Вы находитесь на странице: 1из 21

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya dan dilaksanakan dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini para penulis ingin mengucapkan banyak


terima kasih kepada Dra. Mardiningsih. M.Pd yang telah memberikan tugas ini
kepada kami, serta semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas
makalah artikel konseptual ini, seperti teman-teman, dosen pembimbing, dan
kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk
keberhasilan kami.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan
penulis sepenuhnya memahami dan menyadari dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun penyusunannya untuk itu
kritik dan saran dari pembaca diharapkan dari penyusunan tugas akhir lebih lanjut.

Pasuruan, November 2017

Penyusun
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ............................................... 3
1.3. Tujuan ....................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Artikel Konseptual ....................... 4
2.2. Cara Penenyusunan Artikel Konseptual ........... 4
2.2.1. Judul ........................................................... 4
2.2.2. Nama Penulis ................................... 5
2.2.3. Abstrak dan Kata Kunci ....................... 5
2.2.4. Pendahuluan ............................................... 6
2.2.5. Bagian Inti ............................................... 7
2.2.6. Penutup atau Simpulan ....................... 8
2.2.7. Daftar Rujukan ................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan ........................................................... 10
3.2. Saran ...................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 11
LAMPIRAN ....................................................................... 12
3

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi melalui kreativitas dan
skeptisisme, keterbukaan pada kontribusi ilmu baru, serta kegigihan dalam
mempertanyakan kontribusi yang diberikan dan konsensus keilmuan yang
berlaku. Perkembangan teknologi tentunya juga mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan secara berarti. Dalam dunia informasi
ada berbagai macam bentuk penyampian informasi berita. Salah satu
contonya adalah artikel. Artikel itu sendiri memiliki banyak macam
jenisnya.

Masuknya hasil penelitian yang merupakan pengetahuan individu


ke dalam lingkup pengetahuan konseptual, terjadi setelah hasil penelitian
dipresentasikan atau dikomunikasikan dengan cara tertentu sehingga dapat
dinilai kebenarannya. Cara yang efektif dan dijadikan standar dalam
mempresentasikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian adalah dengan
cara ditulis dalam bentuk artikel (paper ) konseptual, dan dipublikasikan
pada majalah / jurnal konseptual yang di review.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apa pengertian artikel konseptual ?
2) Bagaimana cara penenyusunan artikel konseptual ?

1.3. Tujuan
1) Mengetahui apa yang di maksud dengan artikel konseptual
2) Mengetahui penenyusunan artikel konseptual
3) Membatu para penulis agar memahami prosedur penlisan artikel
konseptual
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Artikel Konseptual


Artikel konseptual adalah hasil pemikiran penulis atas suatu permasalahan,
yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dalam upaya untuk menghasilkan artikel
jenis ini penulis terlebih dahulu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan
permasalahannya, baik yang sejalan maupun yang bertentangan dengan apa yang
dipikirkan oleh penulis. Sumber-sumber yang dianjurkan untuk dirujuk dalam
rangka menghasilkan artikel konseptual adalah juga artikel-artikel konseptual
yang relevan, hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping teori-teori yang dapat
digali dari buku-buku teks.
Bagian paling vital dari artikel konseptual adalah pendapat atau pendirian
penulis tentang hal yang dibahas, yang dikembangkan dari analisis terhadap
pikiranpikiran mengenai masalah yang sama yang telah dipublikasikan
sebelumnya. Jadi, artikel konseptual bukanlah sekedar kolase cuplikan-cuplikan
dari sejumlah artikel, apalagi pemindahan tulisan dari sejumlah sumber, tetapi
hasil pemikiran analitis dan kritis penulisnya.

2.2. Cara Menyusun Artikel Koseptual


Artikel konseptual biasanya terdiri dari beberapa unsur pokok, yaitu judul,
nama penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, bagian inti atau pembahasan,
dan daftar rujukan. Uraian singkat tentang unsur-unsur tersebut disampaikan di
bawah ini.

2.2.1 Judul
Judul artikel konseptual hendaknya mencerminkan dengan tepat
masalah yang dibahas. Pilihan kata-kata harus tepat, mengandung unsur-
unsur utama masalah, jelas dan setelah disusun dalam bentuk judul harus
memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi pembaca. Judul dapat ditulis
dalam bentuk kalimat berita atau kalimat tanya. Salah satu ciri penting
judul artikel konseptual adalah "provokatif", dalam arti merangsang
5

pembaca untuk membaca artikel yang bersangkutan. Hal ini penting


karena artikel konseptual pada dasarnya bertujuan untuk membuka
wacana diskusi, argumentasi, analisis dan sintesis pendapat-pendapat
para ahli atau pemerhati bidang tertentu. Perhatikan juduljudul artikel di
bawah ini, dan lakukan evaluasi terhadap judul-judul tersebut untuk
melihat apakah kriteria yang disebutkan di atas terpenuhi.
Membangun Teori melalui Pendekatan Kualitatif (Forum Penelitian
Kependidikan Tahun 7, No. 1)
Repelita IV: A Cautious Development Plan for Steady Growth
(Kaleidoscope International Vol. IX NO 1)
Interpreting Student's and Teacher's Discourse in Science Classes:
An Underestimated problem? (Journal of Research in Science Teaching
Vol. 33,No.2)
Contoh-contoh judul di atas tercermin ciri-ciri yang diharapkan
ditunjukkan oleh artikel konseptual seperti provokatif, argumentatif, dan
analitik.

2.2.2 Nama Penulis


Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau
gelar profesional yang lain. Jika dikehendaki gelar kebangsawanan atau
keagamaan boleh disertakan. Nama lembaga tempat penulis bekerja
ditulis sebagai catatan kaki di halaman pertama. Jika penulis lebih dari
dua orang, hanya nama penulis utama saja yang dicantumkan disertai
tambahan dkk. Nama penulis lain ditulis dalam catatan kaki atau di
tempat lain jika tempat catatan kaki tidak mencukupi.

2.2.3 Abstrak dan Kata Kunci


Abstrak artikel konseptual adalah ringkasan dari isi artikel yang
dituangkan secara padat; bukan komentar atau pengantar penulis. Panjang
abstrak biasanya 50-75 kata yang disusun dalam satu paragraf, diketik
dengan spasi tunggal. Format lebih sempit dari teks utama (margin kanan
dan kiri menjorok masuk beberapa ketukan. Dengan membaca abstrak
6

diharapkan (calon) pembaca segera memperoleh gambaran umum dari


masalah yang dibahas di dalam artikel. Ciri-ciri umum artikel konseptual
seperti kritis dan provokatif hendaknya juga sudah terlihat di dalam
abstrak ini, sehingga (calon) pembaca tertarik untuk meneruskan
pembacaannya.
Abstrak hendaknya juga disertai dengan 3-5 kata kunci, yaitu
istilah-istilah yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang
terkait dengan ranah permasalahan yang dibahas dalam artikel. Jika dapat
diperoleh, kata-kata kunci hendaknya diambil dari bidang ilmu terkait.
Perlu dicatat bahwa kata-kata kunci tidak hanya dapat dipetik dari judul
artikel, tetapi juga dari tubuh artikel walaupun ide-ide atau konsep-
konsep yang diwakili tidak secara eksplisit dinyatakan atau dipaparkan di
dalam judul atau tubuh artikel.

