Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN

Mesothelioma adalah suatu tumor jinak atau ganas yang mempengaruhi mesothelium,
yaitu suatu membran yang menutup sebagian besar organ-organ dalam tubuh. Kebanyakan
kasus mesothelioma dimulai pada pleura (lapisan sekitar paru-paru) atau peritoneum (lapisan
sekitar abdomen).1
Mesothelioma benign dapat juga disebut fibroma, dan mesothelioma yang bersifat
ganas disebut sebagai mesothelioma malignan. Suatu mesothelioma lebih jauh dapat
dinamakan berdasarkan dimana tempat terjadinya. Sebagai contoh, mesothelioma pleura
malignan adalah kanker yang terdapat pada lapisan sekitar paru-paru atau cavum pleura.
Kebanyakan orang-orang yang dengan mesothelioma malignan bekerja pada tempat-tempat
yang banyak pertikel asbesnya, sehingga mereka menghirup partikel tersebut. Suatu
mesothelioma benign tidak ada kaitan dengan paparan asbes.1
Mesothelioma malignan adalah suatu tumor yang agresif pada permukaan lapisan
serosa, seperti pada pleura dan peritoneum. Awalnya tumor ini jarang terjadi, tapi sekarang
insidensnya meningkat di seluruh dunia, kemungkinan sebagai suatu hasil paparan yang luas
dari asbes, yang merupakan suatu faktor yang dikaitkan dengan hal tersebut. Terdapat
substansi (topik) yang sangat menarik pada penyakit ini sebagai bagian dari kedokteran
komunitas dan kesehatan masyarakat, karena jutaan orang telah terekspos oleh serat asbes,
dan begitu banyak artikel akan bahaya asbes yang telah diterbitkan oleh pers. 2,3
Selanjutnya ditinjau dari biaya perawatan personal dan pemeiharaan kesehatan,
mesothelioma malignan juga dikaitkan dengan harga kompensasi yang merupakan suatu
masalah yang besar untuk industri dan pemerintah. Diprediksikan beban ekonomi total untuk
mesothelioma malignan sebagai kompensasi dari paparan asbes hingga 40 tahun kedepan
mencapai 200 miliar dolar untuk USA dan 80 miliar dolar untuk Eropa.2,4,5

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Dan Fisiologi Pleura


Pleura merupakan membran serosa intratoraks yang membatasi rongga pleura, secara
embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrionik; terdiri dari pleura viseral dan pleura
parietal. Pleura viseral dan parietal merupakan jaringan berbeda yang memiliki inervasi dan
vaskularisasi berbeda pula. Pleura secara mikroskopis tersusun atas selapis mesotel, lamina
basalis, lapisan elastik superifisial, lapisan jaringan ikat longgar, dan lapisan jaringan
fibroelastik. Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas menimbulkan tekanan
transpulmoner yang memengaruhi pengembangan paru dalam proses respirasi. Cairan pleura
dalam jumlah tertentu berfungsi untuk memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa
hambatan selama proses respirasi. Keseimbangan cairan pleura diatur melalui mekanisme
hukum Starling dan sistem penyaliran limfatik pleura. Rongga pleura merupakan rongga
potensial yang dapat mengalami efusi akibat penyakit yang mengganggu keseimbangan
cairan pleura. Karakteristik pleura lain penting diketahui sebagai dasar pemahaman
patofisiologi kelainan pleura dan gangguan proses respirasi.3

