Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
III. Penyebab/etiologi
1. Karena Sakit,sehingga tidak mampu melakukan sendiri
2. Kurangnya Pengetahuan dan Informasi
3. Keterbatasan Biaya
4. Lingkungan yang Tidak Mendukung
5. Tidak ada nya Fasilitas yang memadai
V. Patofisiologi
sakit Fasilitas Kurangpengetahuan ekonomi lingkungan
Ke
b.
Har
ga
diri
Gangguaninteraksi
sosial
Gangguanintegritas kulit
Gangguan Gangguan
membranmukosa rasanyaman
1. Fisik
2. Psikologis
1. Malas, tidak ada inisiatif
2. Sosial
1. Interaksi kurang
2. Kegiatan kurang
3. Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan, buang
air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/ sikat gigi, tidak dapat berpakaian
sendiri.
2. Sikap keluarga
3. Memberikan health education agar klien tahu dan sadar bahwa kebersihan diri penting
dijaga.
XII. Penatalaksanaan
Indikator :
Mengungkapkan kenyamanan dan kepuasan dengan kebersihan tubuh
Mendemonstrasikan kemampuan menggunakan peralatan adaptif
Menjelaskan faktor penyebab untuk defisit kemampuan mandi
Intervensi umum
Kaji faktor penyebab defisit personal hygiene
Beri kesempatan klien untuk beradaptasi kembali dengan aktivitas perawatan diri
Lakukan intervesi umum untuk klien dengan ketidakmampuan untuk mandi
Jaga agar kondisi lingkungan sederhana dan tidak berantakan.
Jaga suhu kamar mandi tetap hangat, cari tahu suhu air yang disukai individu.
Berikan privasi selama mandi.
Observasi kondisi kulit selama mandi.
Letakan seluruh peralatan mandi di tempat yang mudah dijangkau.
Untuk klien dengan gangguan pengelihatan, letakan seluruh peralatan di dalam lapang pandang
klien atau pada tempat yang paling sesuai untuk klien.
Berikan pengaman di kamar mandi (keset, pegangan)
Jika klien mampu secara fisik , anjurkan ia untuk menggunkan bak mandi atau shower ,
tergantung apa yang digunakan di rumah ( klien harus berlatih di rumah sakit untuk persiapan
pulang ke rumah).
Berikan peralatan adaktif sesuai kebutuhan (misal spons dengan tangkai yang panjang, balok
pegangan di dinding kamar mandi, semprotan shower yang dapat di pegang ).
Untuk klien yang kehilangan anggota gerak, inspeksi sisa kaki atau puntung guna melihat
integritas kulit. Mandikan bagian puntung 2 kali sehari dan yakinkan bagian tersebut kering
sebelum dibungkus atau dipasangkan prostesis.
Berikan obat pereda nyeri yang bisa mempengaruhi kemampuan untuk mandi sendiri.
Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan, sesuai indikasi.
Rasional :
Ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri menimbulkan perasaan ketergantungan
dan konsep diri yang rendah. Dengan meningkatnya kemampuan merawat diri, harga diri akan
meningkat ( Maherebal, 1998).
IV. Evaluasi
Dx 1 : kotor berkurang dan terkontrol
Dx 2 : pasien mampu melakukan kegiatan/aktivitas fisik
walaupun masih dibantu
Laporan Pendahuluan ASKEP Dengue High Fever (DHF) atau ASKEP Demam
berdarah Dengue (DBD)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medis
1. Definisi
a. Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus. (Soedarmo
Sumarno, 2005).
b. Dengue ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk spesies
termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. (Hidayat A. Aziz
Alimul, 2008).
2. Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus
tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam
grup B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, seperti
3. Klasifikasi
erajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,
akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan
mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab terjadinya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik, Renjatan terjadi
secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani,
2006).
Patoflow Demam berdarah Dengue DBD atau Patoflow Dengue High Fever DHF
1. Diagnostik test
a. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia
derajat IV.
Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu
secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :
a) 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b) 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c) 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d) 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan
jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan dapat
diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg
BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang
cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana
perhitungan selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80
mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang
maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila keadaan
untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak
maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka konsultasikan
kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A
c) Tanpa inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:
- Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat penampungan
air bersih.
- Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
- Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas, lainnya yang
dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
2) Penyuluhan (Health Education)
Perawat dapat melakukan penyuluhan atau Health Education tentang cara pencegahan vektor
efektif. Penyuluhan dapat dilakukan pada orang tua murid di sekolah-sekolah, di posyandu, yaitu
di dalam rumah hendaknya selalu terang, tidak menggantungkan pakaian yang bekas dipakai
terutama di kamar tidur karena nyamuk akan senang hinggap pada pakaian yang bekas dipakai
yang sudah bau keringat. BAK kamar mandi atau jambangan bunga yang ada di dalam bunga
agar sering dibersihkan dan diganti airnya setiap 2 hari sekali membenahi atau menata halaman
supaya tidak ada tempat yang terisi air, seperti pecahan botol, tempurung kelapa, kaleng bekas
atau benda-benda yang dapat menampung air. Dedaunan kering yang sudah menumpuk
hendaknya disapu bersih. Selain itu juga air tidak tertampung, mengelola sampah sesuai situasi
dan kondisi setempat, apakah dibakar atau diangkat oleh mobil sampah untuk dibuang ke TPA
4. Prognosis
Bila tidak terjadi renjatan dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan menjadi baik kalau
lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan, kemungkinan sembuh kecil dan prognosis
dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan Asuhan keperawatan sesuai lingkup
implementasi, dan evaluasi keperawatan. Kelima langkah tersebut dapat dijadikan pedoman
membuat pasien mencapai kematian dengan tenang pada pasien terminal, serta memungkinkan
pasien pasien atau keluarga dapat dapat mengatur kesehatan sendiri menjadi lebih baik. (Tarwoto
wartonah, 2006).
1. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi
yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan data secara sistematis; kedua,
memilah dan mengatur data yang dikumpulkan, ketiga mendokumentasikan dalam format yang
2005 adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare
atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau
hematemesis.
serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air
menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara
atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak
perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak
kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah
aktual atau resiko dalam rangka mengindentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan
untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah, masalah kesehatan klien yang ada ada
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat
menggambarkan respon pasien pada masalah kesehatan aktual dan resiko (Nursalam, 2001).
Rencana keperawatan Pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
menurut Nursalam 2005, Wong Dona L 2003 dan Doenges, Marilynn, E. dkk, 1999. adalah :
a. Diagnosa keperawatan 1
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
juan : Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
iteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi Keperawatan
1) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam atau sering lagi.
Rasional : Suhu 38,9-41,1oc menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola
demam.
Rasional : Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya
perubahan dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien.
4) Catatlah asupan dan keluaran cairan.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan baik intake maupun output.
5) Anjurkan anak untuk banyak minum paling tidak 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaat
bagi anak.
Rasional : Untuk mempercepat proses penguapan melalui urine dan keringat, selain
darah.
7) Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
Rasional : Untuk memudahkan dalam proses penguapan.
8) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.
Rasional : Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan obat-obatan
memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak terhadap
nyeri.
Rasional : Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda
terdekat.
Rasional : Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa
sakit.
5) Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter).
Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
c. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hangat
Rasional` : Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk
sering.
Rasional : karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik.
4) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.
Rasional : Untuk membantu status nutrisi.
5) Mempertahankan kebersihan mulut pasien
Rasional : Untuk merangsang napsu makan.
6) Mempertahankan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
Rasional : Untuk menghindari intoleransi makanan.
7) Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit.
Rasional : Makanan merupakan penambahan tenaga bagi orang sakit.
8) Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan dalam
bawah kulit.
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari
Rasional : Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit.
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.
Rasional : Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor
proses penyembuhan.
c. Diagnosa Keperawatan 5
juan : Anak menunjukkan terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan.
ia hasil : - Anak mendapatkan cairan yang cukup
- Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan tanda-tanda vital dan
sesak napas.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi bila adanya kekurangan cairan
d. Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
juan : Anak mendapat istirahat yang adekuat
ria hasil : - Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
- Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.
Intervensi keperawatan
1) Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan
yang adatif.
eria hasil : - Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya
- Keluarga menunjukkan perilaku koping positif terhadap anak.
Intervensi keperawatan
4) Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh
stress.
Rasional : Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk
keadaan.
Rasional : Untuk memberikan dukungan dan ketenangan sesuai kebutuhan.
7) Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga menjadi
lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh kelurga.
Rasional : Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap intervensi lanjut.
8) Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-
hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian secara bertahap
suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi
dan dokter.
c. Dependen, tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
(Kusnanto, 2004).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : T.S
Umur : 12 Tahun
TTL : Tondano 3 oktober 1999
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Tondano Roong ling I
Suku/ Bangsa : Minahasa/ Indonesia
Anak Ke : Satu
Tanggal MRS : Kamis, 06-Mei-2010, Jam 10:14 Wita
Tanggal Pengkajian : Jumat, 07-Mei-2010, Jam 14.00 Wita
Ruangan : Debora, kamar 2, bed 2
No RM : 6424
No Reg : 502233
Diagnosa Medik : Demam Berdarah Dengue
2. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn M.S
Umur : 37 Tahun
Pendidikan : Sarjana Strata I
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tondano Roong I
Agama : Kristen Protestan
Suku/ Bangsa : Minahasa/ Indonesia
Nama Ibu : Ny M.P
Umur : 32 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
3. Identitas Saudara Kandung
batuk-batuk, sakit kepala. Klien diberi minum obat parasetamol, panas turun tapi tak lama
kemudian naik lagi sampai sampai 40 0C. tanggal 06-05-2010 keluarga membawa klien ke UGD
RSU Bethesda GMIM Tomohon untuk mendapatkan perawatan. Dan dokter menganjurkan untuk
rawat inap di ruangan Debora. Saat pengkajian tanggal 07-05-2010 jam 14.00 klien mengatakan
badan masih terasa panas dengan suhu tubuh 380C dan telah mendapat perawatan selama 1 hari.