2.2.4 Pendahuluan
Bagian ini menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian
pembaca dan memberikan acuan (konteks) bagi permasalahan yang akan
dibahas, misalnya dengan menonjolkan hal-hal yang kontroversial atau
belum tuntas dalam pembahasan permasalahan terkait dalam artikel-
artikel atau naskah-naskah lain yang telah dipublikasikan terdahulu.
Bagian pendahuluan ini hendaknya diakhiri dengan rumusan singkat (1-2
kalimat) tentang hal-hal pokok yang akan dibahas dan tujuan
pembahasan Seperti tiga segmen bagian pendahuluan dalam contoh di
bawah ini.
Partisipasi masyarakat merupakan unsur yang penting sekali bagi
keberhasilan program pendidikan. Catatan sejarah pendidikan di
negara-negara maju dan dikelompok-kelompok masyarakat yang telah
berkembang kegiatan pendidikannya menunjukkan bahwa keadaan dunia
pendidikan mereka sekarang ini telah dicapai dengan partisipasi
masyarakat yang sangat signifikan di dalam berbagai bentuk. Di
Amerika Serikat dalam tingkatan pendidikan tinggi dikenal apa yang
disebut "Land grant universities." dst.
7

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli yang


berkaitan dengan menurunnya partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pendidikan. Sebagian ahli berpendapat bahwa sistem
politik yang kurang demokratis dan budaya masyarakat paternalistik
telah menyebabkan rendahnya partisipasi. Sementara itu penulispenulis
lain lebih memfokus pada faktor-faktor ekonomi..

Dari kajian terhadap berbagai tulisan dan hasil penelitian yang


disebutkan di muka terlihat bahwa masih terdapat beberapa hal yang
belum jelas benar atau setidak-tidaknya masih menimbulkan keraguan
mengenai sebab-sebab menurunnya mutu partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pendidikan. Dalam artikel ini akan dibahas kemungkinan-
kemungkinan menurunnya partisipasi masyarakat tersebut berdasarkan
analisis ekonomi pendidikan. Diharapkan, dengan analisis ini kekurangan
analisis terdahulu dapat dikurangi dan dapat disusun penjelasan baru yang
lebih komprehensif.
Di dalam petikan bagian pendahuluan di atas dapat dilihat alur
argumentasi diikuti penulis untuk menunjukkan masih adanya perbedaan
pandangan tentang menurunnya partisipasi masyarakat di dalam
pengembangan pendidikan. Tinjauan dari berbagai sudut pandang telah
menghasilkan kesimpulan yang beragam, yang membuka kesempatan bagi
penulis untuk menampilkan wacana penurunan partisipasi masyarakat
dalam pengembangan pendidikan dari sudut pandang yang lain.

2.2.5 Bagian Inti


Isi bagian ini sangat bervariasi, lazimnya berisi kupasan, analisis,
argumentasi, komparasi, keputusan dan pendirian atau sikap penulis
mengenai masalah yang dibicarakan. Banyaknya subbagian juga tidak
ditentukan, tergantung kepada kecukupan kebutuhan penulis untuk
menyampaikan pikiran-pikirannya. Di antara sifat-sifat artikel terpenting
yang seharusnya ditampilkan di dalam bagian ini adalah kupasan yang
argumentatif, analitik dan kritis dengan sistimatika yang runtut dan logis,
8

sejauh mungkin juga berciri komparatif dan menjauhi sifat tertutup dan
instruktif. Walaupun demikian, perlu dijaga agar tampilan bagian ini
tidak terlalu panjang dan menjadi bersifat enumeratif seperti diktat.
Penggunaan subbagian dan sub-subbagian yang terlalu banyak juga akan
menyebabkan artikel tampil seperti diktat. Berikut ini contoh petikan
bagian artikel.
Perubahan atau penyesuaian paradigma dan praktekpraktek
pendidikan adalah suatu keharusan jika dunia pendidikan Indonesia tidak
ingin tertinggal dan kehilangan perannya sebagai wahana untuk
menyiapkan generasi masa datang. Ironisnya, kalangan pendidikan
sendiri tidak dengan cepat mengantisipasi, mengembangkan dan
mengambil inisiatif inovasi yang diperlukan, walaupun kesadaran akan
perlunya perubahan-perubahan tertentu sudah secara luas dirasakan.
Hesrh dan Mckibbin (1983:3) menyatakan bahwa sebenarnya banyak
pihak telah menyadari perlunya inovasi(dari Ibnu,
1996:2)
Contoh bagian inti artikel konseptual di atas dapat dilihat dengan
jelas bagian yang paling vital dari jenis artikel ini yaitu posisi atau
pendirian penulis, seperti terlihat di dalam kalimat: Perubahan atau
penyesuaian paradigma dan praktek-praktek pendidikan adalah suatu
keharusan jika..

