Вы находитесь на странице: 1из 6

Jurnal e-GiGi (eG), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

Gambaran kebersihan gigi dan mulut pada siswa berkebutuhan khusus


di SLB YPAC Manado

1
Christavia J. Motto
2
Christy N. Mintjelungan
3
Shane H. R. Ticoalu

1
Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
3
Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: christavianelwan@yahoo.co.id

Abstract: Oral health is an important part of the overall body health. Children with special
needs are at risk or have chronic physical, developmental, behavioral, or emotional condition,
therefore, they commonly require some assistance in maintaining their cleanliness, especially
the oral hygiene. The indicator degree of oral hygiene in Indonesia is the status of oral hygiene
degree with an average of Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) <1.2 obtained from
summing the number debris index and calculus index. This study was aimed to describe the
dental and oral hygiene in students with special needs at SLB YPAC Manado. This was a
descriptive study with a cross sectional design. Subjects were 36 students, aged 10-28 years,
cooperative, and had letters of consent signed by their parents or proxy parents, obtained by
using total sampling method. Data were analyzed manually and presented in tables, figures,
and percentages, grouped based on their characteristics. The results showed that the students
with special needs in SLB YPAC Manado had an average score of OHI-S of 1.3 with a total
scores of Simplified Debris Index (DI-S) 0.9 and Simplified Calculus Index (CI-S) 0.4 which
belonged to the moderate category.
Keywords: oral hygiene, students with special needs

Abstrak: Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu bagian penting dari kesehatan tubuh
secara keseluruhan. Anak berkebutuhan khusus (ABK) berisiko tinggi atau mempunyai
kondisi kronis secara fisik, perkembangan, perilaku atau emosi sehingga memerlukan bantuan
dalam menjaga kebersihan diri sendiri khususnya kebersihan gigi dan mulut. Indikator derajat
kebersihan gigi dan mulut di Indonesia ialah status derajat kebersihan gigi dan mulut dengan
rerata Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) <1,2 yang didapatkan dari menjumlahkan angka
debris indeks dan kalkulus indeks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
kebersihan gigi dan mulut pada siswa berkebutuhan khusus di SLB YPAC Manado. Jenis
penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Subyek penelitian sebanyak 36 siswa
berusia 10-28 tahun, kooperatif, serta bersedia menjadi responden berdasarkan surat
persetujuan yang ditandatangani oleh orang tua atau wali, diperoleh dengan metode total
sampling. Data diolah secara manual dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar, dan
persentase yang dikelompokkan berdasarkan karakteristiknya. Hasil penelitian menunjukkan
dari 36 siswa berkebutuhan khusus di SLB YPAC Manado didapatkan rerata skor OHI-S 1,3
dengan jumlah skor Debris Index Simplified (DI-S) 0,9 dan skor Calculus Index Simplified
(CI-S) 0,4 yang tergolong pada status kebersihan gigi dan mulut sedang.
Kata kunci: kebersihan gigi dan mulut, siswa berkebutuhan khusus

