Вы находитесь на странице: 1из 9

Cara Mengelolah Limbar Rumah sakit

Jenis-jenis limbah

Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :


Limbah klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di unit-unit resiko
tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan
populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko
tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkusyang kotor, cairan badan,
anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan produk
darah.
Limbah patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit
patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
Limbah bukan klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak
dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan menbuangnya.
Limbah dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu
dan hewan pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di Rumah Sakit.
Limbah radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit,
pembuangan secara aman perlu diatur dengan baik. Pemberian kode warna yang berbeda untuk
masing-masing sangat membantu pengelolaan limbah tersebut
(Prasojo. D, 2008).
Berikut adalah tabel yang menyajikan contoh sistem kondisifikasi limbah rumah sakit dengan
menggunakan warna :

JENIS LIMBAH WARNA


Bangsal/Unit
Klinik Kuning
Bukan klinik Hitam
Kamar Cuci Rumah Sakit
Kotor/Terinfeksi Merah
Habis dipakai Putih
Dari kamar operasi Hijau/Biru
Dapur
Sarung tangan dengan warna yang berbeda
untuk memasak dan membersihkan badan.
Agar kebijakan kodifikasikan menggunakan warna dapat dilaksanakan dengan baik, tempat
limbah diseluruh rumh sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-
pisahkan ditempat sumbernya.

1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah
klinik dan yang lain untuk bukan klinik
2. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap sebagai limbah klinik
3. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan perlu
dinyatakan aman sebelum dibuang (Depkes RI, 1992).

1. C. Pengelolaan limbah

Pengolahan limbah RS Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan
adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse)
dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment) (Slamet Riyadi,
2000).
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi
dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :

1. Pemisahan Limbah

Limbah harus dipisahkan dari sumbernya


Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang menunjukkan
kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi aau dibuang (Koesno Putranto. H, 1995).

1. Penyimpanan Limbah

Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat digunkanan
kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh dengan
mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan ditong
dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.

1. Penanganan Limbah

Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian diikiat
bagian atasnya dan diberik label yang jelas
Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga jika dibawa mengayun
menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan
Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang sama
telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai
Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak
sebelum diangkut ketempat pembuangan.

1. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian
bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa keinsenerator.
Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama dengan dinas pekerja
umum)kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan
dan dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan
dengan menggunakan larutan klorin.

1. Pembuangan limbah

Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat
penimbunan sampah (Land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insenerasi), jika tidak mungkin
harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama
sehingga tidak sampai membusuk.
(Bambang Heruhadi, 2000).
Rumah sakit yang besar mungkin mampu memberli inserator sendiri, insinerator berukuran kecil
atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 C atau lebih tinggi dan mungkin dapat
mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu
rumah sakit dapat pula mempertoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah
rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain. Insinerator modern yang baik tentu saja
memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun
limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai lagi.
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam.
Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter


2. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi 75 cm
3. Tambahkan lapisan kapur
4. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan samapai ketinggian 0,5
meter dibawah permukaan tanah
5. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah

(Setyo Sarwanto, 2003).


Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi (nonbiodegradable), misalnya
kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun dengan kapur
ini dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam.
Limbah bukan klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan mungkin ditangani oleh DPU atau
kontraktor swasta dan dibuang ditempat tersendiri atau tempat pembuangan sampah umum.
Limbah klinik, jarum, semprit tidak boleh dibuang pada tempat pembuangan samapah umum.
Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara memadai dan mengetahui
langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami inokulasi atau kontaminasi badan.
Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung yang memadai, imunisasi terhadap
hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan
dibagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995).

Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh buangan/limbah


rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai
sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai
Sistem Manajemen Lingkungan rumah sakit yang perlu diterapkan. Dengan pendekatan
sistem tersebut, pengelolaan lingkungan itu sendiri adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kualitas dengan menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan aman
bagi masyarakat sekitar.
Keterlibatan pemerintah yang memiliki badan yang menangani dampak lingkungan,
pihak manajemen puncak rumah sakit dan lembaga kemasyarakatan merupakan kunci
keberhasilan untuk melindungi masyarakat dari dampak buangan / limbah rumah sakit
ini (Mentri Negara Lingkungan Hidup, 2004).

1. D. Kesimpulan dan Saran

Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi
masyarakat sekitarnya tetapi juga mungkin dampak negatif itu berupa cemaran akibat proses
kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah
sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari
pasien ke pasien yang lain maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh
kerna itu untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang
berada dilingkungan rumah sakit dan sekitarnya perlu kebijakan sesuai manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah
sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan.
Rumah sakit sebagai institusi yang sosial ekonominya kerena tugasnya memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang
ditimbulkan.
Cara Mendaur Ulang Sampah Laboratorium
1. Pengertian Limbah Laboratorium

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.

