Вы находитесь на странице: 1из 10

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN II

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN


PENGARUH PROGRAM EDUKASI PERAWATAN KAKI BERBASIS
KELUARGA TERHADAPPERILAKU PERAWATAN KAKI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

DosenPembimbing:
Diah Eko Martini, S.Kep., Ners., M.Kep.

DisusunOleh:
KELOMPOK 8 / KELAS 5C KEPERAWATAN
1. Fitri Nur Rahmawati (1502012001)
2. Laily Cahyaningrum (1502012016)
3. Lilis Ayu Maghfiroh (1502012018)
4. MutiatusSholiha (1502012024)
5. Nurul Hidayatus Sholikah (1502012026)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


LAMONGAN
Jl. Raya PlalanganPlosowahyuLamongan
Tahun Ajaran 2017
LEMBAR PENGESAHAN

SISTEM ENDOKRIN II

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN


PENGARUH PROGRAM EDUKASI PERAWATAN KAKI BERBASIS
KELUARGA TERHADAPPERILAKU PERAWATAN KAKI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Fitri Nur Rahmawati (1502012001)
2. Laily Cahyaningrum (1502012016)
3. Lilis Ayu Maghfiroh (1502012018)
4. MutiatusSholiha (1502012024)
5. Nurul Hidayatus Sholikah (1502012026)

Diterimadandisetujuiuntuk Seminar

Lamongan, September 2017


Pembimbing

Diah Eko Martini, S.Kep., Ners., M.Kep.

i
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr, Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini sebagai tugas mata kuliahSISTEM ENDOKRIN II.
Makalah ini disusun berdasarkan bekal ilmu pengetahuan sebatas yang penulis
miliki, sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak akan sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd., Kep.,M.Kes.,selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep.,Ns., M.Kes., selaku kaprodi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lamongan.
3. Diah Eko Martini, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku dosen pembimbing mata
kuliahSistem Endokrin II.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Besar
harapan agar laporan ini berguna bagi para pembaca. Aamiin
Wassalamualaikum Wr, Wb.

Lamongan, 28September 2017

Tim Penulis

ii
HASIL ANALISIS JURNAL
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang butuh
penanganan serius. International Diabetes Federation (IDF, 2014) mencatat pada
tahun 2013terdapat 382 juta orang di dunia yangmenderita DM, diantaranya terdapat
175juta yang belum terdiagnosis dan terancamsecara progresif menjadi komplikasi
tanpadisadari akibat tanpa pencegahan. Di Indonesia pada tahun 2013 terdapat
sekitar12 juta penduduk yang mengalami diabetesmellitus dan diantaranya hanya 3
juta orangyang terdiagnosis (Pusdatin Kemenkes RI,2014). Berdasarkan hasil
Riskesdas KemenkesRI (2013) prevalensi diabetes melitus diIndonesia meningkat
dari 1.1% menjadi 2.1%dibanding pada tahun 2007. Neuropti merupakan salah satu
dari sekian banyak komplikasi pada diabetes militus.
Neuropati adalah gangguan pada sistem saraf pada kaki dan alirah darah perifer.
Gangguan ini yang merupakan pintu awal terjadinya kaki diabetik (diabetic foot).
Adanya neuropati perifer maka trauma ringan pun dapat menyebabkan ulkus pada
pasien Diabetes Melitus. Ketidaktahuan klien dan keluarga menambah ulkus
bertambah parah dan dapat menjadi gangrene.
Penanganan ulkus diabetik masih menemui banyak kendala. Oleh sebab itu
program edukasi perawatan kaki telah banyak dilakukan pada pasien diabetes militus,
tetapi kebanyakan program edukasi hanya di berikan pada pasien secara individual.
tidak adayang melibatkan keluarga dalam melakukanedukasi perawatan kaki.
Padahal,keluarga dapat dilibatkan sebagai sasaran edukasi, karena keluarga dapat
menjadi pendorong anggota keluarga yang lain untuk melakukan suatu perilaku sehat
yang diharapkan. Oleh sebab itu keterlibatan keluarga untuk membantu pasien
menjalankan perawatan kaki secara berkesinambungan menjadi sangat penting.
Keluarga juga bisa menjadi pengingat dan pemberi dukungan materiil maupun
nonmateriil bagi pasien dalam menjalankan perawatan kaki yang diharapkan.
Edukasi perawatan kaki DM dengan melibatkan keluarga juga sangat penting,
DM merupakan penyakit herediter yang menyebabkan anggota keluarga sebagai
kalangan berisiko. Keterlibatan anggota keluarga bisa menjadi bagian dari upaya
pencegahan dan early exposure keluarga sebagai kelompok berisiko tentang penyakit
DM dan pengelolaanya, terutama upaya pencegahan komplikasi kaki DM..

