Pada tanggal 16 yang umum bagi masyarakat di Kabupaten Majalengka. Tak
Februari 2017, telah heran apabila dalam pembangunan BIJB harus mengorbankan dilaksanakan DISKO lahan pertanian (yang akan dibahas pada poin selanjutnya). (Diskusi Ekonomi) dengan mengambil topik Perlukah BIJB?" MENGENAL BANDARA INTERNASIONAL BIJB adalah singkatan JAWA BARAT dari Bandara Pertanyaan yang (mungkin) pertama kali muncul ke permukaan Internasional Jawa adalah Mengapa harus di Kertajati?. Hal ini disebabkan Barat. Bandara ini dibangun di daerah Kertajati, Kabupaten bandara ini melayani wilayah sekitar Cirebon serta Majalengka, Jawa Barat. Pertama-tama kita perlu mengenal menggantikan peran Bandara Husein Sastranegara. Alasan terlebih dahulu seputar Kabupaten Majalengka serta Bandara tujuannya dibentuk spesifik melayani wilayah sekitar Cirebon Internasional Jawa Barat itu sendiri, ditambah dengan adalah karena Cirebon merupakan salah satu kota dengan pembangunan kawasan Kertajati Aerocity. pelabuhan yang penting di Indonesia dan merupakan salah satu proyek maritim dari pemerintah. Bandara Internasional Jawa Barat terletak 100 km dari timur Kota Bandung. Untuk MENGENAL KABUPATEN MAJALENGKA, mencapai bandara ini, dapat melalui empat jalur, yakni: JAWA BARAT 1. Dua jalan raya dan kereta api yang menghubungkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Barat secara Bandung, Kertajati, dan Cirebon. keseluruhan pada tahun 2014 sebesar 69,50. Jika kita 2. Jalan tol Cisumdawu (Cileunyi Sumedang Dawuan) yang kerucutkan lagi, IPM di Kabupaten Majalengka pada tahun yang menghubungkan Bandung dan Kertajati. sama mencapai angka 64,75. Angka ini terbilang lebih kecil jika 3. Jalan tol Cikapali (Cikampek Palimanan) yang dibandingkan dengan Kota Bandung yang mencapai angka menghubungkan Kertajati dan Karawang Industrial Zone. 70,05. Sektor pertanian menjadi sumber mata pencaharian 4. Akses yang terakhir yakni melalui jalan yang terhubung Incheon di Korea Selatan. Kedua bandara ini menghubungkan langsung dengan pelabuhan Cirebon. berbagai kota di sekitarnya dan menjadi pusat pertumbuhan Bandara ini dibangun di atas lahan pertanian, spesifiknya ekonomi baru. Selain itu, dengan adanya BIJB ini juga dengan luas sebesar 1800 hektar. Kemudian, runway yang diperkirakan dapat mengurangi crowd lalu lintas penerbangan dibangun untuk menampung landing pesawat berjumlah dua karena terlalu berpusat pada Bandara Internasional Soekarno- buah, tak heran bandara ini digadang-gadang dapat Hatta di Cengkareng. Proses distribusi produk UMKM menggantikan peran Bandara Husein Sastranegara yang hanya (khususnya dari Jawa Barat dan Jawa bagian timur) pun memiliki satu runway. BIJB rencananya akan mulai beroperasi menjadi lebih efisien karena tidak harus didistribusikan lagi ke pada tahun 2018 mendatang. Bandara Internasional Soekarno-Hatta, tinggal tantangan selanjutnya adalah kekuatan daya saing dari produk UMKM itu sendiri. Sebagai informasi tambahan, perlu diingat juga bahwa KERTAJATI AEROCITY Indonesia saat ini masuk dalam MEA, ketenagakerjaan di Aerocity merupakan sebuah konsep kota bandara yang kini negara-negara ASEAN (khususnya Indonesia) bisa menjadi dikembangkan di Kabupaten Majalengka, dengan BIJB sebagai lebih mobile, artinya para tenaga kerja tersebut dapat trigger utamanya. Kawasan Aerocity ini dibangun di atas lahan berpindah dari satu negara ke negara lain. Jumlah investor yang persawahan sebesar 3200 sampai 3500 hektar. Dengan datang ke Indonesia (spesifiknya ke Kertajati) juga diharapkan dikembangkannya kawasan ini diharapkan dapat menjadi daya dapat meningkat, serta dapat menumbuhkan industri-industri tarik bagi masyarakat global serta lokal, baik turis maupun baru, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dari Majalengka investor. Pembangunan Kertajati Aerocity ini dilaksanakan itu sendiri dan mampu menciptakan multiplier effect bagi melalui lima tahap, yakni: perekonomian, tidak hanya di Majalengka itu sendiri namun 1. Tahap persiapan (2015) juga di Jawa Barat. Bahkan, dikabarkan PT Dirgantara Indonesia 2. Tahap I (2015-2020) dengan fokus mengembangkan BIJB juga berpindah ke Kertajati pada tahun 2020 mendatang untuk 3. Tahap I-II (2016-2025) dengan fokus mengembangkan mendukung industri penerbangan di Indonesia, dalam hal kawasan Aerocity perakitan pesawat terbang. 