Вы находитесь на странице: 1из 18

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

MODEL DAN TEORI KEPERAWATAN

Disusun Oleh : KELOMPOK I

1. Saudah
2. Rissa Alhusna
3. Sahriah
4. Abdurrahman Alhusaini
5. Risky. Y. Tawaluyan
6. Muhammad Fajerin
7. Mahyuti

AKADEMI KEPERAWATAN INTAN MARTAPURA


TAHUN AJARAN 2017 / 2018
1. Callista Roy
A. Model Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy sebagai penerima asuhan keperawatan adalah
individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai Holistic adaptif system
dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan
untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.
System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik.
1) Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon,
dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu :
Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya
segera, misalnya infeksi.
Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur
dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana
dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi
sosial.
Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang
ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada
yang tidak.

2) Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan
subsistem.
- Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.
Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah
kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem
dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
- Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output
dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator
subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam
memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat.
Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan
kasih sayang.
Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator subsistem
diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi
dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping.
Penggunaan mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi
seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif. Untuk
subsistem kognator, Roy tidak membatasi konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka
untuk melakukan riset tentang proses kontrol dari subsitem kognator sebagai
pengembangan dari konsep adaptasi Roy.
Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem
adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a) Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis
tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu:
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transpor gas.
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan
fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri.
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
5. Proteksi/perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan
struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
b) Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik
pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini
berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering
terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang
kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik
dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut
merupakan hal yang berat dalam area ini.
c) Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan
tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat
sesuai kedudukannya.
d) Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang,
perhatian dan saling menghargai.Interdependensi yaitu keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

3) Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang
tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup,
perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif
perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.

B. Paradigma Keperawatan
Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : 1) Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan 2) Konsep lingkungan 3) Konsep sehat dan 4) Keperawatan. Dimana antara
keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu
sistem.
1) Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang
menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat, yang dipandang sebagai Holistic Adaptif System. Dimana Holistic
Adaptif System ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
2) Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari
lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah Semua kondisi,
keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku individu dan kelompok. Dalam hal ini Roy menekankan
agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau
meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.

3) Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah A State and a process of being and becoming
an integrated and whole person. Integritas individu dapat ditunjukkan dengan
kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan mastery. Asuhan
keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu
dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.

4) Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy
adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu,
dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses
kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal dengan
damai.Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal,
kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada
stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.

2. JEAN ORLANDO
Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan menurut Orlando, keperawatan
bersifat unik dan independent karena berhubungan langsung dengan kebutuhan pasien yang
harus dibantu, nyata atau potensial serta pada situasi langsung. Teori Orlando berfokus pada
pasien sebagai individu, artinya masing masing orang berada pada situasi yang berbeda.
Orlando mendefinisikan kebutuhan sebagai permintaan/kebutuhan pasien dimana bila
disuplai, dikurangi, atau menurunkan distress secara langsung atau bahkan meningkatkan
perasaan tercukupi/wellbeing.
Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan
perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Perawat sebagai
orang pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses
keperawatan serta hal-hal kritis penting dari partisipasi pasien dalam proses keperawatan.
Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang .
Ketika perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam
merawat pasien, orlando menyebutnya sebagai nursing procces discipline. Hal ini
merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat
pasien.
Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi
perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegeraan, disiplin
proses keperawatan serta kemajuan:
1. Tanggung jawab perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam
mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan
pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran
profesionalnya, aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat
secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien.
Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang
dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus
pada aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya.
2. Mengenal perilaku pasien
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien
maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
3. Reaksi segera
Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi
segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu
pasien , berfikir dan merasakan.
4. Disiplin proses keperawatan
Menurut George (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan
sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang
terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi
perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi
kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat.
5. Kemajuan / peningkatan
Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin proses keperawatan dalam nursing
procces theory dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin
proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera,
mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan
untuk validasi atau perbaikan. Disiplin proses keperawatan didasarkan pada proses
bagaimana seseorang bertindak. Tujuan dari proses disiplin ketika digunakan antara
perawat dan pasien adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien. Peningkatan
perilaku pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan sebagai hasil yang
diharapkan.
1. Perilaku Pasien
2. Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perilaku pasien . seluruh
perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi
yang membutuhkan pertolongan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi
gawat harus dipahami. Orlando menekankan hal ini pada prinsip pertamanya Dengan
diketahuinya perilaku pasien , atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut
menunjukkan pasien membutuhkan suatu bantuan. Perilaku pasien dapat verbal dan
non verbal. Inkonsistensi antara dua perilaku ini dapat dijadikan faktor kesiapan
perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal yang menunjukkan
perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain
sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas
motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya. Walaupun
seluruh perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak
dikomunikasikan dapat menimbulkan masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak
efektifnya perilaku pasien merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-
pasien, ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang diperlukan
perawat, atau reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian masalah
tidak efektifnya perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat
harus dirancang untuk menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan
yang emergency.

