Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Secara garis besar limbah dapat dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama
adalah limbah organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan
yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan,
peternskan, rumah tangga, industri dll, yang secara alamimudah terurai (oleh
aktivitas mikroorganisme). Kedua limbah anorganik, yaitu limbah yang berasal
dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau hasil
samping proses industri. Limbah anorganik tidak mudah hancur (lapuk). Sebagian
zat anorganik secara tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnyan
hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Ketiga limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3), merupakan sisa suatu usaha yang mengandung
bahan berbahaya (beracun), baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
merusak (mencemarkan dan membahayakan) lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lainnya.
1
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses
ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan aerasi, dan penambahan activator pengomposan.
2
Diantara berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman nitrogen
merupakan salah satu diantara unsur hara makro tersebut yang sangat besar
peranannya bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nitrogen memberikan
pengaruh besar terhadap perkembangan pertumbuhan. Diantara tiga unsur yang
biasa mengandung pupuk buatan yaitu kalium, fosfat, dan nitrogen, rupanya
nitrogen mempunyai efek paling menonjol.
B. Tujuan
1. Membuat probiotik untuk membantu proses pengomposan,
2. Membuat kompos dari bahan organik,
3. Mengamati suhu dan keasaman kompos dalam proses pengomposan,
4. Mengamati kadar C-organik kompos pada proses pengomposan,
5. Mengamati kadar N kompos pada proses pengomposan,
6. Mengamati rasio C/N pada proses pengomosan,
7. Mengamati kemampua pupuk dalam menyerap air pada kondisi suhu
kamar.
8. Mengamati kemampuan pupuk untuk larut dalam air.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kompos
A. Probitik
Probiotik merupakan organisme yang dapat dimanfaatkan untuk
membantu mempercepat digradasi limbah organic. Dengan menambahkanya pada
limbah yang akan dikomposkan dapatmempercepat proses pengomposan. Adanya
probiotik akan membantu masyarakat untuk mengelola limbah yang dihasilkan,
kususnya limbah organic menjadi kompos. (anonim,2011).
Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol biologis pada sistem budi daya
adalah Menekan pertumbuhan bakteri pathogen, Mempercepat degradasi bahan
organik dan limbah, Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial, Meningkatkan
aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal
Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat, Memfiksasi nitrogen,
Mengurangi pupuk dan pestisida.
Dengan adanya probiotik maka proses degradasi bahan organik akan
lancar, sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan. Bahan
organik yang mengalami mineralisasi oleh jasad pengurai (probiotik) akan diubah
menjadi bahan anorganik seperti nitrat dan pospat.
Probiotik dapat dibagi 2 kelompok yaitu ; bentuk cair merupakan mikroba
dalam bentuk suspensi (inokulan tunggal maupun multikultur) antara lain
Lactobacillus, Bacillus sp, Nitrobacteria dan bentuk padat yaitu mikroba
diinokulasi (tunggal atau multikultur) dalam media carier. (Simarmata, 2006).
Prebiotik dapat di gunakan untuk berbagai keperluan di kehidupan
manusia seperti Pupuk Organik pada tanah perkebunan dan pertanian,
Dekomposer/Pengurai Sampah, Penghilang bau WC dan anti sedot WC ,
Pembersih porselen/keramik, Mikroba yang membantu pencernaan manusia dan
hewan, Bahan pembantu Planter Tambak dan Pengendali Amdal/IPAL.
(Murbandono,1992)
B. Pengomposan
4
Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan
stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang
terkendali (terkontrol) dengan hasil akhir berupa humus dan kompos (Simamora
dan Salundik, 2006). Sedangkan menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) pada
dasarnya pengomposan merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikroba agar
mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan mikroba tersebut
diantaranya bakteri, fungi, dan jasad renik lainnya. Selama proses pengomposan
akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat
mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan (Wikipedia Indonesia, 2008).
Prinsip pengomposan adalah menurunkan nilai nisbah C/N bahan organic
menjadi sama dengan nisbah C/N tanah. Nisbah C/N adalah hasil perbandingan
antara karbohidrat dan nitrogen yang terkandung di dalam suatu bahan. Nilai
nisbah C/N tanah adalah 10-12. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N sama
dengan tanah memungkinkan bahan tersebut dapat diserap oleh tanaman
(Djuarnani dkk, 2005).
Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti 1) karbohidrat,
selulosa, hemiselulosa, lemak, dan lilin menjadi CO2 dan air, 2) zat putih telur
amonia, CO2, dan air, 3) peruraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat
diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut kadar karbohidrat akan hilang atau
turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat. Dengan demikian C/N
semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah (Indriani, 2007).
Ada dua mekanisme proses pengomposan berdasarkan ketersediaan
oksigen bebas, yakni pengomposan secara aerobik dan anaerobik.
a. Pengomposan secara Aerobik
Dalam sistem ini, kurang lebih 2/3 unsur karbon (C) menguap menjadi
CO2 dan sisanya 1/3 bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Selama
5
proses pengomposan aerobik tidak timbul bau busuk. Selama proses
pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas
akibat pelepasan energi (Sutanto, 2002).
Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O
(air), humus, dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dapat
disajikan dengan reaksi sebagai berikut :
Mikroba aerob
C. Kadar C-organik
6
Pada dasarnya tanaman memerlukan berbagai unsur hara baik itu unsur
mikro, ataupun unsur makro. Unsur C dan N merupakan unsur yang paling
penting dalam tanaman. Maka dari itu sebelum orang akan memupuk tanman
budidayanya pastilah orang tersebut menghitung keperluan pupuk atau unsur yang
diperlukan. (Murbandono,1992.).
C-organik bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika,
maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organic dilakukan
berdasarkan jumlah c-oraganik. (anonymous,2011).
Sumber utama CO2 di alam berasal dari dekomposisi bahan organik
berupa sisa-sisa tanaman ataupun hewan dan dari respirasi invertebrata, bakteri
serta fungi. Keperluan seluruh tanaman yang hidup diperkirakan sekitar 80 x 109
ton karbon/tahun. Dengan perediaan CO2 dalam udara sebesar 0,03% volume,
maka CO2 tersebut akan habis diserap tanaman dalam waktu beberapa dekade
saja. Berkat adanya daur (siklus) yang menghasilkan CO2, maka kadar gas
tersebut relatif stabil (Konova, 1966).
D. Kadar N total
Nitrogen merupakan unsure hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5%
bobot tanaman yang berfungsi terutama dalam pembentukan protein.
(Hanafiah,2005).
Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3
atau NH4+ dari tanah. Kadar Ntrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah
2% - 4% berat kering. Dalam tanah, kadar Nitrogen sangat bervariasi, tergantung
pada pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut. Tanah hutan berbeda dengan
tanah perkebunan dan tanah peternakan. Tanaman di lahan kering umumnya
menyerap ion nitrat NO3 relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion
NH4+. Ada dugaan bahwa senyawa organik, misalnya asam nukleat dan asam
amino larut, dapat diserap langsung oleh tanaman (Tisdale, 1985).
E. Rasio C/N
Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan
membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang
rendah (telah melapuk) (Hasibuan, 2006).
7
Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah, dapat
langsung digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus
didekomposisikan dulu sehingga melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12
(Rinsemo, 1993).
Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos
adalah unsur karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara
karbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO2). Nitrogen akan
ditangkap oleh mikroorganisme sebagai sumber makanan. Apabila
mikroorganisme tersebut mati, maka nitrogen akan tetap tinggal dalam kompos
sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya perbandingan antara unsur karbon
dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah sebagai bahan baku. Perbandingan
C dan N yang ideal dalam proses pengomposan yang optimum berkisar antara 20 :
1 sampai dengan 40 : 1, dengan rasio terbaik adalah 30 : 1.
Jika nisbah C/N tinggi, aktivitas biologi mikroorganisme akan berkurang.
Selain itu, diperlukan beberapa siklus mikroorganisme untuk menyelesaikan
degradasi bahan kompos sehingga waktu pengomposan akan lebih lama dan
kompos yang dihasilkan akan memiliki mutu rendah. Jika nisbah C/N terlalu
rendah (kurang dari 30), kelebihan nitrogen (N) yang tidak dipakai oleh
mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang melalui volatisasi sebagai
amonia atau terdenitrifikasi (Djuarnani dkk, 2005).
Mikroorganisme akan mengikat nitrogen tetapi tergantung pada
ketersediaan karbon. Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu
rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan
mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Dalam hal ini jumlah
nitrogen bebas dilepaskan dalam bentuk gas NH3 - dan kompos yang dihasilkan
mempunyai kualitas rendah. Apabila ketersediaan karbon berlebihan (C/N>40)
jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga merupakan faktor pembatas
pertumbuhan mikroorganisme. Proses dekomposisi menjadi terhambat karena
kelebihan karbon pertama kali harus dibakar/dibuang oleh mikroorganisme dalam
bentuk CO2 (Sutanto, 2002).
