang tinggi. Hal tersebut dapat besar konsentrasi partikel sangat mempengaruhi
dicapai dengan menggunakan fluida kerja yang besarnya nilai koefisien perpindahan kalor, koefisien
memiliki transfer kalor yang baik, dan perpindahan kalor meningkat seiring dengan
perkembangan saat ini adalah dengan menggunakan meningkatnya konsentrasi partikel, nilai bilangan
penambahan partikel nano pada fluida dasar yang Reynolds, dan nilai konduktifitas termal fluida kerja.
digunakan. Hwang et al. (2009) meneliti mengenai aliran
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk dan karakteristik perpindahan kalor konveksi fluida
mengetahui peningkatan nilai konduktifitas termal nano Al2O3/air dibawah kondisi fluks kalor konstan.
pada fluida nano dengan fluida dasar dasar EG pada Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan
penambahan partikel nano Al2O3 dibandingkan partikel nano ke dalam fluida dasar meningkatan
dengan fluida kerja berupa EG murni. Mengetahui koefisien perpindahan kalor seiring dengan
nilai perpindahan kalor dari fluida kerja nano meningkatnya jumlah volume dari partikel nano pada
Al2O3/EG sebagai fluida kerja pada penukar kalor. larutan. Peningkatan mencapai 8% untuk fraksi
Mengetahui pengaruh dari bilangan Reynolds dan volum 0,3% pada rentang bilangan Reynolds yang
variasi konsentrasi partikel terhadap nilai sama.
perpindahan kalor fluida nano pada penukar kalor. Anoop et al. (2009) meneliti mengenai pengaruh
Dan manfaat yang diharapkan yaitu untuk ukuran dan konsentrasi partikel nano pada
Memberikan pengetahuan tambahan mengenai fluida perpindahan kalor konveksi dari fluida nano
kerja transfer kalor yang berupa fluida nano. Fluida Al2O3/air pada aliran laminar dibawah kondisi fluks
kerja transfer kalor fluida nano diharapkan dapat kalor konstan. Hasil penelitian menunjukkan nilai
meningkatkan transfer kalor dari aplikasi alat koefisien perpindahan kalor fluida nano lebih tinggi
penukar kalor. Beberapa artikel yang meneliti dari dibandingkan dengan fluida dasarnya, serta
penggunaan fluida nano akan dibahas pada bagian meningkat seiring dengan meningkatnya bilangan
berikut ini. Reynolds dan konsentrasi dari partikel yang
Torii (2007) meneliti mengenai perpindahan digunakan.
kalor secara konveksi dari suspensi partikel nano
MEKANIKA 102
Volume 11 Nomor 2, Maret 2013