2.2.6 Penutup atau Simpulan


Penutup biasanya diisi dengan kesimpulan atau penegasan
pendirian penulis atas masalah yang dibahas pada bagian sebelumnya.
Banyak penulis yang berusaha menampilkan segala apa yang telah di
bahas di bagian terdahulu, secara ringkas. Sebagian penulis menyertakan
saran-saran atau pendirian alternatif. Jika memang dianggap tepat bagian
terakhir ini dapat disajikan dalam subbagian tersendiri. Contoh untuk
bagian ini dapat dilihat pada berbagai artikel jurnal. Walaupun mungkin
terdapat beberapa perbedaan gaya penyampaian, misi bagian akhir ini
9

pada dasarnya sama: mengakhiri diskusi dengan suatu pendirian atau


menyodorkan beberapa alternatif
penyelesaian seperti contoh di bawah ini.
Konsep pemikiran tentang Demokrasi Ekonomi pada prinsipnya
adalah khas Indonesia. Menurut Dr.M.Hatta dalam konsep Demokrasi
Ekonomi berlandaskan pada tiga hal, yaitu: (a) etika sosial yang
tersimpul dalam nilai-nilai Pancasila; (b) rasionalitas ekonomi yang
diwujudkan dalam perencanaan ekonomi oleh negara; dan (c) organisasi
ekonomi yang mendasarkan azas bersama/koperasi.
Isu tentang pelaksanaan Demokrasi Ekonomi dalam sistem
perekonomian Indonesia menjadi ramai dan menarik pada era tahun 90-
an. Hal tersebut terjadi sebagai reaksi atas permasalahan konglomerasi di
Indonesia. Perlu diupayakan hubungan kemitraan yang baik antar pelaku
ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia. Pada saat ini nampak
sudah ada political will dari pemerintah kita terhadap kegiatan ekonomi
berskala menengah dan kecil. Namun demikian kemauan politik saja
tidak cukup tanpa disertai keberanian politik. Semangat untuk berpihak
pada pengembangan usaha berskala menengah dan kecil perlu terus
digalakkan, sehingga tingkat kesejahteraan seluruh masyarakat dapat
ditingkatkan.

2.2.7 Daftar Rujukan


Bahan rujukan yang dimasukkan dalam daftar rujukan hanya yang
benar-benar dirujuk di dalam tubuh artikel. Sebaliknya, semua rujukan
yang telah disebutkan dalam tubuh artikel harus tercatat di dalam daftar
rujukan. Penulisan daftar rujukan dilakukan pada halaman terakhir
artikel, tidak pada halaman baru. Tata aturan penulisan daftar rujukan
bervariasi, tergantung gaya selingkung yang dianut. Walaupun demikian
harus senantiasa diperhatikan bahwa tata aturan ini secara konsisten
diikuti dalam setiap nomor penerbitan.
10

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan

Artikel konseptual adalah hasil pemikiran penulis atas suatu permasalahan,


yang dituangkan dalam bentuk tulisan. jadi dalam proses penyusunan artikel
konseptual harus mengikuti tahap-tahap atau posedur mulai dari :
1. Judul
2. Nama Penulis
3. Abstrak dan Kata Kunci
4. Pendahuluan
5. Bagian Inti
6. Penutup atau Simpulan
7. Daftar Rujukan
3.2. Saran
Untuk para penulis diharapkan dapat memahami proedur penulisan artikel
konseptual agar tercipta suatu karya tulisan yang mudah di fahami oleh para
pembaca
11