106
Motto, Mintjelungan, Ticoalu: Gambaran kebersihan gigi dan mulut ...

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah (retardasi mental), tunadaksa (keterbatasan
satu bagian yang tidak dapat dipisahkan pada kondisi fisik atau motorik), tunalaras
dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. (karakteristik anak yang sering membuat
Perawatan gigi dan mulut secara keonaran secara berlebihan), autisme (anak
keseluruhan diawali dari kebersihan gigi dengan kelainan pada ketidakmampuan
dan mulut pada setiap individu. Prevalensi berbahasa), hiperaktif (suatu gejala yang
nasional penyakit gigi dan mulut di diakibatkan oleh faktor kerusakan pada
Indonesia sebesar 23,4%.1 otak, kelainan emosional dan kurang
Salah satu indikator kesehatan gigi dan dengar), anak dengan gangguan pada waktu
mulut yaitu tingkat kebersihan gigi dan belajar (siswa yang sering kali mempunyai
mulut. Hal tersebut dapat dilihat secara prestasi rendah dalam bidang akademik
klinis dari ada tidaknya deposit-deposit tertentu seperti membaca, menulis, dan
organik, seperti pelikel, materi alba, debris, berhitung), serta anak dengan kelainan
kalkulus, dan plak gigi. Plak merupakan perkembangan ganda (tunaganda).7,8
deposit lunak yang membentuk lapisan Individu berkebutuhan khusus memiliki
biofilm dan melekat pada permukaan gigi tingkat kesehatan dan kebersihan gigi dan
dan gusi serta permukaan jaringan keras mulut yang lebih rendah dibandingkan
lainnya dalam rongga mulut.2 Risiko yang dengan individu normal. Tingkat
ditimbulkan akibat kondisi kebersihan gigi pengetahuan tentang menjaga kesehatan
dan mulut yang buruk dapat meningkatkan gigi dan mulut yang rendah menyebabkan
terjadinya karies dan penyakit periodontal.3 tingginya angka karies, kalkulus, dan
Faktor lingkungan, distribusi penduduk debris.9
dan perilaku siswa terhadap kebersihan gigi Saat ini, penelitian tentang status
dan mulut merupakan faktor yang kebersihan gigi dan mulut pada ABK
memengaruhi dalam peningkatan upaya belum banyak dilakukan dikarenakan
kesehatan gigi dan mulut.2 Indikator derajat berbagai alasan misalnya, anak tersebut
kebersihan gigi dan mulut di Indonesia tidak kooperatif. Penelitian ini bertujuan
memiliki status derajat kebersihan gigi dan untuk mendapatkan status kebersihan gigi
mulut dengan rerata Oral Hygiene Index dan mulut pada siswa berkebutuhan khusus
Simplified (OHI_S) <1,2.4 Indikator di SLB YPAC Manado agar dapat
kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) mengetahui pola hidup para siswa serta
didapatkan dari menjumlahkan angka perhatian orang tua dan pendidik dalam
debris indeks dan kalkulus indeks. Indeks membantu menjaga kesehatan gigi dan
OHI-S adalah keadaan kebersihan gigi dan mulut anak-anak tersebut.
mulut dari responden yang dinilai dari
adanya sisa makanan (debris) dan kalkulus BAHAN DAN METODE PENELITIAN
(karang gigi) pada permukaan gigi.5 Jenis penelitian ini ialah deskriptif
Anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan desain potong lintang. Penelitian ini
adalah anak yang berisiko tinggi atau dilaksanakan di SLB YPAC Manado pada
mempunyai kondisi kronis secara fisik, bulan Desember 2016. Populasi yaitu siswa
perkembangan, perilaku, atau emosi.6 Anak berkebutuhan khusus, berusia 10-28 tahun
berkebutuhan khusus merupakan istilah di SLB YPAC Manado berjumlah 36 orang
lain untuk menggantikan kata anak luar yang telah memenuhi kriteria inklusi.
biasa (ALB) yang menandakan adanya Subyek penelitian diperoleh dengan metode
kelainan khusus dan mempunyai total sampling. Instrumen penelitian yaitu
karakteristik yang berbeda antara satu dan diagnostic set (kaca mulut, sonde, pinset
lainnya. Di Indonesia, ABK yang dental), disclosing solution dan formulir
mempunyai gangguan perkembangan pemeriksaan OHI-S. Pengolahan data
antara lain: tunanetra (kehilangan indera dilakukan secara manual dan dikelompok-
penglihatan), tunarungu (keterbatasan pada kan berdasarkan karakteristiknya dalam
pendengaran dan berbicara), tunagrahita bentuk tabel, gambar dan persentase.

