Вы находитесь на странице: 1из 38

Digital Radiografi dan Computer Radiografi

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komputer Radiologi

Dosen Lukman Mustafid, S.Pd

Disusun Oleh :

1. Agus Sendi Kurnia (4501.06.13.A.002)

2. Edi Supriadi (4501.06.13.A.012)

3. Euis Ratna Devi Agustin (4501.06.13.A.013)

4. Fahmi Puja Ashri (4501.06.13.A.014)

5. Febi Trya Utami (4501.06.13.A.016)

6. Giri Sukmana (4501.06.13.A.018)

7. Iif Miftahul Jannah (4501.06.13.A.020)

8. Muhamad Rohman Dwi J (4501.06.13.A.032)

9. Rizky Andika (4501.06.13.A.036)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKes Cirebon

DIII Radiodiagnostik dan Radioterapi

Jl. Brigjen Dharsono No. 12B Cirebon : (0231) 247852

2014

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas rahmat dan

karunia-Nyalah tugas makalah mata kuliah Komputer Radiologi yang berjudul

Digital Radiografi dan Computer Radiografi terselesaikan tepat waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan alam Nabi

Muhammad saw, keluarga, sahabat, tabiin, tabiat, serta mudah-mudahan

sampailah kepada kita selaku umatnya yang beriman.

Makalah ini diajukan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Komputer

Radiologi. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak dapat

terselesaikan tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Mokh. Firman Ismana, S.Kom, MM. Ketua STIKes CIREBON.

2. Bapak H. Nanang Rosadi, S.Si, M.Mkes , Selaku Kaprodi DIII Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi di STIKes CIREBON.

3. Bapak Lukman Mustafid, S.Pd Selaku Dosen Pembimbing mata kuliah

Komputer Radiologi di STIKes CIREBON.

4. Kedua orangtua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan

dan bantuan baik moral maupun material.

5. Teman-teman se-angkatan jurusan D-III Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi di STIKes CIREBON.

Mudah-mudahan atas segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan

kepada kami, mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Tak ada gading yang tak retak. Hanya pepatah itulah yang mungkin dapat

menggambarkan bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

i
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun untuk kemajuan di masa mendatang.

Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca

umumnya, serta penyusun khususnya.

Cirebon, Oktober 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................. 4

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................ 4

BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

2.1 Tentang Digital Radiografi .................................................................... 6

2.2 Teknologi Digital Diagnostik Medis ..................................................... 6

BAB III. ISI

3.1 Pengertian Digital Radiografi ................................................................ 9

3.2 Pengertian Computer Radiografi ........................................................... 9

3.3 Komponen Digital Radiografi ............................................................... 11

3.4 Komponen Computer Radiografi .......................................................... 16

3.5 Prinsip Pembentukan Gambaran Radiografi ......................................... 21

3.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Gambar ........................... 23

BAB IV PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 39

iii
4.2 Saran ...................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penemuan sinar- X merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran

karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian

tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara

konvesional. Perkembangan ilmu teknologi dibidang Radiologi berkembang

begitu pesat, dengan perkembangannya teknologi imaging yang terbukti

sangat membantu diagnosa berbagai macam penyakit, khususnya

radiodiagnostik. Di Indonesia pemamfaatan radiasi untuk bidang kesehatan

khususnya dibidang diagnostik menjadi semakin luas dan penting. Oleh

karena itu berbagai jenis peralatan sinar-X semakin hari semakin berkembang

mulai dari pesawat yang konvesional sampai pesawat yang system

komputerisasi yaitu seperti Computed Radiography (CR).

Sistem Computed Radiography (CR) memanfaatkan kemajuan teknologi

dengan adanya Imaging Plate (IP) sebagai detector digital Photostimulable

Phosphor (PSP) atau storage phosphor screen dalam menggantikan kombinasi

system film Intensifying screen konvesional radiography untuk menghasilkan

citra. Didukung aspek pengolahan citra dengan image reader dalam membaca

Imaging Plate (IP) sehingga data dapat ditampilkan dalam Liquid Crystal

Display (LCD) atau Cathoda Ray Tube (CRT), juga memiliki system

pengolahan citra menggunakan metode dry processing yang merubah data

digital menjadi data analog dengan hasil berupa film laser imaging.

