Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB 1

PENDAHULUAN

Osteosarcoma merupakan neoplasma ganas pada tulang dimana susunan selsel

dan jaringannya berada pada stadium yang berbeda pada perkembangan tulang.

Sarkoma secara umum mempunyai ciri-ciri yang menonjol yaitu tumbuh dengan

cepat, memiliki sejumlah besar sel dan sedikit substansi interselluler, serta cenderung

kambuh kembali setelah diangkat.1

Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, tetapi trauma, ekstrinsik

karsinogenik, karsinogenik kimia dan virus dipercaya mempunyai peranan penting

dalam kondisi ini. Radiografi diperlukan untuk mengetahui lokasi dari lesi.

Osteosarcoma dapat digolongkan ke dalam tiga subklas yaitu : osteolitik,

osteoblastik, dan telangiektatik. Umumnya osteosarcoma lebih sering terdapat pada

maksila dari pada mandibula.2

Gejala yang paling sering muncul pada penderita osteosarkoma adalah

bengkak pada area yang terlibat, terdapat adanya deformitas pada wajah dan rasa

sakit serta diikuti dengan kehilangan gigi, rasa kebas (parastesia), sakit gigi,

perdarahan dan obstruksi pada hidung (hidung tersumbat).1

Prognosa umumnya buruk dan tergantung pada kondisi pasien dan durasi dari
lesi pada saat perawatan dilakukan. Perawatan osteosarkoma pada tulang rahang

pembedahan atau reseksi merupakan pilihan yang tepat, tetapi dapat juga

dikombinasikan dengan kemoterapi dan radiasi. 1,2,4

Gambaran radiologinya secara umum ditandai dengan adanya pelebaran

ligamen periodontal, adanya gambaran berupa sunburst atau sunray, radial spicules

dan codmans triangle, serta tanda-tanda lain dari kerusakan tulang.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Osteosarcoma adalah sel mesenkim yang ganas yang mempunyai kemampuan

untuk membentuk osteoid atau tulang yang imatur. Osteosarcoma pada rahang jarang

terjadi dan gambaran histopatologinya hampir sama dengan osteosarcoma pada tulang

panjang. Osteosarcoma sering terdapat pada alveolar ridge, maksila dan mandibula.

Osteosarcoma pada maksila lebih berbahaya dibandingkan dengan mandibula.4,5

Trauma dipercaya mempunyai peranan penting di dalam kondisi ini. Namun

ada beberapa faktor lain yang dipercaya mempunyai peranan penting dalam

mempengaruhi kondisi ini antara lain ekstrinsik karsinogenik, karsinogenik kimia dan

virus. Tumor ini termasuk semua sarkoma berasal dari sel-sel osteoblas. Oleh sebab

itu bermacam-macam gambaran histologi yang terjadi, seperti fibromyxosarcoma,

myxosarcoma, myxochondrosarcoma, chondrosarcoma, dan seterusnya. Tahap-tahap

perkembangan osteoblastik juga dapat terlihat mulai dari kumparan-kumparan sel

yang sederhana ke mukoid, kartilago dan tulang. 2

Neoplasma biasanya muncul sebagai suatu tumor yang tunggal, bisa terjadi

pada maksila dan mandibula. Bagaimanapun, tulang yang paling umum terpengaruh

adalah tulang panjang dan tulang panggul. Thoma (1962), menggolongkan


osteosarcoma ke dalam tiga subklas yaitu : osteolitik, osteoblastik, dan

telangiektatik.2

1. Osteolitik osteosarkoma

Jenis ini lebih sering pada orang dewasa, sifat regenerative dari tulang bersifat

lebih lemah dibandingkan pada usia muda. di sini terjadi kerusakan tulang dan diganti

dengan jaringan tumor yang terdiri atas sel-sel yang tidak terbentuk sempurna, zat-zat

intercelular dihasilkan kemudian tulang rawan atau myxomatous atau jaringan fibrous