Gambar 1. Pleura visceral dan parietal serta struktur di sekitarnya

2
B. Etiologi
Asbes merupakan karsinogen utama yang dikaitkan dengan mesothelioma malignan.
Mesothelioma malignan jarang terjadi sebelum penggunaan asbes. Pada tahun 1960 bukti
awal yang menguatkan dari suatu hubungan antara mesothelioma malignan dengan paparan
asbes akibat pekerjaan dan traumatic dilaporkan, hal ini berdasarkan data dari afrika
selatan.2,5
Terdapat dua bentuk utama dari asbes; panjang dan seratnya tipis yang diketahui
sebagai amphiboles merupakan satu tipe yang disebut blue asbestos, dan serat yang ringan
dan lembut yang disebut sebagai chrysotile atau white asbestos. Masih menjadi suatu
perdebatan apakah hanya serat amphiboles menyebabkan mesothelioma malignan atau
apakah serat chrysotile juga dapat menyebabkan mesothelioma. Hubungan antara chrysotile
dengan mesothelioma malignan merupakan suatu hal yang terjadi karena kontaminasi
chrysotile dengan amphibole tremolite; akan tetapi, bukti yang ada sekarang, khususnya dari
studi miskroskopik electron, memberikan gambaran bahwa chrysotile sendiri dapat
menyebabkan mesothelioma malignan, meskipun kejadiannya lebih sedikit daripada
mesothelioma yang disebabkan oleh amphibole. 4,5
Pada awalnya mesothelioma malignan lebih sering terjadi pada lapisan parietal di
mesothelium pleura, dibanding pada lapisan visceral. Beberapa mekanisme melaporkan
untuk penemuan ini; satu kemungkinan bahwa serat asbes terlepas dari lapisan paru-paru
dan menyebabkan goresan, kerusakan, dan inflamasi pada lapisan sel parietal mesothel
sekitarnya.5
Virus simian 40 (SV40), suatu virus DNA, telah di implikasikan sebagai suatu co-
factor dalam menyebabkan mesothelioma malignan. Virus ini merupakan suatu virus
onkogenik potensial pada manusia dan sel-sel hewan pengerat yang menghambat tumor-
suppressor gen; rangkaian SV40 DNA telah ditemukan pada otak dan tumor tulang,
lymphoma dan mesothelioma malignan, begitupun pada proliferasi mesothelial atypical dan
lesi non invasive superficial dari mesothelium. Ada beberapa bukti bahwa SV40 telah
tertular pada manusia pada injeksi dari vaksin poliomyelitis 35 hingga 50 tahun yang lalu.
Keterlibatan dari SV40 pada pathogenesis mesothelioma malignan telah menjadi hal yang
kontroversi, dan peranannya tidak jelas dan tidak terbukti. Pada kasus-kasus yang jarang

3
terjadi, mesothelioma malignan disebabkan oleh radiasi atau satu dari sejumlah kecil faktor-
faktor yang lain.5

C. Manifestasi Klinis
Delapan puluh persen pasien dengan mesothelioma malignan pleura adalah laki-laki,
umumnya pasien-pasien tersebut dengan efusi pleura diikuti dengan sesak nafas dan juga
sering disertai nyeri pada dinding dada. Kombinasi dari suatu efusi pleura yang tidak jelas
dan nyeri pleura akan menimbulkan kecurigaan pada mesothelioma malignan, meskipun bila
pemeriksaan sitologi mendapatkan hasil yang negatif. Berat badan yang menurun dan
kelelahan terjadi kemudian pada perkembangan dari mesothelioma pleura tapi hal ini jarang
terjadi, pada kasus ini pasien yang mengalaminya kurang dari 30 persen. Walaupun suatu
diagnosis sitologi dapat diperoleh dengan cepat, mesothelioma malignan biasanya tidak
didiagnosa hingga dua atau tiga bulan setelah permulaan gejala; keterlambatan dari diagnosis
ini khususnya sering didapatkan di rumah sakit karena penyakit ini gejalanya tidak umum.
Mesothelioma kadang-kadang ditemukan tanpa sengaja pada pemeriksaan radiografi rutin
dada.2,4

Gambar 2. Perluasan subcutaneous dari mesothelioma malignan


Tanda-tanda fisik yang paling umum dari mesothelioma malignan pada dada
dihubungkan dengan efusi (efusi pleura atau asites). Ketika mesothelioma pleura

4
berkembang, bagian yang terkena menetap dan tidak dapat meluas. Seperti fiksasi dinding
dada dapat menjadi pneumonia. Hal-hal yang diketahui sebagai suatu Cancer syndrome,
terdiri atas penurunan berat badan, keletihan, Cachexia, demam dan keringat malam,
trombositosis, hipoalbuminemia, peningkatan laju endap darah dan anemia, tidak digunakan
dalam menegakkan diagnosis tapi hal tersebut kemudian sering terdapat pada pasien-pasien
dengan mesothelioma malignan. Terdapat bukti bahwa gejala-gejala ini karena sirkulasi
interleukin-6 dan hal tersebut dapat berulang, paling tidak pada binatang, meskipun pada
pertumbuhannya, tumor tersebut tidak berubah.1,3,6

D. Epidemiologi
Peningkatan insidens mesothelioma malignan di seluruh dunia mencapai puncaknya
pada 10 hingga 20 tahun terakhir. Insidens puncak dari penyakit ini telah terjadi di US,
sedangkan untuk Eropa dan Australia tidak terprediksi terjadi pada 10 hingga 15 tahun
terakhir. Selanjutnya, di Jepang dan negara-negara selain Eropa yang banyak menggunakan
asbes`insidensnya terjadi setelah Eropa. Terdapat penundaan koresponding pada antisipasi
insiden puncak mesothelioma (tabel 1). Dalam beberapa dekade terdapat perhatian yang
penting bahwa peningkatan penggunaan asbes pada negara berkembang menyebabkan
meningkatnya jumlah kasus dari mesothelioma malignan kecuali jika pada tempat tersebut
kontrol kesehatan untuk para pekerjanya baik.2

Tabel 1. Gambaran epidemiologi mesothelioma malignan di seluruh dunia.