4. Tahap III (2025-2035) dengan fokus pertumbuhan Kertajati sebagai aerotropolis Meskipun menimbulkan banyak dampak positif, pembangunan 5. Tahap IV (2035-2045) dengan fokus Kertajati Aerocity bandara ini bukan tidak menimbulkan masalah. Padahal seperti sebagai trigger pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang telah dijelaskan sebelumnya, pertanian menjadi sumber mata pencaharian yang umum di Kertajati. Pembangunan BIJB dapat berdampak pada pembebasan lahan pertanian yang DAMPAK YANG DITIMBULKAN? selanjutnya berdampak pada hilangnya mata pencaharian bagi Bandara Internasional Jawa Barat serta Kertajati Aerocity ini para petani. Masyarakat di Kertajati seringkali melakukan diproyeksikan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi protes dengan unjuk rasa untuk menolak pembebasan lahan, baru di Jawa Barat. Kertajati Aerocity ini bisa dikatakan bahkan sekedar untuk mengukur lahan pun diprotes. Seperti terinspirasi dari Bandara Schiphol di Belanda dan Bandara yang terjadi pada akhir 2016 lalu ketika Desa Sukamulya hendak diukur luasnya untuk pembangunan BIJB. Masyarakat 1. Dapat menciptakan hubungan antar daerah; sekitar pun menolak proses pengukuran lahan tersebut. Bisa 2. Memperkuat kepercayaan investor akan Indonesia; dibayangkan dengan kurangnya lahan pertanian, produksi 3. Memperkuat hubungan bilateral dengan negara sahabat; komoditas pertanian pun menurun, serta dapat 4. Membuka lapangan pekerjaan baru pada saat beroperasi; mengakibatkan shortage (kelangkaan) di pasar. Pertanyaan 5. Menjadi salah satu pembeda antara negara maju dan non- yang kemudian muncul Mengapa tidak mencoba maju; memperbaiki infrastruktur yang ada untuk sektor pertanian?, 6. Menimbulkan perubahan hubungan antar daerah yang mengingat di tahun 2016 saja dana untuk infrastruktur terhubung. mencapai Rp166 triliun. Selain itu juga, kembali berhubungan Hanya saja yang menjadi permasalahan adalah pemerintah dengan penyerapan tenaga kerja lokal. Pertanyaannya adalah harus memperhatikan dampak buruk yang mungkin saja terjadi Apakah dengan pembebasan lahan untuk dibangun bandara, ketika dalam pembangunan infrastruktur harus mengorbankan kemudian dibukakan lapangan pekerjaan, masyarakat sekitar segala sesuatu yang menjadi sumber penghidupan yang sebelumnya bermata pencaharian di sektor pertanian masyarakatnya, kemudian pemerintah dapat mencari mampu menyesuaikan dengan pekerjaan yang ada di solusinya. Ketika kita berbicara ekonomi, bukanlah bandara?. Sebagai contoh, ketika seseorang yang dulu bekerja produknya saja yang harus diperhatikan, tapi pemahaman menjadi petani dan ingin menjadi (walaupun hanya sebatas) tentang manusia di dalamnya juga. Kemudian, permasalahan petugas keamanan (security), itu memerlukan pelatihan yang selanjutnya adalah kebutuhan terhadap infrastruktur yang tidak memakan waktu singkat. Bahkan untuk menjadi security dibangun ini. Apabila infrastruktur dibangun bukan dengan di bandara sekalipun harus bersertifikasi. Hal terakhir yang dasar kebutuhan, sementara akhirnya menjadi tidak produktif, membuat janggal dari pembangunan BIJB serta Aerocity-nya berarti biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk adalah pernyataan dari pihak BIJB itu sendiri. Dikutip langsung pembangunannya menjadi sia-sia. dari situs resmi BIJB, disebutkan bahwa Kertajati Aerocity (termasuk BIJB) akan mempromosikan dan memperkuat penciptaan mesin pertumbuhan ekonomi di bagian barat Indonesia. Kata kuncinya ada di bagian barat Indonesia. Hal ini (bisa saja) mengindikasikan akan timbulnya kesenjangan yang makin besar antara Indonesia bagian barat dengan timur. Padahal, Indonesia bagian barat sudah tumbuh lebih pesat, berkat kontribusi dari Pulau Jawa.
APAKAH BERARTI PEMBANGUNAN BIJB
INI BURUK? Pembangunan infrastruktur fisik (dalam hal ini adalah bandara) sebenarnya tidak buruk karena pada dasarnya infrastruktur: