Вы находитесь на странице: 1из 2

KETAHANAN PANGAN di INDONESIA

Loncat 50 Tingkat, Ketahanan Pangan Indonesia Posisi 21 di Dunia. "Loncatan luar


biasa dari 71 ke 21," ujar Mentan Amran Sulaiman Amran Pertanian Menteri
Pertanian Andi Amran Sulaiman saat mencanangkan Gerakan Nasional Penanaman
Cabai di Bergas, Kabupaten Semarang, 23 Januari 2017. Menteri Pertanian (Mentan)
Amran Sulaiman mengungkapkan keberhasilannya dalam meningkatkan sektor
pertanian Tanah Air. Saat ini indeks keberlanjutan pangan Indonesia telah masuk
dalam urutan 25 besar dunia.

"Subuh tadi, kami terima sms (pesan singkat elektronik), dalam Global Food
Sustainability Index, Indonesia berada di peringkat 21," kata Amran Kementerian
Pertanian, di kantornya, Senin (3/7). The Economist Intelligence Unit (EIU) baru saja
merilis Global Food Sustainability Index. Dalam laporannya, Indonesia tercatat
menduduki posisi 21 dari 133 negara. Peringkat Indonesia naik sangat signifikan
dibandingkan posisi tahun lalu, yakni 71. "Loncatan luar biasa dari 71 ke 21,"
ujarnya. Dalam indeks tersebut, Indonesia berada di peringkat 21 dengan skor
50,77 setelah Brasil. Posisi Indonesia berada di atas Uni Emirat Arab, Mesir, Arab
Saudi, dan India.

Indeks ini terbagi dalam tiga kategori, yaitu sampah dan bahan makanan yang
terbuang (Food Loss and Waste), keberlangsungan pertanian (Sustainable
Agriculture), dan tantangan nutrisi (Nutritional Chalenges). Dalam indikator Food
Loss and Waste Indonesia berada di posisi 24, dengan skor 32,53. Sustainable
Agriculture, Indonesia mendapat skor 53,87 dan berada pada peringkat 16.
Sedangkan Nutritional Chalenges berada di peringkat 18 dengan skor 56,79. Indeks
ini digunakan untuk menganalisis pertanian, nutrisi, dan sampah makanan di 25
negara yang terhitung menjadi 87 persen dari Produk Domestik Bruto dan 72
persen dari populasi dunia.

Ada enam poin penting yang menjadi rekomendasi pemerintah di bidang


kedaulatan dan mengelola ketahanan pangan hasil rembuk nasional 2017.

Rekomendasi pertama adalah subsidi pupuk, benih dan bantuan alat-alat


serta mesin pertanian yang lebih efektif.
Kedua, manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dalam program
upaya khusus padi jagung kedelai dan Sergab harus lebih sesuai.
Ketiga, regulasi tata kelola pangan seperti HPP, HET, dan Satgas Pangan
pelaksanaannya harus ditingkatkan.
Keempat, program pemberdayaan dan penguatan sumberdaya petani serta
reformasi agraria perlu ditingkatkan. Di sisi lain program penyuluhan
pertanian dan pengerahan Babinsa untuk penyuluhan pertanian harus lebih
efektif.

Oleh karena itu, perlu strategi baru dengan mengerahkan petani inovator dan
petani berprestasi yang dibantu pengajar dari perguruan tinggi sebagai
pendamping. Dalam hal ini pemerintah perlu menjalankan reformasi agraria secara
konsekuen terutama redistribusi lahan untuk petani kecil dan mencegah alih fungsi
tanah pertanian dan alih kepemilikan lahan pertanian dari petani ke pemodal.

Kelima, pengembangan peternakan desa. Keenam, revisi UU Nomor 12 Tahun


1992 serta perundang-undangan dan peraturan pemerintah terkait.

(Kamis, 5 Januari 2017)

Berdasarkan permasalahan saat ini, masih ada penduduk Indonesia yang


mengalami kelaparan. Penyebab utamanya ialah kemiskinan dan kelangkaan bahan
makanan pokok. Masih banyak penduduk Indonesia yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan pangan mereka, khususnya di wilayah bagian timur Indonesia, seperti
Papua, NTT, dan Maluku. Pertumbuhan ekonomi yang pesat membantu Indonesia
menurunkan angka kelaparan. Bahkan Indonesia masih dinilai lambat dalam
mengurangi jumlah penduduk yang kekurangan gizi, khususnya anak-anak di
bawah usia 5 tahun. Saat ini banyak balita di Indonesia menderita stunting atau
terhambat pertumbuhannya akibat kekurangan gizi kronis berdasarkan data dari
Millennium Challenge Account Indonesia. Kondisi itu dikhawatirkan akan
menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Faktor ekonomi dan pendidikan menjadi penyebab tingginya angka balita stunting di
Indonesia, khususnya di wilayah bagian timur Indonesia. Dengan melihat kondisi itu,
semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat dituntut untuk terus
berupaya menghapus kelaparan dan kekurangan gizi dengan melakukan
pemberdayaan ekonomi guna meningkatkan produksi pangan dan memastikan
masyarakat memiliki akses untuk mendapatkan makanan yang bergizi.

Вам также может понравиться