5
Mesothelioma malignan terjadi pada tiga kelompok utama dari orang yang terekspos
asbes. Kasus pertama terjadi pada orang-orang yang langsung terekspos asbes pada
pekerjaannya, khususnya pada orang-orang yang terekspos blue asbes selama dalam
menambang atau menggiling. Yang paling jelas dan contoh yang paling baik untuk studi
adalah paparan asbes yang terjadi pada tambang blue-asbestos di Wittenoom, Australia,
salah satu bencana industri yang paling buruk dalam sejarah. Tidak hanya para
penambangnya yang terpapar kuat dengan asbes, tapi asbes yang halus digunakan sebagai
pengganti dari rumput untuk menutup halaman sekolah dan tempat bermain di kota
menyebabkan terjadinya mesothelioma, yang masif kebanyakan bermain pada daerah
tersebut adalah anak-anak. Kelompok kedua penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes
adalah para pekerja yang terekspos di pabrik-pabrik dan penggunaan produk-produk dari
asbes, seperti pada tukang pipa, tukang kayu, dan instalator isolasi asbes. Kelompok ketiga,
laporan sekitar 20 hingga 30 persen dari kasus-kasus mesothelioma malignan, terdiri atas
siapa saja yang secara kebetulan terpapar oleh asbes yang banyak dimana serat-serat asbes
tersebut terlepas ke udara (atmosphere) di negara-negara industri. Terdapat beberapa laporan
dari kelompok familial mesothelioma malignan, termasuk satu kelompok menunjukkan suatu
kemungkinan pola autosomal dominan pada subjek studi di Cappadocia, Turkey. 2

E. Patogenesis 2
Normalnya sel-sel mesothelial memudahkan pergerakan bebas dari permukaan
pleural selama respirasi oleh glycoprotein yang bersifat pelican. Sel-sel ini siap untuk
berproliferasi dalam merespon luka dan faktor pertumbuhan. Asbes rupanya bermutasi
pada kira-kira 2 milyar sel mesothelial pada orang dewasa.
Ada empat proses utama di mana asbes berpengaruh terhadap pleura. Pertama, serat-
serat asbes dapat mengiritasi pleura. Bentuk serat asbes, khususnya perbandingan panjang
dan lebarnya, menentukan penetrasi ke dalam paru dan kemungkian dapat menyebabkan
kanker. Serat-serat yang menetrasi paru-paru dapat mengiritasi pleura dan menyebabkan
penyakit yang dimanifestasikan sebagai luka parut (plaque) atau suatu proses frank malignan
(mesothelioma malignan). Kedua, serat-serat asbes dapat memutuskan atau menembus sel-
sel spindle mitosis dan mengganggu proses mitosis sel, menyebabkan aneuploidy
(penampakan abrnormal kromosom dalam sel) dan bentuk lain dari kerusakan kromosom.

6
Ketiga, asbes membentuk generasi iron-related reactive oxygen species yang menyebabkan
kerusakan DNA. Keempat, asbes menyebabkan phosphorilasi dari Mitogen-Activated
Protein (MAP) kinases dan dari Extracellular signal-Regulated Kinases (ERK) 1 dan 2.
Phosphorilasi kinases ini meningkatkan kspresi dari respon proto-oncogenes yang mengkode
anggota Fos-Jun dan activator protein 1 families.
Biologi
Meskipun hasilnya tidak terlalu menunjang, analisis sitogenik konvensional telah
digunakan untuk menyelidiki patogenesis dari mesothelioma malignan. Karyotype yang
abnormal, sering dengan aneuploidy yang menyebar dan pengaturan kembali struktur, telah
digambarkan untuk sejumlah locus genetic. Hilangnya kromosom 22 adalah yang paling
sering terjadi, tapi pengembalian structural 1p, 3p, 9p dan 6q sering dicatat. Hewan yang
sering menjadi contoh untuk mesothelioma adalah tikus besar dan tikus kecil. Model murine
sangat berguna, sebab sel-sel mesothelial murine merespon serat asbes sama dengan cara sel-
sel mesothelial manusia. Mesothelioma malignan berkembang pada hamster pada
ketidakadaan debu asbes ketika disuntik dengan SV40 virus. Contoh hewan juga telah
terbukti sangat berguna bagi tes pre-klinik untuk terapi baru bagi mesothelioma malignan.2

Gambar 3. Gambaran biologi Mesothelioma malignan

7
Kelebihan Pertumbuhan
Sel-sel mesothelioma memperlihatkan peningkatan atau pertumbuhan yang tidak
terkontrol. Sel-sel ini menghasilkan dan merespon pada begitu banyak factor
pertumbuhan, termasuk Platelet-derived growth factors A dan B, epidermal growth
factor, dan transforming growth factor . Studi mengenai mesothelioma baru-baru ini
telah memberi suatu peran pada jalur Wnt/frizzled-related protein. Pertumbuhan
mesothelioma dapat distimulasi oleh mekanisme autocrine dan juga oleh jalur rahasia ,
dimana sel-sel mesothelioma menstimulasi dirinya oleh faktor faktor pertumbuhan yang
dihasilkannya.

Immortalisasi oleh cara kerja telomerase


Pemendekan telomere disebut counting device for cell generation (alat
penghitung untuk generasi sel) Sembilan puluh persen mesothelioma malignan
memperlihatkan telomerase, yang memungkinkan sel-sel tersebut mencegah pemendekan
telomere dan hingga melanjutkan pembelahan sel (contohnya, untuk menjadi immortal).

Ketidakadaan tumor-suppressor Gen


Tumor-suppressor gen bekerja dalam berbagai cara untuk memblok pertumbuhan
tumor. Meskipun dua Tumor-suppressor gen utama, Rb dan p53, umumnya tidak terdapat
pada mesothelioma malignan, molekul-molekul lainnya yang penting pada Rb dan p53
terlibat, khususnya p16 dan p14. Gen-gen lain dari tumor-suppresor gen seperti NF2-
merlin juga penting.

Induksi dari proses antiapoptosis


Sel-sel dapat mati dari aktivasi kematian reseptor-reseptornya oleh ligand seperti
tumor necrosis factor (TNF), TNF-related apoptosis-inducing ligand (TRAIL), dan fas
ligand atau sebagai suatu hasil dari blokade faktor pertumbuhan, yang bekerja untuk
mengaktivasi caspase death cascade. Aktivitas molekul antiapoptosis Bcl-XL meningkat
pada sel-sel mesothelioma malignan, dan sinergi antara death-reseptor ligation dan
chemotherapy telah digambarkan pada pasien-pasien dengan mesothelioma malignan.

8
Meningkatnya Angiogenesis
Karena sel-selnya sangat membutuhkan nutrient, tumor membutuhkan
pembentukan terus-menerus pembuluh darah baru untuk pertumbuhannya. Sel-sel
Mesothelioma malignan menghasilkan factor-faktor angiogenik, seperti Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF). Selain itu, VEGF blockade mengurangi laju
pertumbuhan mesothelioma pada sampel hewan. Peningkatan vaskularisasi pada
mesothelioma-biopsy specimens menyebabkan prognosis yang buruk dibandingkan
dengan tanpa peningkatan vaskularisasi.

Interaksi matriks
Mesothelioma malignan terdapat pada daerah kolagen, dan kemungkinan besar
pertumbuhannya berhubungan dengan daerah tersebut. Sel-sel mesothelioma malignan
membentuk kolagen dan prognonis dari mesothelioma dapat dihubungkan dari ekspresi
metalloproteinase matrix.
Tumor-tumor mesothelioma malignan menyebabkan sel induknya berespon.
Inflamasi cronik terjadi yang dimanifestasikan dengan adanya sel-sel inflamasi dan
sitokin. Inflamasi ini terjadi karena debu-debu asbes dan juga karena proses malignan itu
sendiri. Sel induk ini umumnya menyusun suatu respon imun antitumor yang lemah untuk
proptein-protein mesothelioma yang tidak dikenal seperti protein P53.(2)