Penggunaan Photostimulable Phosphor (PSP) memungkinkan Imaging Plate

1
(IP) untuk dapat dipakai berulang kali . Salah satu kelebihan citra digital

system CR adalah citra soft copy yang dapat dimanipulasi terang gelap untuk

menghasilkan kontras citra kualitas tinggi. Sedangkan pada penggunaan

konvensional yang dikombinasikan dengan sistim film Intensifying Screen

(IS) tidak dapat dimanipulasi terang gelap (soft copy) sehingga penggunaan

tegangan tinggi (kV) tidak dapat dilakukan. Karakteristik PSP yang memiliki

rentang sensitivitas terhadap paparan sinar-X yang lebar dan aplikasi

perangkat lunak memungkinkan penyesuaian hasil citra terhadap kondisi

eksposi. (Seibert, J.A, 2006).

Suatu unit pesawat sinar-X yang dilengkapi system CR diantaranya harus

mampu memproduksi sinar-X sesuai uji fungsi dan citra yang dihasilkannya

dapat digunakan untuk menegakkan diagnose. Oleh karena itu, semua

perangkat penghasil citra pesawat sinar-X dan system CR harus berfungsi

sesuai standar yang diisyaratkan, sehingga kemampuan kerjanya akan

menentukan apakah sinar-X yang dikeluarkan dari pembangkitnya akan

berguna untuk diagnosa suatu penyakit atau tidak. Jika tidak maka dapat

mengakibatkan terjadinya penyinaran ulang yang berarti akan memberikan

dosis yang tidak bermanfaat dan akan merugikan pihak terkait dalam

pemeriksaan terutama pasien yang diperiksa. Dengan dasar ini peneliti

melakukan pemeriksaan thorax dengan faktor eksposi yaitu teknik tegangan

tinggi (kV) dan teknik tegangan standar (kV) dimana pesawat sinar-X yang

dilengkapi dengan Computed Radiography harus mampu memproduksi sinar-

X untuk menghasilkan kontras foto kualitas tinggi yang digunakan untuk

menegakkan diagnosa.

2
Salah satu kuantitas radiasi yang sering digunakan dalam acuan batasan

dosis adalah pengukuran dosis masuk permukaan atau yang lebih umum di

kenal dengan ESD (Entrance Surface Dose) yang dapat diperoleh melalui

pengukuran langsung menggunakan TLD (Thermoluminecence Dosimeter)

dan pengukuran tidak langsung. (DeWerd, L.A, Bartol L., & Davis, S. (n.d).

Thermoluninescence dosimetry.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa itu Digital Radiografi?

2. Apa itu Computer Radiografi?

3. Apa saja komponen Digital Radiografi?

4. Apa saja komponen Computer Radiografi?

5. Bagaimana prinsip pembentukan Gambaran Radiografi?

6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gambar?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang Digital Radiografi dan Computer Radiografi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tentang Pengertian Digital Radiografi, Pengertian

Computer Radiografi, Komponen Digital Radiografi, Komponen

3
Computer Radiografi, Prinsip Pembentukan Gambaran Radiografi, dan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Gambar.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Penulis

Makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan bagi penulis, khususnya mengenai Sistem Komputer. Dan

dapat memberi manfaat untuk mahasiswa/mahasiswi program studi D-

III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon.

1.4.2 Pendidikan

Makalah ini diharapkan menjadi kajian pustaka di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Cirebon program studi D-III Teknik Radiodiagnostik

dan Radioterapi, serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi

mahasiswa/mahasiswi program studi D-III Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi STIKes Cirebon.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang, perumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP berisi tentang

Digital Radiografi dan Teknologi Digital Diagnostik Medis.

BAB III ISI berisi tentang Pengertian Digital Radiografi, Pengertian

4
Computer Radiografi, Komponen Digital Radiografi, Komponen

Computer Radiografi, Prinsip Pembentukan Gambaran Radiografi,

dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Gambar.

BAB IV PENUTUPAN berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tentang Digital Radiografi

Radiografi digital adalah modalitas radiologi diagnostik yang

menggunakan sinar-x untuk memperoleh citra planar digital daripada struktur

internal suatu bagian tubuh pasien.