Klien mengatakan terdapat bintik-bintik merah ditangan dan kaki, napsu makan menurun ada
lantai flur, terdiri dari 4 kamar klien dan adik klien tidur dalam satu kamar, WC dan kamar mandi
berada di dalam rumah, sumber air minum air mineral isi ulang, penerangan listrik dan
penanganan sampah di kumpul lalu di buang di tong sampah. Jenis rumah petak dan berdekatan
f. Riwayat Psikososial
Hubungan anak dan orang tua serta adik harmonis, klien termasuk anak yang cepat bergaul,
akrab dengan teman-teman sebaya khususnya dirumah, hubungan anak keluarga dengan
lingkungan sekitar termasuk tim medis baik, jika klien marah klien mengekspresikan perasaan
dengan menangis atau mengungkapkan perasaan pada orang tua, dan jika klien gembira klien
minggu, dan kegiatan-kegiatan ibadah anak lainnya. Klien juga diajar orang tua untuk selalu
karena apabila sakit sudah tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, tidak bisa kesekolah seperti
hari-hari biasanya, dan harus tinggal dirumah sakit untuk mendapatkan perawatan dalam proses
penyembuhan.
2) Pemahaman Orang tua tentang sakit dan rawat inap
Pada saat pengkajian orang tua klien mengatakan bahwa keadaan sakit merupakan suatu keadaan
yang mencemaskan bagi setiap Orang tua terhadap anaknya, karena dapat membuat orang tua
merasa terbebani Dan orang tua bertanya-tanya tentang penyakit anaknya, tampak gelisah dan
makanan : nasi, ikan, sayur. Porsi makan dihabiskan. Tidak ada pantangan atau alergi dalam
makanan.
ji : Porsi makan tidak dihabiskan (hanya 5-6 sendok makan).Klien
makan 3x sehari, jenis makanan; bubur, ikan, sup, buah. Napsu makan kurang, mual dan muntah
2x
b. Cairan
sakit : Klien minum 6-7 gelas/hari, jenis air putih, susu kadang-kadang.
i : Minum 10 gelas/ hari
Jenis air putih, dan dianjurkan ditambah minum jus buah
c. Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1-2x/hari
Konsistensi lembek
Warna coklat
BAK 4-5/hari
Warna kuning jernih
Saat dikaji : Klien belum BAB
BAK 6-7x/hari
Warna kuning jernih
d. Istirahat/tidur
sakit : Tidur siang 1 jam, tetapi kadang-kadang tidak tidur siang karena
bermain
Tidur malan 8-9 jam/hari
i : Tidur siang 1 jam/hari
Tidur malam 10 jam/hari
e. Personal hygiene
sakit : Mandi 2x/hari, memakai sabun mandi, cuci rambut memakai
pagi.
f. Aktivitas
sakit : Aktivitas klien ke sekolah dan bermain dengan teman sebaya
kepala,
si : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
b. Mata
speksi : Pergerakan bola mata simetris kiri dan kanan, kongjungtiva merah muda, sclera tidak
ikterus.
si : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
c. Hidung
speksi : Terdapat rambut-rambut hidung, penciuman baik, tidak ada sekret, tidak ada
perdarahan.
: Tidak ada nyeri tekan, dan tidak teraba adanya polip
d. Telinga
speksi : Simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada
perdarahan.
: Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
e. Mulut
speksi : Bibir kering, mukosa mulut kering, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada karies, tidak
ada perdarahan.
f. Leher
speksi : Tidak ada pembesaran kelenjar vena jugularis dan kelenjar tiroid
: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
g. Dada
Inspeksi : Pergerakan dada simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
uskulatasi : Bunyi napas bronkovesikuler, tidak terdengar bunyi tambahan seperti Wheezing atau ronchi
rkusi : Bunyi resonan pada paru, dan bunyi pekak pada jantung.
h. Abdomen
Inspeksi : Perut datar , tidak ada asites,
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
Auskultasi : Terdengar peristaltic usus
Perkusi : Bunyi timpani.
i. Ekstremitas atas
speksi : Simetris kiri dan kanan, terpasang IVFD RL 30tts/m di tangan kiri. ROM baik,
kekuatan otot 5
: Tidak ada adema, akral teraba panas.