F. Diagnosis 2,4,7,8
Diagnosis yang akurat dan cepat pada mesothelioma malignan sangat penting untuk
terapi dan medikolegal. Masalah yang paling sering didapat untuk diagnosis yaitu berupa
perbedaan antara mesothelioma malignan dan adenokarsinoma. Perbedaan yang secara
khusus sangat sukar adalah ketika tumor tersebut telah berada pada pleura.
Analisis Sitologi
Bukti sitologi dari mesothelioma malignan pada pleura atau cairan asites ditemukan
pada 33 hingga 84 persen kasus. Pada beberapa pasien, ketika tidak ada efusi maka sampel
yang digunakan untuk mendiagnosis suatu mesothelioma malignan didapat dari fine needle
aspiration. Penanda dari suatu kelompok histochemikal penting untuk diagnosis banding
mesethelioma malignan. Langkah pertama, suatu penanda seperti calretinin atau Wilms
Tumor 1 antigen (WT1) digunakan untuk menentukan apakah jaringan tersebut mesothelial
9
(Gambar 3A dan 3B). Langkah kedua adalah untuk menggunakan suatu penanda seperti
epithelial membrane antigen (EMA; juga dikenal sebagai CA15-3 dan mucin-1) untuk
menentukan apakah jaringan tersebut malignan. Pewarnaan untuk EMA pada suatu
distribusi peripheral yang tebal merupakan tanda dari suatu mesothelioma malignan
(Gambar.3C). dari dua anti-EMA antibody, E29 secara signifikan specifikasinya lebih besar
daripada MC-5. Menurut para ahli, analisis sitologi cukup untuk menegakkan suatu diagnosis
pada sekitar 80 persen kasus mesothelioma malignan.

Gambar 4. Gambaran Sitopatologi Mesothelioma malignan

Analisis Histopatological
Karena penemuan sitologi tidak meyakinkan atau cairan asites dan pleura
semuanya tidak ada , maka biopsi tumor sering dibutuhkan. Closed biopsy (contoh dengan
penggunaan jarum abram) kemungkinannya kecil daripada biopsy thoracoscopic langsung
untuk memperoleh hasil yang positif. Tanda immunohistochemical dapat terlihat,
contohnya adalah adanya antigen membran epithelial pada aspek luminal tumor sangat
penting untuk proses diagnosis. Tanda cytokeratin membantu untuk memperkuat invasi
dan untuk membedakan mesothelioma malignan antara sarcoma dan melanoma.
Mesothelioma malignan dibedakan dari adenocarsinoma dengan menggunakan antibody
spesifik. Mesothelioma malignan dikarakteristikan dengan adanya tanda EMA, calretinin,
10
WTI, cytokeratin 5/6, HBME-1 (suatu antibody sel mesothelial), mesothelin (lebih dari 85
persen epithelioid mesothelioma malignan positif untuk mesothelin) dan tidak adanya
tanda untuk antigen seperti carcinoembrionic antigen; thyroid transcription factor-1;
glycoprotein tumor B72.3, MOC-31, Ber-EP4; dan epithelial glycoprotein BG8.
Selanjutnya, tumor-tumor lain dapat diketahui dengan adanya antibodi (karsinoma
ovarium untuk mesothelin dan WTI). Mikroskop elektron adalah suatu metode tambahan
yang berguna untuk membedakan mesothelioma malignan dari adenocarsinoma atau
untuk membedakan desmoplastik atau sarcomatoid mesothelioma dari pleuritis fibrous.
Mesothelioma in situ (proliferasi mesothelial atypical) diduga sebagai lesi yang paling
awal muncul, berhubungan dengan lesi dysplastic cervical.

GAMBARAN RADIOLOGI
International Mesothelioma Interest Group (IMIG) mempublikasikan system
tumor node metastasis yang dimodifikasi dan digunakan untuk menentukan prognosis.
CT, MRI, PET, dan juga thoracoscopy dan mediastinoscopy semuanya berguna dalam
penilaian perioperatif. Staging terakhir membutuhkan operasi.
Staging adalah proses untuk mengetahui sejauhmana kanker menyebar
(metastase). Staging mesothelioma berdasarkan studi imaging seperti X-ray, CT Scan, dan
MRI. Pengobatan dan harapan bagi pasien-pasien dengan mesothelioma bergantung pada
stage (luas penyebaran) dari kankernya. Sejak mesothelioma pleura terjadi, sering dan
telah banyak dipelajari, tapi hanya mesothelioma pleura yang secara khusus diklasifikasi.
System staging yang paling sering digunakan untuk mesothelioma adalah sistem
Butchart. Sistem ini berdasarkan pada luas dari massa tumor primer, serta membagi
mesothelioma kedalam stage I hingga stage IV.8
Radiografi dada konvensional secara tipikal menunjukkan efusi pleura dan kadang-
kadang menunjukkan suatu massa pleura. Pasien-pasien yang pada awalnya terdapat suatu
tumor lanjut memiliki suatu bagian yang melingkari tumor tersebut; luas, berlobus, massa
tumor pleura. Plaque (lembar-lembar fibrosis pleural yang jinak) adalah suatu tanda
paparan serat asbes tapi bukan merupakan suatu pelopor untuk mesothelioma malignan.