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Ilmu Pendidikan. 1999. Pedoman Penulisan Artikel Jurnal. Malang: Jurnal
Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah:Skripsi,
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Sofro, AS. 2001. Penulisan Naskah Publikasi. Makalah disajikan dalam Seminar
dan Lokakarya Metodologi Penelitian. Banjarbaru. Mei 2001
Suhadi Ibnu. 2000. Penulisan Artikel Konseptual dan Artikel Hasil Penelitian.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Waseso, MG. 2000. Menulis Artikel Untuk Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas
Negeri Malang
12

LAMPIRAN

Golden Precept sebagai Upaya Penanaman Kesadaran terhadap Pentingnya


Pendidikan Kewarganegaraan di Desa Silangit

Oleh :

Dian Triyani Mahfirotik

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Universitas Negeri Semarang

Abstrak.Golden Precept sebagai suatu upaya penanaman kesadaran terhadap


pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan di Desa Silangit, Kecamatan: Bawang,
Kabupaten: Banjarnegara. Hal ini sesuai dengan keadaan di Desa Silangit, dimana
masyarakatnya membutuhkan bimbingan mengenai bagaimana menjadi warga
negara yang baik, terkait perilaku dan sikap sebagai warga negara. Golden
Precept, mempunyai tujuan yaitu dapat membantu mewujudkan masyarakat Desa
Silangit yang sadar akan pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan, serta
menjadikan masyarakat yang hidup rukun. Kegiatan ini, difokuskan pada
masyarakat Desa Silangit, dan terdapat salah seorang yang sesuai keahlinya untuk
memberikan materi khusus bagaimana menjadi warga negara yang baik, melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahapan.
Pada tahap terakhir akan diadakan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan
Golden Precept di Desa Silangit.
Kata Kunci: Golden Precept, dan Pendidikan Kewarganegaraan
13

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,


dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
perannya di masa yang akan datang (UU RI No.2 Tahun 1989, Bab 1, Pasal 1).
Pendidikan menjadi hal penting terkait dengan Sumber Daya Manusia yang
berada pada suatu negara. Pendidikan menentukan Sumber Daya Manusia dan
kemajuan suatu negara. Melalui pendidikan secara bertahap dan berkelanjutan
akan dapatdilahirkan generasi yang sadar yang sadar dan terdidik. Pendidikan
dimaksud mengarah pada 2 (dua) aspek. Pertama, pendidikan untuk memberi
bekal pengetahuan dan pengalaman akademik, keterampilan profersinal,
ketajaman dan kedalaman intelektual, kepatuhan pada nilai-nilai atau kaidah-
kaidah ilmu (its matter of having). Kedua, pendidikan untuk membentuk
kepribadian atau jatidiri menjadi sarjana atau ilmuwan yang selalu komited
kepada kepada kepentingan bangsa (it is matter of being). Pendidikan
Kewarganegaraan adalah Pendidikan terhadap warga negara yang bertujuan untuk
membentuk karakter pada setiap warga negara, termasuk bagaimana menjadi
warga negara yang baik.
Kemajuan pendidikan telah menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan
bangsa Indonesia di mata negara lain. Namun berbagai kasus menyimpang seperti:
korupsi, penyuapan, atau tindak kejahatan lain yang dilakukan oleh orang yang
berpendidikan telah merusak arti dari kemajuan pendidikan. Secara tidak langsung
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara orang yang menepuh pendidikan
tinggi dengan yang tidak. Hal itu terjadi karena pendidikan kognitif saja tidak
cukup, namun juga dibutuhkan pendidikan karakter sebagai arah untuk kehidupan
yang baik. Banyaknya daerah yang pendidikannya tertinggal pendidikannya
membuat penulis tergugah untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
Pendidikan Kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi di Indonesia, termasuk di Desa
Silangit, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara.Mayoritas penduduk di
Desa Silangit adalah petani. Tidak meratanya pendidikan di Desa Silangit
membuat Desa tersebut tertinggal dalam hal pendidikan. Sarana prasarana yang
tidak mendukung ikut berpengaruh pada pendidikan di sana. Letak Desa yang
14