107
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

HASIL PENELITIAN Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian


Subjek penelitian berjumlah 36 anak berdasarkan usia
dan dibedakan berdasarkan karakteristik Usia (tahun) n %
jenis kelamin. Jumlah subjek dengan jenis 10-12 19 52,77
kelamin perempuan lebih banyak 13-15 8 22,22
dibandingkan dengan jenis kelamin laki- 16-18 4 11,11
laki (Tabel 1). Yang terbanyak didapatkan 19-21 3 8,33
ialah siswa berusia 10-12 tahun (19 siswa) >21 2 5,6
dan yang paling sedikit berusia >21 tahun Total 36 100
(2 siswa (Tabel 2)). Tabel 3 menunjukkan
karakteristik subjek penelitian berdasarkan Tabel 3. Karakteristik subjek penelitian
jumlah siswa berkebutuhan khusus di SLB berdasarkan jenis kebutuhan khusus
YPAC Manado. Yang terbanyak ialah Jenis kebutuhan n %
subyek tunagrahita (44,5%). khusus
Tunarungu 12 33,33
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian Tunadaksa 8 22,22
berdasarkan jenis kelamin Tunagrahita 16 44,5
Total 36 100
Jenis kelamin Jumlah %
Laki-laki 9 25
Tabel 4 menunjukkan distribusi status
Perempuan 27 75
Total 36 100 kebersihan gigi dan mulut berdasarkan
kebutuhan khusus yang ada di SLB YPAC
Manado.

Tabel 4. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan kebutuhan khusus


Jenis OHI-S
kebutuhan khusus Baik Sedang Buruk Total
n % n % n % n %
Tunarungu 7 58,3 5 41,7 0 0 12 100
Tunadaksa 3 37,5 5 62,5 0 0 8 100
Tunagrahita 3 18,7 13 81,3 0 0 16 100
Total 36 100

Distribusi status kebersihan gigi dan mulut Tabel 5. Distribusi status kebersihan gigi dan
dapat dibedakan berdasarkan kriteria baik, mulut ABK di SLB YPAC Manado
sedang dan buruk berdasarkan OHI-S OHI-S n % Skor
(Tabel 5). Sebagian besar subjek penelitian OHI-S
dengan jumlah 23 orang (63,89%) memiliki Baik 13 36,11 0,9
OHI-S sedang dengan skor 1,7; tidak Sedang 23 63,89 1,7
terdapat subyek dengan kategori buruk. Buruk 0 0 0
Rerata status kebersihan gigi dan mulut Total 36 100 1,3
seluruh subjek penelitian dihitung berdasar-
kan skor OHI-S dengan menjumlahkan BAHASAN
skor DI-S dan CI-S. Dari total 36 subjek Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 5)
penelitian didapatkan rerata skor OHI-S 1,3 dari 36 subjek penelitian didapatkan 13
dengan jumlah skor DI-S=0,9 dan skor CI- subyek (36,11%) dengan tingkat kebersihan
S=0,4, yang tergolong pada status gigi dan mulut baik, 23 subyek (63,89%)
kebersihan gigi dan mulut sedang. dengan kriteria sedang; tidak terdapat
subyek yang tergolong kriteria buruk.