3. Reaksi Perawat

Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat , reaksi ini terdiri dari 3 bagian
yaitu pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara
otomatis, dan ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh
perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri
kemudian memberikan perhatian Persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara
otomatis dan hampir simultan. Oleh karena itu perawat harus belajar mengidentifikasi
setiap bagian dari reaksinya. Hal ini akan membantu dalam menganalisis reaksi yang
menentukan mengapa ia berespon demikian. Perawat harus dapat menggunakan
reaksinya untuk tujuan membantu pasien.
Displin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat membagi reaksinya
dengan pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam hal
berbagi beberapa observasi dilakukan dan dieksplorasi dengan pasien adalah penting
untuk memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak dapat
dipenuhi oleh pasien pada waktu itu.
Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat
dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu :
a) Perawat harus menemuinya dan konsisten terhadap apa yang dikatakannya dan
mengatakan perilaku nonverbalnya kepada pasien
b) Perawat harus dapat mengkomunikasikannya dengan jelas terhadap apa yang akan
diekspresikannya
c) Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau
klarifikasi.
4. Tindakan Perawat
Setelah memvalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien,
perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando
menyatakan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perawat dengan atau untuk
kebaikan pasien adalah merupakan suatu tidakan profesional perawatan. Perawat harus
menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien.
Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan menurut Orlando yaitu perawat harus
mengawali dengan mengekplorasi untuk memastikan bagaimana mempengaruhi pasien
melalui tindakan atau kata-katanya.
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan
terencana. Hanya tindakan terencana yang memenuhi fungsi profesional perawat.
Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak,
misalnya tindakan pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria
tindakan keperawatan yang direncanakan:
1. Tindakan merupakan hasil dari indentifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi
reaksi perawat terhadap perilaku pasien.
2. Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi
kebituhan pasien.
3. Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap
4. Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien
ketika melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh
tindakan otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan
perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi
perawat

5. Fungsi Profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam
menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya
perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivitas termasuk profesional
jika aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan
pasien.
Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku
pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien
dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya
dengan pasien, meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten
dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, dan perawat
mengunjungi pasien untuk memvalidasi reaksinya. Membagi reaksinya oleh perawat
membantu pasien untuk menggunakan proses yang sama agar lebih efektif perlu
komunikasinya. Selajutnya tindakan yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan
adalah saling menguntungkan antar pasien dan perawat. Setelah perawat bertindak,
perawat segera katakan kepada pasien jika tindakannya berhasil interaksi. Secara
keseluruhan interaksi , perawat meyakinkan bahwa perawat bebas terhadap stimulasi
tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien.
A. Paradigma Keperawatan Menurut Jean Orlando
Asumsi Orlando terhadap metaparadigma keperawatan hampir seluruhnya
terkandung dalam teorinya. Sama dengan teori-teori keperawatan pendahulunya asumsinya
tidak spesifik, namun demikian Schmieding (1993) mendapatkan dari tulisan Orlando
mengenai empat area yang ditekuninya :
1. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang
didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu
membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu
merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan
membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang disiplin proses keperawatan
mengandung elemen dasar, yaitu perilaku pasien, reaksi perawat dan tindakan
perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien. Asumsi lain Orlando adalah bahwa
perawat harus menurunkan ketidaknyamanan baik fisik maupun mental pasien serta
tidak boleh menyebabkan pasien distress.