11
Gambar 6. Mesotelioma type epitelial pada foto thorak, dengan efusi pleura
kanan, reaksi periosteal destruksi iga
Computed Tomographic (CT) Scan sering memperlihatkan suatu efusi pleura
yang berdiri sendiri (74% kasus) atau massa awal pleura (92% kasus) (Gambar 5B),
dengan atau tanpa penebalan septum interlobular (86% kasus). Invasi pada dinding dada
terlihat hanya pada 18% pasien saja, biasanya setelah intervensi. CT scan juga digunakan
untuk mengidentifikasi tanda-tanda dari paparan serat asbes, seperti plaque (terdapat pada
20% kasus). Tidak diketahui mengapa beberapa bentuk mesothelioma malignan sebagian
besar menghasilkan massa yang terlokalisir (Gambar 6B), sebaliknya pertumbuhan yang
lain sebagai suatu bagian dari tumor membungkus paru-paru (Gambar 6C).

Gambar 6B. Gambar 6C.


Menunjukkan suatu massa yang predominan Tampilan CT sebagai suatu yang difus,
dari tampilan CT pada mesothelial pleura. dari tumor encircling rind.

12
Magnetic Resonance Imaging (MRI) berguna dalam menentukan luas dari
mesothelioma malignan, khususnya ketika tumor menyebar ke struktur lokal seperti pada
tulang rusuk dan diafragma. Alat ini juga sangat membantu dalam perencanaan
radioterapi untuk penyakit yang terlokalisir, seperti spinal cord mesothelioma.

Gambar 7. Gambaran MRI


Laki-laki 71 tahun dengan Mesothelioma maligna di epithel pleura
Positron-emission tomography (PET) digunakan untuk membedakan massa
pleura jinak dari yang massa yang ganas. Alat ini juga berguna untuk mendeteksi penyakit
ekstra thoraks, khususnya keterlibatan nodul limpa, dan karena itu alat tersebut dapat
digunakan untuk menentukan staging dari suatu tumor. Menilai stndar yang tinggi yang
berhubungan dengan suatu prognosis yang buruk dan juga membantu untuk membedakan
tumor dari fibrosis dan necrosis pada beberapa pasien disarankan agar hasil dari PET
digabungkan dengan CT scan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada
kemungkinan respon dengan kemoterapy daripada hasil yang diperoleh dari CT scan atau
PET saja; akan tetapi, saran ini membutuhkan evaluasi yang lebih jauh pada pemeriksaan
yang beranekaragam.

13
Gambar 8. Gambaran Mesothelioma malignan
pada Positron-Emission Tomografi (PET)
Penanda Serum
Serum mesothelin-related protein (SMRP) adalah suatu bentuk soluble (dapat
larut) dari mesothelin. Level SMRP tinggi pada 84 persen pasien dengan mesothelioma
malignan dan kurang dari 2 persen pasien dengan penyakit pleura atau penyakit paru
lainnya (tabel 2). Lebih dari 60 persen pasien dengan mesothelioma malignan telah
meninggikan Level SMRP pada waktu diagnosis. Pengukuran level SMRP sangat bagus
digunakan sebagai suatu tambahan untuk pemeriksaan cytopathological dan
histopathological pada diagnosis mesothelioma malignan; sampel awal thoracoscopic
penting. Sejak level SMRP meningkat dengan progresi mesothelioma dan menurun
dengan regresi atau dengan reseksi tumor, hal tersebut berguna dalam memonitor terapi.
Level SMRP dapat berguna dalam penyaringan untuk mesothelioma malignan; beberapa
orang yang telah terpapar serat asbes dan yang level SMRP-nya meningkat mengalami
mesothelioma malignan satu hingga tujuh tahun setelah tes darah.