108
Motto, Mintjelungan, Ticoalu: Gambaran kebersihan gigi dan mulut ...

Secara keseluruhan rerata kebersihan mulut tinggi karena rentan terjadi karies dan
tergolong pada kriteria sedang dengan hasil penyakit periodontal dibandingkan dengan
perhitungan OHI-S 1,3. Penelitian serupa anak yang tidak tuna rungu.13
oleh Mawardiyanti10 di SLB Bintoro Suatu pengetahuan dipengaruhi oleh
Jember mendapatkan 15 responden; tidak tingkat pendidikan, banyaknya informasi
terdapat responden dengan kriteria buruk. yang diperoleh, keadaan lingkungan,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman, usia, dan status ekonomi
siswa di SLB YPAC termasuk kategori seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh
baik dalam menjaga kebersihan gigi dan pengetahuan tentang sikap dan tindakan
mulut. seseorang untuk mengaplikasikan informasi
Kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi yang didapatkan untuk diwujudkan dalam
oleh perilaku pemeliharaan kebersihan gigi kehidupan sehari-hari dan menjadi
dan mulut pada masing-masing individu. kebiasaan. Anak tunarungu lebih mudah
Menurut Widi,11 salah satu faktor yang menyerap informasi sebagai pengetahuan
memengaruhi tingkat kebersihan gigi dan dengan cara peragaan atau praktik sehingga
mulut yaitu perilaku. Perilaku dapat lebih mudah memahami informasi apapun
dibentuk dari lingkungan dan juga faktor yang disampaikan dan dapat diwujudkan
genetik. Pembentukan perilaku yang dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan
berasal dari lingkungan dapat berupa teori perilaku yang dikenal dengan konsep
pengalaman yang diperoleh dari K-A-P (Knowledge-Attitude-Practice).14
lingkungan kehidupan sehari-hari, sedang- Perbandingan penelitian yang dilakukan
kan untuk faktor genetik berupa perilaku pada anak retardasi mental (tunagrahita)
yang diturunkan dari orang tua.11 oleh Azzahra et al.15 menunjukkan bahwa
Terdapat beberapa perilaku yang indeks kebersihan rongga mulut pada anak
memengaruhi subjek penelitian seperti retardasi mental berdasarkan jenis kelamin
waktu dan cara menyikat gigi yang benar. diduga berkaitan dengan faktor hormonal.
Menyikat gigi merupakan cara yang umum Anak perempuan lebih cepat mengalami
dianjurkan untuk membersihkan berbagai pendewasaan dan sering mengalami
kotoran yang melekat pada permukaan gigi gangguan keseimbangan hormonal
dan gusi. Menyikat gigi yang benar yaitu sehingga mudah mengalami gangguan
minimal dua kali sehari setiap pagi hari emosional, stress, dan sering mengonsumsi
setelah sarapan dan malam hari sebelum makanan dan minuman yang mengandung
tidur. Hal ini bertujuan untuk membersih- gula di antara jam makan. Makanan dan
kan sisa makanan yang tertinggal pada gigi minuman mengandung gula yang lengket
dan gusi. Perilaku menggosok gigi dapat akan mempermudah perlekatan debris atau
mengurangi terjadinya penyakit gigi seperti sisa makanan.15
karies dan jaringan periodontal.12 Indeks kebersihan rongga mulut pada
Hasil penelitian Widasari13 di Desa anak retardasi mental berdasarkan tingkat
Bintoro Patrang, Balung dan Kaliwates usia diduga berhubungan dengan teori
pada tahun 2014 menunjukkan bahwa anak kognitif menurut Piaget yang menyatakan
tunarungu memiliki kondisi OHI-S yang perkembangan kognitif anak terjadi dalam
lebih rendah daripada anak yang tidak empat tahapan. Masing-masing tahapan
tunarungu. Hal ini disebabkan karena berhubungan dengan usia dan tersusun dari
informasi yang didapatkan oleh anak jalan pikiran yang berbeda-beda. Tahapan
tunarungu, terutama tentang kesehatan gigi Piaget itu merupakan fase sensorimotor,
dan mulut tidak ditangkap secara maksimal pra-operasional, operasional konkret, dan
sehingga membentuk sebuah perilaku yang operasional formal. Kelompok anak usia 8-
keliru yang dapat memengaruhi kebersihan 11 tahun termasuk dalam tahapan
gigi dan mulut. Dalam hal ini, kelompok operasional konkret yaitu anak sudah mulai
anak tunarungu dapat dikategorikan bisa menalar secara logis tentang kejadian-
sebagai kelompok anak dengan risiko kejadian nyata dan mampu mengklasi-