Liu dan Yu (2010) melakukan penelitian posisi 0,2 m (Ts1), 0,4 m (Ts2), 0,6 m (Ts3), 0,8 m
mengenai karakteristik perpindahan kalor fluida (Ts4), dan 1,0 m (Ts5). Kemudian dua termokopel
nano Al2O3/air pada saluran mini dibawah kondisi lain digunakan untuk mengetahui temperatur masuk
fluks kalor konstan. Hasil penelitian menunjukkan dan keluar fluida. Gambar 1 adalah skema dari alat
bahwa koefisien perpindahan kalor dan bilangan yang diguakan.
Nusselt fluida nano lebih tinggi dari fluida dasarnya Partikel nano yang digunakan adalah Al2O3.
dan meningkat seiring dengan meningkatnya Serta menggunakan variasi konsentrasi, dari 0,2
bilangan Reynolds dan laju aliran. Penggunaan hingga 1,0% dari partikel nano pada fluida dasar
fluida nano sebagai fluida kerja transfer kalor dapat ethylene glycol. Untuk mendapatkan fluida nano
dikatakan sangat menjanjikan karena hasil penelitian yang stabil, larutan diaduk menggunakan pengaduk
menunjukkan peningkatan koefisien perpindahan magnetik dan diagitasi dengan menggunakan
kalor yang tinggi. ultrasonic vibrator. Setelah fluida nano didapat,
dilakukan pengujian konduktivitas termal dari fluida
METODOLOGI PENELITIAN nano menggunakan alat Termal Conductivity of
Pada penelitian ini menguji mengenai Liquid and Gases P.A. Hilton LTD tipe H111 untuk
konduktifitas termal dari fluida kerja, kemudian mendapatkan nilai konduktifitas termal dari fluida
mengenai perpindahan kalor yang terjadi pada fluida kerja.
nano dibandingkan dengan fluida dasarnya. Alat Data yang didapatkan dari penelitian ini adalah
yang digunakan terdiri dari saluran uji, pemanas, debit fluida, temperatur masuk dan keluar fluida,
pendingin, serta pengontrol dan pengukur. Saluran serta temperatur dinding luar seksi uji. Dari data
uji terdiri dari pompa, saluran uji, serta penampung. yang didapatkan maka akan didapatkan nilai
Untuk alat pengukur menggunakan thermocouple koefisien perpindahan kalor serta nilai bilangan
reader yang telah terintegrasi untuk temperatur Nusselt dari fluida kerja.
masuk dan keluar fluida, serta temperatur dinding
luar seksi uji. Seksi uji berupa pipa stainless-steel
Fluida Nano
Sifat-sifat fluida nano
sepanjang 1,2 m, dengan diameter dalam 0,005 m
- Densitas Fluida Nano
dan diameter luar 0,0063 m. Untuk mengalirkan
Densitas dapat didefinisikan sebagai massa suatu zat
fluida menggunakan pompa sentrifugal dengan debit
per satuan volume.
dari variasi bilangan Reynolds dari 350 hingga 630.
Untuk mendapatkan fluks kalor konstan digunakan nf = p + (1- )bf (1)
kawat nikelin yang dililitkan pada seksi uji dan Dimana nf adalah densitas fluida nano (kg/m3),
dihubungkan dengan regulator AC yang dapat diatur adalah fraksi volume fluida nano, bf adalah densitas
besar dayanya yang berkisar 45015 Watt. Untuk fluida dasar (kg/m3), p adalah densitas partikel nano
mengurangi kehilangan panas, seluruh seksi uji (kg/m3). Persamaan diatas didapat dari korelasi Pak
dibungkus dengan insulator panas. dan Cho (1998), yang diambil dalam jurnal
Digunakan 5 termokopel untuk mengetahui Duangthongsuk dan Wongwises (2010).
temperatur dinding luar seksi uji yang dipasang pada

