Вы находитесь на странице: 1из 19

1

AUDIT ISSUES DALAM SYSTEM GANDA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BLUD/BLU

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Laporan keuangan disusun untuk tujuan

memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna, namun laporan keuangan tidak

menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan

keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian

masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Setiap Badan

Layanan Umum (BLU) atau Badan Layanan Daerah (BLUD) diwajibkan menerbitkan laporan

keuangan sebagai pertanggungjawaban aktivitasnya. Laporan keuangan merupakan hasil akhir

dari proses akuntansi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak.

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan

keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat 4 (empat) karakteristik kualitatif pokok, yaitu

dapat dipahami, relevan, handal, dan dapat diperbandingkan. Oleh karena itu, pemeriksaan

laporan keuangan perlu dilakukan, sehingga pemakai laporan keuangan merasa lebih yakin

akan kualitas laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Untuk meningkatkan

kepercayaan para pemakai laporan keuangan BLU/BLUD serta untuk mewujudkan dan

mengaplikasikan prinsip transparansi dan akuntabilitas, maka laporan keuangan BLU/BLUD

perlu diaudit oleh auditor eksternal yang independen.

Kewajiban pemeriksaan atas laporan keuangan BLU/BLUD oleh auditor eksternal yang

independen telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 Tentang

Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.


2

Sesuai dengan Pasal 150 PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,

diterbitkanlah Permendagri No.61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). BLUD menyelenggarakan akuntansi dan

laporan keuangan sesuai dengan SAK yang diterbitkan oleh Asosiasi Profesi Akuntansi

Indonesia, namun setiap semesteran dan tahunan BLUD-SKPD dan BLUD-Unit Kerja wajib

menyusun dan menyampaikan laporan keuangan lengkap disertai laporan kinerja kepada

PPKD untuk dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan SKPD dan pemerintah daerah,

dimana penyusunan Laporan Keuangan untuk kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Sama halnya dengan BLUD, dalam pengelolaan Badan Layanan Umum juga diatur dalam

PMK No.76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan

Layanan Umum. Untuk penyusunannya pun diatur menggunakan SAK sesuai spesifik

industrinya dan.dalam rangka pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan Laporan

Keuangan kementerian negara/lembaga, BLU mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan

yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP dan untuk pelaporan keuangan yang

menggunakan SAK diaudit oleh auditor eksternal.

Hal ini mengakibatkan timbulnya isu-isu dalam praktik penyusunan Laporan Keuangan

BLUD/BLU serta proses integrasi/konsolidasi ke dalam laporan keuangan SKPD dan

pemerintah daerah untuk BLUD dan integrasi dengan Laporan Keuangan kementerian

negara/lembaga untuk BLU serta aspek auditnya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diambil

judul Audit Issues Dalam System Ganda Penyusunan Laporan Keuangan BLUD/BLU.
3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Apa dampak penggunaan dua standar akuntansi yang berbeda terhadap penyajian laporan

keuangan BLUD/BLU?

2. Bagaimana dampak double system penyusunan laporan keuangan BLUD/BLU terhadap

karakteristik kualitatif laporan keuangan?

3. Apa isu audit yang timbul akibat double system penyusunan Laporan Keuangan

BLUD/BLU?

4. Bagaimana dampak opini audit yang diberikan oleh KAP dengan BPK RI jika opini

tersebut saling bertentangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui dampak penggunaan dua standar akuntansi yang berbeda terhadap penyajian

laporan keuangan BLUD/BLU.

2. Mengetahui isu audit yang timbul akibat double system penyusunan Laporan Keuangan

BLUD/BLU.

3. Mengetahui dampak opini audit yang diberikan oleh KAP dengan BPK RI jika opini

tersebut saling bertentangan.

4. Mengetahui dampak double system penyusunan laporan keuangan BLUD/BLU terhadap

informasi kualitatif yang diinformasikan pada suatu laporan keuangan.


4

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, antara

lain:

1. Kontribusi Praktis

a. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang dilakukan untuk

audit issues dalam system ganda penyusunan laporan keuangan BLUD/BLU.