Dari hubungan antara C dan N yang hilang dalam proses pengomposan
menunjukkan bahwa 85% dari total awal N kompos tersedia bagi mikroba untuk
8
tumbuh dan 70% dari C tersedia hilang sebagai CO2 selama proses immobilisasi
(Baca et al., 1993)
2.2. Kemasaman
a. pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3
yang terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang
menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat memusnahkan
mikroorganisme.
b. pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat
menyebabkan kematian jasad renik.
Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0 8,0 derajat keasaman bahan
pada permulaan pengomposan umumnya asam sampai dengan netral (pH 6,0
7,0) derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan
karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah
9
bahan organic menjadi asam organic. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme,
dari jenis yang lain akan mengkonversi asam organic yang telah terbentuk
sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral.
Seperti factor lainnya derajat keasaman perlu dikontrol selama proses
pengomposan berlangsung. Jika derajat keasaman terlalu tinggi atau terlalu basa
konsumsi oksigen akan semakin naik dan akan memberikan hasil yang buruk
bagilingkungan. Derajat keasaman yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan
unsure nitrogen dalam bahan kompos berubah menjadi ammonia (NH3)
sebaliknya dalam keadaan asam (derajat keasaman rendah) akan menyebabkan
sebagian mikroorganisme mati.
Derajat keasaman yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan
menambahkan kotoran hewan, urea, atau pupuk nitrogen. Jika derajat keasaman
terlalu rendah bisa ditingkatkan dengan menambahkan kapur dan abu dapur
kedalam bahan kompos.
2.3. Temperatur
Pada pengomposan secara aerobik akan terjadi kenaikan temperatur yang
cukup cepat selama 3-5 hari pertama dan temperatur kompos dapat mencapai 55-
700C. Kisaran temperatur tersebut merupakan yang terbaik bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Pada kisaran temperatur ini, mikroorganisme dapat tumbuh tiga
kali lipat dibandingkan dengan temperatur yang kurang dari 550C. Selain itu,
pada temperatur tersebut enzim yang dihasilkan juga paling efektif menguraikan
bahan organik. Penurunan nisbah C/N juga dapat berjalan dengan sempurna
(Djuarnani dkk, 2005).
Suhu dan Ketinggian Timbunan pembuaatan pupuk organik, penjagaan
panas sangat penting dalam pembuatan pembuatan pupuk organik. Faktor yang
menentukan tingginya suhu adalah tingginya timbunan itu sendiri. Bila timbunan
yang terlalu dangkal akan kehilangan panas dengan cepat karena tidak adanya
cukup material untuk menahan panas tersebut, akibatnya pembuaatan pupuk
organik akan berlangsung lebih lama. Sebaliknya jika timbunan terlalu tinggi bisa
mengakibatkan material memadat karena berat bahan pembuaatan pupuk organic
itu sendiri dan ini akan mengakibatkan suhu terlalu tinggi di dasar timbunan.
Panas yang terlalu tinggi menyebabkan terbunuhnya bakteri anaerobik yang
10
baunya tidak enak. Tinggi timbunan yang memenuhi persyaratan adalah 1 sampai
2 meter, ini akan memenuhi penjagaan tanah dan pemenuhan kebutuhan akan
udara (Asngad dan Suparti, 2005).
Proses pengomposan akan berjalan dengan baik jika bahan berada dalam
temperature yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme perombak.
Tempertur optimum yang dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak bahan
adalah 35 55 C. Namun setiap kelompok mikroorganisme memiliki temperature
optimum pengomposan merupakan integrasi dari berbagai jenis microorganisme
yang terlibat. Pada pengomposan secara aerobic akan terjadi kenaikan temperature
yang cukup cepat selama 3 5 hari pertama dan temperature tersebut merupakan
yang terbaik bagi pertumbuhan microorganisme.pada kisaran temperature ini
mikroorganisme dapat tumbuh tiga kali lipat dibandingkan dengan temperature
yang kurang dari 55 C.selain itu pada temperature tersebut enzim yang dihasilkan
juga paling efektif mengurai bahan organic. Penurunan rasio C/N juga dapat
berjalan dengan sempurna. Temperature yang tinggi berperan untuk membunuh
mikroorganisme pathogen (bibit penyakit) menetralisir bibit Mycobacterium
tuberculosis biasa nya akan rusak pada hari ke 14 pada suhu 65 C. Virus volio
akan mati jika berada pada temperature 54 oC selama 30 menit. Salmonella akan
menjadi tidak aktif jika berada pada temperature 60 C pada waktu 60 menit.