Gambar 1. Skema alat penelitian


MEKANIKA 103
Volume 11 Nomor 2, Maret 2013

- Viskositas Menghitung perpindahan kalor insidental, yaitu kalor


Pada penelitian ini, viskositas yang dipakai adalah yang hilang dari elemen listrik alat tetapi bukan dari
viskositas dinamik yang didapatkan dari perhitungan konduksi, namun dari mekanisme lain seperti radiasi
prediksi menggunakan persamaan dari Einstein dan konveksi. Nilai tersebut didapat dengan
(1956) yaitu: persamaan:
(2) = - (8)
Dimana eff adalah viskositas efektif fluida nano, p Setelah nilai didapatkan, maka dibuat grafik
adalah fraksi volume dari partikel, bf adalah
viskositas dinamik fluida dasar antara dengan t. Grafik ini akan menghasilkan
- Kalor spesifik fluida nano persamaan yang akan digunakan selanjutnya untuk
Untuk fluida nano dimana terdapat fraksi volume, menentukan nilai konduktifitas termal dengan
kalor spesifik efektif fluida nano pada tekanan persamaan:
konstan (cp,nf) dapat diestimasikan berdasarkan
korelasi dari Xuan dan Roetzel (2000) sebagai k= (9)
berikut: Dimana knf adalah konduktifitas termal dari fluida
nano (W/m.C), adalah Perpindahan kalor secara
cp,nf = (3) konduksi melalui fluida dasar (Watt), adalah
Dimana cp,nf, cp,bf, cp,p berturut turut adalah kalor Perpindahan kalor secara konduksi melalui fluida
spesifik fluida nano, kalor spesifik fluida dasar, dan nano (Watt), r adalah Jarak rongga dari tabung
kalor spesifik partikel (kJ/kg.K), adalah fraksi dalam dan luar (0,0003 m), A adalah Luas area
volume dari partikel, bf , p , dan nf berturut-turut konduksi (0,0133 m2), T adalah Perbedaan
adalah densitas dari fluida dasar, partikel nano, serta temperatur antara T1 dan T2 (C), = VI, adalah
fluida nano (kg/m3) kalor yang diterima dari elemen (Watt) dari voltase
- Konduktifitas termal dan arus yang didapat pada pengujian.
Dari pengujian konduktifitas termal yang
dilaksanakan, akan didapatkan data berupa voltase, adalah perpindahan kalor insidental (Watt) yaitu
arus serta temperatur inti dan selimut dari seksi uji. seluruh perpindahan kalor yang terjadi dari elemen
Kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari ke inti dari alat selain yang ditransfer melalui
konduksi melewati fluida yang sedang diuji,
besar perpindahan kalor insidental ( ) yang akan meliputi:
digunakan untuk mendapatkan data konduktifitas a. Kalor terkonduksi dari inti ke selubung alat
termal dari fluida nano dengan penambahan partikel b. Kalor teradiasi dari inti ke selubung.
Al2O3 yang belum memiliki data nilai konduktifitas c. Kalor yang hilang ke lingkungan.
termal sebelumnya. Perhitungan dilakukan dengan Konduktifitas termal dari fluida nano divalidasi
langkah sebagai berikut: dengan menggunakan beberapa persamaan empirik
Menentukan temperatur rata-rata dengan yang ada. Pada penelitian ini menggunakan validasi
Persamaan:: dengan korelasi dari Yu dan Choi (1993), Hamilton-
(T1+T2)/2 (4) Crosser (1962), serta pemodelan Bruggeman (1935).
Dimana T1 adalah temperatur plug dari alat, T2 - Validasi menggunakan persamaan Yu dan Choi
adalah temperatur jacket dari alat. (1993)
=VI (5)
knf = kbf , (10)
Beda temperatur dapat dihitung dengan
menggunakan korelasi: Nilai yang biasa digunakan untuk menghitung
T = T1 T2 (6) konduktifitas termal dari fluida nano yaitu 0,1
Menghitung besar kalor yang terkonduksi melalui - Validasi menggunakan persamaan Hamilton-
fluida dalam alat: Crosser (1962)

= (7) knf = kf (11)


Dimana k adalah konduktifitas termal referensi dari
fluida kerja yang dapat dicari dengan interpolasi dari Nilai yang digunakan untuk partikel dengan
data referensi air dan EG sebagai berikut: bentuk bulat (spherical particle) adalah 3
Tabel 1. Data referensi nilai k EG (ASHRAE, 2009) - Validasi menggunakan persamaan Wasp Model
Temperatur ( C ) K (W/m.C) (1977)
30 0,2594
35 0,2597 knf = kw (12)
40 0,2601
45 0,2612
50 0,2614
MEKANIKA 104
Volume 11 Nomor 2, Maret 2013