Radiografi Digital dalam panduan ini mencakup citra digital hasil dari

proses scanning film, direct digital radiography menggunakan

tabung/sungkup fluoroskopi, computer radiografi (CR), direct digital

radiography (DDR) yang menggunakan Flat Detector Array. Radiografi

digital digunakan untuk pemeriksaan konvensional dan non konvensional,

baik pada unit radiologi atau unit lain sepanjang kompetensi radiologi

diagnostik diperlukan. Proses radiografi digital dapat dilakukan oleh

radiografer atau tenaga kesehatan yang sudah memperoleh pelatihan yang

sesuai. Proses penjaminan mutu dilakukan oleh Fisika Medik dalam rangka

memastikan kualitas citra yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan

kelayakan diagnostik. Radiologist bertugas melakukan proses diagnose,

sedangkan teknisi Elektro Medik melakukan perbaikan dan kalibrasi alat.

2.2 Teknologi Digital Diagnostik Medis

Teknologi diagnostik medis yang digunakan oleh unit radiologi di rumah

sakit modern sudah cenderung bergeser dari teknologi analog berbasis film

menjadi teknologi digital (filmless). Namun, prinsip radiografi sinar-x sendiri

relatif tidak banyak berubah. Beberapa cara aplikasi filmless radiography

6
dapat ditempuh, antara lain dengan teknik digitisasi film radiografi atas

prinsip densitas optik (optical densitometry) mekanik hingga ke bentuk

pemayaran digital menggunakan flatbed scanner. Kemudian dengan

melakukan proses konversi citra fluoroskopi, DR (Direct Radiography),

dengan menggunakan flat detektor yang telah dilengkapi dengan sistem

konversi digital. Perbandingan kinerjanya dapat dianalisis dengan metode

seperti yang dilakukan oleh Bianchi, et. al.

Variasi proses konversi tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya

masing-masing. Setidaknya, ada perbedaan kontras antara sebuah proses

radiografi tidak langsung, yang diwakili oleh keempat teknik digitisasi

pertama, relatif terhadap teknik digitisasi berbasis flat detektor. Keempat

teknik radiografi pertama cenderung berbasis pada proses konversi analog ke

digital. Proses demikian akan tergantung pada resolusi spatial (ukuran matriks

citra), resolusi dinamik (bit/piksel), waktu konversi (kecepatan akusisi) dan

proses manipulasi citra (image processing). Jadi, keempat teknik tersebut

lebih cenderung dapat disebut sebagai Computerized Radiography.

Sebaliknya, dengan sistem flat detektor, proses digitisasi dan manipulasi

dapat dikatakan langsung terjadi. Dengan adanya dukungan teknologi

microchip dan nanotechnology, proses itu kemudian menjadi landasan bagi

perkembangan Computed Radiography, dimana proses akusisi, filtering dan

manipulasi citra dapat dilakukan secara langsung.

Alat-alat berbasis Computed Radiography relatif masih baru dan harga

unit sistemnya relatif mahal di Indonesia. Biaya operasionalnya juga relatif

tinggi karena sel detektor atau elemen detektor relatif mudah mengalami

7
kerusakan akibat terjangan radiasi sinar-x secara terus-menerus. Karena itu,

alternatif investasi teknologi radiografi yang cukup baik adalah dengan

mengembangkan teknologi digitisasi berbasis X-Ray Intensifying Screen

(XRIS). Keunggulannya adalah bahwa unit pendigitisasinya semata-mata

merupakan suatu konversi bayangan obyek akibat disinari sinar-x pada layar

pendar CsI (TI) yang difokuskan ke suatu bidang gambar pendaran. Gambar

pada gambar pendaran tersebut kemudian ditangkap oleh suatu sistem optik

untuk selanjutnya diubah menjadi sinyal digital.

8
BAB III

ISI

3.1 Pengertian Digital Radiografi

Digital radiografi adalah sebuah bentuk pencitraan sinar-X, dimana

sensor-sensor sinar-X digital digunakan untuk menggatikan film fotografi

konvensional. Dan processing kimiawi digantikan dengan sistem komputer

yang terhubung dengan monitor atau laser printer.

Prinsip kerja Digital Radiography (DR) pada intinya menangkap sinar-X

tanpa menggunakan film. Sebagai ganti film sinar X, digunakan sebuah

penangkap gambar digital untuk merekam gambar sinar X dan mengubahnya

menjadi file digital yang dapat ditampilkan atau dicetak untuk dibaca dan

disimpan sebagai bagian rekam medis pasien.