Ascaris lumbricoides, cacing beracun yang ditemukan pada saluran pencernaan
babi akan terbunuh pada temperature 60 C dalam waktu 60 menit protein
microorganisme yang mati ini akan digumpalkan. Karena itu keadaan
tetemperatur yang tinggi perlu dipertahankan minimum 15 hari berturut turut.
Untuk mempertahankan temperature pengomposan perlu diperhatikan ketinggian
tumpukan bahan mentah. Ketinggian tumpukan yang baik adalah 1 1,2 dan
tinggi maximum adalah 1,5 1,8 m. tumpukan bahan yang terlalu rendah akan
membuat bahan lebih cepat kehilangan panas sehingga temperature yang tinggi
tidak akan tercapai. Selain itu,microorganisme pathogen tidak akan mati dan
proses dekomposisi oleh mikroorganisme termofilik tidak akan tercapai. Jika
timbunan yang dibuat terlalu tinggi akan menyebabkan pemadatan pada bahan
dan temperature pengomposan menjadi terlalu tinggi. Pengomposan pada bahan
11
yang memiliki rasio C/N tinggi seperti jerami padi atau jerami gandum
peningkatan temperature tidak dapat melebihi 52C. Keadaan ini menunjukkan
bahwa peningkatan temperature juga tergantung dari tipe bahan yang digunakan.
(Zuremi,2010).
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan
baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat
ditambahkan sejumlah material suplemen. (Wikipedia,2013)
Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia,
atau biologis. pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik. Bahan bahan
dalam pembuatan pupuk anorgank berbeda beda, tergantung kandungan yang
diinginkan. Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsure hara
nitrogen terbuat dari urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis.
Hidroskopis adalah kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi
higroskopis semakin cepat pupuk mencair.Pupuk anorganik atau pupuk buatan
dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal
adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk
P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung
lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan
sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
12
residu pada tanah,penggunaan tidak bijaksana dapat merusak tanah, Harga mahal,
bersifat higroskopis.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Probiotik
a. Alat
Ember plastik
Autoklaf
Gelas ukur 1 liter
Gelas ukur 100 ml
Timbangan Analitik
b. Bahan
Urine Sapi
13
Bekatul
Terasi
Tetes tebu (gula jawa)
Air
2. Pengomposan
a. Alat
Ember plastik
Autoklaf
Gelas ukur 1 liter
Gelas ukur 100 ml
Timbangan analitik
b. Bahan
Probiotik
Sampah organik
Abu dapur
3. Suhu dan Keasaman
a. Alat
Thermometer teliti 0,1 o C
Pengukur keaasaman (pH meter) lengkap
Gelas ukur 100 ml
Beker glass 50 ml
Kaca pengaduk
Botol pemancar air
Timbangan analitik
b. Bahan
sampah organik(dalam proses pengomposa)
air suling
4. Kadar C-Organik
a. Alat
Labu takar 50 ml
Pipet ukur 10 ml dan 5 ml
Gelas ukur 10 ml
Labu erlenmeyer 250 ml
Buret 50 ml
Pipet tetes sampai 0,0002 gr
Timbangan analitik
14
Botol pemancar air
b. Bahan
K2 Cr2 O7 1 N
H2SO4 pekat
H3PO4 85 %
FeSO4 1 N
Indikator Diphenylamine.
5. Kadar N total
a. Alat
Botol timbangan
Gelas Piala 100 ml
Gelas Arloji
Oven
Labu Kjeldhal 100 ml
Buret 50 ml
Timbangan Analitik
b. Bahan
H2SO4 pekat 0,1 N
Serbuk CuSO4
K2SO4
Indikator methyl red
NaOH pekat 0,1 N
Air suling.
6. Rasio C/N
a. Alat
Kalkulator
Alat tulis
b.Bahan
Data hasil pengukuran C-organik
Data hasil pengukuran N total.