dimana knf, kp, kw dan adalah konduktivitas pada bagian tersebut. Dari persamaan (17), maka
termal fluida nano, partikel nano, fluida dasar, akan didapat:
fraksi volum fluida nano secara berurutan. dTm = dx (18)
Penentuan fraksi volume
Pada penelitian ini menggunakan variasi Variasi dari Tm terhadap x ditentukan melalui
konsentrasi partikel, untuk dapat diperbandingkan integrasi dari x = 0 ke x, kemudian didapatkan
dengan referensi yang ada, diperlukan konversi persamaan sebagai berikut:
untuk dapat menjadi fraksi volum. Untuk
Tm(x) = Tin + x (19)
menentukan volum dari partikel, menggunakan
persamaan sebagai berikut: Mensubstitusikan persamaan (16) dan (19) kepada
persamaan (15), koefisien perpindahan kalor hnf-x
V= (13)
didapat melalui persamaan berikut:
Dan untuk mendapatkan fraksi volume dari fluida (20)
nano dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
= (14)
Dengan memasukkan temperatur dinding,
temperatur fluida, serta fluks kalor konstan yang
Perpindahan kalor didapat dari pengukuran kedalam persamaan (20),
Langkah perhitungan yang akan dilakukan mula- maka koefisien perpindahan kalor dapat diketahui
mula adalah dengan mencari nilai perpindahan kalor dalam studi ini. Setalah koefisien perpindahan kalor
yang terjadi pada fluida nano. Perhitungan akan dari fluida nano diketahui, serta konduktifitas termal
didefinisikan pada koefisien perpindahan kalor diketahui dari pengujian. Bilangan Nusselt dapat
konvektif lokal dengan persamaan sebagai berikut: diketahui dari persamaan berikut ini:
hnf-x = (15) = (21)
Dimana hnf-x adalah koefisien perpindahan kalor Bilangan Nusselt juga dapat diketahui melalui
lokal dari fluida nano (W/m2K), = ( cp(Tout- persamaan dari Shah untuk aliran laminar dengan
Tin ))/Di L adalah fluks kalor dari seksi uji (W/m2), kondisi fluks kalor konstan yang dapat dilihat dari
Ti,w(x) adalah temperatur dinding dalam tabung (C), Bejan (2004) seperti pada persamaan sebagai
Tm(x) adalah temperatur bulk rata pada posisi x (C), berikut:
Di adalah diameter dalam tabung stainless (m), L
Nu = 1,953 (22)
adalah panjang seksi uji (m), = uAc adalah laju
aliran massa (kg/s), cp adalah kalor spesifik dari untuk 33,3
fluida (kJ/kg.K).
Bilangan Reynolds, Prandtl, dan Peclet dapat
Karena temperatur dinding dalam tidak bisa
didefinisikan sebagai berikut:
diukur secara langsung, nilainya dapat dicari dengan
menggunakan persamaan konduktifitas termal untuk Re = (23)
silinder dari Pak dan Cho (1991) sebagai berikut.

Ti,w(x) = To,w(x) - (16) Pr = (24)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dimana To,w(x) adalah temperatur dinding luar (C),
Konduktifitas termal
q adalah kalor yang disalurkan ke seksi uji (W), ks
Dari hasil penelitian konduktifitas termal dari
adalah konduktifitas termal dari pipa (stainless steel)
fluida nano menggunakan alat Termal Conductivity
(W/m.C), Do adalah diameter luar dari pipa (m), x
of Liquid and Gases P.A. Hilton LTD tipe H111,
adalah posisi longitudinal dari seksi uji dari saluran
akan didapatkan data yang digunakan untuk
masuk (m).
melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai
Temperatur bulk rata-rata Tm(x) pada salah satu
konduktifitas termal dari fluida nano. Nilai
titik pada seksi uji dapat ditentukan dari
perhitungan akan divalidasi menggunakan nilai dari
keseimbangan energi di titik mana saja dari pipa
data referensi untuk fluida dasar dan dengan korelasi
dengan fluks kalor konstan. Untuk dx dari pipa
empirik dari Yu dan Choi, Hamilton Crosser, serta
dengan fluida incompressible dan tekanan diabaikan,
Wasp Model untuk fluida nano. Gambar 2
dapat dituliskan sebagai berikut.
menunjukkan perbandingan dari hasil perhitungan
Dqconv = pdx
dengan data referensi dari fluida dasar EG
= cpdTm (17) (ASHRAE, 2009). Dari hasil didapatkan nilai
Dimana keliling dari pipa adalah p = Di dan dTm konduktifitas termal untuk perhitungan sebesar
adalah temperatur diferensial rata-rata dari fluida 0,2669 W/m.C dan dari data referensi EG sebesar
MEKANIKA 105
Volume 11 Nomor 2, Maret 2013

0,2600 W/m.C. Ketidaksesuaian dari perhitungan


dengan nilai referensi sebesar 2,7%.