Menurut Recycling and Waste Management Act limbah didefinisikan sebagai benda bergerak
yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara yang sesuai,
yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi lingkungan. Limbah laboratorium
adalah limbah yang berasal dari kegiatan laboratorium.

Sumber limbah laboratorium dapat berasal diantaranya dari :

Bahan baku yang telah kadaluarsa


Bahan habis pakai (misal medium biakan/ perbenihan yang tidak terpakai)
Produk proses di laboratorium (misal sisa spesimen)
Produk upaya penanganan limbah (misal jarum suntik sekali pakai)

1. B. Macam-macam Limbah Laboratorium

Berdasarkan jenisnya, maka klasifikasi pengumpulan limbah laboratorium adalah:

Kelas Jenis
Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam

A larutan

Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik

B dalam larutan

C
Residu padatan bahan kimia laboratorium organik
Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan

D kemasan pada pH 6 -8

E Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan


larutannya
F
Senyawa beracun mudah terbakar

G
Residu air raksa dan garam anorganik raksa

H
Residu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah

I
Padatan anorganik

J
Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik

Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi:

1) Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun
yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Limbah beracun
dibagi menjadi:

Limbah mudah meledak


Limbah mudah terbakar.
Limbah reaktif
Limbah beracun
Limbah yang menyebabkan infeksi
Limbah yang bersifat korosif

2) Limbah infeksius

Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi
dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular.

3) Limbah radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radionucleida.

4) Limbah umum
Berdasarkan bentuk limbah yang dihasilkan, dibedakan menjadi:

1) Limbah padat

Limbah padat di laboratorium relatif kecil, biasanya berupa endapan atau kertas saring terpakai,
sehingga masih dapat diatasi. Limbah padat dibedakan menjadi:

v Limbah padat infeksius

v Limbah padat non infeksius

2) Limbah gas

Limbah yang berupa gas umumnya dalam jumlah kecil, sehingga relatif masih aman untuk
dibuang langsung di udara, contohnya limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator,
sterilisasi dengan etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).

3) Limbah cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP No.82 Thn
2001). Umumnya laboratorium berlokasi di sekitar kawasan hunian, sehingga akumulasi limbah
cair yang meresap ke dalam air tanah dapat membahayakan lingkungan sekitar. Limbah cair
terbagi atas:
Limbah cair infeksius
Limbah cair domestic
Limbah cair kimia

Berdasarkan atas dasar asalnya, dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

r Limbah organik

Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga,
kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami.

r Limbah anorganik

Limbah anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat
diperbaharui.

1. C. Cara Pengelolaan Limbah Laboratorium

Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap kuman
yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah tersebut.
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :

1. Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :


2. Netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau
Ca(OH)2Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI.
1. b. Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi
Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO karena
dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
1. c. Reduksi-Oksidasi

Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks)
sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.

1. d. Penukaran ion

Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap oleh
resin anion.

1. 2. Limbah infeksius

Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu

1. a. Metode Desinfeksi

Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang
dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak aktif.

1. Metode Pengenceran (Dilution)

dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi terhadap
badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan pendangkalan
terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan
banjir.

1. c. Metode Proses Biologis

dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut akan menimbulkan


dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.

1. d. Metode Ditanam (Landfill)

Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.

1. e. Metode Insinerasi (Pembakaran)


Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa
kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O. Bahan-bahan seperti
mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan tubuh, hewan, darah,
bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam bentuk abu yang beratnya 10-30%
dari berat aslinya (tergantung dari jenis limbah).
1. 3. Limbah radioaktif

Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil
mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
1. a. Bentuk : cair, padat dan gas,
2. b. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (),
3. c. Tinggi-rendahnya aktifitas
4. d. Panjang-pendeknya waktu paruh,
5. e. Sifat : dapat dibakar atau tidak.

Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :

1. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan,


peguburan dan pembuangan.
2. b. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan
Tanaga Atom Nasional (BATAN).
A. 4. Limbah umum

Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat dan
dibakar di insinerator

1. D. Langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di


laboratorium
2. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan,
setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai
untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform,
dan dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan
destilasi.
3. sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang
bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisia bahan kimia. Selain
menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
4. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini dapat
diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang
dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium.
Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan,
selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam
berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan
terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
5. Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-
bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan
organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
6. Pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan
untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
7. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air.
Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun

Вам также может понравиться