j. Ekstemitas bawah
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kedua tungkai dapat digerakkan, ROM baik,
kekuatan otot 5
k. Genetalia
Inspeksi : bersih
l. Anus
Inspeksi : Tidak ada haemoroid
m. Kulit
ksi : Warna kuning langsat, terdapat bintik-bintik merah,
si : Turgor kulit baik, teraba panas.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 06-05-2010 Nilai Normal pada anak
LED 10 0 -20
Hemoglobin 15,3 gr/dl 11,0-14,8 gr/dl
Leukosit 1000/dl 6000-12.000/dl
Hematokrit 44 % 34-45%
Trombosit 88.000/dl 150.000-450.000/dl
Hemoglobin 15.7gr/dl
Hematokrit 45 %
Leukosit 1000/dl
Trombosit 73.000/dl
9. Terapi Medis
RL 30 tts/mnt
Sanmol 3 x tab
Cefarox 2 x 100 mg
Ocuson 3 x tab
Starmuno 2 x 1
Trolit 5 sact/hari
10. Pengelompokkan Data
Data subjektif
a. Klien mengatakan badan terasa panas
b. Klien mengatakan napsu makan menurun, ada mual dan muntah 2x.
c. Klien mengatakan timbul bintik-bintik merah di kedua kaki dan tangan
d. Orang tua bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.
Data Objektif
a. Klien tampak lemah
b. Sb 380C, N 92x/m
c. Akral teraba panas
d. Makanan yang disajikan tidak di habiskan ( hanya 5-6 sendok)
e. BB sekarang 25 kg
f. Bibir tampak kering
g. Tampak bintik merah di kulit
h. Trombosit 73.000/dl
i. Leukosit 1000/dl
j. Orang tua gelisah, mondar-mandir diruangan.
- Klien mengatakan
DO :
- Makanan yang
disajikan tidak di
sendok)
- BB sekarang 25 kg
- Bibir tampak kering
3 Faktor resiko terjadi Terbentuk kompleks Potensial terjadi
antibody dalam sirkulasi perdarahan
perdarahan yang lebih darah
di kulit
- Trombosit 73.000/dl Permeabilitas dinding
- Leukosit 1000/dl pembuluh darah
meningkat
Kebocoran plasma di
intertisium
Trombositopenia
mondar-mandir
diruangan.
B. Diagnosa Keperawatan
DS :
DS :
DO :
DS :
DO :
Nama : T.S
Umur : 12 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Paviliun :
Debora
Klien keperawatan tidak 8-9 penguapan melalui minum banyak air/jus jam
mengatakan selama 3 hari gelas /hari urine dan keringat 8-9 gelas/hari
Jam 14.30
badan terasa dengan criteria selain itu untuk 4. Menganjurkan klien untu
4. Anjurkan agar
panas hasil : mengganti cairan memakai pakaian tipis yan
Badan tak anak tidak
DO : tubuh yang hilang mudah menyerap keringat
terasa panas memakai selimut 4. Untuk memudahkan Jam 18.00
- Klien tampak Suhu dan nadi 5. Membantu menggati
dari pakaian yang dalam proses
lemah dalam batas pakaian anak karena sudah
- Sb 380C, N normal 36,50c- tebal penguapan basah oleh keringat
preparat yang
diformulasikan
untuk penurunan
panas
2 Jumat Gangguan Anak 1. Sajikan makan 1. Memudahkan proses Jam 17.00
07/05/ 1. Menyajikan makanan
nutrisi kurang menunjukan yang mudah menelan dan
2010 bubur, ikan, sayur, dalam
dari kebutuhan kebutuhan ditelan, seperti meringankan kerja
keadaan hangat
tubuh nutrisi yang bubur, serta lambung untuk 2. Menganjurkan kepada
berhubungan adekuat setelah dihidangkan selagi mencerna makanan orang tua untuk
dengan mual dilakukan masih hangat dan menghindari memberikan makan sediki
dan muntah tindakan 2. Anjurkan kepada rasa mual sedikit tapi sering
2. Karena porsi kecil
tidak ada napsu keperawatan orang tua untuk Jam 17.30
biasanya ditoleransi
makan yang selama 3 hari memberikan 3. Mencatat jumlah porsi
ditandai dengan dengan kriteria makanan dengan dengan baik. makanan yang dihabiskan
starmuno
3. Jumat Potensial terjadi Tidak terjadi 1. Monitor tanda- 1. Untuk mengetahui Jam 15.00
07/05/ 1. Memonitor tanda-tanda
perdarhan perdarahan tanda perdarahan apabila ada tanda-
2010 perdarahan yaitu bintik-
berhubungan lanjut setelah tanda perdarahan
bintik merah, yang timbul
dengan dilakukan 2. Monitor penurunan lebih lanjut dikulit
2. Untuk mengetahui 2. Memonitor jumlah
trombositopenia tindakan trombosit
perkembangan penurunan trombosit
factor resiko keperawatan 3. Anjurkan anak 73.000/dl
penyakit Jam 15.30
terjadi selama 3 hari untuk banyak 3. Memberikan 3. Menganjurkan kepada ana
perdarahan lebih dengan kriteria istirahat relaksasi untuk untuk beristirahat banyak
sehingga tanda-tanda 2 cc
7. Melayani trolit 1 sachet
perdarahan dapat
diantisipasi lebih
lanjut
4 Jumat Perubahan Keluarga 1. Kaji perasaan dan 1. Karena hal ini Jam 20.00
