Вы находитесь на странице: 1из 33

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS PADA LANSIA

1. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

2. Etiologi
a. Diabetes Tipe I
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, Yaitu oto antibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga

3. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1) Tipe I: Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2) Tipe II: Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3) Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4) Diabetes mellitus gestasional (GDM)

4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin
tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap
berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang
sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
meningkat

5. Manifestasi Klinik
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia
terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya
bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan
yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada
tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

6. Penatalaksaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1) Diet
2) Latihan
3) Pemantauan
4) Terapi (jika diperlukan)
5) Pendidikan

7. Komplikasi
a. Komplikasi akut
1) Diabetes ketoasidosis
b. Komplikasi kronis:
1) Retinopati diabetic
2) Nefropati diabetic
3) Neuropati
4) Displidemia
5) Hipertensi
6) Kaki diabetic
7) Hipoglikemia

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia 60 tahun dan umunya adalah
DM tipe II (non insulin dependen) atau tipe DMTTI
b. Keluhan utama
DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan asimtomatik
(contohnya: kelemahan, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor, kebingunan
akut atau depresi).
c. Riwayat penyakit dahulu
Terjadi pada penderita dengan DM yang lama
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
e. Riwayat penyakit keluarga
Dalam anggota keluarga tersebut salah satu anggota keluarga ada yang menderita DM

2. Pemeriksaan Fisik
a. Sel (Perubahan sel)
Sel menjadi lebih sedikit,jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar, berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangbya cairan intrasel.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan lemak, kulit kering dan pucat dan terdapat bintik-
bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit dan menurunnya sel-sel yang
memproduksi pigmen, kuku pada jari tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada
orang berusia 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis/botak dan warna
rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya..
c. Sistem muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan otot karena
menurunnya serabut otot. Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.
d. Sistem pendengaran
Presbiakusis (menurunnya pendengaran pada lansia) membran timpani menjadi altrofi
menyebabkan austosklerosis, penumpukkan serumen sehingga mengeras karena
meningkatnya keratin
e. Sistem penglihatan
1) Karena berbentuk speris, sfingther pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan (daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat gelap).
2) Hilangnya akomodasi menurunnya lapang pandang karena berkurangnya luas
pandangan.
3) Menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala.

f. Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,menurunnya aktivitas
silia, paru kurang elastis, alveoli kurang melebar biasanya dan jumlah berkurang.
Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak
berganti kemampuan batuk berkurang.
g. Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% pertahun. Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan darah
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
h. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun,
asam lambung menurun waktu pengosongan lambung, peristaltik lemah sehingga
sering terjadi konstipasi, hati makin mengecil.
i. Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%,
laju filtrasi glumerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang sehingga
kurang mampu memekatkan urine, proteinuria bertambah, ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun karena otot yang lemah,
frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi
peningkatan retensi urin dan pembesaran prostat (75% usia diatas 60 tahun).
j. Sistem Reproduksi
Selaput lendir vagina menurun/kering, menciutnya ovarium dan uterus, atrofi
payudara testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur, dorongan seks menetap sampai usia 70 tahun asal kondisi
kesehatan baik
k. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
berkurangnya ACTH, TSH, FSH dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid sehingga laju
metabolisme tubuh (BMR) menurun. Menurunnya produk aldusteran, a. menurunnya
sekresi, hormon godad, progesteron, estrogen dan testosteron.
l. Sistem Sensori
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak menurun sekitar
10-20%)

3. Pemeriksaan Diagnostik Test


a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme protein, lemak.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan
tugor kulit menurun dan membran mukasa kering.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
d. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
e. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
f. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.