7. Higroskopisitas
a. Alat
Timbangan Analitik
Sendok
Bak Plastik
15
b. Bahan
Pupuk anorganik
Kantong Plastik
Alat tulis
8. Tingkat Kelarutan
a. Alat
Timbangan analitik
SendokBak plastik Kertas Saring Beker glas Air
b. Bahan
Pupuk anorganik
Gelas ukur Alat tulis
A. Kompos
1. Probiotik
a. Menyiapkan bahan untuk satu paket probiotik,yaitu bekatul 0,75 kg,
terasi 0,125 kg, dan tetes tbu 50 ml (gula jawa 5 ons)
b. Bahan tersebut di sterilisasi (kecuali gula) menggunakan autoklaf
dengan tekanan 1 atm selama 15-20 menit
c. Hasil sterilisasi dikeluarkan dari autoklaf,kemudian didinginkan
d. Menyiapkan urin sapi sebanyak 500ml
e. Setelah hasil rebusan (sterilisasi) dingin,kemudian dimasukkan ke
dalam ember plastik dan ditambahkan 500ml urin sapi sambil diaduk
sampai rata
f. Langkah 1 s/d 5 juga diperlakukan untuk pupuk kandan 500g
g. Campuran selanjutnya dibiarkan selama 3 hari dan setiap harinya
dilakukan pengadukan
h. Setelah 3 hari probiotik siap untuk digunakan
16
2. Pengomposan
a. Mengambil sampah organic sebanyak 5 kg yang telah dipisahkan dari
bahan-bahan anorganik.
b. Sampah organic dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 5 cm.
c. Potongan sampah dicampur secara merata dengan probiotik sebanyak
0,5 liter.
d. Sambil diaduk-aduk ditambahkan air sampai dicapai kelembaban
kurang lebih 30% (jika dikepal tidak keluar air tetapi kepalan dibuka
akan berurai lagi).
e. Selanjutnya dimasukkan kedalam ember dibagi 3 lapis
f. Masing-masing lapisan ditaburi dengan abu dapur (total yang
diperlukan 0,5 kg) kemudian ember ditutup.
g. Setiap hari dilakukan pengukuran pH dan suhu pengomposan sampai
sampah menjadi kompos (C/N 20).
3. Kadar C-organik
a. Menimbang bahan kompos kering 0,1g, dimasukkan kedalam labu
takar,
17
i. Larutan dititrasi dengan , sehingga warna menjadi kehijau-
hijauan,
j. Langkah ini diulang tanpa sempel untuk keperluan blangko.
4. Kadar N total
Destruksi
a. Ditimbang kompos dengan gelas arloji (kertas) yang bersih dan
keringseberat 250 mg. ditimbang juga analisis kadar air.
b. Dimasukkan kedalam labu kjeldal 100 ml dan ditambahkan
2,5 ml.
c. Dikocok sampai merata dan setelah itu dipanaskan dengan hati-
hati sampai asapnya hilang dan warna larutan menjadi putih
kehijauan atau tidak berwarna (pemanasan dalam almari asam)
kemudian didinginkan.
Destilasi
a. Setelah larutan didalam tabung kjeldal dingin ditambahkan air
suling 25-50 ml, kemudian larutan ditambahkan kedalam labu
destilasi, cara memasukkan larutan dengan menuangkan
beruang-ulang dengan air (dalam hal ini diusahakan butir-butir
tanah tidak mask).
b. Mengambil gelas piala 100-150 ml dan diisi dengan 0,1
18
e. Setelah itu didestilasidimulai dan dijaga supaya larutan yang
ada didalam gelas tetap berwarna merah, kalau warna berubah
Titrasi
a. Larutan dalam gelas piala dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai
warna hampir hilang
b. Pekerjaan 1s/d 3 dilakukan juga untuk blangko, yaitu tanpa
memakai sampel.
5. Rasio C/N
a. Menghitung perbandingan antara C-organik dengan N total.
b. Apabila nilai C/N sudah memenuhi syarat untuk dipergunakan sebagai
pupuk (rasio C/N kompos 20), maka proses pengomposan di
hentikan.
19
d. Pengukuran dilakukan dengan cara yang sama pada bagian tengah
antara tepid an tengah gundukan (diambil 2 tempat).
e. Tiga hasil pengukuran dibuat rata-rata.