Gambar 3.1 Digital Radiography System

3.2 Pengertian Computer Radiografi

Computed radiography adalah proses merubah system analog pada

konvensional radiografi menjadi digital radiografi (Bambang Supriyono

2003:1). Pada sistem Computed Radiography data analog dikonversi ke

9
dalam data digital pada saat tahap pembangkitan energi yang terperangkap di

dalam Imaging Plate dengan menggunaklan laser, selanjutnya data digital

berupa sinyal-sinyal ditangkap oleh Photo Multiplier Tube (PMT) kemudian

cahaya tersebut digandakan dan diperkuat intensitasnya setelah itu di ubah

menjadi sinyal elektrik yang akan di konversi kedalam data digital oleh

Analog Digital Converter (ADC).

Gambar 3.2 Computed Radiography

Pada penggunaan radiografi konvensional digunakan penggabung antara

film radiografi dan screen, akan tetapi pada Komputer radiografi

menggunakan imaging plate. Walaupun imaging plate secara fisik terlihat

sama dengan screen konvensional tetapi memiliki fungsi yang sangat jauh

berbeda, karena pada imaging plate berfungsi untuk menyimpan energi sinar-

x kedalam photo stimulable phosphor dan menyampaikan informasi gambar

itu ke dalam bentuk data digital.

10
3.3 Komponen Digital Radiografi

Sebuah sistem digital radiografi terdiri dari 4 komponen utama, yaitu X-

Ray Source, Image Receptor, Analog to Digital Converter, Komputer, dan

Output Device.

A. X-ray Source

Sumber yang digunakan untuk menghasilkan X-ray pada DR sama

dengan sumber X-ray pada Coventional Radiography. Oleh karena

itu, untuk merubah radiografi konvensional menjadi DR tidak perlu

mengganti pesawat X-ray.

Gambar 3.3 X-Ray Source

B. Image Receptor

Detektor berfungsi sebagai Image Receptor yang menggantikan

keberadaan kaset dan film. Ada dua tipe alat penangkap gambar

digital, yaitu Flat Panel Detectors (FPDs) dan High Density Line

Scan Solid State Detectors.

11
Gambar 3.3 Image Receptor

1) Flat Panel Detectors (FPDs)

FPDs adalah jenis detektor yang dirangkai menjadi sebuah panel

tipis. Berdasarkan bahannya, FPDs dibedakan menjadi dua,

yaitu :

a) Amorphous Silicon

Amorphous Silicon (a-Si) tergolong teknologi penangkap

gambar tidak langsung karena sinar-X diubah menjadi

cahaya. Dengan detektor-detektor a-Si, sebuah sintilator pada

lapisan terluar detektor (yang terbuat dari Cesium Iodida atau

Gadolinium Oksisulfat), mengubah sinar-X menjadi cahaya.

Cahaya kemudian diteruskan melalui lapisan photoiodida a-

Si dimana cahaya tersebut dikonversi menjadi sebuah sinyal

keluaran digital. Sinyal digital kemudian dibaca oleh film

transistor tipis (TFTs) atau oleh Charged Couple Device

(CCDs). Data gambar dikirim ke dalam sebuah computer

untuk ditampilkan. Detektor a-Si adalah tipe FPD yang

paling banyak dijual di industri digital imaging saat ini.

12
b) Amorphous Selenium (a-Se)

Amorphous Selenium (a-Se) dikenal sebagai detektor

langsung karena tidak ada konversi energi sinar-X menjadi

cahaya. Lapisan terluar dari flat panel adalah elektroda bias

tegangan tinggi. Elektrode bias mempercepat energi yang

ditangkap dari penyinaran sinar X melalui lapisan selenium.

Foton-foton sinar-X mengalir melalui lapisan selenium

menciptakan pasangan lubang elektron. Lubang-lubang

elektron tersebut tersimpan dalam selenium berdasarkan

pengisian tegangan bias. Pola (lubang-lubang) yang terbentuk

pada lapisan selenium dibaca oleh rangakaian TFT atau

Elektrometer Probes untuk diinterpretasikan menjadi citra.

2) High Density Line Scan Solid State device

Tipe penangkapan gambar yang kedua pada DR adalah High

Density Line Scan Solid State device. Alat ini terdiri dari

Photostimulable Barium Fluoro Bromide yang dipadukan

dengan Europium (BaFlBr:Eu) atau Fosfor Cesium Bromida

(CsBr).

Detektor fosfor merekam energi sinar-X selama penyinaran dan

dipindai (scan) oleh sebuah dioda laser linear untuk

mengeluarkan energi yang tersimpan yang kemudian dibaca

oleh sebuah penangkap gambar digital Charge Coupled Devices

(CCDs). Image data kemudian ditransfer oleh Radiografer

13
untuk ditampilkan dan dikirim menuju work stasion milik

radiolog.