109
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

fikasikan suatu objek ke dalam kelompok Penelitian yang dilakukan sebelumnya


yang berbeda-beda. Kemampuan untuk di lokasi yang sama (SLB YPAC Manado)
menggolong-golongkan sudah ada, tetapi si pada tahun 2011 oleh Putra et al.19 dengan
anak belum bisa memecahkan masalah mengambil sampel penelitian berdasarkan
secara abstrak. Kelompok anak usia 12-15 3 jenis ketunaan memperoleh hasil
tahun termasuk dalam tahapan operasional persentase kebersihan gigi dan mulut yaitu
formal, yaitu anak remaja berpikir secara baik 9 anak (29,03%), sedang 18 anak
lebih abstrak, idealis, dan logis. Jadi dari (58,07%) dan buruk 4 anak (12,90%).
segi kognitif, anak usia 8-15 tahun Dengan mengambil jenis ketunaan pada
sebenarnya sudah mampu memahami dan anak tunadaksa 4 orang, tunagrahita 17
bernalar tentang kebersihan rongga mulut, orang, dan tunarungu 10 orang diperoleh
misalnya seperti menggolongkan menyikat skor 1,7 dengan kategori sedang. Dengan
gigi dua kali dalam sehari tetapi masih melihat hasil penelitian di atas dapat
tidak bisa memecahkannya atau melaku- disimpulkan bahwa tingkat kebersihan gigi
kannya secara ideal. Pedoman level dan mulut pada ABK di SLB YPAC
kebersihan rongga mulut dengan faktor usia Manado mengalami peningkatan. Hal ini
yang biasa digunakan pada anak normal tentunya tidak lepas dari peran serta orang
tidak dapat disamakan dengan anak tua dan guru yang turut membantu siswa
retardasi mental. Pada anak normal usia dalam aktifitas menjaga kebersihan diri
mentalnya sama atau lebih tinggi dari usia sendiri baik di rumah maupun di
kronologisnya. Anak retardasi mental, usia lingkungan sekolah. Namun, peningkatan
mentalnya akan lebih rendah dari usia status kebersihan gigi dan mulut masih
kronologisnya dan keadaan ini akan terus dilakukan agar ke depan hasilnya
memengaruhi perkembangan kemampuan akan lebih baik lagi.19,20
kognitif dan psikomotorik terutama dalam
hal menjaga kebersihan rongga mulut.16,17 SIMPULAN
Berdasarkan teori Blum, status Dari hasil penelitian terhadap siswa
kebersihan rongga mulut seseorang atau berkebutuhan khusus di SLB YPAC
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor Manado dapat disimpulkan bahwa rerata
penting, yaitu: keturunan, lingkungan (fisik status kebersihan gigi dan mulut
maupun sosial budaya), perilaku, dan berdasarkan Oral Hygiene Index Simplified
pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor (OHI-S) tergolong dalam kategori sedang
tersebut, perilaku memegang peranan yang dengan skor 1,3.
penting dalam mempengaruhi status
kebersihan rongga mulut secara langsung. SARAN
Berkaitan dengan teori di atas, maka 1. Dapat dilakukan penelitian status
frekuensi menyikat gigi sebagai bentuk kebersihan gigi dan mulut pada siswa
perilaku akan memengaruhi baik atau berkebutuhan khusus di SLB lainnya
buruknya kebersihan rongga mulut.3,11 untuk menambah usaha promotif dan
Cara terbaik untuk mengeliminasi preventif tentang kesehatan gigi dan
debris dan dental plak ialah menyikat gigi mulut.
dengan sikat gigi manual ataupun sikat gigi 2. Diperlukan perhatian orang tua, tenaga
elektrik. Frekuensi menyikat gigi yang pendidik dan dokter gigi dalam upaya
kurang akan menyebabkan tingginya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada
kemungkinan oral hygiene yang buruk. siswa berkebutuhan khusus dengan cara
Jenis sikat gigi yang digunakan yaitu sikat melakukan pemeriksaan rutin setiap 6
gigi yang umumnya dapat diperoleh di bulan sekali.
supermarket atau toko yang menjual 3. Memberikan pendidikan dan
kebutuhan sehari-hari dengan bulu sikat penyuluhan tentang pentingnya menjaga
yang halus dan sesuai dengan kategori usia kebersihan gigi dan mulut pada siswa
pemakainya. 9,18 yang berkebutuhan khusus.