6. Intervensi Dan Rasional


a. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme protein, lemak
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat
terpenuhi.
Kriteria Hasil:
1) Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
2) Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Intervensi Rasional
Timbang berat badan sesuai indikasi. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
Tentukan program diet, pola makan Mengidentifikasikan kekurangan dan
dan bandingkan dengan makanan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
yang dapat dihabiskan klien.
Auskultrasi bising usus, catat nyeri Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan
abdomen atau perut kembung, mual, dan elektrolit menurunkan motilitas atau
muntah dan pertahankan keadaan fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik).
puasa sesuai indikasi.
Berikan makanan cair yang Pemberian makanan melalui oral lebih baik
mengandung nutrisi dan elektrolit. diberikan pada klien sadar dan fungsi
Selanjutnya memberikan makanan gastrointestinal baik.
yang lebih padat.
Identifikasi makanan yang disukai. Kerja sama dalam perencanaan makanan.
Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi
perencanaan makan. informasi pada keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi klien.
Observasi tanda hipoglikemia Pada metabolism kaborhidrat (gula darah
(perubahan tingkat kesadaran, kulit akan berkurang dan sementara tetap diberikan
lembap atau dingin, denyut nadi tetap diberikan insulin, maka terjadi
cepat, lapar, peka rangsang, cemas, hipoglikemia terjadi tanpa memperlihatkan
sakit kepala, pusing). perubahan tingkat kesadaran.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan
tugor kulit menurun dan membran mukosa kering.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi
pasien terpenuh
Kriteria Hasil:
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara
individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi Rasional
Kaji riwayat klien sehubungan Membantu memperkirakan kekurangan
dengan lamanya atau intensitas dari volume total. Adanya proses infeksi
gejala seperti muntah dan mengakibatkan demam dan keadaan
pengeluaran urine yang berlebihan. hipermetabolik yang meningkatkan
kehilangan air.
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi
perubahan tekanan darah ortostatik. dan takikardia. Perkiraan berat ringannya
hipovolemi saat tekanan darah sistolik turun
10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk
atau berdiri.
Pantau pola napas seperti adanya Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui
pernapasan Kussmaul atau pernapasan yang menghasilkan kompensasi
pernapasan yang berbau keton. alkalosis respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis. Napas bau aseton disebabkan
pemecahan asam asetoasetat dan harus
berkurang bila ketosis terkoreksi.
Pantau frekuensi dan kualitas Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan
pernapasan, penggunaan otot bantu pola dan frekuensi pernapasan normal. Akan
napas, adanya periode apnea dan tetapi peningkatan kerja pernapasan,
sianosi. pernapasan dangkal dan cepat serta sianosis
merupakan indikasi dari kelelahan
pernapasan atau kehilangan kemampuan
melalui kompensasi pada asidosis.`
Pantau suhu, warna kulit, atau Demam, menggigil, dan diaphoresis adalah
kelembapannya. hal umum terjadi pada proses infeksi, demam
dengan kulit kemerahan, kering merupakan
tanda dehidrasi.
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, Merupakan indicator tingkat dehidrasi atau
turgor kulit, dan membrane mukosa. volume sirkulasi yang adekuat.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik


(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidakterjadi komplikasi.
Kriteria Hasil:
1) Menunjukan peningkatan integritas kulit
2) Menghindari cidera kulit

Intervensi Rasional
Inspeksi kulit terhadap perubahan Menandakan aliran sirkulasi buruk yang
warna, turgor, vaskuler, perhatikan dapat menimbulkan infeksi
kemerahan.
Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan Menurunkan tekanan pada edema dan
pada tonjolan tulang menurunkan iskemia
Pertahankan alas kering dan bebas Menurunkan iritasi dermal
lipatan
Beri perawatan kulit seperti Menghilangkan kekeringan pada kulit dan
penggunaan lotion robekan pada kulit
Lakukan perawatan luka dengan Mencegah terjadinya infeksi
teknik aseptik
Anjurkan pasien untuk menjaga agar Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh
kuku tetap pendek karena garukan
Motivasi klien untuk makan makanan Makanan TKTP dapat membantu
TKTP penyembuhan jaringan kulit yang rusak

d. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.


Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1) Mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit yang
mempengaruhi toleransi aktivitas.
3) Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
4) Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan.

Intervensi Rasional
Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Pendidikan dapat memberikan motivasi
Buat jadwal perencanaan dan untuk meningkatkan tingkat aktivitas
identifikasi aktivitas yang meskipun klien sangat lemah.
menimbulkan kelelahan.
Diskusikan penyebab keletihan Dengan mengetahui penyebab keletihan,
seperti nyeri sendi, penurunan dapat menyusun jadwal aktivitas.
efisiensi tidur, peningkatan upaya
yang diperlukan untuk ADL.
Bantu mengidentivikasi pola energi Mengidentifikasi waktu puncak energi dan
dan buat rentang keletihan. Skala 0- kelelahan membantu dalam merencanakan
10 (0=tidak lelah, 10= sangat akivitas untuk memaksimalkan konserfasi
kelelahan) energi dan produktivitas.
Berikan aktivitas alternatif dengan Mencegah kelelahan yang berlebih.
periode istirahat yang cukup/ tanpa
diganggu.
Pantau nadi , frekuensi nafas, serta Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat
tekanan darah sebelum dan seudah ditoleransi secara fisiologis.
melakukan aktivitas.
Tingkatkan partisipasi klien dalam Memungkinkan kepercayaan diri/ harga diri
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai yang positif sesuai tingkat aktivitas yang
kebutuhan. dapat ditoleransi.
Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda Membantu dalam mengantisipasi terjadinya
dan gejala yang menunjukkan keletihan yang berlebihan.
peningkatan aktivitas penyakit dan
mengurangi aktivitas, seperti demam,
penurunan berat badan, keletihan
makin memburuk.

e. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.


Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Kriteria Hasil:
1) Tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesia.
2) Terjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda infeksi dan Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
peradangan sperti demam, kemerahan, biasanya telah mencetuskan keadaan
adanya pus pada luka, sputum ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
purulen, urine warna keruh atau nosokomial.
berkabut.
Tingkatkan upaya pencegahan dengan Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan
dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
Pertahankan teknik aseptik pada Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan
prosedur invasif. menjadi meddia terbaik dalam pertumbuhan
kuman.
Berikan perawatan kulit dengan Sirkulasi perifer bisa terganggu dan
teratur dan sungguh-sungguh, masase menempatkan pasien pada peningkatan
daerah tulang yang tertekan, jaga kulit risiko terjadinya kerusakan pada kulit.
tetap kering, linen kering dan tetap
kencang.
Berikan tisue dan tempat sputum pada Mengurangi penyebaran infeksi.
tempat yang mudah dijangkau untuk
penampungan sputum atau secret
yang lainnya.

f. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.


Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi injury
Kriteria hasil:
1) Dapat menunjukkan terjadinya perubahan perilaku untuk menurunkan factor risiko
dan untuk melindungi diri dari cidera.
2) Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Intervensi Rasional
Hindarkan lantai yang licin. Lantai licin dapat menyebabkan risiko jatuh
pada pasien.
Gunakan bed yang rendah. Mempermudah pasien untuk naik dan turun
dari tempat tidur.
Orientasikan klien dengan ruangan. Lansia daya ingatnya sudah menurun,
sehingga diperlukan orientasi ruangan agar
lansia bisa menyesuaikan diri terhadap
ruangan.
Bantu klien dalam melakukan Lansia sudah mengalami penurunan dalam
aktivitas sehari-hari fisik, sehingga dalam melakukan aktivitas
sehari diperlukan bantuan dari orang
lainsesuai dengan yang dapat ditoleransi
Bantu pasien dalam ambulasi atau Keterbatasan aktivitas tergantung pada
perubahan posisi kondisi lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. Jakarta : EGC, 1999
1. Identifikasi

a. pasien

Nama initial : Ny.E

Umur : 71 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama/Suku : Islam

Warga Negara : Indonesia

Alamat : bojong gambir

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn.F.T

Alamat : bojong gambir

Hubungan Keluarga : Suami

2. Data Medik
a. Diagnose medic

Saat Masuk : Diabetes Melitus


Saat Pengkajian : Diabetes Melitus
b. Kelainan bawaan/Trauma : tidak ada
c. Riwayat Alergi : tidak ada
3. Keadaan umum
a. Keadaan Sakit

Pasien tampak sakit ringan, alasannya pasien mengeluh sakit ulu hati.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : skala koma Glasgow
a) Respon motorik : 6
b) Respon bicara : 5
c) Respon membuka mata : 4
Jumlah 15 sadar penuh
2) Tekanan darah : 110/80 mmHg
Mean Arteri Pleassure : 90 mmHg
3) Suhu : 36,5 C
4) Pernafasan : 22x/menit
Irama : Teratur
Jenis : Dada
5) Nadi : 86x/menit
Irama : Teratur

