Вы находитесь на странице: 1из 72

Laporan Pendahuluan Personal Hygiene

. Konsep Dasar Penyakit


I. Definisi/Pengertian
Higiene personal berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene
berarti sehat. Higiene personal atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis.
Tujuan perawatan personal Hygiene adalah :
a. Meningkatkan derajat kesehatan orang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal Hygiene yang kurang.
d. Pencegahan penyakit.
e. Meningkatkan percaya diri seseorang.
f. Menciptakan keindahan.
Dampak yang muncul pada masalah personal hygiene :
1. Dampak fisik
banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Ganggua fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikologis
masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksi sosial.

II. Epidemiologi/insiden kasus


Defisit hygiene personal dapat terjadi pada setiap orang mulai dari lahir sampai mati (dari lahir-
70 tahun) karena ketidakmampuan melakukan aktivitas sendiri, kurangnya pengetahuan dan
banyak faktor lain yang mempengaruhi.

III. Penyebab/etiologi
1. Karena Sakit,sehingga tidak mampu melakukan sendiri
2. Kurangnya Pengetahuan dan Informasi
3. Keterbatasan Biaya
4. Lingkungan yang Tidak Mendukung
5. Tidak ada nya Fasilitas yang memadai

IV. Faktor predisposisi


Menurut Tarwoto Wartonah faktor-faktor yang mempengaruhi personal Hygiene adalah :
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri sehingga kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
3. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus, ia harus selalu menjaga kebersihan
kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7. Kondisi Fisik
Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
Menurut Wahit Iqbal Mubarak, SKM dan Ns. Nurul Chayatin, S.Kep dalam buku KDM
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi personal Hygiene adalah :
1. Budaya
Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan bahwa saat individu sakit ia tidak
boleh dimandikan karena dapat memperparah penyakitnya.
2. Status sosial-ekonomi
Untuk melakukan personal hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
Itu semua membutuhkan biaya. Dengan kata lain, sumber keuangan individu akan berpengaruh
pada kemampuannya mempertahankan personal hygiene yang baik.
3. Agama
Agama juga berpengaruh pada keyakinan individu dalam melaksanakan kebiasaan sehari-hari.
Agama Islam miasalnya, umat Islam selalu diperintah untuk menjaga kebersihan karena
kebersihan adalah sebagian dari iman. Hal ini tentu akan mendorong individu untuk mengingat
pentingnya kebersihan diri bagi kelangsunganhidup.
4. Tingkat pengetahuan atau perkembangan individu
Kedewasaan seseorang mempengaruhi pada kualitas diri seseorang tersebut, salah satunya adalah
pengetahuan yang baik. Pengetahuan itu penting dalam meningkatkan status individu. Sebagai
contoh, agar terhindar dari penyakit kulit, kita harus mandi dengan bersih setiap hari.
5. Status kesehatan
Kondisi sakit ataucedera akan menghambat kemampuan individu dalam melakukan perawatan
diri. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap tingkat kesehatan individu. Individu akan semakin
lemah yang pada akhirnya akan jatuh sakit.
6. Kebiasaan
Ini ada kaitanya dengan kebiasaan individu dalam menggunakan produk-produk tertentu dalam
melakukan perawatan diri misalnya menggunakan shower, sabun padat, sabun cair, shampo, dll.
(Taylor, 1989)
7. Cacat jasmani atau mental bawaan
Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan individu untuk melakukan
perawatan diri secara mandiri.

V. Patofisiologi
sakit Fasilitas Kurangpengetahuan ekonomi lingkungan
Ke
b.
Har
ga
diri

Gangguaninteraksi
sosial
Gangguanintegritas kulit

Gangguan Gangguan
membranmukosa rasanyaman

Infeksi Aktualisasi diri


padamata&telinga

Gangguan fisikpada Keb.


kuku Dicintaimencintai
VI. Klasifikasi
Menurut KDM Tarwoto Wartonah, macam-macam personal hygiene yaitu :
1. Perawatan kulit kepala dan rambut.
2. Perawatan mata.
3. Perawatan hidung.
4. Perawatan telinga.
5. Perawatan kuku kaki dan tangan.
6. Perawatan genetalia.
7. Perawatan kulit seluruh tubuh.
8. Perawatan tubuh secara keseluruhan.
Sedangkan menurut KDM Wahit Iqbal Mubarak, SKM dan Ns. Nurul Chayatin, S.Kep, sama
dengan macam personal hygiene menurut KDM Tarwoto Wartonah hanya saja ditambah dengan
perawatan gigi dan mulut.

VII. Gejala klinis


Tanda-tanda :

1. Fisik

1. Badan bau, pakaian kotor

2. Rambut dan kulit kotor

3. Kuku panjang dan kotor

4. Gigi kotor, mulut bau

5. Penampilan tidak rapi

2. Psikologis
1. Malas, tidak ada inisiatif

2. Menarik diri, isolasi

3. Merasa tidak berdaya, rendah diri dan hina

2. Sosial

1. Interaksi kurang

2. Kegiatan kurang

3. Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan, buang
air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/ sikat gigi, tidak dapat berpakaian
sendiri.

VIII. Pemeriksaan fisik


a. Rambut
Amati kondisi rambut :
Keadaan kesuburan rambut
Keadaan rambut yang mudah rontok
Keadaan rambut yang kusam
Keadaan tekstur
b. Kepala
Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala.
Botak/alopesia
Ketombe
Berkutu
Adakah eritema
Kebersihan
c. Mata
Amati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada kelopak mata, kemerahan atau
gatal-gatal pada mata.
d. Hidung
Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda-tanda pilek, tanda-tanda
alergi, adakah perubahan penciuman, dan bagaimana membran mukosa.
e. Mulut
Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya. Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda
radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.
f. Gigi
Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap atau gigi palsu.
g. Telinga
Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi atau perubahan daya
pendengaran.
h. Kulit
Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan kebersihannya. Perhatikan adanya warna
kulit, stria, kulit keriput, lesi atau pruritus.
i. Kuku tangan dan kaki
Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan atau luka.
j. Genetalia
Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perinium. Perhatikan pola pertumbuhan
rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.
k. Tubuh secara umum
Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum. Perhatikan adanya kelainan pada kulit atau
bentuk tubuh.
IX. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
X. Prognosis
Rentan terhadap penyakit karena kuman-kuman menumpuk dibadan yang merupakan sumber
penyakit.
Kurang percaya diri akibat timbulnya bau badan yang menyengat dari metabolisme kuman.
XI. Therapy/tindakan penanganan
Tindakan yang dapat dilakukan keluarga/perawat bagi klien yang tidak dapat merawat diri
sendiri adalah :

1. Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien

1. Bina hubungan saling percaya

2. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri


3. Kuatkan kemampuan klien untuk merawat diri

2. Membimbing dan mendorong klien merawat diri

1. Bantu klien merawat diri

2. Ajarkan ketrampilan secara bertahap

3. Buat kegiatan harian setiap hari

4. Ingatkan setiap kegiatan

5. Beri pujian serta kegiatan yang positif

2. Ciptakan lingkungan yang mendukung

1. Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan (misal : sabun, odol, baju, dll)

2. Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi klien

2. Sikap keluarga

1. Sabar dan selalu siap membantu

2. Menerima dan memuji setiap upaya klien saat merawat diri

3. Tidak mencela atau menghina

2. Membantu klien untuk melakukan perawatan diri

3. Memberikan health education agar klien tahu dan sadar bahwa kebersihan diri penting
dijaga.
XII. Penatalaksanaan

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


I. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana yang dimiliki, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene personal individu, baik faktor pendukung maupun
faktor penghambat.
b. Pemeriksaan fisik
a. Rambut
Amati kondisi rambut :
Keadaan kesuburan rambut
Keadaan rambut yang mudah rontok
Keadaan rambut yang kusam
Keadaan tekstur
b. Kepala
Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala.
Botak/alopesia
Ketombe
Berkutu
Adakah eritema
Kebersihan
c. Mata
Amati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada kelopak mata, kemerahan atau
gatal-gatal pada mata.
d. Hidung
Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda-tanda pilek, tanda-tanda
alergi, adakah perubahan penciuman, dan bagaimana membran mukosa.
e. Mulut
Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya. Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda
radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.
f. Gigi
Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap atau gigi palsu.
g. Telinga
Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi atau perubahan daya
pendengaran.
h. Kulit
Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan kebersihannya. Perhatikan adanya warna
kulit, stria, kulit keriput, lesi atau pruritus.
i. Kuku tangan dan kaki
Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan atau luka.
j. Genetalia
Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perinium. Perhatikan pola pertumbuhan
rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.
k. Tubuh secara umum
Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum. Perhatikan adanya kelainan pada kulit atau
bentuk tubuh.