C. Analog to Digital Converter

Komponen ini berfungsi untuk merubah data analog yang

dikeluarkan detektor menjadi data digital yang dapat

diinterpretasikan oleh komputer.

Gambar 3.3 Analog to Digital Converter

D. Komputer

Komponen ini berfungsi untuk mengolah data, manipulasi

image, menyimpan data-data (image), dan menghubungkannya

dengan output device atau work station.

14
Gambar 3.3 Komputer Radiografi

E. Output Device

Sebuah sistem digital radiografi memiliki monitor untuk

menampilkan gambar. Melaui monitor ini, radiografer dapat

menentukan layak atau tidaknya gambar untuk diteruskan

kepada work station radiolog.

Selain monitor, output device dapat berupa laser printer apabila

ingin diperoleh data dalam bentuk fisik (radiografi). Media yang

digunakan untuk mencetak gambar berupa film khusus (dry

view) yang tidak memerlukan proses kimiawi untuk

mengasilkan gambar.

Gambar yang dihasilkan dapat langsung dikirimkan dalam

bentuk digital kepada radiolog di ruang baca melalui jaringan

work station. Dengan cara ini, dimungkinkan pembacaan foto

melaui teleradiology.

15
Gambar 3.3 Output Device

3.4 Komponen Computer Radiografi

Computer Radiografi (CR) mempunyai komponen yang terdiri dari :

1) Imaging Plate (IP)

Imaging plate adalah plat film yang mempunyai kemampuan menyimpan

energi sinar-x, dan energi tersebut dapat di bebaskan atau dikeluarkan

melalui proses scanning dengan menggunakan laser. Imaging plate biasa

digunakan dengan ditempatkan dalam cassette imaging plate. Ukuran

imaging plate yang paling banyak digunakan adalah 18x24, 24x30, 35x35,

dan 35x43 cm. Ukuran 30x40 cm tidak ada lagi karena ukuran tersebut

akan digunakan 35x43 cm. Imaging plate merupakan media pencatat

gambaran sinar x pada computed radiography, yang terbuat dari bahan

photostimulablephosphor tinggi, BaFX (X=halogen).

Pada penggunaan radiografi konvensional digunakan penggabungan antara

film radiografi dan screen, akan tetapi pada computed radiography

menggunakan imaging plate. Walaupun imaging plate terlihat sama

dengan screen konvensional tetapi fungsinya sangatlah jauh berbeda

dengan imaging plate, karena pada imaging plate berfungsi untuk

16
mencatat gambar sinar-x kedalam foto stimulable phosphor dan

menyampaikan informasi gambar itu kedalam bentuk elektrik.

Gambar 3.4 Imaging Plate (IP)

Struktur dari imaging plate adalah :

a) Protective Layer : Berukuran tipis & transparan berfungsi untuk

melindungi IP.

b) Phosphor Layer : Mengandung barium fluorohalide dalam bahan

pengikatnya.

c) Reflective Layer : Terdiri dari partikel yang dapat memantulkan

cahaya.

d) Conductive Layer : Terdiri dari Kristal konduktif. Yang berfungsi

untuk mengurangi masalah yang disebabkan oleh

electrostatic. Selain itu ia juga mempunyai

kemampuan untuk menyerap cahaya dan dengan

demikian hal tersebut dapat meningkatkan

ketajaman gambaran.

17
e) Support Layer : Mempunyai stuktur dan fungsi yang sama seperti

yang ada pada intensifying screen.

f) Backing Layer : Lapisan soft polimer untuk melindungi imaging

plate selama proses pembacaan di dalam image

reader.

g) Bar Code Label : Digunakan untuk memberikan nomor seri dan

untuk mengidentifikasi imaging plate tertentu yang

kemudian dapat dihubungkan dengan data pasien.

2) Cassette

Cassette pada computed radiography bagian depan (front side) terbuat

dari carbon fiber dan bagian belakang terbuat dari aliminium.