Pemeriksaan head to toe

a. Kulit
Inspeksi
Hidrasi kulit : tidak ada
Edema : tidak ada
Icteric : tidak ada
Tanda radang : tidak ada
b. Kepala
Inspeksi
Bentuk kepala masosepal, warna rambut sudah beruban, keadaan umum
rambut tidak berketombe, penyebaran rambut tidak merata, tidak ada
benjolan.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa/benjolan
c. Mata
Inspeksi
Mata simetris kiri dan kanan, pasien mengatakan penglihatan agak kabur,
konjuktiva anemis, sclera tidak ikterus.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
d. Telinga
Inspeksi
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pendengaran berkurang,
tidak ada luka.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
e. Hidung
Inspeksi
Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan, tidak ada sekret.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
f. Mulut
Inspeksi
Keadaan mulut yaitu mukosa bibir kering, gigi sudah ada yang tanggal,
keadaan gusi baik, lidah tampak kotor, warna mukosa bibir tampak pucat.
g. Leher
Inspeksi
Tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat
massa/benjolan, tidak ada nyeri menelan.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
h. Dada
Inspeksi
Tidak ada kelainan, dada simetris kiri dan kanan, ekspansi paru kiri dan
kanan sama.
Palpasi
Vocal fremitus : getaran kiri dan kanan sama kuat
Perkusi
Bunyi sonor
Auskultasi
Suara nafas vesicular, suara ucapan : intensitas dan kualitas bunyi dikiri dan
kanan sama.
i. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : ictus cordis tidak nampak
Palpasi
Ictus cordis : hanya teraba pada permukaan tangan tidak lebih dari 1cm
Perkusi
Batas Atas : ICS 2 - 3
Batas Kiri : linea mid clavikularis
Batas Kanan : linea sternalis kanan
Batas Bawah : ICS 5
Auskultasi
Bunyi jantung IIa : di ics 2 linea sternalis kanan (tunggal)
Bunyi jantung IIp : di ics 2 dan 3 linea sternalis kiri (tunggal)
Bunyi jantung I T : di ics 4 linea sternalis kiri (tunggal)
Bunyi jantung I M : di ics 5 linea medioclavikularis kiri (tunggal)
Bunyi jantung II irama gallop : tidak ada
Bruit : A. aorta : tidak ada
A renalis : tidak ada
A femoralis : tidak ada
j. Abdomen
Inspeksi
Bentuk permukaan datar, tidak ada kelainan
Auskultasi
Peristaltik usus 18 x / menit
Palpasi
Perut terasa nyeri tekan dan kembung
Perkusi
Ascites negatif
k. Ekstremitas atas dan bawah
Atrofi otot : negatif
Rentang gerak : bebas
Kaku sendi : tidak ada
Uji kekuatan otot : kekuatan otot menurun
Reflek fisiologi Bisep : positif
Trisep : positif
Romber tes : (tidak dapat dikaji karena pasien bedrest total ditempat tidur )
l. Genetalia
Palpasi
Kandung kemih kosong, tidak ada kelainan, anus tidak ada kelainan.

d. Genogram

Ket :
: pria normal / pria meninggal : yang tinggal serumah

: wanita normal/wanita meninggal

: pasien
d. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium)
1) Tanggal 08/11/2017
HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
WBC : 5,7 x 10 g/l 4-10

RBC : 3.85 x 10^12 g/l 3.5-6

HGB : 10.1 g/l 11-17

HCT : 32.50 % 35-48

MCV : 84.4 FL 86-110

MCH : 28.8 Pq 26-38

MCHC : 34 g/l 31-37

PLT : 300 x 10 g/l 150-450


2) Tanggal 10/11/2017
Hasil pemeriksaan Nilai normal
Urea uv : 205 mg/dl 10-50 mg/dl
Creatinin : 4.7 mg/dl 0.1 1 mg/dl
3) Tanggal 08/11/2017
GDP : 282 mg%

4) Tanggal 10/11/2017
GDP : 113 mg%
5) Tanggal 11/11/2017
GDP : 188 mg%
6) Tanggal 12/11/2017
GDP : 147 mg%
7) Tanggal 13/11/2017
GDP : 324 mg%
Kimia elektrolit gas darah
No Elektrolit Hasil Normal Satuan
1 Natrium 124 136-145 Mmol/lt
2 Kalium 38 3.5-5.1 Mmol/lt
3 Clorida 101 97-111 Mmol/lt
e. Therapy
1) Rantin 150 mg 2x1 tablet/hari

Indikasi

a) Pengobatan jangka pendek tukak usus dua belas jari aktif, tukak
lambung aktif, dan mengurangi gejala refluks esofagitis.
b) Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus dua belas jari,
tukak lambung.
c) Pengobatan keadaan hipersekresi patologik (misalnya : sindrom
zollinger Ellison, dan mastositosis sistemik)