1
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan menggunakan desain
penelitian dua kelompok (kelompok intervensi dan kelompok kontrol). Penelitian ini
melibatkan 72 responden DM Tipe 2 dan keluarganya yang diseleksi secara
purposive dari populasi responden Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas
Pasirkaliki Kota Bandung. Sampel dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol
dengan masing-masing 36 responden. Instrumen untuk mengukur perilaku perawatan
kaki memakai kuesioner NAFF(Nothingham Assessment of Fungtional Footcare).
Pre test dan post test dilakukan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dengan metode wawancara berdasarkan kuesioner perawatan kaki.
Kelompok intervensi mendapatkan program edukasi perawatan kaki berbasis
keluarga selama 4 minggu. Responden pada kelompok intervensi mendapatkan
program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga, konseling serta tindak lanjut 1
kali melalui telepon dan tiga kali melalui kunjungan langsung ke rumah. Adapun
kelompok controlmendapatkan intervensi rutin yang diberikan oleh petugas
puskesmas.
Analisa data dilakukan menggunakan analisis deskriptif (frekuensi, mean, SD,
dan persentase). Paired t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan perilaku
perawatan kaki sebelum dan sesudah intervensi, baik pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan rata-rata perilaku
perawatan kaki pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi dilakukan uji t-
test independent..
C. Hasil/Kesimpulan Penelitian
Hasil penelitianperilaku perawatan kaki post test (M=84.69, SD=4.49) pada
kelompok intervensi berbeda secara bermakna (p = 0.000) lebih tinggi dibanding pre
test (M=49.50, SD=9.40), sedangkan pada kelompok kontrol ada penurunan skor
setelah pengukuran (sebelum M=51,33, SD=8,58; sesudah M=49,50, SD=9,40;
p=0,219). Hasil tersebut menunjukkan bahwa program edukasi berbasis keluarga
secara signifikan meningkatkan perilaku perawatan kaki. Hasil tersebut dibuktikan
dengan hasil uji beda pada masing-masing kelompok yang menunjukkan perbaikan
secara signifikan pada kelompok intervensi, dan sebaliknya justru terjadi penurunan
pada kelompok kontrol. Selain itu, pengaruh intervensi berbasis keluarga juga

2
dibuktikan dengan hasil analisis uji beda antar kelompok yang menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan nilai rata-rata post test perawatan kaki kelompok
intervensi lebih baik dibanding kelompok kontrol, meskipun rata-rata nilai pre test
perawatan kaki kelompok intervensi lebih rendah dibanding kelompok kontrol.
Pelibatan keluarga dalam penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan
dukungan keluarga terhadap pasien dalam menjalankan perilaku perawatan kaki yang
diharapkan. Salah satu faktor dasar pendukung yang dapat meningkatkan
kemampuan individual adalah dukungan keluarga. Keterlibatan aktif dari responden
Diabetes Melitus dan keluarga pada setiap intervensi mempunyai kontribusi dalam
meningkatkan perilaku perawatan kaki yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa program
edukasi perawatan kaki berbasis keluarga secara signifikan meningkatkan/
memperbaiki perilaku perawatan kaki pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
dasar pengembangan program terkait upaya pencegahan kaki diabetik di Kota
Bandung.
D. Kelebihan/Kekurangan Penelitian
1. Kelebihan
- Bahasa mudah di fahami, serta ada penelitian pembanding pada jurnal ini.
dan juga bisa di jadikan sebagai salah satu program promosikesehatan pada
pelayanan kesehatan, materipokok dalam pembelajaran, sumber
informasidan acuan bagi perawat, mahasiswa, dosen,institusi pelayanan
kesehatan, dan peneliti lain.
2. Kekurangan
- Kami tidak menemukan kekurangan dalam jurnal ini.

E. Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus


Salah satu resiko dari penyakit DM adalah luka yang mungkin timbul pada
bagian kaki. Untuk itulah pengetahuan tentang perawatan kaki pada penderita DM
menjadi sangat dibutuhkan. Merawat kaki pada penderita DM pada umumnya angat
mudah dan simple, dan hanya memerlukan kesabaran dan ketelitian yang baik.

3
Adapun perawatan kaki pada penderita DM yang dianjurkan adalah sebagai
berikut:
1. Perhatikan kebersihan kaki
Bagi penderita DM, cara yang tepat dalam membersihkan kaki yaitu
dengan mengguankan air bersih dan pastikan bila dalam membersihkan
kotoran harus sampai ke bagian sela dengan baik. Gunakan sabun atau
antiseptic bila perlu dan bersihkan dengan merata. Hindari menggosok kaki
dengan menggunakan alat yang kasar seperti sikat atau batu untuk
menghindari terjadinya luka atau lecet yang bisa menjadi luka yang
besar.Setelah bersih bisa dilap menggunakan kain yang halus dan bersih.
Taburkan bedak bayiagar kaki tidak lembab dan tetap terasa halus. Bila mau
menggunakan sepatu diharuskan untuk menggunakan kaos kaki yang
lembut.
2. Menjaga kuku tetap pendek
Menjaga kuku tetap pendek dapat menghindarkan terjadinya dari
resiko cidera atau lecet dan masuknya debu atau bakteri pada sela kuku dan
terjebak didalamnya. Sementara itu, jika terjadi luka yang terbuka maka
kotoran pada kuku bisa masuk dan menyebabkan luka menjadi lebih parah.
Potong kuku mengikuti alurnya, jangan memotong kuku terlalu dalam.
Dan disarankan untuk memotong kuku setelah mandi, karena kuku akan
lebih lunak dan lebih mudah dipotong. Jangan pula menggunakan benda
runcing untuk membersihkan kotoran pada kuku sebab hal ini dapat
menimbulkan resiko yang lebih besar terhadap luka yang terjadi.
3. Tidak mengabaikan luka kecil pada kaki
Kaki yang busuk yang terjadi pada penderita DM biasanya bermula
dari luka kecil yang tidak disadari. Terkadang penderita sendiri tidak
merasakan sakit atau terganggu dengan luka kakinya. Jika luka lecet atau
kecil maka bersihkan luka dengan menggunakan air hangat dan juga
gunakan sabun anti kuman. Selain itu, hindari pula mengoleskan luka dengan
menggunakan iodin. Cukup keringkan luka dengan menggunakan lap kering
yang bersih dan oleskan salep antiseptic pada luka. Jenis salep ynag