jauh dari pusat perkotaan membuat Desa tersebut tidak terpantau oleh pemerintah
Kota Banjarnegara. Beberapa cara telah dilakukan oleh pihak Kepala Desa,
namun belum mendapatkan tanggapan dari pemerintah Kota. Kebanyakan anak-
anak di Desa Silangit hanya berpendidikan Sekolah Dasar, setelah itu mereka
bekerja menjadi tulang punggung keluarga. Biaya dan jarak yang jauh membuat
anak-anak di Desa Silangit terhalang akan pendidikan tinggi.
Tindak kekerasan kerap kali terjadi terutama pada warga perempuan.
Penduduk Desa Silangit mempunyai watak keras dan bersikap kasar terhadap
wagra lain. Jumlah warga yang banyak dengan pendidikan yang rendah. Desa
Silangit menjadi incaran salah satu partai politik dalam pemilihan DPRD
Banjarnegara. Rendahnya pendidikan membuat mereka bersedia untuk
menukarkan suara sebagai rakyat yang baik dengan uang. Politik uang terjadi baik
itu pemilihan DPRD maupun Kepala Desa. Beberapa waktu lalu sempat terjadi
kericuhan ketika perhitungan suara menunjukan kekalahan terhadap calon
dukungan warga Desa Silangit. Saling bentrok terjadi antara warga Desa yang
berbeda suara. Peristiwa itu menunjukan bahwa warga Desa Silangit belum
memiliki kesadaran sebagai warga negara yang baik. Baik itu pada ketentuan
pemilihan umum, maupun pada bagaimana perilaku warga negara yang tercermin
dalam kehidupan sehari-hari.

PEMBAHASAN
15

1.1 Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari kata didik, lalu kata ini mendapat awalan
me sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan.
Mendidik dan pendidikan merupakan suatu hal yang saling berhubungan. Definisi
pendidikan menurut para ahli :

a).Hoogveld mendidik adalah membantu anak supaya Ia cukup cakap


menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
b). Ki Hajar Dewantara mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya.

1.2 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Beberapa definisi Pendidikan Kewarganegaraan menurut para ahli:
1). Soemantri
Kewarganegaraan ialah sesuatu yang berhubungan dengan manusia sebagai
individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan dengan
Negara.
2). Mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd.
Kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu
(secara khusus:negara) yang dengannya membawa hak untuk berprestasi dalam
kegiatan-kegiatan politik.

1.3 Makna Pendidikan


Pada hakikatnya pendidikan mempunyai tujuan memanusiakan manusia,
dalam hal tersebut pendidikan tidak dapat dimaknai sekedar membantu
pertumbuhan seca fisik saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi
manusia dalam konteks lingkungan manusia yang memiliki peradaban
didalamnya. Hal tersebut seperti : nilai religius, karakter, dan nilai moral.
16

1.4 Makna Pendidikan Kewarganegaraan


Pada hakikatya Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tujuan untuk
mendidik agar seorang warga negara mampu bertindak sebagai warga negara yang
baik. Pendidikan Kewarganegaraan tidak terlepas dari sikap seorang individu
sebagai seorang warga negara. Termasuk terlibat dalam partisipasi sebagai
seorang warga negara.

1.5 Tujuan Pendidikan


Dari beberapa tujuan pendidikan yang ada, salah satu tujuan pendidikan
adalah tujuan pendidikan nasional. Menurut tujuan pendidikan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya,yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rokhani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsanaan.

1.6 Komponen yang menentukan Keberhasilan Pendidikan


Kewarganegaraan
Keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan tidak terlepas dari beberapa
komponen yang mempengaruhinya. Komponen tersebut saling mempengaruhi
satu sama lain. Komponen tersebut adalah :

1). Peserta Didik

Peserta didik menjadi objek dalam utama dalam Pendidikan


Kewarganegaraan, sehingga keberadaannya sangat penting. Dalam
pelaksanaannya, peserta didik sebagai individu yang diberi ilmu mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu, diperlukan perserta didik yang
baik, santun, cerdas, dan berwawasan luas.