2. Derajat keasaman (pH)
a. Mengambil contoh kompos 10 g dimasukkan kdalam beker glas 50 ml.
b. Menambahkan air suling sebanyak 25 ml kedalam beker glas.
c. Mengaduk air dalam beker glas sampai kompos menjadi larut.
d. Lartan dibiarkan mengendap selama kurang lebih 30 menit.
e. Setelah mengendap dilakukan pengukuran ph dengan ph meter (kertas
lakmus).
f. Menyambung eektroda paaz meterannya.
g. Elektroda diclupkan pada larutan penyangga ph 7 dan ditekan tombol
pada tanda ON disesuaikan dengan keadaan tombol TEMP pada
angka temperature larutan penyangga pH 7, dan atur tombol CALIB
hingga terbaca pada angka 7,00 pada llayar pH meter.
h. Elektroda dicuci pada pancaran air suling dibagian bawahnya sampai
bersih.
i. Elektroda diclupkan pada larutan penyangga pH 4 dan tekan tombol
pada anda ON disesuaikan dngan keadaan tombol TEMP pada
angka temperature larutan penyangga pH 4 dan diatur tombol
SLOPE hingga terbaca angka 4,00 pada layar ph meter.
j. Elaktroda di cuci dengan pancaran air sulling samai bersih
k. Dengan mengikut angkah f s/d j maka pH yag diteliti siap diamati.
l. Elektroda diclupkan pada arutan kompos, kemudian diamati dan
dicatat angka pada monitor menunjukan pada ph meter.
m. Pengukuran diulang sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-rata.
2. Tingkat kelarutan
a. Menimbang sampel pupuk seberat 10 g.
20
b. Memasukkan pupuk ke dalam gelas ukur.
c. Menambahkan air ke dalam gelas ukur dengan volume 2 kali lipat
volume pupuk.
d. Setelah 1 jam larutan pupuk di saring dengan kertas saring.
e. Kertas saring dan endapan pupuk diangin-anginkan hingga kering.
f. Setelah kering pupuk dan kertas saringnya di timbang.
g. Endapan pupuk dibersihkan dan kertas saring ditimbang.
h. Dari hasil penimbangan kita dapat mengetahui berapa endapan yang
diperoleh.
i. Mengitung persentase kelarutan.
BAB IV
4.1 Hasil
21
1. Probiotik
Dari praktikum dan pengamatan pada acara probiotik yang telah
dilakukan dapat diperoleh hasil gambar sebagai berikut :
2. Kompos
Hasil dari pengomposan berbentuk pupuk kompos yang siap
digunakan untuk memupuk tanaman sebagai penambah unsur hara tanaman
dan tanah. Selain itu dari kompos tersebut juga diamati suhu, pH, serta
kadar lengas untuk menghitung kandungan C-Organik, N-Organik serta
rasio C/N.
A. Pengamatan 1
22
Suhu Suhu Suhu Suhu Suhu Suhu Ph
1. Perlakuan : Urine Sapi
A 27 25 28 29 24 26 8
T 28 29 28 27 26 33 5
B 30 29 30 28 28 31 5
Rata 28,3 27,6 28,6 28 26 30 6
2. Perlakuan : Pupuk Kandang
A 32 28 27 26 29 29 8
T 34 28 29 31 31 27 7
B 29 30 26 29 29 29 5
Rata 31,67 28,67 27,3 28,67 29,67 28,3 6,6
3. Perlakuan : Urine Sapi
A 26 26 26 27 29 27 7
T 30 30 26 28 34 29 7,2
B 26 28 29 29 27 26 7
Rata 27,33 28 27 28 30 27,3 7
4. Perlakuan : Pupuk Kandang
A 31 30 27 27 30 27 7,5
T 33 31 29 30 31 28 7,5
B 31 29 29 26 27 29 8
Rata 31,67 30 28,33 27,67 29,33 28 7,6
B. Pengamatan 2
23
A 32 27 24 2 28 8
T 30 26 28 29 30 7
B 30 25 28 28 28 7
Rata 30,6 26 26,6 27,6 28,6 7,3
2. Perlakuan : Pupuk Kandang
A 28 31 30 29 29 7
T 30 31 28 27 27 7
B 26 38 27 36 30 7
Rata 28 28,67 28,33 30,6 30,6 7
3. Perlakuan : Urine Sapi
A 27 26 26 27 29 7
T 28 30 26 28 34 7
B 29 28 29 29 27 7
Rata 28 28 27 28 30 7