Gambar 3.4 Cassette

3) Image Reader

Berfungsi sebagai pembaca, pengolah gambar yang diperoleh dari imaging

plate yang dijalankan dengan menggunakan laser scanner. Dilengkapi

dengan preview monitor untuk melihat apakah pemotretan yang dilakukan

tidak terpotong atau obyeknya bergerak. Pada kasus ini pemotretan harus

18
diulang. Namun apabila gambar kurang baik karena faktor eksposi

pemotretan tidak perlu diulang pemotretan tersebut, karena gambaran

dapat diperbaiki dengan image console. Semakin besar kapasitas memori

dari image reader semakin cepat waktu yang diperlukan untuk memproses

imaging plate, karena semakin besar memori dari suatu perangkat

komputer maka semakin besar daya simpan dari perangkat tersebut.

Semakin besar memori dari image reader akan menghasilkan daya

perputaran dari perangkat memori yang besar. Selain itu, imaging reader

juga mempunyai beberapa peranan penting dalam proses pembacaan,

pengolahan gambar, sistem transportasi imaging plate serta proses

penghapusan data gambar dari permukaan imaging plate.

Gambar 3.4 Image Reader

4) Image Console

Berfungsi untuk mengolah gambar, berupa komputer dengan software

khusus untuk medical imaging. Gambar dapat diolah tampilannya

sehingga memudahkan memperoleh gambar yang lebih baik.

19
Pada image console juga dilengkapi dengan menu yang lebih dari 200

macam pilihan gambar yang sesuai dengan bagian anatomi yang akan

difoto pada anatomi tertentu. Karena computed radiography merupakan

bentuk digital, bermacam-macam jenis processing gambar dapat

digunakan untuk menambah dan juga mempertinggi kualitas gambar.

Gambar 3.4 Image Console

5) Imager (Printer)

Apabila foto dikehendaki untuk dicetak maka gambar dapat dikirim

kebagian imager untuk dicetak sesuai yang diinginkan karena imager itu

sendiri mempunyai fungsi sebagai pencetak gambaran. Pada proses

pencetakan ini tidak memerlukan kamar gelap lagi karena dapat dicetak

langsung didalam dry imager tanpa harus di kamar gelap, dan juga tidak

memerlukan lagi cairan seperti fixer dan developer sehingga tempat kerja

biasa lebih bersih.

20
Gambar 3.4 Imager (Printer)

3.5 Prinsip Pembentukan Gambaran Radiografi

1. Computed radiography menggunakan imaging plate (IP) terbuat dari

phosphor sebagai media pengumpul gambar pengganti x-ray film,

diletakan dalam imaging plate cassette (IP cassette).

Gambar 3.5 Imaging Plate (IP)

2. Image plate yang telah dieksposi selanjutnya dimasukan dalam reader unit,

dengan laser scanner hasil eksposi pada image plate dibaca dan diubah

menjadi signal digital yang selanjutnya ditampilkan pada monitor

komputer.

21
Gambar 3.5 Reader Unit

3. Gambar ditampilkan dengan monitor komputer yang didukung oleh

software khusus untuk medical imaging sehingga gambar bisa diperbaiki

pada tampilannya yang bertujuan untuk memudahkan menegakkan

diagnosa suatu penyakit.

Gambar 3.5 Monitor Komputer Radiografi

4. Gambar dapat disimpan dalam bentuk hasil cetak seperti halnya x-ray film,

juga memungkinkan untuk disimpan dalam hard disk, compact disk, floppy

disk atau media penyimpanan digital lainnya.

22
Gambar 3.5 Hasil Gambaran Radiografi

Dalam Bentuk Film

Gambar 3.5 Hasil Gambaran Radiografi

Dalam Bentuk Digital

23
3.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Gambar

1. Imaging Plate Artefak

a. Artefak yang disebabkan oleh Retakan atau goresan pada Imaging

Plate.

Ketika Imaging plate melewati plate reader, IP menekuk sehingga hal

ini dapat menyebabkan rentannya IP terhadap retakan, retakan ini

biasanya muncul pertama kali ditepi IP, dimana umumnya tidak

mengganggu klinis gambar, apabila retakan ini berada pada tengah IP

maka hal ini akan mengganggu klinis gambar.

Gambar 3.6 Gambar Imaging Plate Artefak

Gambaran radiograf dari metacarpal di atas menunjukan adanya retakan

yang ditunjuk oleh anak panah warna putih yang tampak di tepi IP,

tidak menggangu klinis dari radiograf karena berada di luar daerah

anatomis dan semakin lama retak pada tepi akan menuju daerah pusat

IP yang ditunjukan oleh panah hitam hal ini akan menggangu klinis

gambar karena menutupi gambaran anatomis yang sebanarnya dari

radiograf. Sehingga dapat mengganggu hasil diagnosa.