14
Penanda serum yang potensial lainnya yang sekarang sedang dianalisa termasuk
CA 125, CA 15-3, dan asam aluronik. Osteopontin juga sekarang telah dipergunakan
sebagai suatu penanda dari mesothelioma malignan. Penanda ini memiliki suatu peran
dalam analisa pasangan untuk mengembangkan spesifikasi atau sensitivitas dari
pengukuran SMRP.2

Tabel 2. Frekuensi peningkatan level Serum Mesothelin-Related Protein (SMRP) pada


pasien-pasien dengan Mesothelioma malignan dan penyakit pleura dan paru lainnya

Analisis massa spektrometrik pada protein serum, analisis serologic untuk


mengedentifikasi protein antigenic mesothelioma malignan, dan analisis serial gen adalah
beberapa teknik yang sekarang sedang digunakan untuk mengedentifikasi penanda-
penanda potensial yang lainnya.

Tes Darah Lain


Pasien-pasien dengan mesothelioma malignan, khususnya dengan penyakit
progresif, sering mempunyai ciri-ciri yang non spesifik anemia dari penyakit malignan :
thrombocytosis, peningkatan nilai sedimen eritrosit, dan peningkatan level gamma
15
globulin. Sering didapatkan hasil yang abnormal pada tes fungsi hati, dan
hipoalbuminemia sering terjadi dengan penyakit lanjut dan memperbesar untuk menandai
udem peripheral.

Sistem Staging Butchart

1. Stage I = Mesothelioma terdapat pada pleura kanan dan kiri, dan dapat juga
melibatkan paru-paru, pericardium, atau difragma.
2. Stage II = Mesothelioma berada pada dinding dada atau melibatkan esophagus,
jantung atau pleura. Dan dapat juga melibatkan nodul limpatik.
3. Stage III = Mesothelioma telah menembus sampai ke peritoneum.
4. Stage IV = Metastase jauh (menyebar melalui pembuluh darah ke organ-organ lain).

G. Penatalaksanaan2,9,10,11
Operasi terbukti paling berguna sebagai terapi paliatif sebagai contoh untuk control
local efusi yang rekuren. Operasi debulking digunakan di beberapa pusat kesehatan.
Pengalaman terbaru telah menunjukkan bahwa thoracoscopic pleuroctomy dengan bantuan
video memungkinkan untuk dilakukan. Hasil kesepakatan dari Pusat kesehatan bahwa
pembedahan debulking atau reseksi radikal (pneumonectomy ekstrapleural) menunjukkan
hasil yang terbaik bila dikombinasikan dengan kemoterapi adjuvant, radioterapi,
immunoterapi atau pengobatan lain.
RADIOTERAPI
Mesothelioma malignan resisten pada radioterapi tradisional. Radioterapi local yang
diarahkan pada bagian pembedahan mencegah pertumbuhan tumor, dan radioterapi dapat
memberikan kesan paliatif pada nyeri dinding dada somatic. Sifat tumor, biasanya menutupi
hampir keseluruhan paru dan fissure interlobaris yang merupakan batasan pemberian
radioterapi. Namun demikian, walaupun bagian paru yang terkena dibuang, hasil dari
radioterapi tersebut tetap tidak efektif.
Metode fraksinasi yang paling baik dilakukan adalah radioterapi intensitas modulasi,
suatu teknik yang secara umum digunakan setelah pembedahan reseksi radikal mesothelioma
malignan. Pendekatan ini dapat mengontrol local rekuransi, tapi banyak pasien meninggal
oleh karena penyakit metastasis. Penggunaan radioaktif koloid dan bentuk-bentuk lain dari
16
brachiiterapi dalam cavitas pleura dan peritoneum adalah logic, tetapi hasilnya tidak
memuaskan.
TERAPI PALIATIF
Efusi pleura yang berulang, sebelumnya ditangani dengan mengeluarkan semua
cairannya, dengan menggunakan suction bila diperlukan, diikuti dengan aplikasi Talc atau
pleurodesis.
Ada beberapa tipe nyeri pada pasien mesothelioma malignan. Keterlibatan sekitar
dinding dada menyebabkan nyeri somatic, invasi nervus intercostalis atau vertebralis
menyebabkan nyeri neuropatik. Invasi organ menyebabkan nyeri visceral yang difus. Nyeri
tersebut sulit ditangani. Opiate bisa menghilangkan nyeri dengan durasi kerja obat (4 jam
untuk morphin dalam bentuk cairan dan 12 jam untuk morphin yang lambat lepas) tanpa
adanya efek samping. Nyeri somatic biasanya karena respon dari NSAID yang diberikan
sebagai tambahan pada golongan opiate. Nyeri neuropatik memerlukan tambahan obat dari
anti konvulsan seperti karbamazepin atau sodium valproate. Beberapa pasien memerlukan
prosedur untuk menghilangkan nyeri seperti analgesia intrathecal atau memblok saraf.
Dyspnea yang disebabkan karena akumulasi cairan atau karena adanya tumor paru
sering terjadi. Opiate berguna setelah gejala penyebab reversible untuk dispneu, seperti
akumulasi cairan dan anemia. Faktor psikososial sangat penting dalam paliatif terhadap
mesothelioma malignan, pasien selalu memperlihatkan kemarahan dan ketakutan yang mana
hal ini biasa terjadi pada proses medikolegal. Keterlibatan tim yang professional dan
komunitas yang sering peduli sangat efektif.