Gambar 4. Grafik hubungan Nu dengan posisi axial


untuk fluida dasar
Gambar 2. Perbandingan antara k referensi dengan
perhitungan dari EG Pada gambar 5 menunjukkan hubungan Nu
dengan Re untuk fluida dasar sebagai perbandingan
Grafik 3 menunjukkan nilai konduktifitas termal antara data perpindahan kalor dari data penelitian
dari perhitungan untuk fluida nano dengan nilai dengan hasil perhitungan korelasi empirik yang ada
validasi dari beberapa korelasi empirik yang ada. pada variasi bilangan Reynolds. Dari data yang telah
didapatkan, maka akan dapat diketahui nilai
perpindahan kalor yang terjadi pada fluida nano.

Gambar 3. Grafik hubungan k dari perhitungan


dengan validasi
Gambar 5. Grafik hubungan Nu dengan Re
Dari grafik didapatkan nilai konduktifitas termal untuk fluida dasar
dari perhitungan memiliki nilai yang lebih tinggi dari
data validasi. Dari perhitungan didapatkan Penyimpangan rata-rata nilai aktual Nu dari
ketidaksesuaian sebesar 1,1%, 2,48%, dan 4,92% fluida dasar dengan korelasi Shah sebesar 24,1%
berturut-turut untuk fluida nano 0,2%, 0,5% dan dibawah korelasi Shah. Hal ini sesuai dengan gambar
1,0%. Dari grafik didapatkan bahwa nilai 5 yang menyebutkan bahwa terjadi overpredict dari
perhitungan dan validasi memiliki trend yang sama. korelasi Shah, yang memiliki nilai Nu yang lebih
Perpindahan kalor tinggi dari nilai perhitungan. Trend yang didapat dari
Pada gambar 4 menunjukkan hubungan Nu data perhitungan sesuai dengan korelasi Shah dan
dengan posisi axial untuk fluida dasar. Penelitian ini dari Torii (2007), Murshed et al. (2008), serta
dilakukan pada kondisi laminar di entrance region, Murshed Castro (2011).
pada entrance region laminar nilai Nu semakin Pengaruh konsentrasi partikel nano terhadap
menurun hingga akan mencapai kondisi linear karakteristik perpidahan kalor fluida nano dapat
dengan nilai 4,36 yang terjadi pada wilayah fully dilihat pada grafik 6 yang menunjukkan bahwa
developed. Nilai perhitungan akan dibandingkan konsentrasi partikel dapat mempengaruhi nilai
dengan nilai dari korelasi Shah. Dari perhitungan bilangan Nusselt yang didapat. Dapat dilihat bahwa
didapatkan nilai dibawah nilai dari korelasi Shah, bilangan Nusselt meningkat dari fluida dasar ke
namun data hasil penelitian memiliki nilai trend yang fluida nano, dan peningkatan menjadi linear pada
sama dengan korelasi yang digunakan. Hal ini juga fluida nano seiring bertambahnya jumlah konsentrasi
terjadi pada penelitian oleh Wen dan Ding (2004), partikel nano. Peningkatan nilai bilangan Nusselt
serta Murshed et al. (2008) dari fluida dasar ke fluida nano pada posisi x/D =
200 dengan peningkatan tertinggi sebesar 37,62%
untuk variasi 1,0% w/v. Fenomena peningkatan nilai
perpindahan kalor ini serupa dengan hasil penelitian
MEKANIKA 106
Volume 11 Nomor 2, Maret 2013

dari Anoop et al. (2009) dan Murshed et al. (2008). nilai bilangan Reynolds 350 hingga 630 untuk
Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan variasi konsentrasi partikel Al2O3 1,0% w/v. Dari
nilai konduktifitas termal dari fluida kerja yang dapat gambar 8 juga terjadi trend peningkatan yang sama
mempengaruhi perpindahan kalor dari fluida kerja dengan grafik pada gambar 7.
tersebut.