2. Manusia
Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang
dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan bantuan,
dan akan mengalami distress jika mereka tidak dapat memenuhinya. Hal ini dijadikan
dasar pernyataan bahwa perawat profesional harus berhubungan dengan seseorang
yang tidak dapat menemukan sendiri kebutuhan mereka untuk dibantu. Dia juga
menyatakan bahwa masing masing pasien unik dan perawat profesional dapat
mengenali perilaku yang sama pada pasien yang berbeda dimana tiap pasien
memberikan tanda perbedaan kebutuhan.

3. Sehat
Orlando tidak mendefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari
ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi
terhadap sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya
berkontribusi terhadap sehat.

4. Lingkungan
Orlando juga tidak mendefinisikan lingkungan. Dia berasumsi bahwa lingkungan
merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan
antara perawat-pasien mempersepsikan, berfikir, merasakan dan bertindak dalam
situasi yang bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan
therapeutik dalam mencapai tujuannya, perawat perlu mengobservasi perilaku pasien
untuk mengetahui tanda-tanda distress.

B. Perbandingan Disiplin Proses Keperawatan Orlando dengan Proses Keperawatan


Sebenarnya pada umumnya kedua proses tersebut memiliki karakteristik yang sama,
sebagai contoh keduanya bersifat interpersonal dan membutuhkan interaksi antara pasien
dan perawat. Kedua proses tersebut juga melihat pasien sebagai total person/individu
secara keseluruhan, termasuk proses penyakit atau bagian bagian tubuh. Orlando tidak
menggunakan istilah holistic namun dia mendeskripsikannya dengan menggunakan
pendekatan holistik.
Ada beberapa perbedaan antara disiplin proses keperawatan Orlando dengan proses
keperawatan, antara lain :
A. Assesment
1. Tahap pengkajian pada proses keperawatan sesuai dengan reaksi perawat terhadap
perilaku pasien pada disiplin proses Orlando. Perilaku pasien merupakan inisiasi
untuk melakukan pengkajian
2. Pengumpulan data menurut Orlando hanya meliputi informasi yang relevan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien yang perlu dibantu
3. Orlando mendefinisikan observasi sebagai beberapa informasi yang menyangkut
pasien dimana perawat memperolehnya ketika dia melakukan pekerjannya
4. Reaksi perawat dari disiplin proses Orlando merupakan beberapa komponen
untuk menganalisa proses keperawatan.
5. Produk dari analisis terhadap proses keperawatan disebut sebagai diagnosa
keperawatan. Eksplorasi reaksi perawat dengan pasien dari disiplin proses
Orlando mengarahkan pada proses identifikasi kebutuhan perawat untuk
membantu pasien
6. Orlando sepakat dengan interaksi antara perawat pasien secara langsung hanya
satu kebutuhan pada satu waktu

B. Planning
1. Tahap planning/perencanaan pada proses keperawatan meliputi penulisan tujuan
dan sasaran serta memutuskan tindakan keperawatan yang sesuai
2. Tujuan perencanaan Orlando selalu berusaha untuk mengurangi atau menurunkan
kebutuhan pasien untuk minta bantuan : sasaran berkaitan dengan usaha
peningkatan perilaku pasien
3. Pada Proses keperawatan, partisipasi terjadi paling banyak pada penyusunan
tujuan, sedangkan proses disiplin Orlando melihat pasien sebagai partisipan aktif
untuk menentukan tindakan keperawatan yang actual
C. Implementation
Implementasi meliputi seleksi akhir dan melaksanakan rencana tindakan.
Merupakan tahap reaksi perawat dari disiplin proses Orlando.
Proses keperawatan mengharapkan perawat untuk mempertimbangkan semua
dampak yang mungkin terjadi atas tindakan terhadap pasien, sedangkan disiplin
proses Orlando hanya berkaitan dengan efektifitas suatu tindakan untuk mengurangi
kebutuhan pertolongan secara langsung
D. Evaluation
Evaluasi pada kedua proses berdasar pada kriteria objective. Pada proses
keperawatan, evaluasi menanyakan apakah ditemukan perubahan tingkah laku secara
objective, namun pada disiplin proses Orlando perawat mengobservasi perilaku
pasien untuk melihat apakah pasien tersebut butuh untuk dibantu.Kegagalan didalam
mengevaluasi dapat menyebabkan tindakan yang inefektif seperti kegagalan dalam
menemukan kebutuhan pasien dan meningkatkan biaya serta bahan perawatan.