II. Diagnosa keperawatan yang muncul


Menurut nanda 2003, diagnosis keperawatan umum untuk klien dengan masalah perawatan
hygiene adalah Defisit Perawatan Diri. Lebih lanjut diagnosa tersebut terbagi menjadi empat
(kozier, 2004), yaitu :
Defisit perawatan diri : makan
Defisit perawatan diri : mandi/hygiene
Defisit perawatan diri : berpakaian/berhias
Defisit perawatan diri : eliminasi
III. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi
Rencana asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan hygiene personal harus meliputi
beberapa pertimbangan, yaitu hal-hal yang disukai klien, kesehatan klien serta keterbatasan yang
dimilikinya. Selain itu perawat perlu mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memberikan
asuhan keperawatan serta fasilitas dan tenaga yang tersedia. Berikut merupakan contoh rencana
tindakan dan rasionalisasi dengan diagnosis Defisit Perawatan Diri mandi/hygiene.
Diagnosis : Defisit Perawatan Diri mandi/hygiene
Yang berhubungan dengan :
Kurangnya koordinasi, sekunder akibat (sebutkan)
Kelemahan otot sekunder akibat (sebutkan)
Paralisis sebagian atau total, sekunder akibat (sebutkan)
Keadaan koma
Gangguan fisual, sekunder akibat (sebutkan)
Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstrimitas
Peralatan eksternal
Kelelahan dan nyeri pasca oprasi
Defisit kognitif
Nyeri
Kriteria hasil :
Individu akan melakukan aktivitas mandi pada tingkatan yang optimal sesuai dengan harapan
atau mengungkapkan kepuasan atas keberhasilan yang dicapai meski dengan keterbatasan yang
dimiliki.

Indikator :
Mengungkapkan kenyamanan dan kepuasan dengan kebersihan tubuh
Mendemonstrasikan kemampuan menggunakan peralatan adaptif
Menjelaskan faktor penyebab untuk defisit kemampuan mandi
Intervensi umum
Kaji faktor penyebab defisit personal hygiene
Beri kesempatan klien untuk beradaptasi kembali dengan aktivitas perawatan diri
Lakukan intervesi umum untuk klien dengan ketidakmampuan untuk mandi
Jaga agar kondisi lingkungan sederhana dan tidak berantakan.
Jaga suhu kamar mandi tetap hangat, cari tahu suhu air yang disukai individu.
Berikan privasi selama mandi.
Observasi kondisi kulit selama mandi.
Letakan seluruh peralatan mandi di tempat yang mudah dijangkau.
Untuk klien dengan gangguan pengelihatan, letakan seluruh peralatan di dalam lapang pandang
klien atau pada tempat yang paling sesuai untuk klien.
Berikan pengaman di kamar mandi (keset, pegangan)
Jika klien mampu secara fisik , anjurkan ia untuk menggunkan bak mandi atau shower ,
tergantung apa yang digunakan di rumah ( klien harus berlatih di rumah sakit untuk persiapan
pulang ke rumah).
Berikan peralatan adaktif sesuai kebutuhan (misal spons dengan tangkai yang panjang, balok
pegangan di dinding kamar mandi, semprotan shower yang dapat di pegang ).
Untuk klien yang kehilangan anggota gerak, inspeksi sisa kaki atau puntung guna melihat
integritas kulit. Mandikan bagian puntung 2 kali sehari dan yakinkan bagian tersebut kering
sebelum dibungkus atau dipasangkan prostesis.
Berikan obat pereda nyeri yang bisa mempengaruhi kemampuan untuk mandi sendiri.
Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan, sesuai indikasi.
Rasional :
Ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri menimbulkan perasaan ketergantungan
dan konsep diri yang rendah. Dengan meningkatnya kemampuan merawat diri, harga diri akan
meningkat ( Maherebal, 1998).
IV. Evaluasi
Dx 1 : kotor berkurang dan terkontrol
Dx 2 : pasien mampu melakukan kegiatan/aktivitas fisik
walaupun masih dibantu
Laporan Pendahuluan ASKEP Dengue High Fever (DHF) atau ASKEP Demam
berdarah Dengue (DBD)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Medis
1. Definisi
a. Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus. (Soedarmo

Sumarno, 2005).
b. Dengue ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk spesies

Aedes. (Hasan Rusepno, 2007).


c. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang

termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. (Hidayat A. Aziz

Alimul, 2008).
2. Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus

tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam

grup B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

(Nursalam Susilaningrum, 2005).


Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di

Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:


a. Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam

rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, seperti

pohon pisang, pandan kaleng bekas.


2) Menggigit pada waktu siang hari
3) Jarak terbang 50 meter.
(Rampengan T H, 2007)

3. Klasifikasi
erajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,

trombositopenia, dan hemokosentrasi.


erajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
erajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.
erajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang disertai dengan

Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).


4. Manifestasi klinis
a. Demam tinggi selam 5-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis, hematoma.
c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
d. Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
i. Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi

cepat dan lemah). (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).


5. Patofisiologi
a. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan kemudian

akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan

mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida

berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

(protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab terjadinya

perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.


c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya

volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik, Renjatan terjadi

secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding

pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak

diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani,

2006).

Patoflow Demam berdarah Dengue DBD atau Patoflow Dengue High Fever DHF

1. Diagnostik test
a. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia

(100.000/mm3 atau kurang)


b. Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
c. Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
2. Komplikasi
a. Ensefalopati dengue
b. Kelainan ginjal
c. Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).
3. Pengobatan dan Pencegahan
a. Pengobatan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada derajat I hingga

derajat IV.
Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk anak

dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu

secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :
a) 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b) 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c) 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d) 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg

2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder


3) Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila ada

perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan

jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan dapat

diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg

BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang

cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana

perhitungan selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80

mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang

maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila keadaan

tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.


2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan satu

untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak

20 ml/kgBB/jam selam 1 jam,


3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam,
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam diulangi

maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka konsultasikan

kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A

Aziz Alimul, 2008).


b. Pencegahan
1) Ada 3 cara pemberantasan vector
a) Fogging focus
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan fogging hanya

dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis butul-butul memenuhi kriteria


b) Abatisasi
Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-tempat umum.

c) Tanpa inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:
- Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat penampungan

air bersih.
- Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
- Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas, lainnya yang

dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
2) Penyuluhan (Health Education)
Perawat dapat melakukan penyuluhan atau Health Education tentang cara pencegahan vektor

efektif. Penyuluhan dapat dilakukan pada orang tua murid di sekolah-sekolah, di posyandu, yaitu

di dalam rumah hendaknya selalu terang, tidak menggantungkan pakaian yang bekas dipakai

terutama di kamar tidur karena nyamuk akan senang hinggap pada pakaian yang bekas dipakai
yang sudah bau keringat. BAK kamar mandi atau jambangan bunga yang ada di dalam bunga

agar sering dibersihkan dan diganti airnya setiap 2 hari sekali membenahi atau menata halaman

supaya tidak ada tempat yang terisi air, seperti pecahan botol, tempurung kelapa, kaleng bekas

atau benda-benda yang dapat menampung air. Dedaunan kering yang sudah menumpuk

hendaknya disapu bersih. Selain itu juga air tidak tertampung, mengelola sampah sesuai situasi

dan kondisi setempat, apakah dibakar atau diangkat oleh mobil sampah untuk dibuang ke TPA

sehingga nyamuk tidak berkembang biak. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).

4. Prognosis
Bila tidak terjadi renjatan dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan menjadi baik kalau

lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan, kemungkinan sembuh kecil dan prognosis

menjadi buruk. (Rampengan T.H, 2007).

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.


Asuhan keperawawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama

dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan Asuhan keperawatan sesuai lingkup

wewenang dan tanggung jawabnya. (kusnanto, 2004).


Tahaptahap proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi keperawatan. Kelima langkah tersebut dapat dijadikan pedoman

dalam mencapai tujuan keperawatan yaitu : meningkatkan, mempertahankan kesehatan, atau

membuat pasien mencapai kematian dengan tenang pada pasien terminal, serta memungkinkan

pasien pasien atau keluarga dapat dapat mengatur kesehatan sendiri menjadi lebih baik. (Tarwoto

wartonah, 2006).
1. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi

yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan data secara sistematis; kedua,

memilah dan mengatur data yang dikumpulkan, ketiga mendokumentasikan dalam format yang

dapat dibuka kembali. (Tarwoto wartonah, 2006)


Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut Nursalam

2005 adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan

pekerjaan orang tua.


b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke Rumah

Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.


c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam kesadaran

komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.

Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare

atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata

terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau

hematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa mengalami

serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi

dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua anak dengan

status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang

menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila

kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak

dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air

yang menggenang dan gantungan baju di kamar).


h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu makan

menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara

Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.


3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit

atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan

persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.


5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang

terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.


6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai

ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak

adalah sebgai berikut:


1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan petekie,

perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak

teratur, serta tensi menurun.


4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan

tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.


j. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung

kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa

mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan

mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).


4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang

tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat

pada grade III dan IV.


5) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6) Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah

aktual atau resiko dalam rangka mengindentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan

untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah, masalah kesehatan klien yang ada ada

tanggung jawabnya. (Tarwoto wartonah,2006)


Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah

Dengue tergantung pada data yang ditemukan.


Menurut Nursalam 2005 diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, tidak ada napsu makan.


d. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler,

muntah dan demam.


f. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat

menggambarkan respon pasien pada masalah kesehatan aktual dan resiko (Nursalam, 2001).
Rencana keperawatan Pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue

menurut Nursalam 2005, Wong Dona L 2003 dan Doenges, Marilynn, E. dkk, 1999. adalah :
a. Diagnosa keperawatan 1
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
juan : Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
iteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi Keperawatan
1) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam atau sering lagi.
Rasional : Suhu 38,9-41,1oc menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola

demam dapat membantu dalam diagnosis.


2) Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Untuk memberikan pengetahuan pemahaman tentang penyebab dan memberikan

kesadaran kebutuhan belajar.


3) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi

demam.
Rasional : Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya

perubahan dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien.
4) Catatlah asupan dan keluaran cairan.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan baik intake maupun output.
5) Anjurkan anak untuk banyak minum paling tidak 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaat

bagi anak.
Rasional : Untuk mempercepat proses penguapan melalui urine dan keringat, selain

itu dimaksudkan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.


6) Berikan kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha.
Rasional : kompres air dingin dapat memberikan efek vasodilatasi pembululuh

darah.
7) Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
Rasional : Untuk memudahkan dalam proses penguapan.
8) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.
Rasional : Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan obat-obatan

sebagai preparat yang di formulasikan untuk penurunan panas.


perawatan 2
Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
juan : Nyeri berkurang atau terkontrol
ia hasil : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
Intervensi keperawatan.
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan anak

memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak terhadap

nyeri.
Rasional : Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan resolusi komplikasi.


2) Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
Rasional : Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat mengurangi rasa nyeri

atau mengurangi stimulus nyeri.


3) Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri (libatkan

keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV.


Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak.
4) Berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang

terdekat.
Rasional : Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa

sakit.
5) Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter).
Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
c. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, tidak ada napsu makan.


juan : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.
Intervensi keperawatan
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.
Rasional : Untuk memberikan nutrisi yang optimal meskipun kehilangan napsu

makan serta memotivasi anak agar mau makan.


2) Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi masih

hangat
Rasional` : Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk

mencerna makanan dan menghindari rasa mual.


3) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi

sering.
Rasional : karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik.
4) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.
Rasional : Untuk membantu status nutrisi.
5) Mempertahankan kebersihan mulut pasien
Rasional : Untuk merangsang napsu makan.
6) Mempertahankan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
Rasional : Untuk menghindari intoleransi makanan.
7) Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit.
Rasional : Makanan merupakan penambahan tenaga bagi orang sakit.
8) Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan dalam

pemberian diet dan selanjutnya.


b. Diagnosa Keperawatan 4
Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan : tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : Jumlah trombosit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan
1) Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan

bawah kulit.
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari
Rasional : Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit.
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.
Rasional : Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor

penyebab terjadinya syok apabila terjadi penurunan trombosit yang hebat.


4) Anjurkan anak untuk banyak istirahat
Rasional : Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam

proses penyembuhan.
c. Diagnosa Keperawatan 5
juan : Anak menunjukkan terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan.
ia hasil : - Anak mendapatkan cairan yang cukup
- Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan tanda-tanda vital dan

turgor kulit yang normal, membran mukosa lembab.


Intervensi keperawatan.
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit.
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam.
Rasional : Untuk meningkatkan hidrasi dan mencegah dehidrasi.
3) Perhatikan keluhan pasien seperti mata kunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin dan

sesak napas.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi bila adanya kekurangan cairan

sehingga mendapatkan perawatan lebih baik.


4) Mengobservasi dan mencatat intake dan output.
Rasional : Untuk menentukan status hidrasi
5) Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional : Menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, serum albumin.
Rasional : Menentukan adanya ketidakseimbangannya cairan dan elektrolit.
7) Mempertahankan intake dan output yang adekuat.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi.
8) Monitor dan mencatat berat badan.
Rasional : merupakan indikator cairan dan nutrisi.
9) Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Pemberian infus dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.

d. Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
juan : Anak mendapat istirahat yang adekuat
ria hasil : - Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
- Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.
Intervensi keperawatan
1) Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan

eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak.


Rasional : Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas dan

memungkinkan penghematan energi atau kelemahan tubuh.


2) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak
Rasional : Bantuan keluarga membuat anak merasa aman secara moril dan fisik

serta membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien.


3) Dekatkan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak
Rasional : Memudahkan pasien dapat mengambil keperluannya.
e. Diagnosa Keperawatan 7
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
juan : Keluarga menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal koping

yang adatif.
eria hasil : - Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya
- Keluarga menunjukkan perilaku koping positif terhadap anak.
Intervensi keperawatan
4) Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh

stress.
Rasional : Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk

menguatkan pemahaman keluarga.


5) Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan identifikasi

faktor yang paling mencemaskan keluarga.


Rasional : Agar keluarga mendapat dukungan yang di butuhkan sehingga

kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dapat dimaksimalkan.


6) Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi

keadaan.
Rasional : Untuk memberikan dukungan dan ketenangan sesuai kebutuhan.
7) Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga menjadi

lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh kelurga.
Rasional : Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap intervensi lanjut.
8) Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-

hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian secara bertahap

meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.


Rasional : Untuk memberikan dukungan sehingga kemampuan anak untuk

melakukan koping dapat di maksimalkan serta menurunkan resiko cedera.


4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana-rencana perawatan.

(Tarwoto Wartonah, 2006).


Pendekatan tindakan keperawatan meliputi:
a. Independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah

dari dokter atau tenaga kesehatan lain.


b. Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan

suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi

dan dokter.
c. Dependen, tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan

medis.Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.

(Kusnanto, 2004).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk

mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan.


Langkah-langkah evaluasi :
a. Daftar tujuan-tujuan pasien.
b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
c. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak. (Tarwoto Wartonah, 2006).

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : T.S
Umur : 12 Tahun
TTL : Tondano 3 oktober 1999
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Tondano Roong ling I
Suku/ Bangsa : Minahasa/ Indonesia
Anak Ke : Satu
Tanggal MRS : Kamis, 06-Mei-2010, Jam 10:14 Wita
Tanggal Pengkajian : Jumat, 07-Mei-2010, Jam 14.00 Wita
Ruangan : Debora, kamar 2, bed 2
No RM : 6424
No Reg : 502233
Diagnosa Medik : Demam Berdarah Dengue
2. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn M.S
Umur : 37 Tahun
Pendidikan : Sarjana Strata I
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tondano Roong I
Agama : Kristen Protestan
Suku/ Bangsa : Minahasa/ Indonesia
Nama Ibu : Ny M.P
Umur : 32 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
3. Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan


1 F.S 5 Tahun Adik Sehat
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Panas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sejak 4 hari yang lalu tanggal 02-05-2010 sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh panas,

batuk-batuk, sakit kepala. Klien diberi minum obat parasetamol, panas turun tapi tak lama

kemudian naik lagi sampai sampai 40 0C. tanggal 06-05-2010 keluarga membawa klien ke UGD
RSU Bethesda GMIM Tomohon untuk mendapatkan perawatan. Dan dokter menganjurkan untuk

rawat inap di ruangan Debora. Saat pengkajian tanggal 07-05-2010 jam 14.00 klien mengatakan

badan masih terasa panas dengan suhu tubuh 380C dan telah mendapat perawatan selama 1 hari.

Klien mengatakan terdapat bintik-bintik merah ditangan dan kaki, napsu makan menurun ada

mual dan muntah 2x, klien tampak lemah,


c. Riwayat Kesehatan Lalu
Sebelumnya Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti yang diderita sekarang dan tidak

pernah dirawat di rumah sakit.


d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan dalam keluarga hanya klien yang mengalami sakit seperti ini.
e. Kondisi Lingkungan
Klien tinggal bersama orang tua dan adik klien, tempat tersebut beratap genteng, dinding beton,

lantai flur, terdiri dari 4 kamar klien dan adik klien tidur dalam satu kamar, WC dan kamar mandi

berada di dalam rumah, sumber air minum air mineral isi ulang, penerangan listrik dan

penanganan sampah di kumpul lalu di buang di tong sampah. Jenis rumah petak dan berdekatan

dengan rumah tetangga.

f. Riwayat Psikososial
Hubungan anak dan orang tua serta adik harmonis, klien termasuk anak yang cepat bergaul,

akrab dengan teman-teman sebaya khususnya dirumah, hubungan anak keluarga dengan

lingkungan sekitar termasuk tim medis baik, jika klien marah klien mengekspresikan perasaan

dengan menangis atau mengungkapkan perasaan pada orang tua, dan jika klien gembira klien

mengekspresikan perasaan dengan tertawa.


g. Riwayat Spritual
Klien menganut agama Kristen protestan. Klien selalu ke ibadah sekolah minggu setiap hari

minggu, dan kegiatan-kegiatan ibadah anak lainnya. Klien juga diajar orang tua untuk selalu

berdoa sebelum makan, sebelum tidur dan bangun tidur.


h. Reaksi Hospitalisasi
1) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Pada saat pengkajian klien mengatakan bahwa keadaan sakit adalah keadaan yang menakutkan

karena apabila sakit sudah tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, tidak bisa kesekolah seperti

hari-hari biasanya, dan harus tinggal dirumah sakit untuk mendapatkan perawatan dalam proses

penyembuhan.
2) Pemahaman Orang tua tentang sakit dan rawat inap
Pada saat pengkajian orang tua klien mengatakan bahwa keadaan sakit merupakan suatu keadaan

yang mencemaskan bagi setiap Orang tua terhadap anaknya, karena dapat membuat orang tua

merasa terbebani Dan orang tua bertanya-tanya tentang penyakit anaknya, tampak gelisah dan

mondar-mandir diruangan karena pertama kali anaknya dirawat di rumah sakit


5. Aktivitas Hidup Sehari-hari
a. Nutrisi
sakit : Selera makan pasien baik, frekuensi makan 3x sehari, jenis

makanan : nasi, ikan, sayur. Porsi makan dihabiskan. Tidak ada pantangan atau alergi dalam

makanan.
ji : Porsi makan tidak dihabiskan (hanya 5-6 sendok makan).Klien

makan 3x sehari, jenis makanan; bubur, ikan, sup, buah. Napsu makan kurang, mual dan muntah