atau semua jaringan bergabung.2

2. Osteoblastik osteosarkoma

Pada jenis ini produksi tulang meningkat. Lebih sering terjadi pada anak-anak dan

orang dewasa muda. Pembentukan periosteal yang tampak seperti tangkaitangkai,

spikula-spikula atau lamellae yang membentang dalam arah vertikal dari tulang

sampai ke batas luar dari tumor. Hal ini terlihat dalam gambaran radiografi, dikenal

sebagai pengaruh sinar matahari sun-ray effect. pengaruh sinar matahari ini bukan

merupakan gambaran yang khas pada osteosarkoma, gambaran ini juga dapat

ditemukan pada tumor-tumor yang lain dan adakalanya dijumpai pada infeksi kronis

tulang yang ringan. Jenis osteoblastik bukan tumor ganas pada mandibula seperti di

tulang-tulang yang lain.2

3. Telangiektatik osteosarcoma

Menurut Ewing tumor yang tandai dengan adanya pelebaran pembuluh darah dan

sinus-sinus darah yang banyak digolongkan sebagai teleangiektatik osteosarkoma.


Berkembang dengan cepat, menghancurkan tulang, mengakibatkan fraktur,

periosteum perforasi dengan cepat dan bercabang melalui otot dan jaringan lunak.2

Kecepatan pertumbuhan tumor-tumor ini sangat bervariasi di dalam rongga

mulut. Tumor osteoblastik berkembang dengan baik dan terlokalisir dimana bagian
2
atas selaput mukosa tidak terlibat, biasanya berkembang lambat dan tidak ganas.

Jenis vaskuler lunak dimana sulit untuk diketahui dan menembus tulang adalah

sangat ganas, tumbuh lebih cepat, terutama setelah masuk ke periosteum. Rekurensi

sering terjadi setelah operasi. Pada keadaan ini kondisi umum pasien tidak begitu

parah. Metastases ke paru-paru sering terjadi. Lymph nodes jarang terlibat dan

metastases ke tulang jarang. Pada tahap akhir terjadi anemia yang serius dimana kulit

tampak seperti kapur. Kematian biasanya terjadi dalam dua atau tiga tahun. 2,3

2.2 Etiologi

Etiologi osteosarcoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai

macam faktor predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma. Adapun faktor

predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :

1. Trauma

Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya

injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama

karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan

osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik

Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis

juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contoh

adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang

aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarcoma.

3. Karsinogenik kimia

Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis

mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.

4. Virus

Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan

pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada

osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan

adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan.

Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma, pertumbuhan yang cepat dan

besarnya ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama

masa pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum

jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.3,5

2.3 Tanda Dan Gejala

Gejala dan tanda biasanya dapat terjadi seminggu atau sebulan (biasanya

lama) sebelum pasien didiagnosa. 4

Gejala umum :
Adanya rasa sakit, ketika beraktifitas

Penderita osteosarcoma akan merasakan nyeri pada tulangnya pada saat

malam hari.

Penderita osteosarcoma sering jatuh

Bengkak, tergantung besar dan lokasi lesi

Faktor herediter

Gejala sistemik :

Demam

Berkeringat pada malam hari (biasanya terjadi pada penderita tuberculosis

yang menggunakan thorium sebagai obat )

Pemeriksaan secara fisik biasanya dilakukan untuk mengetahui tumor primer antara

lain :

Palpasi, adanya massa yang lunak dan panas.

Adanya pergerakan

Respiratori, auskultasi yang tidak normal.4

2.4 Manifestasi Osteosarcoma Di Rongga Mulut

Beberapa rangkaian kasus osteosarcoma pada rahang sudah dibicarakan

dalam beberapa tahun ini. Garington dkk telah menganalisis 56 kasus dan

menemukan bahwa gejala yang paling sering muncul pada pasien adalah bengkak

pada area yang terlibat, terdapat adanya deformitas pada wajah dan rasa sakit serta
diikuti dengan kehilangan gigi, rasa kebas (parastesia), sakit gigi, perdarahan dan