07/05/ 1. Menanyakan dan
proses keluarga menunjukkan persepsi orang tua biasanya terjadi
2010 mengetahui kemampuan
berhubungan perilaku koping atau anggota dalam proses
keluarga terhadap ambang
dengan kondisi posistif tentang keluarga terhadap penyesuaian dan
stress karena klien baru
anak yang anaknya setelah situasi yang penuh untuk menguatkan
pertama kali di rawat di R
ditandai dengan dilakukan stres pemahaman keluarga2. Mengijinkan kesempatan
2. Ijinkan orang tua 2. Agar keluarga
DS : tindakan kepada orang tua untuk
untuk ungkapkan mendapat dukungan
- Orang tua keperawatan mengekspresikan perasaan
perasaan dan yang dibutuhkan
bertanya-tanya selama 2 jam dimana orang tua cemas
identifikasi faktor sehingga
tentang penyakit dengan kriteria karena anak mereka belum
yang paling kemampuan mereka
anaknya. hasil : sembuh sudah berapa kali
Orang tua klien mencemaskan untuk mengatasi
DO : diperiksa darahnya
tenang dan masalah dapat 3. Mengetahui koping orang
- Orang tua 3. Identifikasi koping
memahami dimaksimalkan tua dalam menghadapi
gelisah, dan yang bisa 3. Untuk memberikan
tentang penyakit masalah sehingga dapat
mondar-mandir digunakan dan dukungan dan
anak dan mengantisipasi keadaan
di ruangan seberapa besar ketenangan sesuai
terapinya. dengan mendengarkan
keberhasilannya kebutuhan
keluhan orang tua dan
dalam mengatasi
memberi penjelasan
keadaan.
4. Tanyakan kepada 4. Untuk memberikan sehingga orang tua merasa
b : 37,60c teratasi
N P:
Lanjutkan tindakan
: 90x/mnt
R keperawatan
: 20x/mnt
T
D: 110/70 mmHg
3. Memberi motivasi pada klien
gelas/hari
Jam 16.00
4. mengingatkan pada klien
ocuson 1 tab
Sabtu Gangguan Jam 15.00 Jam 22.00
08/05/2010 1. Menimbang berat badan klien S:
nutrisi kurang Klien mengatakan
BB 25,5 kg
dari kebutuhan 2. Menganjurkan kepada klien sudah mulai banyak
keperawatan.
CATATAN PERKEMBANGAN
gelas/hari
Jam 16.00
4. Mengingatkan pada klien
keringat
5. Menganjurkan pada klien
30 tts/mnt
5. Melayani obat trolit I sachet A:
Masalah potensial
perdarahan lanjut
tidak terjadi.
P:
Pertahankan
intervensi
keperawatan.
FUNGSI DARAH
Fungsi darah terdiri atas :
1) Sebagai alat pengangkut yaitu :
a) Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan
tubuh.
b) Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh
jaringan/otot tubuh.
d) Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantasan leukosit dan antibodi/zat-zat anti racun.
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
BAGIAN-BAGIAN DARAH
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah,
tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatakah bahwa dalam darah terdapat
benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah, sedang cairan berwarna
kekuning-kuningan disebut plasma.
Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Sel-sel darah
a) Eritrosit (sel darah merah)
b) Leukosit (sel darah putih)
c) Trombosit (sel pembeku darah)
2) Plasma darah
: 91%
n : 3% (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
l : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium),
kalsium, dan zat besi).
organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam
amino).
Eritrosit 9sel darah merah) kalau kita periksa dan lihat dibawah miskroskop maka
nyatalah bahwa eritrosit dapat diterangkan sebagai berikut : Bentuknya seperti
cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti, ukuran diam eter kira-kira 7,7 unit (0,007
mm) tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm 3 (4 juta) warna
kuning kemerah-merahan, karean didalam mengandung zat yang disebut hemoglobin,
warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung oksigen,
fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan
mengikat karbon dioksida (CO2) dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.
Leukosit (sel darah putih), bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan eritrosit
apabila kita lihat dibawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-
ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai
bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya
bening (tidak berwarna, banyaknya dalam 1 mm 3 darah kira-kira 6.000 9.000.