17
BAB III
KESIMPULAN

Mesotelioma adalah neoplasma yang berasal dari sel mesotel di permukaan pleura, cavum
peritonium, tunika vaginalis, atau perikard. Penyebab terbanyak mesotelioma maligna adalah
paparan terhadap asbestos. Sekitar 80 % kasus, dihubungkan dengan paparan asbestos. Krokidolit
merupakan tipe yang paling karsinogenik. Selain asbes, akhir-akhir ini mesotelioma dikaitkan
pula dengan virus simian 40 (SV40), radiasi dan faktor genetik.
Keluhan-keluhan yang dapat terjadi dapat berupa nyeri dada, sesak, batuk, penurunan
berat badan, demam, malaise, dan hemoptisis. Gejala fisis yang umum ditemukan adalah pekak
paru unilateral, massa teraba pada dinding dada, dan skoliosis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, seperti foto toraks, CT-scan,
torakosentesis, bronkoskopi, MRI, PET, petanda tumor, dan biopsi.
Penatalaksanaan mesotelioma maligna meliputi terapi bedah, terapi radiasi, kemoterapi.
CT, MRI, PET, dan juga thoracoscopy dan mediastinoscopy semuanya berguna dalam penilaian
perioperatif. Staging terakhir membutuhkan operasi. Staging adalah proses untuk mengetahui
sejauhmana kanker menyebar (metastase). Staging mesothelioma berdasarkan studi imaging
seperti X-ray, CT Scan, dan MRI. Pengobatan dan harapan bagi pasien-pasien dengan
mesothelioma bergantung pada stage (luas penyebaran) dari kankernya.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Arthur schoenstadt MD. What is mesothelioma. Article at emedtv presentation.


December, 4 , 2017. Available at:
http://www.mesotheliomaemedtv.com/mesothelioma/mesothelioma
2. Bruce ws, Robinson MD, Richard A lake. Advance in malignan mesothelioma. The New
England journal of medicine. Available at : www.nejm.org on December 5, 2017
3. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR eds. Clinically Oriented Anatomy, 6th ed. Ch. 1,
Thorax. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. p. 72180.
4. Marom EM, Erasmus JJ, Pass HI, Patz EF. The Role of Imaging in Malignant Pleural
Mesothelioma. Seminar in Oncology. Vol 29, No.1. 2002 ; 26-35
5. Alastair J Moore, Robert J Parker, John Wiggins. Malignan Mesothelioma. Orphanet
journal of rare disease. Available at : http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.
last modified on December 14, 2017
6. Robinson BW, Creaney J, Laner. Sign and symptoms of mesothelioma. Soluble
mesothelin related protein a blood test for mesothelioma. Available at
http://www.mesohelpsite.com/signandsymptms.
7. James F early LLC. Malignant mesothelioma. National Cancer Institute. Available at
http://www.cancer.gov/cancertopics/tipes/malignantmesothelioma. Last modified
December 6, 2017 .
8. Warko Karnadihardja,Editor. Dinding Thoraks dan pleura. Dalam : Sjamsuhidajat & De
Jong W.Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 Jakarta. EGC ; 2004.hal 418.
9. Courtney M Townsend, Daniel Beauchamp, Mark Evers, Keneth Mattox. The Biological
Basis of Modern Surgical Practice. Sabiston TextBook of Surgery.17thEdition.
Philadelphia Pennsylvania 19106. 2004 .p 1186-7 and 1729-30.
10. Seymour I. Schwartz, Tom Shires, Frank C Spencer, John M Daly, Josef E Fischer
Aubrey C Galloway. Principles of Surgery. 7th Edition. Volume 1. 1999. p 710.
11. Gerard M Doherty. Current Essentials of Surgery. A Lange medical book. International
Edition 2005. p 130

19

Вам также может понравиться