Kontaindikasi

Hipersensitif terhadap ranitidine

Dosis dan cara pemberiaan

Dewasa, pemberian peroral

a) Tukak usus 12jari aktif : 150 mg, 2x sehari (pagi dam malam) atau 300
mg sekali sehari sesudah makan malam atau sebelum tidur, selama 4 -
8 minggu.
b) Tukak lambung aktif : 150 mg, 2x sehari (pagi dan malam) selama 2
minggu.
c) Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12 jari dan tukak
lambung : 150 mg sebelum tidur
d) Keadaan hypersekresi patologis : 150 mg, 2x sehari dengan lama
pengobatan ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala klinik yang ada.
Dosis dapat di tingkatkan sesuai kebutuhan masing-masing penderita.
Dosis hingga 6 g sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat.
e) Refluks gastroesofagitis : 150 mg, 2x sehari
f) Esofagitis erosive : 150, 4x sehari
g) Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosive : 150 mg, 2x sehari
Dosis dan gangguan fungsi ginjal
Bila bersihan kreatinin < 50 ml/menit : 150 mg tiap 24 jam (bila perlu,tiap 12
jam). Karena ranitidine ikut terdialisis, maka waktu pemberian harus di
sesuaikan sehingga bertepatan dengan akhir hemodialisis.
Peringatan dan perhatian
a) Keganasan lambung : memberikan perbaikan simptomatik sehingga
memperlambat diagnosis penyakit ini.
b) Gangguan fungsi ginjal : perlu penyesuaian dosis (dieliminasi terutama
melalui ginjal)
c) Gangguan fungsi hati : gunakan dengan hati-hati (dimetabolisme dalam
hati)
d) Wanita hamil dan ibu menyusui : gunakan hanya bila sungguh di
perlukan.
e) Anak-anak : efektifitas dan keamanan penggunaan pada anak-anak
belum terbukti.