Funsginya : sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotelial) tempat
pembiakannya di dalam limpe dan kelenjar limpe ; sebagai pengakut yaitu
mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpe terus kepembuluh
darah. Sel leukosit disamping beredar dipembuluh darah juga terdapat diseluruh
jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya
kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada didalam daerah akan lebih banyak dari
biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal didalam kelenjar limpe,
sekarang beredar didalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit
tersebut jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm 3 disebut leukostosis dan
kurang dari 6.000/mm3 disebut leukopenia.
Macam-macam leukosit, meliputi :
a) Agranulosit
(1) Limfosit
(2) Monosit
b) Granulosit
(1) Neutrofil atau polimorfonukleat leukosit
(2) Basofil
(3) Eusonofil
Trombosit (sel pembeku) merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk
dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada yang lonjong, warnanya putih,
normal pada orang dewasa 200.000 300.000/mm 3, fungsinya memegang peranan
penting dalam pembekuan darah. Jika banyak kurang dari normal, maka kalau ada luka
darah tidak cepat membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus. Trombosit
lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Tetapi jika kurang dari 200.000 disebut
trombositopenia. Didalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca 2t dan fibrinogen. Fbrinogen mulai
bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Plasma darah merupakan bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari
berat badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel
darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi
bahan organik dan anorganik dan suatu organ atau jaringan. Hampir 90% dari plasma
terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat yang larut didalamnya. Untuk
mendapatkan plasma darah jika harus mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus
kedalam darahm, supaya darah tidak membeku sesudah itu dipasang suatu alat dan
dibiarkan beberapa lama, maka akan kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau
mengendap dan bagian diatasnya tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang
didalamnya terdapat serum darah.
Kalau darah yang keluar dari tubuh kita dibiarkan membeku maka bagian bawah
bekuan tadi terdapat cairan yang juga warnanya bening, yang disebut serum darah.
Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen yang didapat dengan membekukan
darah.
Zat-zat dalam plasma darah :
a) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b) Garam-garam mineral (kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam
metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
c) Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan
tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin).
e) Hormon yaitu : suatu zat yang dihasilkan dan kelenjar tubuh.
f) Antibodi/antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah, plasma darah sebagian besar
terdiri dari air dan zat-zat yang larut didalamnya (misalnya zat makanan, hormon,
antibodi dan lain-lain) sel-sel leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan
penyakit.
( Syarifuddin, 2006)
3. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF)
adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4
serompe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus
(arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa
serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan
adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.
( Nursalam, 2005)
4. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali).
Peningkatan dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu ada
penderita Demam Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk memantau
hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang
terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. (Christantie
Effendy,1995).
5. Manifestasi Klinik
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak
besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa
demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih dan terkadang
disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting),
epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan,
terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu,
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai
dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6
hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi,
sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi
pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan
eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali
ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa
Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk lain
perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan
gusi) dan hematemesis melena.
c. Pembesaran hati.
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang
menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab,
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis
disekitar mulut.
( Nursalam, 2005).
6. Klasifikasi Dengue Haemorragic Fever (DHF)
Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4 kategori penderita
menurut derajat beratnya sebagai berikut :
erajat I : Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi
perdarahan hanya berupa touniket tes yang positif.
erajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya
berupa perdarahan dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.
erajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah
penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi dengan disertai akral yang
dingin dan gelisah.
erajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
yang tidak terukur.
( Soegeng Soegijanto, 2005)
7. Test Diagnostik
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue
adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan
hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit
plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell
culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang
berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi
total, IgM maupun IgG).
Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus
dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI (Haemoglobin
Inhibition test : uji hambatan hemaglutinasi) yang merupakan standar WHO, kemudian
uji indirect ELica, uji captured Elisa untuk dengue baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA)
maupun IgG captured-ELISA. dnegue blot/dengue stick/dot imunosial dengue dan uji
SCT (immuno-enromotographie test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji
fiksasi komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak
praktis.
Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat
mendeteksi antibody anti-dengue, dimana infeksi virus dengue akut ditandai dengan
terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum
akut dan serum konvalesens, disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi
flovivirus skondes. (Soegeng Soegianto, 2006).
8. Penatalaksanaan Medik
Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue
Haemorragic Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
a. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik.
Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberi obat panas
paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata
diatas 38,5C. Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya
penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus Dengue Haemorragic Fever
(DHF) yang berobat jalan ini adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang
menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan
penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan manifestasi
penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.
b. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini
mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian tetesan berdasarkan
tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau
oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari
20% dan harga normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya
penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.
c. Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV
Dengue Shock Syndrome (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus
kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh
cairan pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit
(hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC.
Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik
(ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali)
dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
d. Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang
sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral hidrat oral atau rektal
dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai
satu macam obat hipnotik.
e. Terapi oksigen
f. Transfusi darah.
g. Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler
telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukup 2 ml/kg
BB/jam sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya
furosemid 1 mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis,
kadar ureum dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada
umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol
Venous Pressure (CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.
h. Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur
untuk menilai hasil pengobatan.
i. Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
1) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
2) Nafsu makan membaik.
3) Tampak perbaikan secara klinis.
4) Hematokrit stabil.
5) Tiga hari setelah syok teratasi.
6) Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm 3
7) Tidak disertai distress pernapasan.
8) Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)
(Soegijanto Soegeng.2002)
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Biodata
Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung. Identitas klien
meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, nomor register dan diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi :
alamat, usia, jenis kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas
saudara kandung meliputi nama dan usia.
2. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit seperti demam, nyeri otot,
mual,muntah, nyeri kepala, perut dan sendi disertai perdarahan.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah dialami klien seperti demam, tidak ada riwayat alergi, tidak ada
ketergantungan terhadap makanan/ minuman dan obat-obatan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
4. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti BCG, DPT, Polio, Campak
dan Hepatitis.
5. Riwayat tumbuh kembang meliputi :
a. Pertumbuhan fisik terdiri dari:
Berat badan
BBL : 2500 gr 4000 gr
3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9
2
hun : umur (tahun) x 2 + 8
Tinggi Badan
Tinggi badan lahir : 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
: 1,5 x TB setahun
9 tahun : 2,1 x TB lahir
b. Perkembangan tiap tahap usia
Berguling : 3-6 bulan
Duduk : 6-9 bulan
Merangkak : 9-10 bulan
Berdiri : 9-12 bulan
Jalan : 12-18 bulan
Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan
Bicara : 2-3 tahun
Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun
6. Riwayat nutrisi meliputi :
a. Pemberian ASI pertama kali disusui, lama pemberian, waktu dan cara pemberian.
b. Pemberian susu formula terdiri dari alasan pemberian, jumlah pemberian.
c. Pemberian makanan tambahan terdiri atas usia pertama kali diberikan jenis dan cara
pemberian.
d. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutris saat : usia 0 6 bulan, 6 12
bulan dan saat ini.
7. Riwayat psikososial
Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya, apakah keadaan tempat tinggalnya
memenuhi syarat kesehatan.
8. Riwayat spiritual
Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan sering mengikuti kegiatan keagamaan.
9. Reaksi hospitalisasi
a. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Stress
Kecemasan meningkat: kurang informasi tentang prosedur dan pengobatan anak serta
dampaknya terhadap masa depan anak.
Takut dan cemas : seriusnya penyakit dan tipe dari prosedur medis.
b. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Perpisahan : berpisah dengan teman sebaya.
Kehilangan kontrol : - Kelemahan fisik
- Takut mati
Reaksi perlukaan dan rasa sakit :
Mengkomunikasikan tentang rasa sakit.
Mampu mengontrol rasa sakit (gigit bibir dan menggenggan).
10. Aktivitas sehari-hari
b. Nutrisi terdiri dari frekuensi makan, waktu makan, makanan yang dikonsumsi, porsi
makan, makanan yang disukai, nafsu makan. Jumlah yang dapat dihabiskan dan cara
makan klien sebelum sakit dan saat sakit.
c. Istirahat, tidur terdiri dari waktu tidur malam dan siang, apakah mudah terbangun,
kesulitan tidur, bagaimana pola tidur, ada perubahan atau tidak sebelum sakit dan saat
sakit.
d. Personal hygiene terdiri dari mandi, sikat gigi, kebersihan kuku, genetalia, dan
penampilan umum klien sebelum sakit dan saat sakit.
11. Pemeriksaan fisik Head To to
a. Keadaan umum : klien baik atau tidak.
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah menurun > 80 mmHg
- Nadi cepat dan lemah > 100x/menit
- Suhu meningkat sampai 38C
- Pernafasan meningkat > 40x/menit
c. Antropometri :
LLA : 14cm
LK : 40 cm
LD : 54 cm
LP : 52 cm
d. Sistem pernafasan
Tidak terdapat batuk, pernafasan cuping hidung, batuk dada normal (Normal Chest),
tidak ada retraksi, dan tidak ada suara nafas tambahan.
e. Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, bibir pucat dan kering, arteri karotis tidak teraba, vena
jugularis tidak tampak, tidak ada pembesaran jantung, suara jantung S1, S2 kesan
murni.
f. Sistem pencernaan
Bibir kering sering merasa mual dan muntah terdapat nyeri tekan pada daerah
epigastrium.
