Вы находитесь на странице: 1из 14

Perencanaan Rumah Makan Terapung

Bebas Polusi dalam Menunjang Wisata Air


di Kawasan Sungai Kalimas Surabaya
Raihani, Kaafin Naufal (2017) Perencanaan Rumah Makan Terapung Bebas Polusi dalam
Menunjang Wisata Air di Kawasan Sungai Kalimas Surabaya. Undergraduate thesis, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Text
4213100074-Undergraduate_Theses.pdf - Published Version
Download (2MB) | Preview

Abstract

Surabaya tempo dulu menjadi pusat pertemuan antar pedagang dari berbagai pelosok pulau
jawa. Sungai kalimas memiliki peran sebagai working space, marketing space, dan transport
line bagi kota Surabaya. Namun peran tersebut terdegradasi dengan perkembangan kota yang
terfokus ke darat. Kawasan Monkasel sebagai salah satu landmark kota Surabaya akan
dikembangkan dengan tema The Central Business District Riverside. Salah satu potensi
yang masih belum tersentuh adalah pengembangan wisata air yang mendukung konsep
tersebut, yaitu perencanaan rumah makan terapung. Rumah Makan Terapung yang akan
direncanakan harus sesuai dengan kondisi sungai Kalimas, ramah lingkungan, nyaman dan
aman. Untuk memenuhi kriteria tersebut maka diperlukan perencanaan dimensi desain
Rumah Makan Terapung dengan kapasitas sembilan orang penumpang. Proses dimulai dari
penentuan berat muatan, perencanaan bentuk lambung dan bangunan atas. Analisa desain dan
perhitungan daya menggunakan software. Berdasarkan kondisi sungai Kalimas kawasan
Monkasel maka dibuat bentuk lambung tipe catamaran flat side outwards yang menghasilkan
low wake wash dengan displasemen 1.927 tons menggunakan motor listrik yang ramah
lingkungan yang disuplai oleh baterai dan panel surya. Selama satu kali rute 1660 meter,
Rumah Makan Terapung membutuhkan total daya 1.827 kW.
Limbah Popok Bayi Picu Ikan Sungai Brantas Punah dan Jadi Banci

MALANG - Tingkat pencemaran air Sungai Brantas sudah mengkawatirkan. Bahkan, pencemaran air di sungai terbesar dan
terpanjang di Jawa Timur (Jatim) ini membuat ikan mulai mengalami kepunahan dan kelainan interseksual atau menjadi ikan
banci.Salah satu pemicu kepunahan dan kelainan interseksual tersebut karena tingginya kandungan bahan organik dalam air
sungai akibat pencemaran popok bayi. Dengan kondisi ini, para aktivis dari Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan
Basah (Ecoton) yang tergabung dalam Brigade Evakuasi Popok (Kuapok), melakukan kampanye dan pembersihan aliran sungai
dari popok bayi di Sungai Brantas. Kegiatan ini dilakukan di dua titik, yakni di Kelurahan Sisir, Kota Batu dan Kelurahan Kota
Lama, Kota Malang. Hasilnya, di satu titik saja, kami temukan lebih dari 600 limbah popok bayi, ujar Koordinator Brigade
Kuapok, Azis, Selasa (29/8/2017).

Dia menyebutkan, dari sampah yang terbuang di dua titik aliran sungai tersebut, sebanyak 80% merupakan popok bayi bekas.
Limbah ini memicu pencemaran sungai oleh bakteri E-coli dan limbah kimia lainnya. Popok bayi juga tidak terurai di aliran
sungai karena bahannya sebagian besar berasal dari plastik. Sesuai Undang-Undang Nomor 18/2008 tentang Pengelolaan
Sampah, seharusnya sampah popok bayi ditangani secara khusus. Pemerintah harus membangun penyadaran agar tidak terus
terjadi pencemaran air sungai oleh popok bayi, paparnya. Popok-popok bayi yang berhasil dievakuasi dari aliran sungai,
dikeringkan oleh para anggota Brigade Kuapok. Setelah itu, sampah tersebut diserahkan ke pemerintah daerah masing-masing
dengan tujuan ada penanganan serius terhadap pencemaran sungai ini.

Direktur Ecoton, Prigi Arisandi mengatakan, pencemaran air di Sungai Brantas berakibat sangat fatal. Tercatat, ada belasan jenis
ikan air tawar di sungai tersebut tidak ditemukan lagi. Beberapa jenis ikan yang mulai punah antara lain areng-arengan, bloso,
palung, ramas, dan jamba. Saat ini memang telah terjadi penurunan daya dukung lingkungan di Sungai Brantas, bagi habitat
ikan, ungkapnya. Dia menyebutkan, hasil penelitian Ecoton bersama Perum Jasa Tirta I Malang, berhasil menginventarisasi
keanekaragaman ikan dengan beragam alat tangkap sebanyak 30 jenis ikan. Sementara dengan alat tangkap jaring hanya
ditemukan 17 jenis saja. Adapun ke-17 jenis ikan itu antara lain, sapu-sapu (Pterygoplichthys disjunctivus), bader putih (Barbodes
gonionotus), bader merah (barbodes balleroides), jendil (Pangasius micronemus), rengkik (Hemibagrus nemurus), keting (Mystus
planiceps), nila (Oreochromis niloticus), papar (Notopterus notopterus).

Selanjutnya Palung (Hampala macrolepidota), muraganting (Barbonymus altus), berot (Mastacembelus unicolor), montho
(Osteochillus sp), seren (Cycloceilichthys enoplus), sili (Macrognathus aculeutus), bekepek (Mystacoleucus marginatus), ulo
(Laides longibarbis), dan kuthuk (Channa striata). Hilangnya beberap jenis ikan di Sungai Brantas diketahui berdasarkan hasil
penelitian pada tahun 2009 lalu. Sementara hasil inventarisasi ikan pada tahun 2011, ditemukan ada 30 jenis ikan. Pada
inventarisasi tahun 1998, masih ditemukan sebanyak 49 jenis ikan. Kondisi ini membuktikan penurunan drasti jumlah jenis ikan.
Selain menciptakan persoalan kepunahan, pencemaran juga menciptakan ketidakseimbangan ekosistem. "Hasil penelitian yang
sudah dilakukan membuktikan ada senyawa pengganggu hormon, yang memicu kondisi ikan menjadi interseksual. Akibatnya,
perilaku ikan lebih mengarah kepada betina, tuturnya.

Pencemaran limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, diduga menjadi pemicu utama peningkatan ikan yang mengalami
interseksual. Akibatnya, ikan semakin sulit berkembang biak. Idealnya, ikan jantan lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan
dengan ikan betina. Munculnya senyawa pengganggu hormon pada aliran Sungai Brantas dari hulu hingga hilir, juga dipicu oleh
penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan. Ternak yang sering disuntik dengan hormon, kotorannya akan
membawa kelebihan hormon tersebut ke aliran sungai, ungkapnya. Kerusakan habitat ikan juga dipicu oleh penambangan pasir
di aliran sungai secara illegal. Penambangan yang tidak terkendali memicu hilangnya habitat ikan yang ideal. Utamanya habitat
yang ideal menyediakan sumber makanan, tempat perlindungan ikan dari predator, dan wilayah aman untuk menaruh telur serta
memijahkan anak ikan, paparnya.
Source:https://daerah.sindonews.com/read/1234997/23/limbah-popok-bayi-picu-ikan-sungai-brantas-punah-dan-jadi-banci-
1504007266
Sungai Kaligede dan Sumur Hitam Pekat,
Warga Karangandu Resah
Ahmad Antoni

Sabtu, 19 Agustus 2017 - 16:01 WIB

Anggota DPR RI Abdul Wachid, Bupati Jepara Ahmad Marzuqi dan berbagai elemen berdiri
di atas jembatan yang terpasang spanduk keluhan warga atas dugaan tercemarnya Sungai
Kaligede, Sabtu (19/8/2017). Foto/KORAN SINDO/Ahmad Antoni
A+ A-
JEPARA - Sungai Kaligede dan sumur warga di Desa Karangrandu, Kecamatan Pecangaan,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng), berwarna hitam pekat dan mengeluarkan bau tak
sedap. Penyebabnya diduga kuat karena imbas dari pembuangan limbah industri besar
maupun usaha rumahan yang ada di kawasan sekitar.

Perubahan air sungai dan sumur warga itu terjadi secara bertahap. Namun kondisinya benar-
benar parah dalam dua bulan terakhir ini sehingga membuat warga Karangrandu resah.
Pasalnya, warga setempat mengandalkan air sumur untuk kebutuhan minum, mandi, mencuci
dan lain sebagainya. Sementara air sungai digunakan untuk irigasi pertanian. Apalagi
kawasan Desa Karangrandu termasuk lumbung pangan di Kabupaten Jepara.

Berbagai kalangan pun menaruh simpati atas kondisi memprihatinkan tersebut. Mulai dari
anggota DPR RI Abdul Wachid, anggota DPRD Jateng Wasiman, anggota DPRD Jepara
Harmoko, Bupati dan Wakil Bupati Jepara Ahmad Marzuqi Dian Kristiandi, serta Sekda
Jepara Sholih. Mereka memantau langsung kondisi Kaligede yang berwarna hitam pekat dan
berbau menyengat, Sabtu (19/8/2017) siang.
Abdul Wachid mengaku prihatin dengan kondisi sungai tersebut. Karena selama ini Kaligede
sudah menjadi sumber kehidupan warga setempat, sekaligus irigasi pertanian. Kalau melihat
fisik air sungai kemungkinan besar memang tercemar limbah. Tapi untuk memastikan
penyebabnya, kami ambil sampelnya. Nanti kami uji di Sucofindo Semarang, kata Abdul
Wachid.