2x
b. Cairan
sakit : Klien minum 6-7 gelas/hari, jenis air putih, susu kadang-kadang.
i : Minum 10 gelas/ hari
Jenis air putih, dan dianjurkan ditambah minum jus buah
c. Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1-2x/hari
Konsistensi lembek
Warna coklat
BAK 4-5/hari
Warna kuning jernih
Saat dikaji : Klien belum BAB
BAK 6-7x/hari
Warna kuning jernih
d. Istirahat/tidur
sakit : Tidur siang 1 jam, tetapi kadang-kadang tidak tidur siang karena

bermain
Tidur malan 8-9 jam/hari
i : Tidur siang 1 jam/hari
Tidur malam 10 jam/hari
e. Personal hygiene
sakit : Mandi 2x/hari, memakai sabun mandi, cuci rambut memakai

shampoo, menggosok gigi 2x/hari dengan sikat dan pasta gigi


i : Klien hanya dimandikan dengan menggunakan waslap setiap

pagi.
f. Aktivitas
sakit : Aktivitas klien ke sekolah dan bermain dengan teman sebaya

klien di rumah setelah pulang sekolah


i : Klien tidak beraktivitas, klien hanya beristirahat karena sakit.
6. Pemeriksaaan Fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak lemah, klien berpakaian sesuai dengan usia, bersih
b. Kesadaran
Composmentis
c. Tanda-Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
N : 92 x/m
R : 22x/m
Sb : 38 0C
d. Antropometri
TB : 135 cm
BB sebelum sakit : 28 kg
BB saat sakit : 25 kg
7. Pemerikasaan Head to toe
a. Kepala
speksi : Bentuk bulat, rambut warna hitam, distribusi rambut merata, tidak ada lesi dikulit

kepala,
si : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
b. Mata
speksi : Pergerakan bola mata simetris kiri dan kanan, kongjungtiva merah muda, sclera tidak

ikterus.
si : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
c. Hidung
speksi : Terdapat rambut-rambut hidung, penciuman baik, tidak ada sekret, tidak ada

perdarahan.
: Tidak ada nyeri tekan, dan tidak teraba adanya polip
d. Telinga
speksi : Simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada

perdarahan.
: Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

e. Mulut
speksi : Bibir kering, mukosa mulut kering, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada karies, tidak

ada perdarahan.
f. Leher
speksi : Tidak ada pembesaran kelenjar vena jugularis dan kelenjar tiroid
: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
g. Dada
Inspeksi : Pergerakan dada simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
uskulatasi : Bunyi napas bronkovesikuler, tidak terdengar bunyi tambahan seperti Wheezing atau ronchi
rkusi : Bunyi resonan pada paru, dan bunyi pekak pada jantung.
h. Abdomen
Inspeksi : Perut datar , tidak ada asites,
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
Auskultasi : Terdengar peristaltic usus
Perkusi : Bunyi timpani.
i. Ekstremitas atas
speksi : Simetris kiri dan kanan, terpasang IVFD RL 30tts/m di tangan kiri. ROM baik,

kekuatan otot 5
: Tidak ada adema, akral teraba panas.
j. Ekstemitas bawah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kedua tungkai dapat digerakkan, ROM baik,

kekuatan otot 5

Palpasi : Tidak ada adema, akral teraba panas

k. Genetalia
Inspeksi : bersih
l. Anus
Inspeksi : Tidak ada haemoroid
m. Kulit
ksi : Warna kuning langsat, terdapat bintik-bintik merah,
si : Turgor kulit baik, teraba panas.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 06-05-2010 Nilai Normal pada anak
LED 10 0 -20
Hemoglobin 15,3 gr/dl 11,0-14,8 gr/dl
Leukosit 1000/dl 6000-12.000/dl
Hematokrit 44 % 34-45%
Trombosit 88.000/dl 150.000-450.000/dl

Tanggal 07-05-2010 jam 05.30

Hemoglobin 15.7gr/dl
Hematokrit 45 %
Leukosit 1000/dl
Trombosit 73.000/dl
9. Terapi Medis
RL 30 tts/mnt
Sanmol 3 x tab
Cefarox 2 x 100 mg
Ocuson 3 x tab
Starmuno 2 x 1
Trolit 5 sact/hari
10. Pengelompokkan Data
Data subjektif
a. Klien mengatakan badan terasa panas
b. Klien mengatakan napsu makan menurun, ada mual dan muntah 2x.
c. Klien mengatakan timbul bintik-bintik merah di kedua kaki dan tangan
d. Orang tua bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.
Data Objektif
a. Klien tampak lemah
b. Sb 380C, N 92x/m
c. Akral teraba panas
d. Makanan yang disajikan tidak di habiskan ( hanya 5-6 sendok)
e. BB sekarang 25 kg
f. Bibir tampak kering
g. Tampak bintik merah di kulit
h. Trombosit 73.000/dl
i. Leukosit 1000/dl
j. Orang tua gelisah, mondar-mandir diruangan.

11. Tabel 1 Analisa Data


N DATA PENYEBAB MASALAH
O
1. DS : Virus Dengue (arbovirus) Hipertemi

- Klien mengatakan

badan terasa panas Melalui gigitan nyamuk


DO :

- Klien tampak lemah Masuk kedalam tubuh


- Sb 380C, N 92x/m
- Akral teraba panas

Re infection oleh virus


dengue dengan serotip
berbeda

Berekasi dengan antibody


Meninbulkan respon
peradangan

2 DS : Menimbulkan respon Gangguan


peradangan pemenuhan
- Klien mengatakan kebutuhan nutrisi
Menstimulasi medulla kurang dari
napsu makan menurun, vomiting center kebutuhan tubuh

ada mual dan muntah Mual dan muntah

2x Intake nutrisi kurang

DO :

- Makanan yang

disajikan tidak di

habiskan ( hanya 5-6

sendok)
- BB sekarang 25 kg
- Bibir tampak kering
3 Faktor resiko terjadi Terbentuk kompleks Potensial terjadi
antibody dalam sirkulasi perdarahan
perdarahan yang lebih darah

lanjut: Pengaktifan system


- Klien mengatakan complement dan
dilepaskannya
timbul bintik-bintik anvilaktosin C3a dan C5a

merah di kedua kaki Lepaskan histamine yang


dan tangan besifat vasoaktif
- Tampak bintik merah

di kulit
- Trombosit 73.000/dl Permeabilitas dinding
- Leukosit 1000/dl pembuluh darah
meningkat

Kebocoran plasma di
intertisium

Penurunan jumlah cairan


intravaskuler

Trombositopenia

4 DS : Perubahan status Perubahan peran


kesehatan anak keluarga
- Orang tua bertanya-
Anak harus dihospitalisai
tanya tentang penyakit
Timbul kekwatiran orang
anaknya. tua terhadap penyakit
anak
DO :

- Orang tua gelisah dan

mondar-mandir

diruangan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus yang ditandai dengan

DS :

- Klien mengatakan badan terasa panas


DO :

- Klien tampak lemah


- Sb 380C, N 92x/m
- Akral teraba panas
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

dan muntah tidak ada napsu makan yang ditandai dengan

DS :

- Klien mengatakan napsu makan menurun, ada mual dan muntah 2x

DO :

- Makanan yang disajikan tidak di habiskan ( hanya 5-6 sendok)


- BB sekarang 25 kg
- Bibir tampak kering

3. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia factor resiko terjadi

perdarahan yang lebih lanjut:


- Orang tua mengatakan timbul bintik-bintik merah di kedua kaki dan tangan
- Tampak bintik merah di kulit
- Trombosit 73.000/dl
- Leukosit 1000/dl
- Terpasang IVFD RL 30 tts di tangan kiri.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak yang ditandai dengan

DS :

- Orang tua bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.

DO :

- Orang tua gelisah, dan mondar-mandir diruangan.