110
Motto, Mintjelungan, Ticoalu: Gambaran kebersihan gigi dan mulut ...

DAFTAR PUSTAKA Gladak Pakem Kabupaten Jember.


1. Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan JKGI. 2006;10(3):10.
Kesehatan (3rd ed). Jakarta: Salemba 12. Purnomo I, Lestari S. Studi tentang faktor-
Medika, 2013; p. 69-74. faktor yang berhubungan dengan
2. Saryono. Metodologi Penelitian Kesehatan status kesehatan gigi dan mulut siswa
(4th ed). Yogyakarta: Mitra Cendika, SMK Yependa Wiradesa Kabupaten
2011; p. 73-4. Pekalongan. 2013. Available from
3. Anitasari S, Rahayu N. Hubungan frekuensi URL:http://www.journal.unikal.ac.id/i
menyikat gigi dengan tingkat ndex.php/lppm/article/download/263/1
kebersihan gigi dan mulut siswa 99
sekolah dasar negeri di Kecamatan 13. Widasari D. Perbedaan status kesehatan
Palaran Kotamadya Samarinda pada anak tunarungu dengan tidak
Provinsi Kalimantan Timur. Dent J. tunarungu usia 6-12 tahun. UNEJ.
2008;38(2):88. Digital Repository. 2014;11.
4. Kaur M, Jogindra V, Kaur S. Self care 14. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat:
deficits of admitted. patients. Nursing Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta,
and Midwifery Research Journal. 2007; p. 7.
2008;2(1):10-5 15. Azzahra NN, Wasilah S, Aspriyanto D.
5. Nurhidayat O, Eram TP, Wahyono B. Indeks kebersihan rongga mulut pada
Perbandingan media power point anak retardasi mental. Jurnal
dengan flip chart dalam meningkatkan Kedokteran Gigi. 2014;II(1):80.
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. 16. Dewi SRP. Keadaan oral hygiene pada anak
Unnes J Pub Health. 2012;1(1):32-5. cacat mental berdasarkan tingkat IQ
6. Chamidah AN. Pendidikan inklusif untuk [Skripsi]. Medan: Fakultas Kedokteran
anak dengan kebutuhan khusus. Jurnal Gigi Universitas Sumatera Utara; 2003
Pendidikan Khusus. 2010;7(2):1-5. 17. Santrock JW. Psikologi Pendidikan (2nd
7. Kosasih E. Cara Bijak Memahami Anak ed). Jakarta: Kencana, 2007; p. 46-56.
Berkebutuhan Khusus. Bandung: 18. Rodelo JJV, Solis CEM, Maupome G,
Yrama Widya, 2012; p. 1. Sanchez AAV, Rojo LL, Viedas
8. Delphi B. Pembelajaran Anak Tunagrahita. MVPL. Socioeconomic and
Bandung: Refika Aditama, 2006; p. 2. sociodemographic variables associated
9. Jain M, Marthur A, Sawla L, Choudhary with oral hygiene status in Mexican
G, Kabra K, Duraiswamy P. Oral school children aged 6 to 12 years. J
health status of mentally disabled Periodontal. 2007; 78(5):819.
subjects in India. J Oral Sci. 19. Putra N, Kandou J, Leman MA.
2009;51(3):333-40. Gambaran kebersihan gigi dan mulut
10. Mawardiyanti NS. Status kebersihan gigi pada anak cacat di SLB YPAC
dan mulut serta karies pada anak Manado [Skripsi]. Manado:
berkebutuhan khusus di SLB Bintoro Universitas Sam Ratulangi; 2011.
Jember [Skripsi]. Jember: Universitas 20. Wowor VE. Hubungan antara status
Jember; 2012. kebersihan mulut dengan status karies
11. Widi ER. Hubungan perilaku siswa Sekolah Menengah Atas Negeri
membersihkan gigi terhadap tingkat 1 Manado [Skripsi]. Manado:
kebersihan mulut siswa sekolah dasar Universitas Sam Ratulangi; 2013.
negeri wilayah kerja Puskesmas

111

Вам также может понравиться