3. VIRGINIA HENDERSON
A. Definisi Keperawatan Menurut Virginia Henderson
Virginia Henderson memperkenalkan definition of nursing (definisi keperawatan). Ia
menyatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip keseimbangan
fisiologis. Definisi ini dipengaruhi oleh persahabatan dengan seorang ahli fisiologis bernama
Stackpole. Henderson sendiri kemudian mengemukakan sebuah definisi keperawatan yang
ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya tugas unik perawat adalah membantu individu baik
dalam keadaan sehat maupun sakit, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna
mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai,
yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan,
kemauan atau pengetahuan untuk itu (tugas perawat). Di samping itu, Henderson juga
mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan The Activities of
Living. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu
dengan meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya
secara mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi perawat tetap menyampaikan
rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.

B. Model Keperawatan Menurut Virginia Henderson


Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang penting yang telah memberi
pengaruh besar pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. Ia membuat model
konseptualnya pada awal 1960-an, ketika profesi keperawatan mulai mencari identitasnya
sendiri. Masalah intinya adalah apakah perawat cukup berbeda dari profesi lain dalam
layanan kesehatan dalam hal kinerja?. Pertanyaan ini merupakan hal yang penting sampai
1950-an, perawat lebih sering melakuakan instruksi dokter. Virginia Henderson adalah
orang pertama yang mencarifungsi unik dalam keperawatan. Pada saat ia menulis pada
1960-an ia dipengaruhi oleh aspek negatif dan positif dari praktik keperawatan pada masa
itu. Hal tersebut mencakup:
a) Authoritarian dan struktur hierarki di rumahsakit
b) Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi fisik semata.
c) Fakta bahwa mempertahankan kontak pribadi dengan pasien merupakan hal yang tidak
mungkin dilakukan pada masa itu.
d) Adanya keanekaragaman pengalaman yang ia miliki selama karier keperawatannya di
Amerika Serikat di berbagai bidang layanan kesehatan.
Selain keinginan untuk menemukan fungsi unik dari keperawatan, perubahan sosial tidak
diragukan lagi untuk memainkan peranan besar dalam perkembangan pandangan dan ide-
idenya. Sebagai contoh, bukanlah suatu kebetulan bahwa ilmu perilaku memiliki pengaruh
besar pada pandangan dan pendapat kita tentang masyarakat pada tahun 1960-an. Oleh
karena itu, inisiatifnya diarahkan untuk memberikan perhatian yang lebih pada aspek-aspek
psikososial dari perawatan pasien. Virginia Henderson diminta untuk mempublikasikan
model konseptual oleh International Council of Nurses (ICN).
Konstribusi penting oleh Henderson (1966) adalah definisi keperawatan berikut yang saat
ini menjadi definisi yang sudah diterima secara umum : Fungsi unik dari keperawatan
adalah untuk membantu individu sehat atau sakit, dalam hal memberikan kesehatan atau
pemulihan (kematian yang damai) yang dapat dilakukan tanpa bantuan jika ia memiliki
kekuatan, kemauan atau pengetahuan. Dan melakukannya dengan cara tersebut dapat
membantunya mendapatkan kemandirian secepat mungkin. Henderson sangat dipengaruhi
Edward Thorndyke, yang banyak melakukan penelitian dalam bidang kebutuhan manusia.
Berdasarkan teori-teori Thorndyke dan definisinya sendiri tentang keperawatan, Henderson
memberi tugas keperawatan menjadi empatbelas tugas yang berusaha untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Pembagian asuhan keperawatan menjadi empatbelas kebutuhan manusia
ini menjadi pilar dari model keperawatannya. Ia menyatakan bahwa :
1. Perawat harus selalu mengakui bahwa terdapat pola kebutuhan pasien yang harus
dipenuhi.
2. Perawat harus selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi pasien sebanyak
mungkin.
Sayangnya, tidak selalu memungkinkan bagi seseorang untuk menempatkan diri pada
posisi pasien, dan kalaupun memungkinkan hal tersebut tidak selalu pas. Pada situasi ini
kebutuhan pasien sulit untuk dipenuhi. Ketika Henderson berbicara mengenai kebutuhan, ia
merujuk pada semua kebutuhan dasar dari setiap manusia. Agar perawat dapat membantu
pasien memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, diperlukan asuhan keperawatan dasar. Oleh
karena itu, Henderson menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan dasar ada pada setiap
situasi keperawatan. Situasi tersebut sebagai contoh adalah :
a) Rumah sakit Umum
b) Rumah sakit Jiwa
c) Institusi untuk penderita cacat mental
d) Rumah perawatan
e) Perawatan di rumah
Jadi menurut Hendeson, lapangan kerja perawat tidak terbatas hanya di rumahsakit umum.
Henderson juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan. Dalam modelnya ia
menggambarkan rencana keperawatan, metode eskematik untuk pengawasan asuhan.
Perencanaan yang cermat akan mengklarifikasi hal-hal berikut :
a. Urutan aktifitas yang harus dilakukan.
b. Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan
c. Perubahan-perubahan yang harus dibuat