2. Kontribusi Teoritis

a. Bagi Dunia Akademis

Dapat memberikan suatu informasi baru dalam bidang ilmu auditing, khususnya kajian

tentang Audit Issues Dalam System Ganda Penyusunan Laporan Keuangan BLUD atau

BLU.

b. Bagi Peneliti Berikutnya

Dapat dijadikan sumber informasi dan referensi untuk melakukan penelitian dengan

topik-topik yang berkaitan dengan penelitian ini, baik yang bersifat melengkapi maupun

melanjutkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses pencatatan, pengelompokkan

dan perhitungan dari serangkaian peristiwa atau transaksi yang terjadi selama satu periode

akuntansi.

Menurut Baridwan (2004:17), Defenisi Laporan Keuangan adalah merupakan

ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

keuangan yang terjadi selam tahun buku yang bersangkutan.


5

Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut IAI dalam PSAK (2015) disebutkan

bahwa Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Dari dua pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Laporan keuangan berisi

informasi yang sangat diperlukan bagi mereka yang mempunyai kepentingan terhadap

perkembangan suatu perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan guna

dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Laporan keuangan yang disusun haruslah memenuhi beberapa syarat yaitu: relevan,

dapat dimengerti, dapat diuji, dapat dibandingkan, dapat dipercaya, lengkap, penyampaiannya

tepat waktu, akurat, dan obyektif.

2.1.2 Standar Akuntansi


Menurut Permendagri No.61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). BLUD menyelenggarakan akuntansi dan

laporan keuangan sesuai dengan SAK yang diterbitkan oleh Asosiasi Profesi Akuntansi

Indonesia, namun setiap semesteran dan tahunan BLUD-SKPD dan BLUD-Unit Kerja wajib

menyusun dan menyampaikan laporan keuangan lengkap disertai laporan kinerja kepada

PPKD untuk dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan SKPD dan pemerintah daerah,

dimana penyusunan Laporan Keuangan untuk kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Dalam pengelolaan Badan Layanan Umum juga diatur dalam PMK No.76/PMK.05/2008

tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum. Untuk

penyusunannya pun diatur menggunakan SAK sesuai spesifik industrinya dan.dalam rangka

pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan kementerian

negara/lembaga, BLU mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang menghasilkan

Laporan Keuangan sesuai dengan SAP dan untuk pelaporan keuangan yang menggunakan

SAK diaudit oleh auditor eksternal.


6

Standar Akuntansi Pemerintahan

Menurut PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan bahwa

komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan

pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen

menjadi sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran;

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;

3. Neraca;

4. Laporan Operasional;

5. Laporan Arus Kas;

6. Laporan Perubahan Ekuitas;

7. Catatan atas Laporan Keuangan.

Standar Akuntansi Keuangan

Dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang

diterbitkan asosiasi Institut Akuntan Indonesia (IAI) mengacu kepada Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) 45 tentang Entitas Nirlaba.

Menurut IAI, 2015 (PSAK 45, paragraf 9) menyatakan bahwa laporan keuangan entitas

nirlaba meliputi :

1. Laporan Posisi Keuangan, menyajikan total aset, liabilitas, dan aset neto.

2. Laporan Aktivitas, menyajikan jumlah perubahan aset neto terikat permanen, terikat

temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.

3. Laporan Arus Kas, menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas

dalam suatu periode.

4. Catatan Atas Laporan Keuangan


7

2.1.3 Pemeriksaan (Auditing)

Mulyadi (2002) mendefinisikan pemeriksaan (auditing) sebagai suatu proses sistematik

untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan- pernyataan

tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian

antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah di tetapkan, serta

penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Agoes (2004)

mendefinisikan pemeriksaan (auditing) sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis

dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan keuangan yang disusun oleh

manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan

untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Arens (2003) mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan pengawasan

bahan bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang

dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan

kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah di tetapkan. Boynton

(2001) mendefinisikan pemeriksaan (auditing) sebagai suatu proses sistematis untuk

memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan

peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan Agoes (2004:10) terdapat beberapa jenis audit, antara lain:

1. Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:

a. Pemeriksaan Umum (General Audit), merupakan suatu pemeriksaan umum atas

laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP Independen dengan tujuan untuk bisa

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.


8

b. Pemeriksaan Khusus (Special Audit), merupakan suatu pemeriksaan terbatas (sesuai

dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP Independen, dan pada akhir

pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan

keuangan.

2. Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:

a. Management Audit (Operational Audit), merupakan suatu pemeriksaan terhadap

kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan

operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah

kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

b. Pemeriksaan Ketaatan (Complience Audit), merupakan pemeriksaan yang dilakukan

untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati peraturan-peraturan dan

kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan

maupun pihak ekstern.

c. Pemeriksaan Intern (Internal Audit), merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh

bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan

akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah

ditentukan.

d. Computer Audit, merupakan pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang

memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic Data

Processing) system.

Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai

pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan

publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik

Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Standar-standar yang tercakup dalam SPAP

adalah:
9

1. Standar Auditing

2. Standar Atestasi

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review

4. Standar Jasa Konsultansi

5. Standar Pengendalian Mutu

Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk

mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk melakukan

pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. (BPK 01, 2017:1).

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) hanya mengatur mengenai hal-hal

yang belum diatur oleh Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang merupakan standar

audit bagi perusahaan. Aturan-aturan tambahan diperlukan mengingat karekteristik organisasi

pemerintahan yang berbeda dengan organisasi lainnya. Namun, dalam banyak hal, SPKN tetap

mengacu pada SPAP sebagai acuan dan panduan bagi auditor dalam melaksanakan

pemeriksanaan/audit. (Deddi, 2010:35)

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) berlaku untuk semua pemeriksaan

yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan, serta fungsi yang berkaitan dengan

pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. (BPK 01, 2017:5).

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) berlaku bagi Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) serta Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas

pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK). (BPK 01, 2017:6).

Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan, dapat digambarkan dalam flowchart

Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan.


10

Apakah Laporan keuangan sesuai


dengan Prinsip Akuntansi?

Penerapan Prinsip Akuntansi


Konsisten?
4 SPAP
Pengungkapan (Disclosure) dalam
Laporan Keuangan

Opini

Pemeriksaan sesuai SPKN (Standar


Umum, Pelaksanaan, dan
Pelaporan)
Standar Pelaporan
Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Perundang-
Keuangan Undangan

Kepatuhan terhadap Sistem


Pengendalian Intern
(Kelemahan SPI : Kondisi yang
dapat dilaporkan)

+ 6 STANDAR Pelaporan atas Tanggapan dari


Pimpinan Entitas yang
Bertanggung Jawab

Pelaporan Informasi Rahasia (Sifat


Informasi yang tidak boleh
dilaporkan menurut Undang-
Undang)

Penerbitan dan Distribusi Laporan


(DPR/DPRD, Entitas yang
Diperiksa)

Gambar 1
Flowchart Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan

2.1.4 Pemeriksa

2.1.4.1 Kantor Akuntan Publik (KAP)

Akuntan adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (PMK 17, 2008:1).


11

Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan

untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. (PMK 17,

2008:1).

Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP, adalah badan usaha yang telah

mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan

jasanya. (PMK 17, 2008:1).

KAP terdaftar di BPK adalah KAP yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan

BPK dan termasuk di dalam daftar KAP Terdaftar di BPK, sehingga KAP tersebut dapat

melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. (BPK 10, 2008:1).

2.1.4.2 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Pemeriksaaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan

secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai

kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara. (UU 15, 2004:1).

Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. (UU 15, 2004:1).

Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disebut BPK, adalah Badan Pemeriksa

Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. (UU 15, 2004:1).

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab

VIIIA tentang Badan Pemeriksa Keuangan, pasal 23E menyatakan:

Ayat (1) : Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara

diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.


12

Ayat (2) : Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

sesuai dengan kewenangannya.

Ayat (3) : Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau

badan sesuai dengan undang-undang.

2.1.5 Opini

Menurut IAPI (SA 700), terdapat 5 jenis pendapat auditor, yaitu:

a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan

secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas

entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan

auditor bentuk baku (unqualified opinion with explanatory language)

Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan

(atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi

pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.

c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan

secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas

entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali

untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.


13

d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar

posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia.

e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer) atau (no opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakah bahwa auditor tidak menyatakan

pendapat atas laporan keuangan.

Jenis-jenis opini di atas, dapat digambarkan dalam flowchart opini.

