Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KONSEP DASAR
A. Pengertian
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberculosis
(Depkes
RI, 2006)
(Prestasiherfen.blogspot.com/2009)
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar
toraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang
di dalam mediastinum.
membran halus dan licin yang disebut pleura yang juga meluas
selama ventilasi.
lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi
paru kanan dan pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi
Bare, 2002).
C. Etiologi
tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang
D. Patofisiologi
lobus atau paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel
atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit
lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat
E. Manifestasi Klinik
1. Demam
0
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-41 C, keadaan ini
2. Batuk
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
5. Malaise
tidak teratur.
F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a.Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu
positif.
c. Vaksinasi BCG
(Muttaqin,
2008)
2. Pengobatan
2001).
G. Komplikasi
Menurut Suriadi (2006) kompliki dari TB Paru antara lain :
1. Meningitisas
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasi
H. Klasifikasi
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka:
F. Gejala TB Paru
Gejala sistemik/umum
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju
ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara
nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus
paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala
seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan
pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis
(radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan sputum (S-P-S)
Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena
dengan pemeriksaan tersebut akan ditemukan kuman BTA. Di
samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi
terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini
mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di lapangan
(puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat
sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non
produktif
Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan
sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter dan
diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan
memberikan tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau
dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit.
Bila masih sulit, sputum dapat diperoieh dengan cara bronkos
kopi diambil dengan brushing atau bronchial washing atau BAL
(bronchn alveolar lavage).
BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan
lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka
sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan diperiksa
hendaknya sesegar mungkin. Bila sputum sudah didapat. kuman
BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman bant dapat
dkcmukan bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka
ke luar, sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah
ke luar.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-
kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.
Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mil sputum
Hasil pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+) di bawah
mikroskop memerlukan kurang lebih 5000 kuman/ml sputum,
sedangkan untuk mendapatkan kuman (+) pada biakan yang
merupakan diagnosis pasti, dibutuhkan sekitar 50 - 100 kuman/ml
sputum. Hasil kultur memerlukan waktu tidak kurang dan 6 - 8
minggu dengan angka sensitiviti 18-30%.
Rekomendasi WHO skala IUATLD :
Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang pandangan
:negative
Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
Ditemukan 10-99 BTA : 1+
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+
Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+
2. Pemeriksaan tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling
bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi
Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam
"Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC
dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita
TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 12 tahun 92%, 24
tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%. Dari
persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak
maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa
cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux
umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan,
disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin
dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
4. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan
hubungan kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan
adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal,
kalsifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan beras
bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan emifesema perisikatriksial.
Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan
bahwa kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada
temuan CT scan pada pemeriksaan tunggal, namun selalu
dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan pemeriksaan
secara serial setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat
untuk mendeteksi adanya pembentukan kavasitas dan lebih dapat
diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen thoraks biasa.
6. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan
pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk
membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan
yang lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat
biokimia pada berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap
OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan tehadap binatang
percobaan, dan percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis
antigen Mycobacterium.
Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB
paru walaupun kurang sensitif adalah pemeriksaan laju endap
darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan
peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
2. Integritas EGO
6. Keamanan
111V positif.
7. Interaksi sosial
8. Pemeriksaan Penunjang
effuse cairan.
mycobacterium tuberculosis,
beratnya infeksi.
(Doengoes, 2000)
I. Diagnosa Keperawatan
keterbatasan kognitif
c. Intervensi
menunjukkan akumulasi
sekret/ketidakmampuan untuk
pernafasan.
hemoptisis
sesuai keperluan
mengeluarkan sekret.
mudah dikeluarkan.
kembali aktif
c. Intervensi
sekunder.
membuang sekret.
distres pernafasan.
kerusakan parenkim
pemberian oksigen
melalui penguapan
tepat
2). Pastikan pada diet biasa pasien yang disukai atau tidak
kebutuhan
masukan diet.
tinggi protein.
dan diet.
tingkat stress.
Rasional : rekomendasi yang umum untuk tidur 8 jam
menginginkan.
relaksasi.
peningkatan toleransi.
setelah beraktivitas.
tuberkulosis paru.
pernafasan.
bicara, tertawa.
infeksi.
3). Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, missal: masker
penyebaran