Dia berjanji akan mendorong berbagai pihak baik di tingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten agar segera bertindak cepat. Langkah tersebut penting agar persoalan ini segera
tertangani dan tidak membuat warga terus resah. Menurutnya harus ada langkah pendek,
menengah maupun jangka panjang terkait persoalan ini.

Upaya jangka pendek misalnya dengan pembersihan air sungai maupun sumur warga yang
berwarna hitam dan berbau menyengat. Caranya dengan mengalirkan air yang diduga
tercemar tersebut ke laut. Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Gerindra nanti kita dorong
juga. Upaya sosialisasi dan penindakan tegas harus terus dilakukan agar persoalan ini tak
berulang lagi, ujar Wachid

Salah seorang warga Desa Karangrandu, Nasirin mengungkapkan perubahan air sungai sudah
terjadi sejak setahun lalu. Namun, kondisi terparah baru dua bulan terakhir ini. Sumur warga
juga mulai berubah warnanya dan berbau. Jadi tak hanya sungai, keluh Nasirin.

Selama ini, ungkap dia, warga terpaksa masih menggunakan air yang tercemar untuk mandi
dan mencuci. Sedangkan untuk konsumsi harus membeli air bersih seharga Rp7.000 per
jeriken. Dalam sehari, warga membutuhkan setidaknya dua jeriken. Jelas itu memberatkan.
Kami berharap pemerintah setempat dapat segera menangani persoalan ini karena warga
mulai gatal-gatal mandi pakai air tercemar, pungkasnya.

Wakil Ketua DPRD Jepara, Purwanto menyatakan pihaknya akan memanggil berbagai
elemen terkait persoalan ini. Baik dari kalangan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jepara,
warga, hingga PT Jialee yang diduga kuat membuang limbahnya hingga menyebabkan
perubahan warna air sungai dan sumur warga. Rencananya pekan depan. Hasil uji
laboratorium sampel air sungai dari berbagai pihak juga akan kami jadikan patokan, ujarnya.

Sementara itu, Bupati Jepara Ahmad Marzuqi menegaskan pihaknya sudah menginstruksikan
jajaran untuk segera mengambil tindakan mengatasi persoalan ini. Selain itu, alat berat juga
diterjunkan ke lokasi untuk mempercepat pengaliran air sungai ke laut. Dinas Lingkungan
Hidup Jepara juga sudah mengambil sampel air yang diduga tercemar. Jika tak ada aral
melintang, awal pekan depan sudah ada hasil dari uji laboratorium tersebut. Yang pasti
pemerintah sudah bertindak. Kalau memang ada yang tak benar, pasti kami luruskan sesuai
aturan, katanya.
Wow! Robot Ini Bisa Mengurangi Polusi
Air
Riani Angle Agustine, Jurnalis Kamis 27 Juli 2017, 08:15 WIB

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on linkedin
Share on Path

Share on Pinterest
whatsapp
Share on mail
copy link
Toggle

(Foto: Screenshot)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on linkedin
Share on Path
Share on Pinterest
whatsapp
Share on mail
copy link
Toggle

AAA
0 Komentar

BERN - Kemampuan untuk mengukur tingkat polusi dalam air bukanlah hal yang baru.
Manusia telah menemukan berbagai cara dan alat untuk melakukannya.

Tampaknya tahun depan, segala sesuatunya dapat dikerjakan lebih efisien berkat robot
"belut" yang bisa mendeteksi polusi di air. Robot "belut" ini menjadi unik karena sepenuhnya
modular.

Artinya, tubuh robot tersebut terdiri dari berbagai sensor yang bisa mengukur kualitas air,
suhu, dan hal lainnya yang dapat mengurangi polusi di air.

Dilansir Ubergizmo, Rabu (26/7/2017), robot "belut" tersebut bersifat mudah beradaptasi.
Mulai dari panjang tubuh robot tersebut hingga jumlah sensor yang ingin digunakan sesuai
dengan lokasi di mana robot tersebut akan digunakan.

Sebagai contoh, beberapa sensor pada tubuh robot tersebut bisa digunakan untuk mengukur
hal-hal seperti konduktivitas dan suhu air. Sementara sensor lain memungkinkan mendeteksi
bahan kimia yang terkandung dalam air tersebut.

Adapula sensor yang berbasis biologis seperti sel ikan yang ada di dalam air tersebut, hingga
terdapat sensor yang memungkinkan menghitung seberapa banyak polusi racun yang ada di
dalam air tersebut.