2). Tenaga Pendidik

Tenaga pendidik menjadi acuan dan contoh peserta didiknya, baik perilaku
maupun tindakannya. Oleh karena itu, tenaga pendidik harus bisa menjadi penutan
17

bagi peserta didik. Seorang pendidik harus mampu melakukan apa yang diajarkan
pada peserta didik. Artinya seorang guru harus dapat mengajar dan melakukan,
atau praktik dalam kehidupan sehari-hari.

3). Media dan sarana prasana

Keduanya sebagai penunjang jalannya proses pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan, sekaligus sebagai jembatan keberhasilan bagi proses
pembelajaran. Media sebagai penunjang dalam kegiatan pembelajaran, sekaligus
sarana dan prasarana sebagai pendukung pembelajaran.

1.7 Pengertian Golden Precept


Golden Precept adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk membentuk
pemahaman mengenai Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di SD, SMP,
maupun SMA.Dinamakan Golden Precept berasal dari kata golden, yang berarti
emas. Sedangkan precept berarti pengajaran. Apabila digabung mengandung
makna pengajaran berharga, karena emas merupakan benda yang berharga.
Berharga disini merujuk pada Pendidikan Kewarganegaraan, sedangkan
pengajaran merujuk pada tenaga pendidik atau guru. Desa Silangit sangat cocok
diterapkan Golden Precept, karena keadaan masyarakat Desa Silangit yang
membutuhkan pembinaan mengenai bagaimana menjadi warga negara yang baik
melalui Pendidikan Kewarganegaraan.

1.8 Tujuan Pelaksanaan Golden Precept


Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menanamkan kesadaran
masyarakat di Desa Silangit mengenai pendidikan kewarganegaraan, serta
masyarakat dapat menjadi warga negara yang baik. Pemahaman tersebut
diharapkan mengubah perilaku masyarakat Desa Silangit yang anarkis, dan mudah
terpengaruh olehisu politik. Selain itu, Golden Precept diharap mampu
menghapus presepsi bahwa di Desa Silangit merupakan Desa terpencil dengan
kualitas penduduk yang rendah. Namun sebaliknya, yaitu masyarakat lebih
percaya diri dan benar-benar memahami dunia luar dan mengetahui hal-hal
berbentuk politik. Sehingga tidak ada hak pilih yang akan dibeli. Masyarakat akan
18

mempunyai wawasan yang luas, dan mengetahui bagaimana menjadi seorang


warga negara yang baik.

1.9 Prosedur Pelaksanaan Golden Precept

Kegiatan dari Golden Precept berupa dilaksanakannya seminar antara


tenaga pendidik di Desa Silangit terkait pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan.
Hanya difokuskan pada suatu Desa, yaitu Desa Silangit, yang berlokasi di
Kecamatan Bawang, Kabupaten :Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini
dilakukan karena masyarakat di Desa tersebut tergolong berpendidikan rendah dan
sikap masyarakat yang anarki. Sehingga dirasa memerlukan penyuluhan terhadap
pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan, untuk dapat menjadi pedoman
bagaimana bersikap sebagai warga negara yang baik. Karena sikap tersebut tidak
sesuai dengan sikap seorang warga negara yang baik. Pelaksanaan Golden
Precept dilakukan satu hari penuh dengan jadwal kegiatan yang telah di
rencanakan sebelumnya. Untuk lebih memahkan pada Pendidikan
Kewarganegaraan, maka diundang salah satu dosen dari FIS Unnes. Selain itu
beliau merupakan seseorang yang ahli dan sesuai pada bidangnya.
Didasarkan pada beberapa pertimbangan yang mendasar mengenai
prosedur pelaksanaan Golden Precept, yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap
pelaksanaan tersebut adalah :
1. Tahap Pertama

Tahap yang dilakukan pertama kali adalah meminta izin tempat


penggunaan kepada Kepala Desa Silangit, serta melakukan kerja sama yang baik
denganmasyarakat Desa Silangit. Dalam meminta perizinan sekaligus
menjelaskan maksud kegiatan Golden Precept di Desa Silangit. Kecamatan:
Bawang, Kabupaten: Banjarnegara.