C. Hubungan Model Keperawatan dengan Paradigma Keperawatan


a. Manusia Individu sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, jiwa dan raga adalah satu
kesatuan. Lebih lanjut lagi, individu dan keluarganya dipandang sebagai unit tunggal.
Setiap manusia harus berupaya untuk mempertahankan keseimbangan fisiologi dan
emosional.
b. Lingkungan Henderson mendefinisikan lingkungan sebagai seluruh faktor eksternal dan
kondisi yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
c. Sehat dan sakit
Sehat adalah kualitas hidup tertentu yang oleh Henderson dihubungkan dengan
kemandirian. Karakteristik utama dari sakit adalah ketergantungan dan berbagai tingkat
inkapasitas individu (pasien) untuk memuaskan kebutuhan manusianya. Menganggap
bahwa sehat adalah kemandirian dan sakit adalah ketergantungan dapat dipandang
sebagai simplifikasi. Dapat juga dikatakan bahwa sakit adalah keterbatasan kemandirian.
d. Keperawatan
Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu, baik apakah ia sakit
atau sehat, dalam peran tambahan atau peran pendukung. Tujuan dari keperawatan adalah
untuk membantu individu memperoleh kembali kemandiriannya sesegera mungkin.
Namun demikian, keputusan Henderson untuk meningkatkan kemandirian dan hanya
melakukan sesuatu untuk pasien, jika ia tidak dapat melakukannya maka sendiri tidak
disetujui oleh profesi sebagai prinsip dasar asuhan keperawatan sebelum Henderson
menjelaskan lebih lanjut.

D. Konsep Utama Teori Virginia Henderson

A. MANUSIA.

Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih
kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian.
Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan
komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

Bernafas secara normal.


Makan dan minum dengan cukup.
Membuang kotoran tubuh.
Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
Tidur dan istirahat.
Memilih pakaian yang sesuai.
Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan
mengubah lingkungan.
Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen.
Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.
Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa
takut atau pendapat.
Beribadah sesuai dengan keyakinan.
Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang
tersedia.
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi
empat kategori, yaitu komponen komponen kebutuhan biologis, psikologis,
sosiologis dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1 9 termasuk komponen
kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan psikologis.
Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk
komponen kebutuhan sosiologis.

Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga,
mereka merupakan satu kesatuan (unit).

Вам также может понравиться