Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRAK
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kaliandra merah terhadap
bobot, anatomi dan histologi hati mencit jantan. Perlakuan diberikan secara oral dengan dosis
yang bervariasi (2, 4, dan 6 mg/kg bb), kelompok kontrol diberikan NaCl 0,9%. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 12 kelompok masing-masing
dengan tiga ulangan. Hasil pengamatan menunjukkan pemberian ekstrak daun kaliandra
merah berpengaruh nyata terhadap kerusakan histologi hati mencit jantan. Terjadi
peningkatan kerusakan degenerasi lemak dan inti piknotik seiring peningkatan dosis pada
perlakuan selama 7 dan 21 hari, serta pelebaran vena sentralis pada perlakuan selama 7 hari.
Jumlah kerusakan bertambah seiring makin lamanya waktu perlakuan pada kerusakan
degenerasi lemak (dosis 2 mg/kg bb), inti piknotik (dosis 2 dan 6 mg/kg bb), infiltrasi sel
radang (dosis 4 mg/kg bb), kongesti sinusoid (dosis 2, 4 dan 6 mg/kg bb), serta pelebaran
vena sentralis (dosis 2 dan 4 mg/kg bb).
Kata Kunci: kaliandra merah, mencit jantan, histologi hati
ABSTRACT
This research aims to determine the effect red calliandra leaf extract on weight, anatomy and
histology of male mice liver. Treatment was administered orally with varying doses (2, 4, 6
mg/ kg). Control grups was given 0,9% NaCl. This study used a completely randomized
design (CRD), consisting of 12 groups with three replications. Histological observations
showed that red calliandra leaf extract significantly affected the damage of male mice liver.
Damage level of nucleus pyknotic and fatty degeneration increased in line with the increasing
doses in treatment for 7 and 21 days, as well as the dilation of central venous in treatment for
7 days. The damage increase in line with the leght of treatment in the fatty degeneration (dose
2 mg/kg bw), nuclues pyknotic (doses 2 and 6 mg/kg bw), infiltration of inflammatory cells
(dose 4 mg/kg bw), sinusoid congestion (doses 2, 4 and 6 mg/kg bw), and central venous
dilatation (dose 2 and 4 mg/ kg bw).
Keywords : Red calliandra, male mice, liver histology
semak yang memiliki beberapa spesies,
258
JURNAL SIMBIOSIS III (1): 258- 268 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayan a Maret
2015
beradaptasi pada berbagai jenis tanah dan rematik, pembersihan darah, kanker
asam dengan pH 4,5 yang rendah akan rahim, dan pilek (Taylor, 2013). Kaliandra
unsur hara dan dapat tumbuh pada juga dapat mempengaruhi aktivitas
ketinggian di atas 1700 m dpl serta curah mikroba. Ekstrak akar dan daun
hujan yang tinggi (Herdiawan dkk., 2006). Calliandra portoricensis dapat bermanfaat
di bidang farmakologi sebagai analgesik
Kaliandra banyak dimanfaatkan
dan antikonvulsan (Ofusori and Adejuwon,
sebagai pakan ternak dan juga berpotensi
2011).
sebagai obat herbal. Bagi kebanyakan
masyarakat terutama di Indonesia, obat Hati merupakan organ yang sangat
herbal cukup penting. Selain lebih mudah rentan terhadap pengaruh senyawasenyawa
diperoleh dan relatif murah, obat herbal kimia. Menurut Wulandari (2008), hati
juga dapat diperoleh tanpa resep dokter sering mengalami kerusakan akibat
(Pudjarwoto dkk., 1992). Tanaman masuknya bahan toksik. Sekitar 80% suplai
senyawa kimia yang terdiri dari saponin, pencernaan, maka bahan-bahan toksik
glikosida, steroid, asam lemak, alkaloid, yang diabsorbsi usus akan dibawa ke hati
myricitrin, quercitrin, myricetin 3-O-- jenis efek toksik seperti steatosis, nekrosis,
Ogalat, quercetin 3-O-metil eter, asam tertentu ke dalam organ hati, karena
(Onyeama et al., 2012; Moharram et al., tubuh akan mengalami absorbsi, distribusi,
Di Peru, akar, kulit kayu, daun, dan (Guyton dan Hall, 2006). Oleh karena itu,
bunga di buat menjadi jamu dan perlu diteliti bagaimana pengaruh ekstrak
259
JURNAL SIMBIOSIS III (1): 258- 268 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayan a Maret
2015
secara ad libitum dan air minum isi ulang dengan metode parafin, dengan tebal irisan
Daun kaliandra merah (Calliandra Variabel yang diamati adalah patologi hati
calothyrsus) diambil dari ranting 1-6 (daun yang meliputi bobot, anatomi dan histologi
kemudian dikering-anginkan dan setelah dengan melihat lobulus hati dengan cara
menghitung jumlah kerusakan yang
kering diblender hingga menjadi serbuk.