obstruksi pada hidung (hidung tersumbat).1

Pada penderita osteosarcoma gejala yang paling sering muncul dan terlihat

pada usia sekitar 27 tahun. Dari 44 kasus osteosarcoma pada rahang dan tulang wajah

yang dilaporkan oleh Kragh dkk, rata-rata usia yang terkena adalah 33 tahun. Dalam

berbagai hal, tumor maksila lebih sering terjadi dari pada mandibula dan selalu

terdapat pada pria.1,9

2.5 Gambaran Klinis

Osteosarcoma pada rahang jarang terjadi, hanya sekitar 7% osteosarcoma

terjadi pada rahang. Lokasi yang sering terlibat osteosarcoma pada mandibula ialah

ramus mandibula. Daerah lain yang menjadi lokasi tumor ini ialah simphysis, ramus,

angle dan temporo mandibular joint.7,8,9

Gambar 1: Gambar anatomi maksila yang bisa terlibat osteosarcoma.9


Gambar 2: Gambar anatomi mandibula yang bisa terlibat osteosarcoma.9

Tumor pada mandibula biasanya ditandai adanya pembengkakan atau massa.

Pembengkakan bervariasi mulai dari pelebaran permukaan yang menyebar hingga

menjadi mengeras. Lesi ini juga ditandai dengan adanya perpindahan tempat dan

kehilangan gigi. Parestesia pada dagu dapat terjadi karena adanya keterlibatan nerfus

inferior alveolar pada kanal mandibula yang disebabkan adanya tumor.4,9,11

Pada maksila osteosarcoma lebih sering terjadi pada alveolar ridge dan

antrum. Tanda dan gejala tumor pada maksila hampir sama dengan mandibula. Hal

ini ditandai dengan adanya pembengkakan atau massa. Rasa sakit yang dirasakan

pada setengah wajah. Adanya parastesia pada nervus infraorbital dan epistaxis,

kehilangan gigi, mata terlihat menonjol keluar dan letak gigi yang menjadi tidak

teratur.5,9
Gambar 3. Gambaran intra oral osteosarcoma pada mandibul a yang terjadi pasca
pencabutan gigi dan terlihat adanya oedem disertai pembengkakan.11

Gambar 4. Gambaran extra oral penderita osteosarcoma pada maksila terlihat adanya
massa tumor yang padat disertai pembengkakan dan adanya oedem.

Gambar 5. Gambaran intra oral osteosarcoma pada maksila disertai dengan adanya
massa tumor dan pembengkakan pada antrum.11
Gambar 6. Gambaran intra oral osteosarcoma pada bibir atas kanan terlihat adanya
ulserasi, dan pembengkakan pada palatum maksila serta terlihat letak gigi yang tidak
teratur.11

Gambar 7. Gambaran intra oral massa tumor yang terjadi pada mukosa pipi dan
terlihat adanya pembengkakan.5
Gambar 8. Gambar menunjukkan adanyapembengkakan pada kulit wajah bagian
kanan perioral, kanan orbita, glabelar, nasal, dan bagian kiri paranasal.

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa osteosarcoma selalu ditandai dengan

adanya massa tumor, pembengkakan, oedem disekitar lesi. Gambaran klinis

osteosarcoma pada maksila dan mandibula hampir sama, dimana rasa sakit dan

bengkak yang terjadi pada rahang merupakan gejala awal yang menunjukkan

terjadinya osteosarcoma. Kecenderungan untuk terjadinya fraktur pada rahang yang

terlibat osteosarcoma jarang terjadi.1

2.6 Gambaran Histopatologi

Osteosarcoma biasanya terjadi oleh karena pembentukan sel-sel tulang baru

(Osteoid tumor). Secara histologis, osteosarcoma dapat dibedakan atas 2 tipe :

sklerosing atau tipe osteoblast dan tipe osteolitik osteosarcoma. Pada sklerosing

osteosarcoma terjadi proliferasi osteoblast yang tidak teratur, bentuk dan ukuran

bervariasi serta adanya inti sel yang berwarna gelap. Osteoblas ini kemudian
menghasilkan osteoid tumor baru dan membentuk tulang yang kadang-kadang lebih

keras dari trabekula tulang.13

Gambar 9 : Osteosarcoma dari mandibula yang menunjukkan hilangnya stroma


dengan sel yang berbentuk kumparan sebagian osteoid dan tulang terbentuk 13

Gambar 10 : Sel-sel yang tidak teratur dan tumor tulang yang dihasilkan tampak pada
photomicrograph dengan kekuatan tinggi 13