Start
A B
Pemeriksaan
Berdasarkan atas auditor lain.
Tidak Material Ya Tidak Ya Ya Auditor setuju LK disajikan
Terhada Pembatasan SPI Sesuai menyimpang prinsip akuntansi.
A p
Seluruh
Inkonsistensi prinsip akuntansi.
Informasi lain tidak konsisten
dengan informasi dalam LK.
Tidak Tidak Penekanan masalah (kepatuhan)

Ya Ada Material Material


Prosed Terhada Terhada
p p
ur Seluruh Seluruh

Tidak
Tidak Ya Ya Tidak Ya

Disclaimer Qualified Adverse Unqualified Unqualified


B Opinion With
Opinion Opinion Opinion Opinion
Modife
Wording

Sumber: Suhartini dan Dodik Ariyanto, 2009

Gambar 2
Flowchart Opini

Salah satu kriteria pemberian opini adalah evaluasi atas efektivitas SPI. SPI pada

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dirancang dengan berpedoman pada Peraturan
14

Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). SPI

dinyatakan memadai apabila unsur-unsur dalam SPI menyajikan suatu pengendalian yang

saling terkait dan dapat meyakinkan pengguna bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji

material.

Lingkungan pengendalian yang diciptakan seharusnya menimbulkan perilaku positif

dan kondusif untuk menerapkan SPI. SPI didesain untuk dapat mengenali apakah SPI telah

memadai dan mampu mendeteksi adanya kelemahan. Kelemahan tersebut mengakibatkan

permasalahan dalam aktivitas pengendalian yang menimbulkan kasus-kasus kelemahan SPI

sebagai berikut:

a. Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, yaitu kelemahan sistem

pengendalian yang terkait kegiatan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan.

b. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, yaitu

kelemahan pengendalian yang terkait dengan pemungutan dan penyetoran penerimaan

negara/daerah serta pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa.

c. Kelemahan struktur pengendalian intern, yaitu kelemahan yang terkait dengan ada/tidak

adanya struktur pengendalian intern atau efektivitas struktur pengendalian intern yang ada

dalam entitas yang diperiksa.

2.2 Rerangka Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoretis yang diperoleh dari kajian teori yang dijadikan

rujukan penelitian, maka dapat disusun rerangka pemikiran sebagai berikut:


15
- PP No. 23 Tahun 2005 dirubah menjadi PP No. 74
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Keuangan BLU.
- Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD

Pasal (26) : BLU menyelenggarakan


Pasal (27) : Konsolidasi laporan keuangan
akuntansi dan pelaporan keuangan sesuai
BLU dengan Pemda menggunakan SAP
dengan SAK

Pemeriksaan oleh Kantor Akuntan Publik Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa


(KAP) Keuangan (BPK)

Isu-isu dalam praktik penyusunan Laporan


Keuangan BLUD/BLU serta aspek auditnya

Gambar 1
Rerangka Penelitian

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif (qualitative method) dengan jenis

pendekatan eksploratif. Menurut Gunawan (2016:80) penelitian dengan metode kualitatif

menekankan analisis proses dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan

dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu suatu pendekatan

yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, fenomena, perilaku, peristiwa-

peristiwa, pengetahuan dan objek studi yang dapat diamati oleh peneliti. Penelitian ini

menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif merupakan suatu jenis penyajian

data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan memberikan gambaran sesuai dengan

kenyataan ataupun fakta-fakta yang ada pada saat diadakan penelitian.


16

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini difokuskan pada KAP Chatim, Atjeng, Sugeng & Rekan.

Pemilihan tempat penelitian ini karena KAP tersebut telah terdaftar pada Badan Pemeriksa

Keuangan dan memiliki pengalaman audit Badan Layanan Umum (BLU) atau Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) khususnya pada Rumah Sakit.

Waktu penelitian yang direncanakan sekitar satu bulan. Dimana waktu tersebut

digunakan untuk memperoleh data berupa Laporan Auditor Independen Rumah Sakit dan

melakukan wawancara kepada narasumber terkait Audit Issues dalam Double System

Penyusunan Laporan Keuangan BLU/BLUD.

3.3 Obyek dan Subyek Penelitian

Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka obyek penelitian difokuskan pada KAP

Chatim, Atjeng, Sugeng & Rekan yang bertujuan untuk mengetahui Audit Issues dalam Double

System Penyusunan Laporan Keuangan BLU/BLUD.