Sebanyak 500 gram serbuk daun kaliandra tampak pada struktur mikroskopis hati.
Data yang diperoleh dianalisis dengan
dimaserasi dengan alkohol 96% selama 72
menggunakan uji ANOVA (p0,5)
jam. Larutan hasil maserasi ini selanjutnya
dilanjutkan dengan Duncant Multiple
dievaporasi dan menghasilkan ekstrak
Range Test (DMRT) dengan menggunakan
kasar berbentuk pasta yang akan digunakan
program SPSS For Windows versi 22.
sebagai bahan perlakuan. Ekstrak diberikan
dengan metode gavage sebanyak 0,2 HASIL
ml/ekor/hari (dilarutkan dalam NaCl Berdasarkan hasil analisis statistik
0,9%), kelompok kontrol hanya diberi pemberian ekstrak daun kaliandra merah
NaCl 0,9%. tidak berbeda nyata antara kelompok
Tiga puluh enam ekor mencit dibagi kontrol dengan dosis ekstrak daun
menjadi 12 kelompok. Hewan pada kaliandra pada 7 hari perlakuan. Perlakuan
260
JURNAL SIMBIOSIS III (1): 258- 268 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayan a Maret
2015
Waktu (Hari)
Dosis
7 hari 14 hari 21 hari
a a
Kontrol 1,5630,228 1,5430,195 1,6970,006a
ab b
2 mg 1,7070,206 2,4930,266 1,9100,520b
4 mg 1,7670,120ab 2,3100,131b 1,8670,110b
b a
6 mg 2,0900,221 1,9130,218 2,0670,065c
Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
dosis perlakuan, dosis 4 mg/kg bb berbeda
nyata dengan kedua dosis yang lain pada
Berdasarkan hasil analisa statistik
7, 14 dan 21 hari perlakuan (Tabel 2).
pada histologi hati ditemukan adanya
Kerusakan berupa kongesti sinusoid
kerusakan berupa degenerasi lemak.
terdapat perbedaan nyata antara kontrol
Perbedaan nyata terlihat antara kelompok
dengan kelompok perlakuan. Tidak
dosis 6 mg/kg bb dengan kelompok
terdapat perbedaan nyata antara dosis 2, 4,
kontrol, 2 dan 4 mg/kg bb, tetapi antara
dan 6 mg/kg bb pada perlakuan 7 hari,
kontrol dengan kelompok dosis 2 mg dan
namun pada perlakuan 14 dan 21 hari ada
4 mg/kg bb tidak berbeda nyata selama
perbedaan nyata diantara dosis perlakuan.
perlakuan 7 dan 21 hari. Perlakuan selama
Pada kerusakan kongesti pembuluh darah,
14 hari menunjukkan perbedaan nyata
kelompok kontrol berbeda nyata dengan
antara kontrol dengan kelompok dosis 4
semua perlakuan. Pada perlakuan selama
dan 6 mg/kg bb (Tabel 2).
14 hari antar dosis 2, 4 dan 6 mg/kg bb
Kerusakan berupa inti piknotik,
berbeda nyata namun pada perlakuan
perbedaan nyata terlihat antara kontrol
selama 21 hari tidak ada perbedaan nyata
dengan kelompok dosis 2, 4 dan 6 mg/kg
diantara dosis perlakuan. Pada kerusakan
bb. Pada perlakuan selama 7 dan 21 hari
261
JURNAL SIMBIOSIS III (1): 258- 268 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayan a Maret
2015
Waktu (Hari)
Kerusakan
Dosis 7 hari 14 hari 21 hari
Kontrol 00a 00a 00a
Degenerasi 2 mg 2,670,577a 20,6716,503ab 23,0020,000a
Lemak 4 mg 19,0016,000a 96,004,000c 23,0021,000a
6 mg 70,0030,000b 60,6746,501bc 104,674,509b
Kontrol 00a 00a 00a
2 mg 40,670,577b 43,670,577bc 46,002,000b
4 mg 41,671,528bc 30,6715,503b 50,670,577c
Inti Piknotik
6 mg 43,672,517c 47,002,000c 52,670,577c
Kontrol 00a 00a 00a
2 mg 19,002,000bc 18,005,000b 23,000,000b
Infiltrasi Sel 4 mg 24,001,000c 24,671,528c 28,003,000c
Radang 6 mg 16,006,000b 24,672,517c 15,000,000b
Kontrol 00a 00a 00a
Kongesti 2 mg 35,000,000b 37,672,517b 45,005,000b
Sinusoid 4 mg 42,001,000b 70,000,000d 75,000,000c
6 mg 40,0010,000b 50,0010,000c 60,0020,000bc
262
JURNAL SIMBIOSIS III (1): 258- 268 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayan a Maret 2015
a b
c d
Gambar 1. Struktur anatomi hati mencit jantan yang diberi ekstrak daun kaliandra.