Gambar 11 : Osteosarcoma lakuna yang tidak normal dan mengandung pleomorpik


osteocyt 13
Sel-sel pembentuk tulang dapat berdiferensiasi buruk dan pusat osteoidnya

tidak berkembang sehingga gambaran utama osteolitik lebih menunjukkan kerusakan

tulang dari pada pembentuknya. Pada osteolitik osteosarcoma ini dijumpai adanya sel

raksasa berinti satu maupun berinti banyak dimana bentuk susunannya tidak teratur.13

2.7 Gambaran Radiografi Osteosarcoma

Gambaran radiografi sangat diperlukan untuk mengetahui lokasi

osteosarcoma. Umumnya osteosarcoma lebih sering terdapat pada maksila dari pada

mandibula. Meskipun lesi dapat muncul pada bagian rahang mana saja, posterior

mandibula, daerah struktur pendukung gigi, sudut rahang dan vertical ramus yang

merupakan daerah yang paling sering infeksi. Pada maksila daerah posterior termasuk

bagian yang umumnya terkena antara lain : Alveolar ridge, antrum dan palatum. Lesi

ini juga dapat timbul pada daerah midline.12

Batas dan bentuk osteosarcoma juga dapat terlihat dari gambaran radiografi.

Dalam beberapa hal batas dan bentuk dari lesi tidak begitu jelas. Ketika dibandingkan

dengan tulang yang normal, lesi biasanya radiolusen. Gambaran radiografi

osteosarcoma tidak disertai sclerosis atau enkapsulasi. Jika lesi melibatkan jaringan

periosteum secara langsung atau karena perluasan, maka akan terlihat spikula-spikula

sunray yang khas atau hair-on-end pada trabekula. Hal ini terjadi ketika periosteum

digantikan atau sebagian dari periosteum itu hancur dan tidak tersusun sebagai mana

mestinya atau tidak teratur. Jika periosteum diangkat atau ditinggikan dan
mempertahankan potensi osteogenik namun terputus ditengahnya, maka codmans

triangele disekeliling tepi periosteum terbentuk.12

Osteosarcoma kemungkinan memperlihatkan gambaran radiografi radiolusen

secara keseluruhan, campuran radiolusen dan radiopak, atau sedikit radiopak.

Sedangkan struktur internal osseus kemungkinan terlihat seperti granular atau

menyerupai tulang sklerotik, bola-bola kapas, untaian-untain rambut atau sarang

lebah. Gambaran ini terjadi dipinggir lesi atau batas antara lesi dengan jaringan

normal.12

Efek adanya osteosarcoma pada rahang terhadap struktur tulang adalah

pelebaran membran periodontal yang terkait dengan osteosarcoma. Namun pelebaran

ini juga terlihat pada malignansi-malignansi yang lain. Antral atau dinding kortikal

nasal kemungkinan hilang pada lesi maksila. Pada lesi mandibula kemungkinan

menghancurkan korteks kanal neurovascular dan batas lamina dura atau kanal

neurovascular kemungkinan melebar secara simetris dan membesar.12

Thoma (1962), menggolongkan osteosarcoma ke dalam tiga subklas yaitu :

osteolitik, osteoblastik, dan telangiektatik.2

1. Osteolitik osteosarkoma

Jenis tumor ini lebih sering pada orang dewasa, sifat regenerative dari tulang

bersifat lebih lemah dibandingkan pada usia muda. Disini terjadi kerusakan tulang

dan diganti dengan jaringan tumor yang terdiri atas sel-sel yang tidak terbentuk

sempurna, zat-zat intercelular dihasilkan kemudian tulang rawan atau myxomatous

atau jaringan fibrous atau semua jaringan bergabung.2


Gambar 12. Gambar radiografi osteosarcoma tipe osteolitik, dimana terlihat adanya
perluasan kehancuran tulang dan adanya keteribatan tulang pada daerah mandibula.