g. Sistem indera
1. Mata : kelopak mata, lapang pandang dan visus baik.
2. Hidung : penciuman baik, tidak ada secret dan tidak terdapat perdarahan pada hidung.
3. Telinga : membran timpani baik fungsi pendengaran baik.
h. Sistem neurosensorik
Berdasarkan tingkat grade Dengue Haemorragic Fever (DHF) I,II: kesadaran kompos
mentis, Dengue Haemorragic Fever (DHF) III :kesedaran apatis, samnolen, Dengue
Haemorragic Fever (DHF) IV :kesadaran koma.
i. Sistem moskuloskeletal
Akral dingin,serta terjadi nyeri otot,serta tulang.
j. Sistem integumen
1. Adanya petechia pada kulit, turgir kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
2. Kuku sianosis/tidak
3. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemia, hidung
kadang mengalami perdarahan (epistaksis), pada grade II, III, IV mulut di dapatkan
bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi,dan nyeri tekan. Sementara
tenggorokan mengalamin hiperemi pharing dan terjadi perdarahan telinga.
k. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid dan limpa tidak ada.
l. Sistem perkemihan
Odema palpebra tidak ada, distensi kandung kemih tidak ada.
m. Sistem reproduksi
Keadaan labia minora dan mayora bersih dan tidak ada bau serta pertumbuhan dada
belum ada dan perubahan suara.
n. Sistem immune
Tidak ada alergi terhadap cuaca, bulu binatang dan zat kimia.
o. Pemeriksaan tingkat perkembangan
Dengan menggunakan DDST 0-6 tahun meliputi :
- Motorik kasar, aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
- Motorik halus, aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memiliki koordinasi yang cermat.
- Bahasa, kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
- Personal sosial, aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue
Hemorhagic Fever
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
b. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output
cairan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat,
penurunan tekanan osmotik.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
g. Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan
kurang informasi.
( sumber : perawatan pasien DHF, Christiantie efendy )
3. Rencana Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
Tujuan keperawatan :
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :
- Suhu tubuh normal (35 C- 37,5 C)
- Pasien bebas dari demam
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola demam
pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3
2. Tanda-tanda vital merupakan acuan
jam. untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
3. Beri kompres hangat pada dahi. 3. Kompres hangat dapat
mengembalikan suhu normal
4. Beri banyak minum ( 1-1,5 liter/hari) memperlancar sirkulasi.
sedikit tapi sering 4. Mengurangi panas secara konveksi
(panas terbuang bersama urine dan
keringat sekaligus mengganti cairan
tubuh karena penguapan).
5. Ganti pakaian klien dengan bahan
5. Pakaian yang tipis menyerap keringat
tipis menyerap keringat. dan membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat dari
peningkatan suhu dan dapat terjadi
konduksi.
6. Beri penjelasan pada keluarga
6. Penjelasan yang diberikan pada
klien tentang penyebab keluarga klien bisa mengerti dan
meningkatnya suhu tubuh. kooperatif dalam memberikan
tindakan keperawatan.
7. Kolaborasi pemberian obat anti
7. Dapat menurunkan demam
piretik.
b. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
Tujuan intervensi :
Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
- Turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien dan tanda-
1. Mengetahui dengan cepat
tanda vital. penyimpangan dari keadaan
normalnya.
2. Kaji input dan output cairan. 2. Mengetahui balance cairan dan
elektrolit dalam tubuh/homeostatis.
3. Agar dapat segera dilakukan tindakan
3. Observasi adanya tanda-tanda syok. jika terjadi syok.
4. Anjurkan klien untuk banyak minum.4. Asupan cairan sangat diperlukan
untuk menambah volume cairan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam tubuh.
pemberian cairan I.V. 5. Pemberian cairan I.V sangat penting
bagi klien yang mengalami deficit
volume cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.
C. Implementasi
D. Evaluasi
Evaluasi keperawatan DHF adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan pasien penderita DHF.
Diagnosa yang akan di evaluasi diantaranya yaitu :
a. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus Dengue,
teratasi dengan suhu tubuh normal (36-37 oC), klien tidak demam lagi
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan
akan teratasi.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, anoreksia. teratasi dengan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan porsi yang diberikan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi dengan: klien mampu
beraktifitas mandiri dan mampu memenuhi aktivtasnya sendiri.
e. Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kurang
informasi.teratasi
f. Reaksi hospitalisasi berhubungan dengan Lingkungan baru dan jauh dari orang terdekat
1. Implementasi
Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan dari rencana
keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan intervensi keperawatan yang
sudah disusun. Perawat memikul tanggung jawab untuk implementasi tetapi melibatkan
pasien dan keluarga serta anggota tim keparawatan dan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai kebutuhan.
2. Evaluasi
1. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria :
a. Suhu tubuh normal (36 - 37 C).
b. Pasien bebas dari demam.
2. Nyeri teratsi dengan kriteria :
a. Rasa nyaman terpenuhi.
b. Nyeri berkurang atau hilang.
3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : Pasien mampu menghabiskan porsi
makan yang diberikan / dibutuhkan.