Keterangan: a. Kelompok kontrol (normal), b. Perlakuan dosis 2 mg terlihat warna pucat c. Perlakuan dosis 4
mg terlihat bintik-bintik putih dan warna pucat, dan d. Perlakuan dosis 6 mg warna pucat.
263
JURNAL SIMBIOSIS III (1): 258- 268 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayan a Maret
2015
(Gambar 1.c).
a b
e
VS
c g
d
e
e h
265
JURNAL SIMBIOSIS III (1): 258- 268 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayan a Maret
2015
2.G). Sel yang bagian intinya sangat gelap mengakibatkan hemoragic shock (Robbins
dan kompak serta juga menutupi seluruh dan Kumar, 1992).
bagian yang ada pada inti sel adalah sel Kongesti sinusoid dalam penelitian ini
piknotik. Sel yang nantinya akan diduga disebabkan karena adanya senyawa
mengalami piknosis akan terlihat adanya alkaloid, sejalan dengan penelitian Atere
kromatin yang mengumpul sebagai and
globulus tunggal dan intinya terlihat gelap. Ajao (2009) yang melaporkan bahwa
Piknosis dapat terjadi senyawa alkaloid menyebabkan kongesti
akibat kerusakan di dalam sel yaitu sinusoid pada histopatologi hati. Penelitian
kerusakan membran yang selanjutnya lain juga melaporkan 10 mol/kg asam
diikuti aparatus golgi dan mitokondria kafeat phenethyl ester (CAPE)
yang nantinya sel tidak dapat lagi menyebabkan pelebaran sinusoid hati pada
mengeliminasi air dan juga trigliserida tikus (Motor et al., 2014). Sedangkan
sehingga tertimbun pada sitoplasma sel senyawa saponin dengan dosis 100- 600
(Robbins dan Kumar, 1992). Diduga inti mg/kg bb dapat menyebabkan kongesti
piknotik dalam penelitian ini disebabkan sinusoid dan vena pada tikus (Diwan et al.,
karena kandungan senyawa asam kafeat, 2000; Ajibade and Famurewa, 2012).
yang sejalan dengan penelitian Motor et al. Kerusakan pada sinusoid juga dapat
(2014), bahwa asam kafeat phenethyl ester terjadi akibat terjadinya degenerasi lemak
dosis 10 mol/kg menyebabkan inti yang parah sehingga terbentuk vakuola
piknotik pada hati tikus. lemak yang akan menimbulkan ruang
Pada penelitian ini ditemukan kosong pada sinusoid dan menyebabkan
kerusakan berupa kongesti sinusoid sinusoid melebar. Penyebab lainnya
(Gambar 2.F) dan kongesti pembuluh darah kemungkinan akibat desakan pada dinding
(Gambar 2.E). Kongesti sinusoid terjadi sinusoid karena adanya bendungan pada
karena pecahnya pembuluh darah kapiler vena berupa darah yang disebabkan oleh
yang dapat menyebabkan darah masuk ke zat
sinusoid. Tingkat kerusakan kongesti toksik. Secara umum pembendungan
sinusoid juga tergantung dari hilangnya dimulai dari vena sentralis yang
volume darah, jika volume darah selanjutnya ke bagian tengah lobulus
menghilang 20%, dapat menghasilkan (Wulandari dkk, 2007; Price dan Wilson,
gejala klinik yang rendah. Apabila terjadi 1995).
pendarahan dalam skala yang besar dapat
266
JURNAL SIMBIOSIS III (1): 258- 268 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayan a Maret
2015