Efek samping

a) Sakit kepala.
b) Susunan saraf pusat,jarang terjadi : malaise, pusing, somnolence,
insomnia, vertigo, agitasi
c) Kardiovaskuler jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia.
d) Endokrin : ginekosmatia,impoten, dan hilangnya libido pernah di
laporkan pada penderita pria.
2) Metrix 1 mg 1x1 tablet/hari
Indikasi
Di indikasikan untuk diabetes mellitus tidak tergantung insulin (tipe II), yang
kadar gula darahnya tidak terkonttrol secara adekuat hanya dengan diet yang
cukup, olahraga dan penurunan berat badan.
Kontraindikasi
a) Hipersensitif terhadap obat tersebut, obat-obat golongan sulfonamida
yang lain atau bahan-bahan tambahan lain (yang menimbulkan resiko
reaksi hipersenstif)
b) Dengan ketoasidosis diabetes, dengan atau tanpa koma.keadaan seperti
ini harus diatasi dengan insulin.
c) Wanita hamil atau menyusui sabab glimepiride dapat membahayakan
bayi. Sebaiknya diganti dengan insulin.
Dosis dan cara pemberian
a) Dosis awal dan dosis titrasi. Biasanya adalah 1 mg sekali sehari. Bila
perlu, dosis harian dapat ditingkatkan. Setiap peningkatan dosis harus
berdasarkan pada monitor kadar gula darah yang teratur. Dan
sebaiknya secara bertahap, misalnya pada interval 1-2 minggu dan
dilanjutkan secara bertahap, yaitu dari 1 mg, 2 mg, 3 mg, 4 mg, 5 mg, 6
mg kecuali pada dosis 8 mg.
b) Penyesuaian dosis sekunder : seiring perbaikan control diabetes,
sensitivitas insulin akan meningkat sehingga kebutuhan glimepiride
akan menurun. Untuk mencegah hipoglikemi, perlu dipertimbangkan
penurunan dosis secara teratur atau penghentian terapi.
Peringatan dan perhatian
a) Pada minggu-minggu awal pengobatan, resiko hipoglikemia dapat
meningkat dan dibutuhkan pengaawasan yang ketat. Faktor yang
mendukung terjadinya hipoglikemia antara lain
Pasien kurang kooperatif (terutama pasien usia lanjut).
Kurang gizi, jadwal makan yang tak teratur atau selama puasa.
Ketidakseimbangan aktivitas fisik dan asupan karbohidrat.
Pengaruh diet.
b) Dokter harus mengetahui tentang faktor-faktor tersebut dan tentang
episode hipoglikemia, karena hal ini membutuhkan pengawasan ketat.
c) Penggunaan pada anak-anak : keamanan dan efektivitas pada anak-anak
belum diketahui.
Efek samping
a) Pernah dilaporkan terjadinya muntah, nyeri pada saluran pencernaan
dan diare. Pada kasus-kasus tertentu,dapat terjadi peningkatan kadar
enzim hati.
b) Leukopenia,agranulositosis, trombositopenia, anemia hemolitik, anemia
aplastik dan pansitopenia.
3) Forneuro 1x1 kapsul/ hari
1ndikasi
Untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B1, B6, B12,
vitamin E dan kekurangan darah.
Kontraindikasi
Penderita yang hypersensitive terhadap komponen obat ini.
Peringatan dan perhatian
Hati-hati diberikan pada penderita Parkinson yang mendapatkan terapi
levodopa, karena vitamin B6 menonaktifkan levodopa
Efek samping
Penggunaan vitamin B6 dalam dosis besar dan jangka panjang dapat
menyebabkan sindrom neuropati.
Dosis dan cara pemberian
Dewasa : 1 kapsul lunak perhari atau sesuai petunjuk dokter.
Keamanan pemberian pada anak-anak belum diketahui.
4) Pharmaton 1x1 kapsul / hari
Indikasi
Untuk membantu menjaga stamina dan kesehatan tubuh setelah operasi
atau pada masa pemulihan.
Dosis dan cara pemakaian
Dewasa : 1 kapsul lunak diminum pada waktu makan, lebih di anjurkan
pada waktu makan pagi.
Anak-anak : tidak di anjurkan untuk digunakan pada anak-anak dibawah
usia 12 tahun.
Kontraindikasi
Pharmaton dikontraindikasikan pada gangguan metabolisme kalsium, pada
hipervitaminosis A dan D, gangguan ginjal, selama terapi dengan retinoid
atau vitamin D, dan pada kondisi dimana diketahui hipersensitif terhadap
komposisi pharmaton formula.
Perhatian dan peringatan
Pada dosis yang dianjurkan, tidak ada perhatian atau peringatan khusus.
Efek samping
Dapat terjadi pada kasus sakit kepala, pusing, reaksi gastrointestinal dan
reaksi hipersensitivitas.
4. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharan kesehatan
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit masih bisa beraktivitas dengan baik.
2) Riwayat penyakit saat ini
a) Keluhan utama
Pasien mengatakan 1 minggu nyeri uluhati, badan terasa lemah,
selera makan menurun dan mual-mual dan muntah 2x.
b) Riwayat keluhan utama
Riwayat terjadinya keluhan utama yaitu pasien mengatakan pada
tanggal 2 Maret 2010 jatuh di wc. Sejak itu badan pasien menjadi
lemah dan sakit, selera makan menurun dan nyeri uluhati. Semua
aktivitas dilayani diatas tempat tidur oleh keluarga. Setelah beberapa
hari kemudian keadaan pasien lebih memburuk, pada tanggal 8 Maret
2010 pukul 08.00 pasien muntah cairan 2 kali dan tidak mau makan
dan nyeri ulu hati. Kemudian keluarga memberikan obat promag 1
tablet kepada pasien. Setelah minum obat, pasien istirahat. Pada pukul
17.00 pasien mengeluh pada suami dan anaknya bahwa badannya
terasa lemah sekali, dan masih nyeri ulu hati. Akhirnya pasien
langsung dibawah ke Rumah Sakit Gunung Maria pukul 17.30. tiba di
RS Gunung Maria pukul 18.00. pada tanggal 09 maret 2010 pukul
13.00 melakukan pengkajian, yaitu mengkaji tingkat nyeri uluhati
dengan lokasi : ulu hati, sifat : hilang timbul, durasi : 5 menit nyeri
timbul hilang, karakteristik : seperti ditusuk tusuk , skala : 5 - 6,
intensitas : nyeri sedang.
c) Riwayat penyakit yang pernah di alami
Pasien mengatakan bulan januari 2010 masuk RS yaitu dengan
penyakit Diabetes Melitus. Penyakit ini dialami sudah 20 tahun.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan kelurganya tidak ada yang menderita penyakit
Diabetes Melitus tetapi hanya hipertensi yaitu ibunya.
b. Pola nutrisi dan metabolik