C. Tabel 2 Perencanaan Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK T.S DENGAN PENYAKIT INFEKSI DEMAM

BERDARAH DENGUE DI PAVILIUN DEBORA RSU BETHESDA GMIM TOMOHON

Nama : T.S
Umur : 12 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan

Paviliun :

Debora

N Hari/ Diagnosa Perencanaan Keperawatan Implementasi


o Tangg Keperawatan Tujuan /Kriteria Intervensi Rasional Keperawatan
al hasil
1 Jumat Hipertermi Anak 1. Observasi tanda- 1. Suhu 38,9-41,10c Jam 14.00
07/05/ 1. Mengobservasi tanda-tand
berhubungan menunjukan tanda vital setiap 4 menunjukkan proses
2010 vital
dengan proses tanda-tanda vital jam penyakit infeksi Sb : 380c
2. Berikan kompres N : 92x/mnt
infeksi virus dalam batas akut. R : 22x/m
air hangat 2. Pemberian kompres TD: 110/70 mmHg
yang ditandai normal setelah 3. Anjurkan orang tua Jam 14.15
membuat 2. Memberikan kompres air
dengan dilakukan untuk memberikan
vasodilatasi hangat pada dahi
DS : tindakan air banyak paling 3. Mempercepat proses3. Menganjurkan anak untuk

Klien keperawatan tidak 8-9 penguapan melalui minum banyak air/jus jam

mengatakan selama 3 hari gelas /hari urine dan keringat 8-9 gelas/hari
Jam 14.30
badan terasa dengan criteria selain itu untuk 4. Menganjurkan klien untu
4. Anjurkan agar
panas hasil : mengganti cairan memakai pakaian tipis yan
Badan tak anak tidak
DO : tubuh yang hilang mudah menyerap keringat
terasa panas memakai selimut 4. Untuk memudahkan Jam 18.00
- Klien tampak Suhu dan nadi 5. Membantu menggati
dari pakaian yang dalam proses
lemah dalam batas pakaian anak karena sudah
- Sb 380C, N normal 36,50c- tebal penguapan basah oleh keringat

92x/m 37,20c dan 50- 5. Anjurkan orang tua


- Akral teraba
90 x/m untuk segera 5. Memberikan rasa Jam 14.00
panas 6. Memberikan obat sanmol
mengganti pakaian kenyamanan bagi
tab
klien jika sudah tubuh klien. Ocuson tab
Mengganti cairan IVFD R
basah oleh keringat
6. Berikan terapi 30 tts/mnt
6. Pemberian terapi
intravena dan obat-
intravena untuk
obatan sesuai
mengganti cairan
dengan progam
yang hilang dan
dokter
obat-obatan sebagai

preparat yang

diformulasikan

untuk penurunan

panas
2 Jumat Gangguan Anak 1. Sajikan makan 1. Memudahkan proses Jam 17.00
07/05/ 1. Menyajikan makanan
nutrisi kurang menunjukan yang mudah menelan dan
2010 bubur, ikan, sayur, dalam
dari kebutuhan kebutuhan ditelan, seperti meringankan kerja
keadaan hangat
tubuh nutrisi yang bubur, serta lambung untuk 2. Menganjurkan kepada

berhubungan adekuat setelah dihidangkan selagi mencerna makanan orang tua untuk

dengan mual dilakukan masih hangat dan menghindari memberikan makan sediki

dan muntah tindakan 2. Anjurkan kepada rasa mual sedikit tapi sering
2. Karena porsi kecil
tidak ada napsu keperawatan orang tua untuk Jam 17.30
biasanya ditoleransi
makan yang selama 3 hari memberikan 3. Mencatat jumlah porsi
ditandai dengan dengan kriteria makanan dengan dengan baik. makanan yang dihabiskan

hasil: teknik porsi kecil porsi


Anak tidak Jam 19.00
DS : tapi sering 4. Menganjurkan pada klien
merasa mual 3. Catat jumlah porsi
Klien dan orang tua untuk
dan muntah makanan yang
mengatakan Nafsu makan 3. Untuk mengetahui mempertahankan kebersih
dihabiskan oleh
napsu makan meningkat jumlah intake mulut dengan menggosok
Porsi makan klien tiap hari
menurun, ada makanan dan gigi.
dihabiskan
mual dan BB kembali 4. Pertahankan penentuan dalam

muntah 2x bertambah kg kebersihan mulut pemberian diet yang Jam 21.00

DO : pasien selanjutnya. 5. Menimbang berat badan


5. Timbang berat 4. Untuk merangsang BB 25 kg
- Makanan yang 6. Menjelaskan kepada oran
badan tiap hari napsu makan
disajikan tidak 6. Jelaskan pada 5. Untuk membantu tua manfaat nutisi bagi an

di habiskan keluarga manfaat status nutrisi terutama saat sakit. harus


6. Makanan
( hanya 5-6 makanan/nutrisi menkonsumsi makanan
merupakan
sendok) bagi anak terutama yang bergizi untuk
- BB sekarang 25 penambahan
saat sakit menambah stamina dan
kg makanan bagi anak
- Bibir tampak mempercepat proses
sakit
kering penyembuhan
Jam 18.00
Melayani obat cefarox dan

starmuno

3. Jumat Potensial terjadi Tidak terjadi 1. Monitor tanda- 1. Untuk mengetahui Jam 15.00
07/05/ 1. Memonitor tanda-tanda
perdarhan perdarahan tanda perdarahan apabila ada tanda-
2010 perdarahan yaitu bintik-
berhubungan lanjut setelah tanda perdarahan
bintik merah, yang timbul
dengan dilakukan 2. Monitor penurunan lebih lanjut dikulit
2. Untuk mengetahui 2. Memonitor jumlah
trombositopenia tindakan trombosit
perkembangan penurunan trombosit
factor resiko keperawatan 3. Anjurkan anak 73.000/dl
penyakit Jam 15.30
terjadi selama 3 hari untuk banyak 3. Memberikan 3. Menganjurkan kepada ana

perdarahan lebih dengan kriteria istirahat relaksasi untuk untuk beristirahat banyak

lanjut hasil: anggota organ tubuh dan mengurangi aktivitas


- Tidak ada
- Orang tua serta membantu yang berlebihan karena ak
bintik-bintik
mengatakan dalam proses membutuhkan energi lebi
merah di kulit Jam 16.00
timbul bintik- - Trombosit penyembuhan 4. Menganjurkan kepada
4. Anjurkan anak 4. Membantu
bintik merah di kembali orang tua untuk lebih serin
untuk banyak meningkatkan
kedua kaki dan nnnormalnorma memberikan anak minum
minum jumlah trombosit
tangan normal 150.000- air/jus jambu yang banyak
- Tampak bintik 5. Anjurkan agar dalam tubuh
normal 5. Merangsang I gelas /jam
merah di kulit anak tidak 5. Menganjurkan kepada ana
- Trombosit 450.000/dl terjadinya
- Leukosit menggosok gigi untuk tidak menggosok gi
73.000/dl perdarahan dengan
- Leukosit normal 6000- dengan keras dengan keras karena akan
kadar trombosit
1000/dl 12000/dl 6. Kolaborasi dengan merangsang terjadinya
turun
dokter untuk 6. Indentifikasi kadar perdarahan.
Jam 18.00
pemeriksaan trombosit dan 6. Mengambil darah untuk

trombosit dan memberikan pemeriksaan

pemberian terapi tindakan secara tepat Ht,Hb,trombosit sebanyak

sehingga tanda-tanda 2 cc
7. Melayani trolit 1 sachet
perdarahan dapat

diantisipasi lebih
lanjut
4 Jumat Perubahan Keluarga 1. Kaji perasaan dan 1. Karena hal ini Jam 20.00
07/05/ 1. Menanyakan dan
proses keluarga menunjukkan persepsi orang tua biasanya terjadi
2010 mengetahui kemampuan
berhubungan perilaku koping atau anggota dalam proses
keluarga terhadap ambang
dengan kondisi posistif tentang keluarga terhadap penyesuaian dan
stress karena klien baru
anak yang anaknya setelah situasi yang penuh untuk menguatkan
pertama kali di rawat di R
ditandai dengan dilakukan stres pemahaman keluarga2. Mengijinkan kesempatan
2. Ijinkan orang tua 2. Agar keluarga
DS : tindakan kepada orang tua untuk
untuk ungkapkan mendapat dukungan
- Orang tua keperawatan mengekspresikan perasaan
perasaan dan yang dibutuhkan
bertanya-tanya selama 2 jam dimana orang tua cemas
identifikasi faktor sehingga
tentang penyakit dengan kriteria karena anak mereka belum
yang paling kemampuan mereka
anaknya. hasil : sembuh sudah berapa kali
Orang tua klien mencemaskan untuk mengatasi
DO : diperiksa darahnya
tenang dan masalah dapat 3. Mengetahui koping orang
- Orang tua 3. Identifikasi koping
memahami dimaksimalkan tua dalam menghadapi
gelisah, dan yang bisa 3. Untuk memberikan
tentang penyakit masalah sehingga dapat
mondar-mandir digunakan dan dukungan dan
anak dan mengantisipasi keadaan
di ruangan seberapa besar ketenangan sesuai
terapinya. dengan mendengarkan
keberhasilannya kebutuhan
keluhan orang tua dan
dalam mengatasi
memberi penjelasan
keadaan.
4. Tanyakan kepada 4. Untuk memberikan sehingga orang tua merasa

keluarga apa yang perawatan yang dihargai dan rasa cemas

dapat dilakukan optimal terhadap dapat berkurang atau hilan

untuk membuat intervensi lanjut


anak atau keluarga

menjadi lebih baik.


D. Tabel 3
CATATAN PERKEMBANGAN

RSU BETHESDA GMIM TOMOHON


Nama : T.S Paviliun : Debora
Umur : 12 Tahun
Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
tanggal Keperawatan Keperawatan Keperawatan
Sabtu Hipertermi Jam 14.00 Jam 22.00
08/05/2010 1. Mengontrol keadaan umum S:
berhubungan - Klien mengatakan
klien tampak sakit sedang
dengan proses badan terasa hangat
kesadaran composmentis O:
infeksi virus - Akral hangat
masih terpasang IVFD RL 30 - Sb : 37,60c
A:
tts/m Masalah peningkatan
2. Mengobservasi vital sign:
S suhu tubuh mulai

b : 37,60c teratasi
N P:
Lanjutkan tindakan
: 90x/mnt
R keperawatan

: 20x/mnt
T

D: 110/70 mmHg
3. Memberi motivasi pada klien

untuk minum air putih dan jus

jambu sebanyak 8-9

gelas/hari
Jam 16.00
4. mengingatkan pada klien

untuk selalu memakai baju

tipis yang mudah menyerap


keringat
5. Menganjurkan pada klien

untuk banyak istirahat


6. Menggantikan pakaian klien

yang basah oleh keringat.