4. Perlakuan : Pupuk Kandang
A 30 29 28 30 28 7
T 29 28 29 29 29 7
B 28 27 29 28 30 8
Rata 29 28 28,3 29 29 7,3
Keasaman
Dari praktikum dan pengamatan pada acara keasaman (pH) yang telah
dilakukan ini diperoleh hasil grafik sebagai berikut :
24
Temperatur
25
Perlakuan Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4
Blanko (B) 1.93 ml 2.23 ml 1.93 ml 1.56 ml
Sampel (A) 1.5 ml 0.63 ml 1.47 ml 1.08 ml
Kadar C-organik 3.37% 12.53% 0.36% 3.766%
Kadar BO 5.81% 21.6% 0.62% 6.492%
Tabel 2. Kadar C-organik kompos pada berbagai macam perlakuan
probiotik
Kel C1 C2 C3
kadar N Total
K1 0.00238 0.4290 2.49
Perlakuan
K2 Kel.1 1.75Kel. 2 13.19Kel. 3
11.84 Kel. 4
Blanko
K3 (B) 5.178.2 ml 2.2 8.2 ml 0.5294 8.2 ml 8.2 ml
Sampel (A) 5.8 ml 5.1 ml 7 7.6 ml
K4 0.0025 0.13 11.109
Kadar N Total 1.35% 0.95% 0.68% 0.339%
Tabel 3. Kadar N Total kompos pada berbagai macam perlakuan probiotik
Rasio C/N
F
SV db db JK KT F hit tab.05
Ulngan (3-1) 2 65.24 32.62 1.80 9.55
Perlakuan (4-1) 3 106.03 35.34 1.95
(3-1)(4-
Eror 1) 6 108.82 18.14
Total (3x4)-1 11 26
280.09
Higroskopisitas
Tingkat Kelarutan
27
2 KCL 1 10 4.5 5.5 55%
2 10 5 5 50%
3 10 6 4 40%
4 10 1.6 8.4 84%
3 SP36 1 10 7.7 2.3 23%
2 10 9.1 0.9 9%
3 10 9.65 0.35 3.5%
4 10 1.9 8.1 81%
4 UREA 1 10 0 10 100%
2 10 6.6 3.4 34%
3 10 0.85 9.15 91.5%
4 10 1.3 8.7 87%
5 ZA 1 10 0 10 100%
2 10 1 9 90%
3 10 0.82 9.18 91.8%
4 10 1.4 8.6 86%
4.2 Pembahasan
1. Probiotik
28
Pada praktikum pengomposan kali bertujuan Membuat probiotik untuk
membantu proses pengomposan, Pada pembuatan probiotik ini, bahan dasar yang
digunakan adalah urin sapi dan pupuk kandang . Hasil probiotik dari kedua bahan
dasar ini nantinya akan digunakan sebagai starter dalam proses pengomposan
sampah organik dan dan hasilnya dibandingkan. Kelompok kami membuat
probiotik dari bahan baku kotoran sapi. Dalam pembuatan probiotik ini gula jawa
tidak disterilisasi karena apabila disterilasi maka kandungan karbohidrat (gula
sederhana) akan berkurang bahkan hilang. Karbohidrat sendiri merupakan substrat
yang digunakan mikroorganisme untuk melangsungkan hidupnya. Probiotik yang
dihasilkan dari urin sapi berwarna coklat kekuningan dan mengeluarkan bau yang
tidak sedap. Bau ini berasal dari urin sapi, terasi dan bekatul yang tercampur
menjadi satu dan menandakan banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dan
sudah siap digunakan.
Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol biologis pada sistem budi daya
adalah menekan pertumbuhan bakteri pathogen, mempercepat degradasi bahan
organik dan limbah, meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial, meningkatkan
aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal
29
Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat, memfiksasi nitrogen,
mengurangi pupuk dan pestisida.
2. Pengomposan
30
Ukuran bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerobik berkisar
antara 1-7,5 cm.
7. Homogenitas campuran sampah
Komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos
perlu dicampur menjadi homogen atau seragam jenisnya, sehingga
diperoleh pemerataan oksigen dan kelembaban. Oleh karena itu
kecepatan pengurai di setiap tumpukan akan berlangsung secara
seragam.