24
b. Artefak Karena Benda Asing atau Kotoran

Apabila benda asing di-ekspose pada IP maka dapat memblokir emisi

cahaya ketika di scan oleh laser plate reader akan menyebabkan artefak

putih atau bila dilihat menggunakan warna abu-abu skala normal

presentasi.

Gambar 3.6 Gambar Imaging Plate Artefak

Pada radiogaf di atas terdapat artefak berupa rambut yang menempel

pada IP, hal yang sama juga sering terjadi karena serpihan dari imaging

plate yang retak dan dapat menimbulkan artefak berupa titik titik putih

pada hasil radiograf dan terjadi di dalam kaset atau menempel pada IP.

c. Artefak Karena Backscatter

Backscatter dapat menyebabkan artefak karena sensitivitas tinggi dari

penyimpanan fosfor. Hamburan dari objek yang berada di belakang

kaset saat mengekspos IP dapat menciptakan gambar dari obyek yang

berada di belakang kaset sehinga menghasilkan artefak.

25
Gambar 3.6 Gambar Imaging Plate Artefak

Garis hitam pada radiogaf upper-abdomen disebabkan oleh pancaran

backscatter yang melewati belakang kaset, karena adanya retakan pada

timbal yang berada di bawah kaset sehingga yang tidak mampu

menyerap radiasi dan dibalikkan ke atas imaging plate.

2. Plate Reader Artefak

a. Artefak Karena Pengaturan Penghapusan

Imaging plate akan secara otomatis terhapus setelah dibaca oleh laser

pada plate reader, jika IP tidak digunakan untuk jangka waktu tertentu

maka harus secara manual dihapus, atau menghapus eksposur yang

salah. Dalam kedua kasus diatas, pengaturan penghapusan harus benar

digunakan ketika produsen menyediakan lebih dari satu penghapusan

pilihan. Untuk radiografi eksposur yang salah dalam siklus

penghapusan harus lebih panjang dan harus mengekspos imaging plate

ke cahaya yang lebih kuat dari pada yang diperlukan untuk IP yang

telah digunakan selama beberapa jam. Penghapusan yang tidak lengkap

dapat menghasilkan gambar artefak.

26
Gambar 3.6 Gambar Imaging Reader Artefak

Radiograf bilateral knee di atas terjadi overlaping diakibatkan keasalah

pada pengaturan penghapusan sebelumnya pada femur keterangan dari

sisa gambaran yang sebelumnya yaitu terlihat gambaran marker pada

pojok kanan atas dari radiograf, tampak gambaran soft tissue berupa

garis yang ditunjukan oleh anak panah hitam, dan tampak garis batas

kolimasi sepanjang batas bawah dari radiograf yang ditunjukan oleh

panah putih

b. Artefak Karena Kotoran

Gambar 3.6 Gambar Artefak Karena Kotoran

27
Pada radiograf thorax di atas terdapat artefak berupa garis melintang

yang berwarna putih disebabkan oleh kotoran yang menempel pada

light guide di imaging plate reader, light guide mengumpulkan emisi

cahaya dari IP ketika di scaning oleh laser helium neon. Kotoran yang

menempel pada light guide dapat menutupi penyerapan emisi cahaya

dari IP sehingga menimbulkan artefak.

3. Imaging Processing Artefak

a. Pemilihan Kernel Size

Kernel size adalah ukuran inti atau sebagai ukuran standar dari

pengolahan suatu radiograf. Beberapa artefak ditemukan pada

pengolahan gambar yang dihapuskan dan dikontrol dengan standar

pemprosesan parameter dan tergantung kepada tingkat frekuensi spesial

pengolahan diterapkan pada daerah anatomis tertentu. Ketika

menggunakan pengolahan unsharp mask untuk meningkatkan

ketajaman gambar, tampilan dari gambar yang diproses akan bervariasi

tergantung pada pilihan kernel size dan faktor peningkatan frekuensi.

Kesalahan pada parameter seleksi dapat menghasilkan artefak yang

dapat mengganggu diagnosa. Parameter seleksi dapat menghasilkan

artefak yang mengganggu diagnosis khusunya dimana dua struktur

yang sangat berbeda bertemu. Gambar menampilkan jenis artefak dapat

diproses dan tidak harus diulang.