Jam 17.00
7. Megobservasi vital sign :
Sb : 37,60c
N : 95 x/mnt
R : 22x/mnt
TD: 100/70 mmHg
Jam 22.00
8. Melayani obat sanmol dan

ocuson 1 tab
Sabtu Gangguan Jam 15.00 Jam 22.00
08/05/2010 1. Menimbang berat badan klien S:
nutrisi kurang Klien mengatakan
BB 25,5 kg
dari kebutuhan 2. Menganjurkan kepada klien sudah mulai banyak

tubuh makan sedikit-sedikit tapi makan,


O:
berhubungan sering - Makanan yang
3. Menganjurkan kepada klien
dengan mual dan disajikan habis porsi
untuk makan makanan selagi - BB 25 kg
muntah tidak ada A:
masih hangat. Masalah nutrisi mulai
napsu makan
Jam 18.00 teratasi
P:
4. Melayani makan malam Lanjutkan intervensi

bubur, ikan sayur, ikan, keperawatan

makanan di habiskan porsi

Sabtu Potensial terjadi Jam 16.00 Jam 22.00


08/05/2010 1. Mengobservasi tanda-tanda S:
perdarahan Orang tua mengatakn
perdarahan, perdarahan
bintik merah sudah
spontan tidak ada mulai bekurang
2. Menganjurkan pada klien A:
- Bintik merah di
untuk minum air dan jus
tangan dan kaki mulai
jambu 8-9 gelas/ hari agar
berkurang
trombosit cepat naik - Trombosit 85.000/dl
Jam 19.00 - Hb : 13,3 gr%
3. Mengambil darah untuk - Ht : 41 %
A:
kontrol Hb, Ht, Tombosit. Masalah potensial
4. Mengatur tetesan cairan infus
terjadi perdarahan
30 tts/mnt
5. Melayani obat trolit I sachet lanjut mulai teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

keperawatan.

CATATAN PERKEMBANGAN

RSU BETHESDA GMIM TOMOHON


Nama : T.S Paviliun : Debora
Umur : 12 Tahun
Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
tanggal Keperawatan Keperawatan Keperawatan
Minggu Hipertermi Jam 14.00 Jam 22.00
09/05/2010 1. Mengontrol keadaan umum S:
berhubungan - Klien mengatakan
klien tampak sakit sedang
dengan proses kesadaran composmentis sudah tidak panas
2. Mengobservasi vital sign:
infeksi virus S O:

b : 36,50c - Akral hangat


-N Sb : 360c
A:
: 88x/mnt Masalah peningkatan
R
suhu tubuh teratasi
: 20x/mnt P:
T Pertahankan tindakan

D: 100/70 mmH keperawatan


3. Memberi motivasi pada klien

untuk minum air putih dan jus

jambu sebanyak 8-9

gelas/hari
Jam 16.00
4. Mengingatkan pada klien

untuk selalu memakai baju

tipis yang mudah menyerap

keringat
5. Menganjurkan pada klien

untuk banyak istirahat


6. Menggantikan pakaian klien

yang basah oleh keringat.


Jam 17.00
7. Megobservasi vital sign :
Sb : 360c
N : 90 x/mnt
R : 22x/mnt
TD: 100/70 mmHg
Minggu Gangguan Jam 15.00 Jam 22.00
09/05/2010 1. Menimbang berat badan klien S:
nutrisi kurang Klien mengatakan
BB 25,5 kg
dari kebutuhan 2. Menganjurkan kepada klien sudah mulai banyak
tubuh makan sedikit-sedikit tapi makan, nafsu makan

berhubungan sering. meningkat.


3. Menganjurkan kepada klien O:
dengan mual dan - Makanan yang
untuk makan makanan selagi
muntah tidak ada disajikan habis 1 porsi
masih hangat. - BB 25,5 kg
napsu makan A:
Masalah nutrisi

Jam 18.00 teratasi


P:
4. Melayani makan malam Pertahankan intervensi

bubur, ikan sayur, ikan, keperawatan

makanan di habiskan 1 porsi

Minggu Potensial terjadi Jam 16.00 Jam 22.00


09/05/2010 1. Mengobservasi tanda-tanda S:
perdarahan Klien mengatakn
perdarahan, perdarahan
bintik merah hilang
spontan tidak ada A:
2. Menganjurkan pada klien - Bintik merah di

untuk minum air dan jus tangan dan kaki sudah

jambu 8-9 gelas/ hari agar hilang


- Trombosit
trombosit cepat naik 120.000/dl
Jam 19.00 - Hb : 14 gr%
3. Mengambil darah untuk - Ht : 41 %

kontrol Hb, Ht, Tombosit.


4. Mengatur tetesan cairan infus

30 tts/mnt
5. Melayani obat trolit I sachet A:
Masalah potensial

perdarahan lanjut

tidak terjadi.
P:
Pertahankan

intervensi

keperawatan.

Read more: http://yayannerz.blogspot.com/2013/02/laporan-pendahuluan-askep-dengue-


high.html#ixzz2vklAGU52
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
a. DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi
sampai timbul renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran
plasma yang dapat menyebabkan kematian.
(Soegeng Soegijanto, 2002)
b. DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit anak yang disebabkan
oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes
aegipty betina.(A.Aziz alimul hidayat,2005).
c. DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegipty.
(DR. Nursalam, 2005)
d. Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk setelah 2
hari pertama. (Arif Mansjoer, 2000).
e. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus.
(Soegeng Soegijanto, 2002)

2. Fisiologi Sistem Hematologi


Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya
O2 dan CO2 didalamnya. Darah yang banyak mengandung CO 2 warnanya merah tua.
Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini berguna pada
peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh.
( Syarifuddin, 2006).
Darah terdiri dari elemen-elemen dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-
elemen yang tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
keping darah (trombosit).
(Elizabeth J. Corwin, 2001)

FUNGSI DARAH
Fungsi darah terdiri atas :
1) Sebagai alat pengangkut yaitu :
a) Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan
tubuh.
b) Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh
jaringan/otot tubuh.
d) Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantasan leukosit dan antibodi/zat-zat anti racun.
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