2. Osteoblastik osteosarkoma

Pada jenis ini produksi tulang meningkat. Lebih sering terjadi pada anak-anak dan

orang dewasa muda. Pembentukan periosteal yang tampak seperti tangkaitangkai,

spikula-spikula atau lamella yang membentang dalam arah vertikal dari tulang sampai

ke batas luar dari tumor. Hal ini terlihat dalam gambaran radiografi, dikenal sebagai

pengaruh sinar matahari sun-ray effect. Pengaruh sinar matahari ini bukan

merupakan gambaran yang khas pada osteosarkoma, Gambaran ini juga dapat

ditemukan pada tumor-tumor yang lain dan adakalanya dijumpai pada infeksi kronis

tulang yang ringan. Pada mandibula jenis osteoblastik tidak termasuk tumor ganas.2
Gambar 13. Osteosarcoma pada mandibula tipe osteoblastik dimana terlihat daerah
yang tebal berwarna putih menggantikan tulang cansellous dan memperlihatkan
gambaran radiolusen dan radiopak. Terlihat juga keterlibatan bagian sentral
dan peripher dan gambaran radiografi menunjukkan invasi tumor.2

3. Telangiektatik osteosarcoma

Menurut Ewing, tumor yang ditandai dengan adanya pelebaran pembuluh darah

dan sinus-sinus darah yang banyak digolongkan sebagai teleangiektatik

osteosarkoma. Tumor ini berkembang dengan cepat, dapat menghancurkan tulang,

mengakibatkan fraktur, periosteum perforasi dengan cepat dan bercabang melalui otot

dan jaringan lunak.


Gambar 14 a dan b merupakan gambaran radiografi Osteosarcoma, dimana terlihat
gambaran spikula-spikula sunray.12

Gambar 15.Gambaran radiografi menunjukkan adanya spicules (ujung panah) dan


codmans triangle (panah) pada osteosarcoma di mandibula.

Gambar 16. Gambaran radiografi menunjukkan pelebaran ligament periodontal dan


lamina dura yang hilang pada akar distal molar pertama mandibula yang terkena
osteosarcoma.
Gambar 17. Gambar panoramik menunjukkan osteosarcoma pada alveolar maksila
dimana terlihat gambaran yang radiopak.8

Gambar 18. Gambaran panoramik menunjukkan gambaran sunburst pada trabekula


mandibula yang terlihat radiopak .5

Dari gambaran radiografi diatas osteosarcoma pada rahang ditandai dengan

adanya pelebaran ligamen periodontal, adanya gambaran berupa sunburst atau

sunray, radial spicules dan codmans triangle, serta tanda-tanda lain dari kerusakan

tulang. Melalui gambaran radiografi yang disertai rasa sakit atau ketidak nyamanan
dan perubahan-perubahan yang terjadi pada gambaran radiografi, sangat penting

untuk diagnosa awal dalam menentukan ada tidaknya osteosarcoma pada rahang.5,8

2.8 Penanganan

Osteosarkoma merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi

tidak mempunyai peranan dalam manajemen rutin.3,4 Pada penanganan dari

osteosarcoma apabila diharapkan penyembuhan terhadap pasien maka perawatan

yang dilakukan harus secara radikal. Pada kasus yang melibatkan tulang panjang

maka tindakan amputasi merupakan pilihan utama, apalagi bila radiasi tidak dapat

dilakukan. Neoplasma pada daerah lain juga memerlukan tindakan reseksi yang

radical, tetapi khusus pada rahang sulit untuk mendapatkan eksisi yang sempurna.