28
Gambar 3.6 Gambar Imaging Processing Artefak

Imaging processing artefak (a) terjadi ketika penggunaan kernel size

yang terlalu tinggi, di gunakan untuk peningkatan gambar. Beberapa

artefak seperti black halo tampak disekitar prosthesis, dan memberi

kesan bahwa prosthesis itu terlihat longgar (b) gambar yang sama

dengan (a) di proses dengan kernel size yang lebih rendah.

b. Kesalahan Penggunaan Edge Enhancement

Penggunaan Edge enhancement yaitu penguatan pada tepi dimana dua

struktur yang sangat berbeda bertemu.

Gambar 3.6 Gambar Imaging Processing Artefak

Imaging processing artefak (a) edge enhancement ditingkatkan dari

level standar pada radiogaf thorax pediatric di atas. Hal ini ditandai oleh

29
peningkatan tanda pada paru paru yang ditunjukkan dengan infiltrat

interstisial (b) Gambar yang sama diproses dengan normal edge

enhancement.

c. Kesalahan Pemilihan Histogramic

Gambar 3.6 Gambar Imaging Processing Artefak

Pada prosthesis genu ini terjadi penambahan terlalu banyak ekstrem

piksel value pada histogram gambar. Hal ini menghasilkan gambar

dimana perbedaan antara prostesis dan tulang tidak baik ditunjukkan

dengan kata lain ketajaman pada radiograf ini kurang, sehingga dapat

menggangu diagnosa.

4. Artefak Karena Kesalahan Penggunaan Grid.

Karena IP peka terhadap hamburan radiasi, sebuah grid harus

digunakan dalam pencitraan CR dengan tindakan pemeriksaan pada

obyek yang tebal.

30
Gambar 3.6 Gambar Artefak Kesalahan Penggunaan Grid

Pemilihan frekuensi grid adalah pertimbangan penting. Rendahnya

tingkat garis grid akan menyebabkan moir pattern yang dapat muncul

pada gambar jika garis grid sejajar dengan pembaca scan lines, moir

pattern atau garis garis sejajar yang berpola dilihat dalam radiograf

genu diatas disebabkan oleh penggunaan grid dengan tingkat garis grid

kurang dari 33 lines/cm. Untuk menghindari terjadinya artefak ini harus

menggunakan grid dengan tingkat garis grid tidak kurang dari 60

lines/cm yang dalam orientasinya garis grid akan di-scan sejajar oleh

plate reader scan lines.

31
BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tentang CR di atas dapat di simpulkan, yaitu :

1. Teknologi terbaru yang dapat memproses 8 kaset sekaligus dengan cepat

dan dengan hasil yang baik. Teknologi ini menghasilkan foto dengan

akurasi yang tinggi, data-data digital yang dapat diproses atau dicetak

ulang serta mengurangi resiko pengulangan foto.

2. CR di gunakan untuk Pemeriksaan foto/Rontgen polos. Alat ini juga

untuk mengubah menjadi digital yang lebih jelas dan Pemeriksaan

roentgen dan zat kontras.

3. Tahapan proses terbentuknya imaging plate yaitu exsposure, stimulute,

read dan erasure.

4. Komputer radiografi menggunakan imaging plate untuk menghasilkan

gambar radiografi.

4.2 Saran

Sebaiknya memakai Computer Radiologi dibandingkan yang konvensional

karena Computer Radiografi sangat bermanfaat untuk diagnosa sehingga

untuk memeriksa berbagai objek tanpa perlu merusak di sekitarnya walaupun

dari segi biaya CR terbilang cukup mahal dari konvensional.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://ilmuradiologi.blogspot.com/2011/04/computer-radiografi_15.html

http://tentangradiologi.blogspot.com/2014/01/sejarah-radiografi-digital.html

http://yurryelian.blogspot.com/2012/01/tugas-radiografi-nii.html

http://kristinanaralyawan.blogspot.com/2013/10/perbandingan-konvensional-

cr-computer.html

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/berkala_fisika/article/viewFile/5002/453

http://teknikelektromedik-medan.blogspot.com/2011/01/digital-

radiografi.html

http://dunia-radiology.blogspot.com/2013/10/computer-radiography_8.html

http://fera-sun.blogspot.com/2010/12/radiografi.html

http://blogbabeh.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo_281.html

http://blogbabeh.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo_855.html

http://chusnihidayad.blogspot.com/2012/03/artefak-computed-

radiography.html

33

Вам также может понравиться