BAGIAN-BAGIAN DARAH
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah,
tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatakah bahwa dalam darah terdapat
benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah, sedang cairan berwarna
kekuning-kuningan disebut plasma.
Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Sel-sel darah
a) Eritrosit (sel darah merah)
b) Leukosit (sel darah putih)
c) Trombosit (sel pembeku darah)
2) Plasma darah
: 91%
n : 3% (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
l : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium),
kalsium, dan zat besi).
organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam
amino).
Eritrosit 9sel darah merah) kalau kita periksa dan lihat dibawah miskroskop maka
nyatalah bahwa eritrosit dapat diterangkan sebagai berikut : Bentuknya seperti
cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti, ukuran diam eter kira-kira 7,7 unit (0,007
mm) tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm 3 (4 juta) warna
kuning kemerah-merahan, karean didalam mengandung zat yang disebut hemoglobin,
warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung oksigen,
fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan
mengikat karbon dioksida (CO2) dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.
Leukosit (sel darah putih), bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan eritrosit
apabila kita lihat dibawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-
ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai
bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya
bening (tidak berwarna, banyaknya dalam 1 mm 3 darah kira-kira 6.000 9.000.
Funsginya : sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotelial) tempat
pembiakannya di dalam limpe dan kelenjar limpe ; sebagai pengakut yaitu
mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpe terus kepembuluh
darah. Sel leukosit disamping beredar dipembuluh darah juga terdapat diseluruh
jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya
kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada didalam daerah akan lebih banyak dari
biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal didalam kelenjar limpe,
sekarang beredar didalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit
tersebut jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm 3 disebut leukostosis dan
kurang dari 6.000/mm3 disebut leukopenia.
Macam-macam leukosit, meliputi :
a) Agranulosit
(1) Limfosit
(2) Monosit
b) Granulosit
(1) Neutrofil atau polimorfonukleat leukosit
(2) Basofil
(3) Eusonofil
Trombosit (sel pembeku) merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk
dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada yang lonjong, warnanya putih,
normal pada orang dewasa 200.000 300.000/mm 3, fungsinya memegang peranan
penting dalam pembekuan darah. Jika banyak kurang dari normal, maka kalau ada luka
darah tidak cepat membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus. Trombosit
lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Tetapi jika kurang dari 200.000 disebut
trombositopenia. Didalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca 2t dan fibrinogen. Fbrinogen mulai
bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Plasma darah merupakan bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari
berat badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel
darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi
bahan organik dan anorganik dan suatu organ atau jaringan. Hampir 90% dari plasma
terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat yang larut didalamnya. Untuk
mendapatkan plasma darah jika harus mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus
kedalam darahm, supaya darah tidak membeku sesudah itu dipasang suatu alat dan
dibiarkan beberapa lama, maka akan kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau
mengendap dan bagian diatasnya tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang
didalamnya terdapat serum darah.
Kalau darah yang keluar dari tubuh kita dibiarkan membeku maka bagian bawah
bekuan tadi terdapat cairan yang juga warnanya bening, yang disebut serum darah.
Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen yang didapat dengan membekukan
darah.
Zat-zat dalam plasma darah :
a) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b) Garam-garam mineral (kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam
metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
c) Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan
tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin).
e) Hormon yaitu : suatu zat yang dihasilkan dan kelenjar tubuh.
f) Antibodi/antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah, plasma darah sebagian besar
terdiri dari air dan zat-zat yang larut didalamnya (misalnya zat makanan, hormon,
antibodi dan lain-lain) sel-sel leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan
penyakit.
( Syarifuddin, 2006)
3. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF)
adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4
serompe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus
(arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa
serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan
adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.
( Nursalam, 2005)
4. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali).
Peningkatan dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu ada
penderita Demam Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk memantau
hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang
terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. (Christantie
Effendy,1995).
5. Manifestasi Klinik
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak
besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa
demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang
disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting),
epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan,
terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu,
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai
dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6
hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi,
sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi
pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan
eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali
ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa
Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk lain
perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan
gusi) dan hematemesis melena.
c. Pembesaran hati.
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang
menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab,
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis
disekitar mulut.
( Nursalam, 2005).
6. Klasifikasi Dengue Haemorragic Fever (DHF)
Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4 kategori penderita
menurut derajat beratnya sebagai berikut :
erajat I : Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi
perdarahan hanya berupa touniket tes yang positif.
erajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya
berupa perdarahan dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.
erajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah
penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi dengan disertai akral yang
dingin dan gelisah.
erajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
yang tidak terukur.
( Soegeng Soegijanto, 2005)
7. Test Diagnostik
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue
adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan
hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit
plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell
culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang
berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi
total, IgM maupun IgG).
Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus
dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI (Haemoglobin
Inhibition test : uji hambatan hemaglutinasi) yang merupakan standar WHO, kemudian
uji indirect ELica, uji captured Elisa untuk dengue baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA)
maupun IgG captured-ELISA. dnegue blot/dengue stick/dot imunosial dengue dan uji
SCT (immuno-enromotographie test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji
fiksasi komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak
praktis.
Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat
mendeteksi antibody anti-dengue, dimana infeksi virus dengue akut ditandai dengan
terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum
akut dan serum konvalesens, disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi
flovivirus skondes. (Soegeng Soegianto, 2006).
8. Penatalaksanaan Medik
Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue
Haemorragic Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
a. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik.
Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberi obat panas
paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata
diatas 38,5C. Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya
penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus Dengue Haemorragic Fever
(DHF) yang berobat jalan ini adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang
menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan
penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan manifestasi
penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.
b. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini
mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian tetesan berdasarkan
tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau
oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari
20% dan harga normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya
penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.
c. Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV
Dengue Shock Syndrome (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus
kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh
cairan pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit
(hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC.
Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik
(ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali)
dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
d. Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang
sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral hidrat oral atau rektal
dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai
satu macam obat hipnotik.
e. Terapi oksigen
f. Transfusi darah.
g. Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler
telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukup 2 ml/kg
BB/jam sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya
furosemid 1 mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis,
kadar ureum dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada
umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol
Venous Pressure (CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.

h. Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur
untuk menilai hasil pengobatan.
i. Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
1) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
2) Nafsu makan membaik.
3) Tampak perbaikan secara klinis.
4) Hematokrit stabil.
5) Tiga hari setelah syok teratasi.
6) Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm 3
7) Tidak disertai distress pernapasan.
8) Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)
(Soegijanto Soegeng.2002)
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Biodata
Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung. Identitas klien
meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, nomor register dan diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi :
alamat, usia, jenis kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas
saudara kandung meliputi nama dan usia.
2. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit seperti demam, nyeri otot,
mual,muntah, nyeri kepala, perut dan sendi disertai perdarahan.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah dialami klien seperti demam, tidak ada riwayat alergi, tidak ada
ketergantungan terhadap makanan/ minuman dan obat-obatan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
4. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti BCG, DPT, Polio, Campak
dan Hepatitis.
5. Riwayat tumbuh kembang meliputi :
a. Pertumbuhan fisik terdiri dari:
Berat badan
BBL : 2500 gr 4000 gr
3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9
2
hun : umur (tahun) x 2 + 8
Tinggi Badan
Tinggi badan lahir : 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
: 1,5 x TB setahun
9 tahun : 2,1 x TB lahir
b. Perkembangan tiap tahap usia
Berguling : 3-6 bulan
Duduk : 6-9 bulan
Merangkak : 9-10 bulan
Berdiri : 9-12 bulan
Jalan : 12-18 bulan
Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
Bicara : 2-3 tahun
Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun
6. Riwayat nutrisi meliputi :
a. Pemberian ASI pertama kali disusui, lama pemberian, waktu dan cara pemberian.
b. Pemberian susu formula terdiri dari alasan pemberian, jumlah pemberian.
c. Pemberian makanan tambahan terdiri atas usia pertama kali diberikan jenis dan cara
pemberian.
d. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutris saat : usia 0 6 bulan, 6 12
bulan dan saat ini.
7. Riwayat psikososial
Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya, apakah keadaan tempat tinggalnya
memenuhi syarat kesehatan.
8. Riwayat spiritual
Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan sering mengikuti kegiatan keagamaan.
9. Reaksi hospitalisasi
a. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Stress
Kecemasan meningkat: kurang informasi tentang prosedur dan pengobatan anak serta
dampaknya terhadap masa depan anak.
Takut dan cemas : seriusnya penyakit dan tipe dari prosedur medis.
b. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Perpisahan : berpisah dengan teman sebaya.
Kehilangan kontrol : - Kelemahan fisik
- Takut mati
Reaksi perlukaan dan rasa sakit :
Mengkomunikasikan tentang rasa sakit.
Mampu mengontrol rasa sakit (gigit bibir dan menggenggan).
10. Aktivitas sehari-hari
b. Nutrisi terdiri dari frekuensi makan, waktu makan, makanan yang dikonsumsi, porsi
makan, makanan yang disukai, nafsu makan. Jumlah yang dapat dihabiskan dan cara
makan klien sebelum sakit dan saat sakit.
c. Istirahat, tidur terdiri dari waktu tidur malam dan siang, apakah mudah terbangun,
kesulitan tidur, bagaimana pola tidur, ada perubahan atau tidak sebelum sakit dan saat
sakit.
d. Personal hygiene terdiri dari mandi, sikat gigi, kebersihan kuku, genetalia, dan
penampilan umum klien sebelum sakit dan saat sakit.
11. Pemeriksaan fisik Head To to
a. Keadaan umum : klien baik atau tidak.
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah menurun > 80 mmHg
- Nadi cepat dan lemah > 100x/menit
- Suhu meningkat sampai 38C
- Pernafasan meningkat > 40x/menit
c. Antropometri :
LLA : 14cm
LK : 40 cm
LD : 54 cm
LP : 52 cm
d. Sistem pernafasan
Tidak terdapat batuk, pernafasan cuping hidung, batuk dada normal (Normal Chest),
tidak ada retraksi, dan tidak ada suara nafas tambahan.

e. Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, bibir pucat dan kering, arteri karotis tidak teraba, vena
jugularis tidak tampak, tidak ada pembesaran jantung, suara jantung S1, S2 kesan
murni.
f. Sistem pencernaan
Bibir kering sering merasa mual dan muntah terdapat nyeri tekan pada daerah
epigastrium.
g. Sistem indera
1. Mata : kelopak mata, lapang pandang dan visus baik.
2. Hidung : penciuman baik, tidak ada secret dan tidak terdapat perdarahan pada hidung.
3. Telinga : membran timpani baik fungsi pendengaran baik.
h. Sistem neurosensorik
Berdasarkan tingkat grade Dengue Haemorragic Fever (DHF) I,II: kesadaran kompos
mentis, Dengue Haemorragic Fever (DHF) III :kesedaran apatis, samnolen, Dengue
Haemorragic Fever (DHF) IV :kesadaran koma.
i. Sistem moskuloskeletal
Akral dingin,serta terjadi nyeri otot,serta tulang.
j. Sistem integumen
1. Adanya petechia pada kulit, turgir kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
2. Kuku sianosis/tidak
3. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemia, hidung
kadang mengalami perdarahan (epistaksis), pada grade II, III, IV mulut di dapatkan
bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi,dan nyeri tekan. Sementara
tenggorokan mengalamin hiperemi pharing dan terjadi perdarahan telinga.
k. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid dan limpa tidak ada.
l. Sistem perkemihan
Odema palpebra tidak ada, distensi kandung kemih tidak ada.
m. Sistem reproduksi
Keadaan labia minora dan mayora bersih dan tidak ada bau serta pertumbuhan dada
belum ada dan perubahan suara.
n. Sistem immune
Tidak ada alergi terhadap cuaca, bulu binatang dan zat kimia.
o. Pemeriksaan tingkat perkembangan
Dengan menggunakan DDST 0-6 tahun meliputi :
- Motorik kasar, aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
- Motorik halus, aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memiliki koordinasi yang cermat.
- Bahasa, kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
- Personal sosial, aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue
Hemorhagic Fever
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
b. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output
cairan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat,
penurunan tekanan osmotik.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
g. Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan
kurang informasi.
( sumber : perawatan pasien DHF, Christiantie efendy )
3. Rencana Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
Tujuan keperawatan :
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :
- Suhu tubuh normal (35 C- 37,5 C)
- Pasien bebas dari demam
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola demam
pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3
2. Tanda-tanda vital merupakan acuan
jam. untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
3. Beri kompres hangat pada dahi. 3. Kompres hangat dapat
mengembalikan suhu normal
4. Beri banyak minum ( 1-1,5 liter/hari) memperlancar sirkulasi.
sedikit tapi sering 4. Mengurangi panas secara konveksi
(panas terbuang bersama urine dan
keringat sekaligus mengganti cairan
tubuh karena penguapan).
5. Ganti pakaian klien dengan bahan
5. Pakaian yang tipis menyerap keringat
tipis menyerap keringat. dan membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat dari
peningkatan suhu dan dapat terjadi
konduksi.
6. Beri penjelasan pada keluarga
6. Penjelasan yang diberikan pada
klien tentang penyebab keluarga klien bisa mengerti dan
meningkatnya suhu tubuh. kooperatif dalam memberikan
tindakan keperawatan.
7. Kolaborasi pemberian obat anti
7. Dapat menurunkan demam
piretik.

b. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
Tujuan intervensi :
Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
- Turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal

Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien dan tanda-
1. Mengetahui dengan cepat
tanda vital. penyimpangan dari keadaan
normalnya.
2. Kaji input dan output cairan. 2. Mengetahui balance cairan dan
elektrolit dalam tubuh/homeostatis.
3. Agar dapat segera dilakukan tindakan
3. Observasi adanya tanda-tanda syok. jika terjadi syok.
4. Anjurkan klien untuk banyak minum.4. Asupan cairan sangat diperlukan
untuk menambah volume cairan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam tubuh.
pemberian cairan I.V. 5. Pemberian cairan I.V sangat penting
bagi klien yang mengalami deficit
volume cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.


Tujuan intervensi :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan criteria :
- Porsi makan yang disajikan dihabiskan.
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien 1. Memudahkan untuk intervensi
selanjutnya
2. Beri makanan sesuai kebutuhan
2. Merangsang nafsu makan klien
tubuh klien. sehingga klien mau makan.
3. Makanan dalam porsi kecil tapi sering
3. Anjurkan orang tua klien untuk memudahkan organ pencernaan
memberi makanan sedikit tapi sering. dalam metabolisme.
4. Makanan dengan komposisi TKTP
4. Anjurkan orang tua klien memberi berfungsi membantu mempercepat
makanan TKTP dalam bentuk lunak proses penyembuhan.

5. Berat badan merupakan salah satu


5. Timbang berat badan klien tiap hari. indicator pemenuhan nutrisi berhasil.
6. Menambah nafsu makan
6. Kolaborasi pemberian obat
reborantia.
d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat,
penurunan tekanan osmotic.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik, dengan criteria :
- Keadaan umum membaik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan umum klien 1. Memantau kondisi klien selama masa
perawatan terutama saat terjadi
perdarahan sehingga tanda pra syok,
syok dapat ditangani.
2. Tanda vital dalam batas normal
2. Observasi tanda-tanda vital menandakan keadaan umum klien
baik
3. Perdarahan yang cepat diketahui
3. Monitor tanda-tanda perdarahan dapat teratasi sehingga klien tidak
sampai pada tahap syok hipovolemik
akibat perdarahan yang hebat.
4. Keterlibatan keluarga untuk segera
4. Anjurkan pada pasien/ keluarga untuk melaporkan jika terjadi perdarahan
segera melapor jika ada tanda-tanda terhadap pasien sangat membantu
perdarahan. tim perawatan untuk segera
melakukan tindakan yang tepat.
5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah yang dialami klien
5. Cek hemoglobin, hematokrit, dan untuk acuan melakukan tindak
trombosit lanjut terhadap perdarahan.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan :
Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari, dengan criteria :
- Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
- Klien mampu mandiri setelah bebas demam
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan1. Mengetahui tingkat ketergantungan
klien. klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
2. Bantu klien memenuhi kebutuhan2. Bantuan sangat diperlukan klien pada
aktivitasnya sesuai dengan tingkat saat kondisinya lemah dalam
keterbatasan klien. pemenuhan kebutuhan sehari-hari
tanpa mengalami ketergantungan
pada orang lain.
3. Dengan penjelasan, pasien
3. Beri penjelasan tentang hal-hal yang termotivasi untuk kooperatif selama
dapat membantu dan meningkatkan perawatan terutama terhadap
kekuatan fisik klien. tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan fisiknya.
4. Keluarga merupakan orang terdekat
4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan dengan klien
ADL klien 5. Untuk mencegah terjadinya keadaan
5. Jelaskan pada keluarga dan klien yang lebih parah
tentang pentingnya bedrest ditempat
tidur.

f. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.


Tujuan :
Tidak terjadi perdarahan intra abdominal, dengan criteria :
- Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan
- Jumlah trombosit meningkat
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tanda-tanda penurunan
1. Penurunan jumlah trombosit
trombosit yang disertai tanda-tanda merupakan tanda-tanda adanya
klinis. kebocoran pembuluh darah yang
dapat menimbulkan tanda klinis
berupa perdarahan nyata, seperti
epistaksis, petechiae.
2. Agar pasien/ keluarga mengetahui
2. Beri penjelasan tentang pengaruh hal-hal yang mungkin terjadi pada
trombositopenia (pada keluarga. pasien dan dapat membantu
mengantisipasi terjadinya perdarahan
karena trombositopenia
3. Dengan jumlah trombosit yang
dipantau setiap hari dapat diketahui
3. Monitor jumlah trombosit setiap hari. tingkat kebocoran pembuluh darah
dan kemungkinan perdarahan yang
dialami oleh klien
4. Aktivitas klien yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan terjadinya
4. Anjurkan klien untuk banyak istirahat. perdarahan.
5. Keterlibatan keluarga dengan segera
5. Beri penjelasan pada pasien/ melaporkan terjadinya perdarahan
keluarga untuk segera melapor jika (nyata) akan membantu pasien
ada tanda-tanda perdarahan lebih mendapatkan penanganan sedini
lanjut seperti: hematemesis, melena, mungkin.
epistaksis.

g. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kurang


informasi.
Tujuan :
Kecemasan keluarga teratasi, dengan criteria :
- Orang tua tidak bertanya lagi tentang penyakit anaknya
- Ekspresi wajah ceria
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan orang tua 1. Mengetahui kecemasan orang tua
klien dan memudahkan menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Jelaskan prosedur pengobatan
2. Untuk menambah pengetahuan dan
perawatan anaknya. informasi kepada klien yang dapat
mengurangi kecemasan orang tua.
3. Untuk memperoleh informasi yang
3. Beri kesempatan pada orang tua lebih banyak dan meningkatkan
untuk bertanya tentang kondisi pengetahuan dan mengurangi stress.
anaknya. 4. Memberikan penjelasan tentang
proses penyakit, menjelaskan
4. Beri penjelasan tiap prosedur/ tentang kemungkinan pemberian
tindakan yang akan dilakukan perawatan intensif jika memang
terhadap pasien dan manfaatnya diperlukan oleh pasien untuk
bagi pasien mendapatkan perawatan yang lebih
optimal
5. Memberi ketenangan kepada klien
dengan berserah diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
5. Beri dorongan spiritual.

C. Implementasi

Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah


direncanakan sebelumnya.

D. Evaluasi
Evaluasi keperawatan DHF adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan pasien penderita DHF.
Diagnosa yang akan di evaluasi diantaranya yaitu :
a. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus Dengue,
teratasi dengan suhu tubuh normal (36-37 oC), klien tidak demam lagi
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan
akan teratasi.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, anoreksia. teratasi dengan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan porsi yang diberikan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi dengan: klien mampu
beraktifitas mandiri dan mampu memenuhi aktivtasnya sendiri.
e. Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kurang
informasi.teratasi
f. Reaksi hospitalisasi berhubungan dengan Lingkungan baru dan jauh dari orang terdekat
1. Implementasi
Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan dari rencana
keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan intervensi keperawatan yang
sudah disusun. Perawat memikul tanggung jawab untuk implementasi tetapi melibatkan
pasien dan keluarga serta anggota tim keparawatan dan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai kebutuhan.
2. Evaluasi
1. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria :
a. Suhu tubuh normal (36 - 37 C).
b. Pasien bebas dari demam.
2. Nyeri teratsi dengan kriteria :
a. Rasa nyaman terpenuhi.
b. Nyeri berkurang atau hilang.
3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : Pasien mampu menghabiskan porsi
makan yang diberikan / dibutuhkan.

4. Tidak terjadi perdarahan intra abdomen dengan kriteria :


a. Tidak ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
b. Jumlah trombosit meningkat.
5. Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan kriteria : klien / keluarga mengetahui
tentang proses penyakit, diet dan perawatannya.
6. Klien mengetahui tentang proses penyakit diet dan perawatannya dengan kriteria : Klien
dan keluarga mengetahui tentang proses penyakit.
7. Klien mampu beraktifitas dengan kriteria :
a. Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi.
b. Klien mampu mandiri setelah bebas dari demam.

Read more: Asuhan Keperawatan DBD http://nandarnurse.blogspot.com/2013/01/asuhan-


keperawatan-dbd_1194.html#ixzz2vklQMEUr
Under Creative Commons License: Attribution
Follow us: nHandar on Facebook

Вам также может понравиться