Kombinasi kemoterapi dengan tindakan pembedahan termasuk reseksi

terhadap adanya metastase osteosarcoma ke paru-paru merupakan suatu perawatan

yang sangat tepat dalam penyembuhan pasien dari penyakit ini.1

Medikamentosa

Sebelum penggunaan kemoterapi (dimulai tahun 1970), osteosarkoma

ditangani secara primer hanya dengan pembedahan (biasanya amputasi). Meskipun

dapat mengontrol tumor secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita

rekurensi tumor yang biasanya berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi

mengindikasikan bahwa pada saat diagnosis pasien mempunyai mikrometastase. Oleh

karena hal tersebut maka penggunaan adjuvant kemoterapi sangat penting pada

penanganan pasien dengan osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa adjuvant


kemoterapi efektif dalam mencegah rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal

yang dapat direseksi. Penggunaan neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya

mempermudah pengangkatan tumor karena ukuran tumor telah mengecil, namun juga

dapat memberikan parameter faktor prognosa.

Obat yang efektif adalah doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan methotrexate

dosis tinggi dengan leucovorin. Terapi kemoterapi tetap dilanjutkan satu tahun setelah

dilakukan pembedahan tumor.

Pembedahan

Perawatan osteosarcoma pada rahang menurut Instituted Mayo Clinic, dibagi

atas sembilan kategori :9


Pengobatan yang terbaik untuk tumor ini adalah operasi radikal mandibulektomi
atau maksilektomi, disertai radioterapi dan kemoterapi apabila terjadi kekambuhan
(Regezzi dan Sciubba, 1989).

Terapi osteosarcoma bertumpu pada terapi kombinasi berintikan pada


kemoterapi dan operasi. Kemoterapi merupakan bagian penting dalam terapi
osteosarcoma, ia bukanlah terapi adjuvan yang boleh ada atau tidak ada. Terapi
kombinasi ini meningkatkan survival pasien osteosarcoma dari 20 % menjadi 50
%.(Wan Desen, 2008).

Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai

batas bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan

jika memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan

tergantung dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara individual.

Batas radikal, didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh kompartemen yang

terlibat (tulang, sendi, otot) biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi

kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan amputasi

radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year survival rates sebesar 50-70%
dan sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal amputasi. Fraktur patologis,

dengan kontaminasi semua kompartemen dapat mengeksklusikan penggunaan terapi

pembedahan limb salvage, namun jika dapat dilakukan pembedahan dengan reseksi

batas bebas tumor maka pembedahan limb salvage dapat dilakukan.

Pada beberapa keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun

lebih dari 80% pasien dengan osteosarkoma pada eksrimitas dapat ditangani dengan

pembedahan limb salvage dan tidak membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan,

maka dapat dilakukan rekonstruksi limb-salvage yang harus dipilih berdasarkan

konsiderasi individual, sebagai berikut

Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan

tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien yang

mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan yang terbatas

untuk fiksasi tulang yang stabil (osteosynthesis).

Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan, terutama

selama kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.

Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter

atau expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas

merupakan permasalahan tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien

remaja.

Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang berada

pada distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang besar
sehingga alternatif pembedahan hanya amputasi. Selama reseksi tumor, pembuluh

darah diperbaiki dengan cara end-to-end anastomosis untuk mempertahankan

patensi dari pembuluh darah. Kemudian bagian distal dari kaki dirotasi 180 dan

disatukan dengan bagian proksimal dari reseksi. Rotasi ini dapat membuat sendi

ankle menjadi sendi knee yang fungsional.

Resection of pulmonary nodules: nodul metastase pada paru-paru dapat

disembuhkan secara total dengan reseksi pembedahan. Reseksi lobar

atau pneumonectomy biasanya diperlukan untuk mendapatkan batas bebas tumor.

Prosedur ini dilakukan pada saat yang sama dengan pembedahan tumor primer.