Gambar 6. Grafik hubungan Nu dengan konsentrasi Gambar 8. Grafik hubungan Nu dengan Re fluida
partikel untuk x/D 200. kerja pada x/D 200
Pada gambar 7 menunjukkan pengaruh bilangan Dari dua grafik didapatkan bahwa nilai Nu akan
Reynolds terhadap karakteristik perpidahan kalor. semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Pengujian karakteristik perpindahan kalor dari fluida nilai bilangan Reynolds dan konsentrasi partikel.
kerja pada penelitian ini dilakukan dengan Fenomena ini serupa dengan penelitian dari Murshed
memvariasikan bilangan Reynolds aliran di pipa et al. (2008), Liu dan Yu (2011), Duangthongsuk dan
serta konsentrasi partikel nano dalam fluida dasar. Wongwises (2010), serta Murshed dan Castro
Pengaruh variasi bilangan Reynolds aliran fluida di (2011). Bilangan Reynolds (Re) didefinisikan
pipa dalam serta pengaruh variasi konsentrasi sebagai perbandingan antara gaya inersia dengan
partikel pada fluida kerja terhadap nilai koefisien gaya kekentalan, di dalam lapis batas kecepatan.
perpindahan kalor dapat dilihat pada gambar 7. Untuk harga Re yang tinggi, gaya inersia akan lebih
Sedangkan perngaruh dari variasi bilangan Reynolds berpengaruh daripada gaya kekentalan. Untuk harga
aliran fluida di pipa dalam serta pengaruh variasi Re yang rendah, gaya kekentalan akan lebih
konsentrasi partikel pada fluida kerja terhadap nilai berpengaruh dari gaya inersia Hal ini akan
perpindahan kalor (dilihat dari nilai Nu) dapat dilihat memperngaruhi tebalnya lapis batas aliran. Apabila
pada gambar 8. Karakteristik perpindahan kalor dari nilai bilangan Reynolds tinggi, lapis batas akan
fluida kerja ini dapat dilihat dari hubungan antara semakin tipis, karena lapis batas dipengaruhi oleh
koefisien perpindahan kalor (h) dengan bilangan gaya inersia yang menekan lapis batas.
Reynolds, sedangkan untuk perpindahan kalor dari Berkurangnya tebal fluida yang memiliki kecepatan
fluida kerja ini dapat dilihat dari hubungan antara rendah akan meningkatkan jumlah fluida
bilangan Nusselt (Nu) dengan bilangan Reynolds berkecepatan tinggi yang pergerakan molekulnya
(Re). akan mempercepat proses penarikan molekul dengan
temperatur lebih tinggi keluar lapis batas dan
mempercepat laju transfer kalor. Variasi konsentrasi
partikel juga akan mempengaruhi besarnya nilai
perpindahan kalor dari fluida, dari penelitian yang
didapatkan, peningkatan perpindahan kalor pada
fluida kerja meningkat dari fluida dasar ke fluida
nano. Hal ini disebabkan adanya peningkatan nilai
konduktifitas termal dari fluida kerja karena
penambahan partikel yang memiliki nilai
konduktifitas termal lebih tinggi dibandingkan
dengan fluida dasarnya. Nilai konduktifitas thermal
Gambar 7. Grafik hubungan koefisien perpindahan mengindikasikan seberapa cepat kalor akan dialirkan
kalor dengan Re fluida kerja pada x/D 200 pada suatu material..

Dari gambar 8 didapat bahwa nilai koefisien KESIMPULAN


perpindahan kalor meningkat seiring peningkatan Berdasarkan analisis data dan pembahasan
mengenai pengujian karakteristik perpindahan kalor
nilai Re dan konsentrasi partikel nano. Pada variasi
nilai bilangan Reynolds, peningkatan nilai Nusselt dari fluida nano Al2O3/Ethylene Glycol pada pipa
tertinggi untuk x/D = 200 mencapai 45,52% dari
MEKANIKA 107
Volume 11 Nomor 2, Maret 2013

mendatar di bawah kondisi fluks kalor yang konstan, = Laju aliran massa (kg/s)
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Nu = Bilangan Nusselt
1. Semakin besar konsentrasi partikel nano Al2O3 Pr = Bilangan Prandtl
yang didispersikan ke dalam fluida dasar EG q = Kalor yang disalurkan (Watt)
maka semakin besar nilai konduktifitas = Perpindahan kalor secara konduksi melalui
termalnya. Nilai konduktifitas termal fluida kerja fluida (Watt)
mengalami peningkatan dari fluida dasar dengan = Perpindahan kalor secara konduksi melalui
peningkatan tertinggi pada variasi 1,0% w/v
sebesar 5,81%. fluida nano (Watt)
2. Penambahan partikel nano pada fluida kerja akan = Kalor yang diterima dari elemen (Watt)
meningkatkan nilai bilangan Nusselt lokal dan = Kalor yang diterima dari elemen pada fluida
koefisien perpindahan kalor pada setiap titik nano (Watt)
pengukuran. Peningkatan nilai bilangan Nusselt = Perpindahan kalor insidental fluida dasar
dari fluida dasar ke fluida nano pada posisi x/D = (Watt)
200 dengan peningkatan tertinggi sebesar 34,75%
= Perpindahan kalor insidental fluida nano
untuk variasi 1,0% w/v. Sedangkan peningkatan
nilai koefisien perpindahan kalor fluida dasar ke (Watt)
fluida nano pada posisi x/D = 200 dengan = Fluks kalor dari seksi uji (W/m2)
peningkatan tertinggi sebesar 45,52% untuk = Fluks kalor konstan (W/m2)
variasi 1,0% w/v. r = Jarak rongga dari tabung dalam dan luar
3. Semakin besar laju aliran massa fluida kerja (0,0003 m)
maka akan meningkatkan nilai koefisien Re = Bilangan Reynolds
perpindahan kalor dan bilangan Nusselt T = Perbedaan temperatur antara T1 dan T2 (C)
Tnf = Perbedaan temperatur antara T1 dan T2 pada
SARAN fluida kerja nano (C)
Berdasarkan analisis data dan pembahasan T1 = Temperatur plug dari alat (C)
mengenai pengujian karakteristik perpindahan kalor T2 = Temperatur jacket dari alat (C)
dari fluida nano Al2O3/Ethylene Glycol pada pipa Te = Temperatur fluida keluar tabung (C)
mendatar di bawah kondisi fluks kalor yang konstan, Ti = Temperatur fluida masuk tabung (C)
menyarankan untuk diadakan pengembangan Ti,w(x) = Temperatur dinding dalam tabung (C)
penelitian dengan modifikasi variasi bilangan Tm = Temperatur rata-rata fluida (C)
Reynolds dengan rentang yang lebih luas, variasi Tm(x) = Temperatur bulk rata pada posisi x (C)
jenis fluida dasar yang digunakan, variasi To,w(x) = Temperatur dinding luar (C)
konsentrasi partikel yang digunakan, serta variasi Ts = Temperatur permukaan dinding (C)
jenis partikel nano yang digunakan. Ts,(x) = Temperatur permukaan dinding pada jarak
x(C)
DAFTAR NOTASI um = Kecepatan ratarata fluida (m/s)
A = Luas area (m2) V =Voltase (Volt)
cp = Kalor spesifik fluida (kJ/kg.K) Vnf = Volume campuran/fluida nano (cm3)
cp,bf = Kalor spesifik fluida dasar (kJ/kg.K) Vp = Volume dari partikel (cm3)
cp,nf = Kalor spesifik fluida nano (kJ/kg.K) W = Berat (kg)
cp,p = Kalor spesifik partikel (kJ/kg.K) w/v = Fraksi massa
D = Diameter dalam pipa (m) x = Posisi longitudinal dari seksi uji dari saluran
Di = Diameter dalam tabung (m) masuk (m)
Do = Diameter luar tabung (m)
h = Koefisien perpindahan kalor konveksi Greek Symbol
(W/m2.C) = Viskositas dinamik (kg/m.s)
hnf-x = Koefisien perpindahan kalor lokal dari bf = Viskositas dinamik fluida dasar (kg/m.s)
fluida nano (W/m2.C) eff = Viskositas efektif fluida nano
hx = Koefisien perpindahan kalor konveksi lokal nf = Viskositas dinamik fluida nano (kg/m.s)
(W/m2.C) = Fraksi volume
I = Arus (ampere) = Fraksi volume dari partikel nano
p
k = Konduktifitas termal fluida(W/m.C)
kbf = Konduktifitas termal dari fluida dasar = Massa jenis fluida (kg/m3)
(W/m.C) bf = Densitas fluida dasar (kg/m3)
knf = Konduktifitas termal dari fluida nano nf = Densitas fluida nano (kg/m3)
(W/m.C) p = Densitas partikel nano (kg/m3)
ks = Konduktifitas termal dari pipa (stainless
steel) (W/m.C)
L = Panjang seksi uji (m)
MEKANIKA 108
Volume 11 Nomor 2, Maret 2013

DAFTAR PUSTAKA Chemical Engineering, Vol. 25, No. 04, pp.


Al-Amayreh, M., 2010, Experimental Study of 613 630.
Termal Conductivity of Ethylene Glycol Xuan, Y. and Roetzel, W., 2000, Conceptions of
Water Mixtures, European Journal of Heat Transfer Correlation of Nanofluids,
Scientific Research, Vol.44 No.2 (2010), International Journal of Heat and Mass
pp.300-313. Transfer, Vol. 43, No. 19, 2000, pp. 3701-
Anoop, K. B., Sundararajan, T. & Das, S. K., 2009, 3707.
Effect of Particle Size on The Convective
Heat Transfer in Nanofluid in Developing
Region, International Journal of Heat and
Mass Transfer, Vol. 52, pp. 21892195.
Cengel, Y.A., 2003, Heat Transfer : A Practical
Approach, 2nd edition, McGrawHill, New
York.
Hilton, P.A., 1994, Experimental Operating and
Maintenance Manual, Termal Conductivity of
Liquids and Gasses Unit H111, P.A. Hilton
LTD.
Hwang, K. S., Jang, S. P. & Choi, S. U. S., 2009,
Flow and Convective Heat Transfer
Characteristics of Water-Based Al2O3
Nanofluids in Fully Developed Laminar Flow
Regime, International Journal of Heat and
Mass Transfer, Vol. 52, pp. 193199.
Incropera, F.P., DeWitt, D.P., 2002, Fundamentals
of Heat and Mass Transfer, 6th Ed, John
Willey and Sons, New York.
Liu, D. & Yu, L., 2011, Single-Phase Thermal
Transport of Nanofluids in a Minichannel,
Journal of Heat Transfer, Vol. 133, 031009-1.
Murshed, S. M. S., Leong, K. C., Yang, C. &
Nguyen N. T., 2008, Convective Heat
Transfer Characteristics of Aqueous Al2O3
Nanofluids Under Laminar Flow Conditions,
International Journal of Nanoscience, Vol. 7,
No.6, pp.325-331.
Murshed, S. M. S. & Nieto de Castro, C. A., 2011,
Forced Convective Heat Transfer of
Nanofluids in Minichannel, in Two Phase
Flow, Phase Change and Numerical
Modeling, Ed., A. Ahsan, Chapter 18, pp.419-
434, INTECH, Vienna.
N. Bozorgan and N. Bozorgan, 2012, Evaluation of
Using Al2O3/EG and TiO2/EG Nanofluids as
Coolants in the Double-tube Heat Exchanger,
Int. J. Adv. Design and Manufacturing
Technology, Vol. 5/ No. 2, pp. 27-34.
Sigmaaldrich.com, 2011, Aluminium oxide
nanopowder, ~13 nm particle size, 99,8%
trace metals basis | Sigma-Aldrich, [online],
(http://www.sigmaaldrich.com/catalog/produc
t/aldrich/718475?lang=en&region=ID).
Torii, S., 2007, Experimental Study on Convective
Heat Transfer of Aqueous Suspension of
Nano-Diamond Particles, Proceedings of
International Symposium on EcoTopia
Science 2007, ISETS07.
Wang, X., Mujumdar, A. S., 2008, A Review on
Nanofluids - Part I: Theoretical and
Numerical Investigations, Brazilian Journal of

Вам также может понравиться