Subyek penelitian ini adalah auditor dan partner di KAP Chatim, Atjeng, Sugeng &

Rekan. Cara memperoleh subyek penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling,

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Auditor yang pernah mengaudit BLU atau BLUD dengan masa kerja lebih dari 3 tahun.

2. Partner yang menandatangani laporan auditor independen BLU atau BLUD.

3.4 Teknik Penggalian Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan Primer. Data

sekunder menurut Indriantoro (2002:147) merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
17

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam

arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara, merupakan penggunaan teknik pengumpulan data dalam metode survey

dengan menggunakan teknik tanya jawab secara lisan dan bertatap muka secara langsung

dengan subjek penelitian.

b. Dokumentasi, merupakan penggunaan teknik pengumpulan data dengan cara memeriksa

atau melihat langsung dokumen, catatan tertulis, arsip-arsip, dan buku-buku yang berkaitan

dengan masalah yang akan di teliti, seperti mengumpulkan data-data objek penelitian dari

tempat objek penelitian berupa gambaran umum objek penelitian, profil perusahaan,

meliputi gambaran umum perusahaan, sejarah singkat perusahaan, lokasi dan bentuk

perusahaan,struktur organisasi serta visi dan misi perusahaan, laporan auditor independen,

input, output, dan outcome.

3.5 Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data yang diperoleh

sehingga dapat memberikan keterangan yang lengkap dan benar agar pihak lain lebih mudah

memperoleh gambaran mengenai sifat (karakteristik) obyek dari data tersebut.

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini dalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian yaitu Laporan Auditor

Independen (LAI) dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK.

2. Mendeskripsikan data penelitian yang terkait dengan materi kajian penelitian.

3. Analisis dan pembahasan Audit Issues dalam Double System Penyusunan Laporan

Keuangan BLU/BLUD.dan berlandaskan teori yang relevan.


18

4. Memberikan simpulan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan.

3.6 Pengujian Kualitas Data

Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian ini meliputi: uji kredibilitas yang

dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian dan

triangulasi; uji Transferability (validitas eksternal); dan uji dependability (reliabilitas).

Credibility adalah pengujian menggunakan hubungan kausalitas di mana sebuah kondisi akan

menyebabkan terjadinya kondisi yang lain. Transferability berkaitan dengan apakah temuan

penelitian dapat digeneralisir. Generalisasi dalam Case study berupa analytical generalization,

bukan statistical generalization. Dependability menunjukkan bahwa prosedur pengumpulan

data misalnya dapat diulang dengan hasil yang sama. Tujuannya dari tes realibilitas ini adalah

untuk meminimalkan kesalahan dan bias yang terjadi dalam penelitian. Confirmability dengan

menggunakan multi sumber bukti (triangulasi), dengan membentuk rantai bukti (chain of

evidence) dan dengan membuat draf laporan case study.


19

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Jilid I.
Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Arens, Alvin A, Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi.
Jakarta : PT Indeks.

Baridwan, Z. 2004. Intermediate Accounting, Edisi 8. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM.

Boynton, W.C., R.N. Johnson, dan W. G. Kell. 2001. Modern Auditing. 7th Edition. New
York : John Wiley and Sons, Inc.

Gunawan, I. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2015. Standar Auditing. Salemba Empat. Jakarta

Mulyadi. 2002. Pengertian Pemeriksaan Menurut Para Ahli. http://id.shvoong.com/business-


management/accounting/2175754-pengertian-pemeriksaan-menurut-para-
ahli/#ixzz1U2IbYpXp.

Nordiawan, Deddi, Ayuningtyas Hertianti. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2017 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara.

Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.

Peraturan Menteri Keuangan No.76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan


Keuangan Badan Layanan Umum.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan BLUD

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP).

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Suhartini dan Dodik Ariyanto. 2009. Pengaruh Pemeriksaan Interim, Lingkup Audit, dan
Independensi Terhadap Pertimbangan Opini Auditor (Studi Kasus Pada BPK RI
Perwakilan Provinsi Bali). http://www.scribd.com/doc/59923912/dodik-ok-1.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Вам также может понравиться