Meskipun nodul yang bilateral dapat direseksi melalui median sternotomy, namun

lapangan pembedahan lebih baik jika menggunakan lateral thoracotomy. Oleh

karena itu direkomendasikan untuk melakukan bilateral thoracotomies untuk

metastase yang bilateral (masing-masing dilakukan terpisah selama beberapa

minggu).6

Penanganan jangka panjang

Rawat inap7

Siklus kemoterapi: hal ini secara umum memerlukan pasien untuk masuk rumah

sakit untuk administrasi dan monitoring. Obat aktif termasuk methotrexate,

cisplatin, doxorubicin, and ifosfamide. Pasien yang ditangani dengan agen

alkylating dosis tinggi mempunyai resiko tinggi untuk myelodysplasia dan

leukemia. Oleh karena itu hitung darah harus selalu dilakukan secara periodik.
Demam dan neutropenia: diperlukan pemberian antibiotic intravena.

Kontrol lokal: penanganan di rumah sakit diperlukan untuk kontrol lokal dari

tumor (pembedahan), biasanya sekitar 10 minggu. Reseksi dari metastase juga

dilakukan pada saat ini.

Rawat jalan7

Hitung jenis darah: pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan dua kali

seminggu terhadap granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) pasien,

pengukuran G-CSF dapat dihentikan ketika hitung neutrophil mencapai nilai

1000 atau 5000/L.

Kimia darah: sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi hati pada

pasien dengan nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas (terutama jika

penggunaan antibiotik yang nephrotoxic atau hepatotoxic dilanjutkan.

Monitoring rekurensi: monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab darah dan

radiografi, dengan frekuensi yang menurun seiring waktu. Secara umum

kunjungan dilakukan setiap 3 bulan selama tahun pertama, kemudian 6 bulan

pada tahun kedua dan seterusnya.

Follow-up jangka panjang: ketika pasien sudah tidak mendapat terapi selama

lebih dari 5 tahun, maka pasien dipertimbangkan sebagai survivors jangka

panjang. Individu ini harus berkunjung untuk monitoring dengan pemeriksaan

yang sesuai dengan terapi dan efek samping yang ada termasuk evaluasi

hormonal, psychosocial, kardiologi, dan neurologis.


2.9 Prognosa

Prognosa tergantung pada kondisi pasien dan durasi dari lesi pada saat

perawatan dilakukan. Jika kondisi memungkinkan osteosarcoma dirawat dengan

tepat, maka dari 183 kasus sklerosing osteosarcoma 21% membutuhkan rata-rata

perawatan selama 5 tahun, sementara dari 149 kasus osteolitik osteosarcoma 16 %

juga membutuhkan rata-rata perawatan selama 5 tahun. 1,2

Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum

terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5

tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap

datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika

tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara

penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan

radikal diikuti kemotherapi.

Pada permulaannya prognosis Osteosarkoma adalah buruk 5 years Survival

Rate-nya hanya berkisar antara 10-20%. Belakangan ini dengan terapi adjuvan berupa

sitostatik yang agresif dan intensif yang diberikan prabedah dan pasca bedah maka

Survival Rate menjadi lebih baik dapat mencapai 60-70%.

Melalui 45 kasus osteosarcoma pada rahang yang diteliti oleh Garrinton

secara bertahap, maka dari 50 % osteosarcoma pada rahang diantaranya bermetastase

terutama paling banyak ke paru-paru dan ini jelas dalam bukti klinis. Daya tahan
hidup rata-rata yang dicapai selama 5 tahun untuk maksila osteosarcoma adalah 25%

dan untuk mandibula osteosarcoma 41%. Berdasarkan hasil penelitian ini tidak

dijumpai adanya kolerasi antara gambaran karakteristik histologi dari tumor dengan

prognosis osteosarkoma.1
BAB III

KESIMPULAN

Osteosarcoma adalah sel mesenkim yang ganas yang mempunyai kemampuan

untuk membentuk osteoid atau tulang yang imatur. Meskipun pada rahang jarang

terjadi tetapi gambaran histopatologinya hampir sama dengan osteosarcoma pada

tulang panjang. Osteosarcoma sering terdapat pada alveolar ridge, maksila dan

mandibula, dimana pada mandibula lebih berbahaya dibandingkan dengan maksila,

selanjutnya osteosarkoma dapat dibagi ke dalam tiga subklas yaitu : osteolitik,

osteoblastik, dan telangiektatik.