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 3x sehari jenis nasi, ikan, sayur, buah pisang
dan pepaya.Diet 1700 kalori / hari. Disamping itu pasien minum susu
Diabetasol rasa coklat dan dipakai gula tropicanaslim, diminum 3 x 1
gelas/hari. Minum air putih 6 - 7 gelas/hari. Pasien mengatakan sering
banyak minum karena haus.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan makan 3x sehari jenis bubur, ikan, sayur.Diet 1700
kalori / hari. Pasien mengatakan dari tanggal 2 maret 2010 porsi makan
tidak dihabiskan, sampai pada saat pengkajian pasien hanya mampu
menghabiskan 5 6 sendok makan bubur, porsi makan tidak dihabiskan,
mual di tiap kali makan, selera makan menurun. Pasien mengatakan
minum susu diabetasol 1x1 gelas/hari hanya pada pagi hari. Minum air
putih 5 6 gelas/hari.
c. Pola eliminasi
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan BAK 7 8 x/hari, warna kuning dan bau khas. BAK
lancer dan pada malam hari sering berkemih. Pasien mengatakan BAB
lancar 1x/hari setiap pagi tidak ada keluhan saat BAB, warna coklat,
konsistensi lembek, bau khas.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan BAK 5 6 x/hari, warna kuning dan bau khas, tidak
ada gangguan saat BAK. Pasien mengatakan BAB 1 x / hari tidak ada
keluhan saat BAB, warna coklat, konsistensi lembek, bau khas. Pasien
BAK di pampers, BAB memakai pot.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan aktivitas yang berat sudah tidak dilaksanakan, hanya
aktivitas ringan yaitu makan, minum, dan mandi sendiri. Pasien
mengatakan dia berjalan memakai tongkat karena penglihatan sudah
kabur.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan badan terasa lemas, cepat lelah bila bergerak sedikit.
Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
sehingga kebutuhannya dibantu oleh perawat dan keluarga dan pasien
tidak mapu bangun dari tempat tidur karena badannya terasa lemah. Saat
pengkajian keadan umum pasien lemah, kebutuhan dilayani diatas tempat
tidur, pasien bedrest.
3) Observasi
Makan : 2
Mandi : 2
Pakaian : 2
Kerapian : 2
Buang air besar : 2
Buang air kecil : 2
Mobilisasi ditempat tidur : 2
Ket : 0 = mandiri
1 = bantuan dengan alat
2 = bantuan orang
3 = bantuan alat dan orang
4 = bantuan penuh
Kesimpulan : pemeliharaan diri pasien masih dibantu oleh perawat dan
keluarga.
e. Pola tidur dan istirahat
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan tidur malam pukul 20.00 bangun pagi pukul 05.00
sedangkan istirahat siang pukul 13.00 bangun pukul 15.00
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan tidur malam pukul 21.00 bangun pagi pukul 05.00
sedangkan istirahat siang pukul 13.00 bangun pukul 15.00, tidak ada
gangguan istirahat dan tidur.
3) Observasi
Ekspresi wajah mengantuk : negatif
Banyak menguap : negatif
Palpebra warna gelap : negatif
f. Pola persepsi kognitif
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan ada masalah dengan penglihatan yaitu sudah kabur
sehingga dalam mempelajari sesuatu mengalami kesulitan. Berjalan
mengalami kesulitan. Begitu juga dengan indra pendengaran sudah
mengalami penurunan. Indra penciuman dan pengecapan tidak ada
masalah.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan tidak bisa berjalan karena badan lemas dan tidak bisa
bangun dari tempat tidur. Saat pengkajian pasien mengatakan uluhatinya
masih nyeri dan mual-mual.
3) Observasi
Pasien bedrest total di tempat tidur, ekspresi wajah meringis, keadaan
umum lemah.
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan ia sangat diperhatikan oleh anak dan suaminya. Pasien
mengatakan sangat dekat dengan anak-anak dan suaminya.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien sangat optimis ingin cepat sembuh dan keluar dari Rumah Sakit
dan ingin berkumpul kembali bersama keluarganya.
3) Observasi
Kontak mata : pasien dapat mempertahankan kontak mata saat
berkomunikasi dengan perawat
Rentang perhatian : penuh
Suara dan cara bicara : jelas dan lembut
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan tinggal bersama anak pertamanya dan suaminya.
Hubungan dengan keluarga baik, dengan tetangganya juga baik.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh. Keluarganya terutama suaminya
selalu mendampingi pasien. Serta banyak keluarga yang menjenguknya di
Rumah Sakit.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan sudah tidak mengalami menstruasi karena sudah
menopause.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan reproduksi dan seksualitas.
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
1) Keadaan sebelum sakit
Keluarga mengatakan pasien jarang marah dirumah, dan jika marah tidak
berlarut-larut.
2) Keadaan sejak sakit
Keluarga mengatakan pasien sering marah karena merasa jenuh di Rumah
Sakit.
k. Pola nilai kepercayaan
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan menganut agama protestan, dan taat beribadah
walaupun hanya ibadah dirumah.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan berdoa ditempat tidur. Dan jika ada pengunjung yang
akan beribadah, pasien juga ikut beribadah.
B. KLASIFIKASI DATA
Data subjektif
Pasien mengatakan 1 minggu nyeri ulu hati
Pasien mengatakan badan terasa lemah
Pasien mengatakan selera makan menurun
Pasien mengatakan mual dan muntah 2x
Pasien mengatakan dari tanggal 2 maret 2010 porsi makan tidak dihabiskan
Pasien mengatakan cepat lelah bila bergerak sedikit
Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Lokasi khusus nyeri : lokasi : uluhati
Sifat : hilang timbul
Durasi : 5 menit
Karakteristik : seperti ditusuk-tusuk
Skala : 5-6
Intensitas : nyeri sedang