Dalam praktikum kali ini mahasiswa dibagi menjadi empat
kelompok dimana kelompok 1 dan 3 membuat kompos dengan bahan probiotik
urin sapi kelompok 2 dan 4 membuat kompos dengan bahan probiotik pupuk
kandang. Nantinya bertujuan untuk membandingkan hasil antara kompos bahan
probiotik urin sapi dengan kompos bahan probiotik pupuk kandang. Pada saat
proses pengomposan daun-daun tanaman yang sudah di potong-potong kemudian
di timbang / dibagi rata disetiap kelompok dan mulai dilakukan proses
pencampuran bahan daun-daun tanaman sebanyak 5 kg dengan probiotik 0,5 liter
kemudian diaduk hingga rata dengan kelembaban kurang lebih 30%. Kemudian
bahan kompos yang sudah dicampur rata dimasukkan dalam ember dan di bagi
menjadi tiga lapisan setiap lapisan ditabuti dengan abu guna untuk meningkatkan
dan menjaga derajat keasaman (pH). kompos ditutup rapat dengan plastik
kemudian dilakukan pengamatan suhu dan derajat kesaman (pH) setiap hari
hingga kompos sudah menjadi dan siap pakai unuk memupuk tanaman.
Dicium/dibaui
31
sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa
berbau yang mungkin berbahawa bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau
seperti bahan mentahnya berarti kompos belum matang.
Warna kompos
Penyusutan
Dari hasil praktikum pembuatan kompos diperoleh rata rata suhu saat
proses pengomposan, yaitu pada pengomposan yang menggunakan probiotik
urine sapi diperoleh rata rata suhu 28,120C. Sedangkan pada pengomposan
perlakuan probiotik kotoran sapi adalah 29,14 0C. Saat pengomposan terjadi naik
turunnya suhu kompos dan itu dikarenakan oleh beberapa faktor, misalnya faktor
lingkungan tempat kompos tersebut disimpan, saat pengukuran suhu bisa saja
32
dibawah AC yang menyala yang bisa menyebabkan suhu kompos tersebut tidak
stabil, bisa juga disebabkan oleh waktu pengamatan yang berbeda beda.
pH terlalu tinggi (di atas 8), unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3
yang terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang
menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat memusnahkan
mikroorganisme.
pH terlalu rendah (di bawah 6). Kondisi menjadi asam dan dapat
menyebabkan kematian jasad renik.
4. Kadar C-organik
Pada dasarnya tanaman memerlukan berbagai unsur hara baik itu unsur
mikro, ataupun unsur makro. Unsur C dan N merupakan unsur yang paling
penting dalam tanaman. C-organik bahan organik dapat meningkatkan kesuburan
33
kimia, fisika, maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organic
dilakukan berdasarkan jumlah c-oraganik. Sumber utama CO 2 di alam berasal dari
dekomposisi bahan organik berupa sisa-sisa tanaman ataupun hewan dan dari
respirasi invertebrata, bakteri serta fungi.
5. Kadar N total
34
terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan
kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui
pemupukan.Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.
6. Rasio C/N
Rasio C/Nmerupakan faktor paling penting dalam proses pengomposan. Hal
ini disebabkan proses pengomposan tergantung dari kegiatan mikroorganisme
yang membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan pembentuk sel, dan
nitrogen untuk membentuk sel. Besarnya nilai C/N tergantung dari jenis sampah.
Proses pengomposan yang baik akan menghasilkan rsio C/N yang ideal sebesar 20
sampai dengan 40, tetapi rasio paling baik adalah 30.
35
1,5097%. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan macam probiotik terhadap rasio
C/N kompos maka dilakukan penukaran data dengan kelompok 1, 2, 3 dan 4.
Setelah dilakukan uji analisis varians diketahui bahwa F-Hitung lebih besar dari
F-Tabel, sehingga ada beda nyata antar perlakuan. Untuk meyakinkan hal tersebut
maka dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5% dan didapatkan hasilnya.
7. Higroskopisitas
Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia,
atau biologis. pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik. Bahan bahan
dalam pembuatan pupuk anorgank berbeda beda, tergantung kandungan yang
diinginkan. Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsure hara
nitrogen terbuat dari urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis.
Higroskopisitas adalah kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin
tinggi higroskopisitas semakin cepat pupuk mencair.
36
senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang
penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan
dengan tetapan dielektrikum.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
37
2. Kompos merupakan pupuk organik sebagai hasil dari proses biologi oleh
aktivitas mikroorganisme decomposer dalam menguraikan (dekomposisi)
bahan organik menjadi humus.
3. Pengomposan adalah penguraian bahan organik oleh sejumlah besar
mikroorganisme dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara
dengan hasil akhir berupa humus.
4. Proses pengomposan dipengaruhi oleh beberapa hal yang bekaitan dengan
aktivitas mikroorganisme selama proses pengomposan berlangsung :
38