Etiologi osteosarcoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai

macam faktor predisposisi antara lain ; trauma, ekstrinsik karsinogenik, karsinogenik

kimia, maupun partikel seperti virus. Secara klinis osteosarcoma pada tulang rahang

dapat mengakibatkan rasa sakit dan pembengkakan sehingga wajah menjadi

asimetris, sakit gigi yang diikuti oleh hilangnya gigi, parastesi, bahkan dapat

menyebabkan perdarahan dan obstruksi nasal.

Secara radiografi, osteosarcoma kemungkinan memperlihatkan gambaran

radiografi radiolusen secara keseluruhan, campuran radiolusen dan radiopak, atau

sedikit radiopak. Pada tulang rahang pembedahan (reseksi) merupakan pilihan yang

paling tepat walaupun cukup sulit untuk melakukannya secara adekuat dan sempurna.

Pada saat sekarang ini kombinasi kemoterapi dengan bedah tampaknya memberikan
harapan untuk meningkatkan kelangsungan hidup bagi pasien yang terserang

osteosarcoma.
DAFTAR PUSTAKA

1. William G. Shafer, B.S., D.D.S., M.S. A Textbook of Oral Pathology. 4th ed.

Philadelphia ; W.B. Saunders Company 1983 : 180-3.

2. Mc. Call, Wald Clinical Dental Roentgenology Technic and Interpretation. 4th

ed. W.B. Saunders Company. Philadelphia ;1962 : 364-8

3. Osteosarkoma of the jaw

http://cebp.aacrjournals.org/cgi/content/abstract/11/11/1434 (November 2017)

4. Baghaie F, Motahhary P. Osteosarcoma Of The Jaws : A Retrospective Study.

Tehran ; 2003 : (Vol 41) :113-21.

5. Brad W, Douglas D, Carl M, Jerry E Bouquot. Oral & Maxillofacial

pathology. 2nd ed. New York ; 2002 : 574-8.

6. Douglas J, Pritchard, Miriam P, Finkel, Christopher A, Reilly. The Etiology of

Osteosarcoma. 1957 ; 14-7.

7. Siew-Ting Ong, Chen-Kiong Shim et al. Osteosarcoma presenting as an

aggressive nodular mass in the region of the mandible. J.Oral Sci. 2004 : 46,

55-9.

8. N Givol, A Buchner et al. Radiological features of osteogenic sarcoma of the

jaws. A comparative study of different radiographic modalities.

Dentomaxillofacial Radiology. Israel ; 1998 : 27 ; 313-20.


9. Nakayama E, Sugiura E et al. The clinical and diagnostic imaging findings of

osteosarcoma of the jaw. Dentomaxillofacial Radiology .2005 ; 34 : 182-8.

10. Jack L Clark, K Krishnan, Unni et al. Osteosarcoma of the jaw. Cancer 1983 :

51: 2311-16.

11. R. A. Willis. Pathology of Tumors. 4th ed. London ; 1967 : 692-93.

12. Stuart C. White, Michael J. Pharoah. Oral Radology Principle and

Interpretation. 5th ed. Canada ; 2004 : 469-70.

13. Marcio Bruno Amaral, Icaro Buchholz et al. Advanced osteosarcoma of the

maxilla: A case report. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2008 Aug 1;13(8) :

E492-95.

14. Rosilene C. Soares, Andrea F. Soares et al. Osteosarcoma of mandible

initially resembling lesion of dental periapex : a case report. Rev Bras

Otorrinolaringol. 2005 :V.71 ; No.2, 242-5.

Вам также может понравиться