Data objektif

Keadaan umum lemah


Ekspresi wajah meringis
Kesadaran compos mentis
TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 86x/menit
R : 22x/menit
SB : 36.5 C
Konjungtiva anemis
Mukosa bibir kering
Lidah tampak kotor
Warna mukosa bibir tampak pucat
Perut terasa nyeri tekan dan kembung
Uji kekuatan otot menurun
Romber test tidak dikaji karena pasien bedrest
Pasien hanya mampu mnghabiskan bubur 5-6 sendok makan
Porsi makan tidak dihabiskan
Pasien tidak mampu bangun dari tempat tidur karena badannya terasa lemah
Kebutuhannya dilayani diatas tempat tidur
Pasien bedrest total
Hasil lab 8/3/2010 : HGB : 10,1 g/l
Hasil GDS : 282 mg% tanggal 8 maret 2010
Observasi aktivitas pasien saat sakit

Makan : 2
Mandi : 2
Pakaian : 2
Kerapian : 2
Buang air besar : 2
Buang air kecil : 2
Mobilisasi ditempat tidur : 0
Merasa mual tiap kali makan

C. ANALISA DATA
Data penyebab masalah
1. Ds : Nyeri

- pasien mengatakan 1 minggu


nyeri ulu hati

- lokasi khusus nyeri

Lokasi : ulu hati


Sifat : hilang timbul
Durasi : 5 menit
Karakteristik : seperti ditusuk-
tusuk
Skala : 5-6
Hilangnya selera
Intensitas : nyeri sedang
makan, mual,

Do : muntah.

a. Keadaan umum lemah


b. Ekspresi wajah meringis
c. Kesadaran : compos mentis
d. TTV : TD : 110/80 mmHg, N :
86x/menit, R : 22x/menit, SB :
36,5 C
e. Perut terasa nyeri tekan dan
lambung.

2. Ds :
Perubahan nutrisi

- Pasien mengatakan selera makan kurang dari

menurun kebutuhan tubuh

- pasien mengatakan mual dan


muntah 2x
- pasien mengatakan dari tanggal 2
maret 2010 porsi makan tidak di
habiskan
Do :
a. Mukosa bibir kering
b. Lidah tampak kotor
c. Warna mukosa bibir pucat
d. Pasien hanya mampu
menghabiskan bubur 5 - 6
sendok makan
e. Porsi makan tidak dihabiskan
f. Merasa mual tipa kali makan

3. Ds :

- pasien mengatakan badan terasa Defisit perawatan diri


lemah
Kelemahan tubuh

- pasien mengatakan cepat lelah


bila bergerak sedikit

- pasien mengatakan tidak mampu


melakukan aktivitasnya secara
mandiri

Do :

a. Keadaan umum lemah


b. Ekspresi wajah meringis
c. Kesadaran : compos mentis
d. Konjungtiva anemis
e. Uji kekuatan otot menurun
f. Romberg test tidak dikaji karena
pasien bedrest total
g. Pasien tidak mampu bangun dari
tempat tidur karena badannya
terasa lemah
h. Kebutuhannya dilayani diatas
tempat tidur
i. Pasien bedrest total di atas tempat
tidur
j. Hasil lab 8/3/2010 : HGB 10,1 g/l
k. Hasil GDS 8/3/2010 : 282 mg%
l. Observasi aktivitas pasien saat
sakit
Makan : 2
Mandi : 2
Pakaian : 2
Kerapihan : 2
BAB : 2
BAK : 2
Mobilisasi di atas tempat tidur : 0

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan asam lambung
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan hilangnya selera makan, mual, dan muntah.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan tubuh

Вам также может понравиться