2. Tahap Kedua

Tahap berikutnya adalahmelakukan pengkondisian tempat. Hal ini


meliputi persiapan tempat yang akan dipakai dalam kegiatan Golden Precept,
serta menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Mengantisipasi beberapa kendala
yang mungkin terjadi.
19

3. Tahap Ketiga

Langkah selanjutnya adalah melakukan pemberitahuan sekaligus


koordinasi dengan pemateri, yaitu seorang Dosen FIS Unnes. Agar terjadi
komunikasi yang baik, pada saat pelaksanaan kegiatan berlangsung. Menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Tahap Keempat

Apabila pemateri sudah menyanggupi kedatangan, maka pada tahap ini


dilakukan penyebaran informasi mengenai goden precept kepada masyarakat Desa
Silangit, khususnya untuk tenaga pendidik disana. Baik sosialisasi langsung,
maupun melalui brosur mengenai pengadaan Golden Precept.

5. Tahap Kelima

Setelah keempat tahap tersebut dilakukan, maka tahap berikutnya adalah


menyelenggarakan kegiatan Golden Precept dengan baik dan sungguh sungguh
supaya tujuan kegiatan ini dapat tercapai.
6. Tahap Keenam
Tahap terakhir dari kegiatanGolden Preceptadalah melakukan terkait
pemantauan apakah kegiatan tersebut lancar dan efektif bagi masyarakat
sasaran.Tahap terakhir inii sebagai tolok ukur. Apabila dirasa masyarakat sudah
mengalami perubahan baik sikap, maupun perilaku maka kegiatan ini dapat dinilai
berhasil.

Pentingnya Pengetahuan Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan.


Generasi penerus bangsa harus mempunyai karakter yang baik untuk dapat
bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai basic
sekaligus pondasi dalam membentuk karakter bangsa. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai pendorong warga negara melaksanakan peran:
1). Berpartisipasi untuk mempengaruhi setiap proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan publik oleh para pejabat atau lembaga-lembaga negara,
2). Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan,
3). Berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional,
4). Memberi bantuan sosial, dan memberikan rehabilitasi sosia,
20

5). Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang melandasi iman dan
takwa,
6). Menciptakan kerukunan umat beragama,
7). Ikut serta dalam memajukan pendidikan nasional,
8). Memelihara nilai-nilai positif, seperti hidup rukum dan gotong royong,
9). Merubah budaya negatif yang dapat menghambat kemajuan bangsa,
10).Mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, dan
11).Menjaga keselamatan bangsa Indonesia dari segalan ancama

PENUTUP

Kesimpulan
Peran sebagai warga negara yang baik sangat penting terutama untuk
generasi penerus bangsa. Golden Precept sebagai upaya untuk menanamkan
kesadaran mengenai pentingnya Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan di Desa
Silangit, karena dilihat dari kondisi masyarakat, Desa Tersebut dinilai masih
membutuhkan bimbingan akan bagaimana menjadi warga negara yang baik.
Kegiatan Golden Precept tentu tidak terlepas dari tujuan awal yaitu untuk
menanamkan kesadaran masyarakat di Desa Silangit mengenai pendidikan
kewarganegaraan, serta masyarakat dapat menjadi warga negara yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
21

Munib, Achmad. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan


MKU/MKDK-LP3

Sunarto.2013.Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang: Pusat


Pengembangan MKU/MKDK-LP3

http://pancasilazone.blogspot.com/2012/03/pendidikan-kewarganegaraan.html

http://tujuan pendidikan.blogspot.com

Вам также может понравиться