Nantinya data yang terkumpul oleh robot "belut" tersebut akan dikirimkan secara real-time ke
dalam komputer yang memprogram robot itu.

Robot tersebut dapat diprogram untuk mengikuti alur tertentu atau bisa diprogram untuk
melacak polusi di dalam air. Sejauh ini pengujian sensor fisik dan kimia telah berhasil. Dan,
rencananya pengujian untuk sensor biologis akan dilakukan pada musim panas ini.

Source: https://techno.okezone.com/read/2017/07/27/56/1744634/wow-robot-ini-bisa-mengurangi-polusi-air

HOME
FEATURE
Ngeri, Begini Jadinya Kalau Es Krim
Dibuat Dari Air yang Terkena Polusi!
Senin, 10 Juli 2017 11:40 WIB

Es Krim | Google
Nggak usah kaget, es krim ini bukan untuk dijual, kok. Ini merupakan proyek tiga
mahasiswa dari National Taiwan university of the Arts aja, kok. Mereka melakukan ini untuk
menyebarkan kesadaran orang-orang di Taiwan tentang kebersihan lingkungan, khususnya
kebersihan air di sana, dan dampaknya terhadap orang banyak.

Jadi gini, untuk proyeknya, Hung I-chen, Guo Yi-hui, dan Cheng Yu-ti, pergi ke 100 lokasi di
Taiwan dengan tingkat polusi air yang cukup parah. Nah, di situ, mereka mengambil sample
air dari tiap polusinya.

Kemudian, tiap-tiap sample air yang udah dikumpulin, mereka bekuin untuk dijadikan es
krim. Biar total, mereka juga membungkus es krim yang dibuat dari air kotor ini dengan
bungkus yang menarik, persis kayak es krim yang dijual di toko-toko. Nah, bedanya, di tiap
bungkus tersebut, mahasiswa ini mencantumkan di mana air ini diambil.

Penasaran? Berikut penampakan dari es krim sampah ini

Ewwww...

Es Krim

Menarik, kan, bungkusnya? Tapi isi dalamnya...


Es Krim

Ngeri banget kalau ternyata ada yang bikin es krim pakai bahan-bahan begini dan
diperjual belikan
Es Krim

Bukan es krim rasa lemon. Warna itu didapat dari air sungai Houjin yang keruh!
Es Krim

Ini apa ya?


Source: http://hai.grid.id/Feature/Stuffs/Ngeri-Begini-Jadinya-Kalau-Es-Krim-Dibuat-Dari-Air-Yang-Terkena-Polusi

Ahli Ilmu Tanah: Makam 'Berdarah' Bisa


Juga Disebabkan Polusi
Rivki - detikNews

Share 0 Tweet Share 0 0 Komentar

Makam berdarah (Foto: Internet)


Jakarta - Makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bukit Damai Sentosa Sungainangka,
Balikpapan, heboh karena mengeluarkan cairan seperti darah. Namun, ahli ilmu tanah
menegaskan, cairan di makam tersebut bukanlah darah melainkan air biasa yang warnanya
merah.

"Banyak penyebab yang membuat air dari dalam tanah berwarna. termasuk salah satunya
polusi tanah," ujar Ahli Ilmu Pertanahan Universitas Hasanuddin Rismaneswati, saat
dihubungi detikcom, Selasa (10/10/2017).

Baca juga: Penjelasan Ahli Ilmu Tanah Soal Heboh Makam Berdarah di Balikpapan

Risma menjelaskan, polusi tanah bisa membuat kandungan tanah menjadi tercampur zat asam
atau zat lainnya. Dengan begitu, bisa jadi air di dalam tanah ikut berubah warna.

Dia mencontohkan, kasus air berwarna bisa terjadi di perumahan-perumahan yang air sumur
kotor atau keruh kecokelatan.

"Ada senyawa-senyawa di dalam tanah seperti besi, nikel atau sejenis logam dan jika
jumlahnya besar maka bisa menyebabkan warnah air berubah," ucap Risma.

Mengenai air berwarna merah, Risma memprediksi kondisi di dalam tanah itu banyak
bebatuan.

"Kalau batunya banyak, berarti zat besi banyak atau besi maka tanah warna maka
kemungkinan air warna merah dan kayak darah," ujarnya.

Risma menambahkan, hal-hal seperti makam berdarah sudah bisa dijelaskan secara keilmuan.
Namun dia menjelaskan, penjelasan ini sekedar prediksi karena dia belum melakukan
penelitian langsung di lapangan.

(rvk/yld)
makam berdarah
source: https://news.detik.com/berita/d-3677298/ahli-ilmu-tanah-makam-berdarah-bisa-juga-disebabkan-polusi

Вам также может понравиться