4
dianjurkan biasanya adalah axytetracycline. Setelahnya tutup luka dengan
kassa steril. Hindari menggunakan plester untuk menutup luka, karena
plester mengandung asam sehingga membuat kulit menjadi lembab, lembek,
dan mudah rusak.
4. Jangan merendam kaki dengan air panas
Pada penderita DM tidak diperbolehkan untuk merendam kaki dengan
air panas diatas suhu 40. Hal ini dapat membuat kulit ari pada kaki
menjadi tipis dan mudah rusak. Bukan hanya itu, merendam kaki pada air
panas diatas suhu 40akan dapat mempercepat proses kerusakan saraf pada
kaki penderita DM. air panas juga dapat beresiko melebarkan pori-pori kulit
sehingga memudahkan kuman masuk kedalam kaki.
Sementara itu, jika ingin merendam kaki bisa menggunakan air dengan
suhu suam-suam kuku yang telah dicampur dengan garam (1 L air : 2,5 %
garam) hal ini dapat menghindari keasaman pada kulit kaki dan membunuh
bakteri dengan lebih baik. Merendam kaki dengan komposisi tersebut dapat
dilakukan selama 3-5 menit sebanyak 1x / 3 hari pada sore hari. Setelah
selesai merendam kaki, bersihkan kaki dengan air biasa dan keringkan
menggunakan lap dan taburi dengan bedak.
5. Hindari kaki dari panas atau hangat
Jika kaki terasa dingin atau bahkan merasa kedinginan, sebaiknya
jangan dekatkan kaki pada panas api sebab hal ini dapat merusak saraf dan
jangan pula menggunakan penghangat kaki agar kaki tidak berkeringat dan
lembab. Disarankan untuk menjemur kaki pada pagi hari sekitar jam 7-9
pagi, karena bermanfaat untuk meningktkan vitamin D pada kaki.

F. Edukasi Perawatan Kaki Berbasis Keluarga


Dasar dari program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga ditopang oleh
Interaction Model of Client Health Behavior yang diadaptasi dari Corbett (2003).
Berdasarkan model tersebut, perilaku klien dibentuk dalam 3 elemen, yaitu
karakteristik klien, karakteristik penyedia pelayanan dan elemen hasil layanan.
Model ini biasa digunakan sebagai pendekatan dalam upaya peningkatan perilaku
pasien dengan pada masalah ekstremitas bawah.Dari model tersebut, keluarga

5
menjadi bagian dari elemen yang memperkuat aspek responden. Penguatan dari
pihak keluarga dikombinasi dengan pemberi pelayanan akan memperkuat komponen
hasil layanan.
Secara proses edukasi, edukasi berbasiskeluarga dijalankan secara berulang dan
disertai follow-up.Pelibatan keluarga dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan
keluarga terhadap pasien dalam menjalankan perilaku perawatan kaki yang
diharapkan. Dukungan keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan
perilaku perawatan kaki. Salah satu faktor dasar pendukung yang dapat
meningkatkan kemampuan individual adalah dukungan keluarga (Orem, 2001).
Keterlibatan keluarga dalam manajemen DM sangat diperlukan karena keluarga
adalah pemberi asuhan (caregiver) utama selama pasien di rumah juga sebagai
support sistem bagi penderita DM dalam menjalankan perilaku perawatan kaki.
Lingkungan keluarga bisa memberi pengaruh positif dalam upaya edukasi perilaku
perawatan kaki kepada pasien Diabetes. Pasien DM diharapkan mampu menjalankan
perawatan kaki DM secara mandiri. Meski demikian, seiring berjalannya waktu
pasien DM banyak mengalami komplikasi akibat DM maupun dampak penuaan yang
menghambat pasien tidak lagi mempu menjalankan perawatan kaki secara mandiri.
Keterlibatan aktif dari penderita dan keluarga pada setiap intervensi mempunyai
kontribusi dalam meningkatkan perilaku perawatan kaki yang lebih baik. Pasien
mempunyai kesempatan untuk bertanya, bertukar pikiran antar anggota keluarga,
pasien dan petugas di setiap fase intervensi yang dilakukan. Hal ini dapat
membangun komitmen dan kepercayaan diri pasien dalam melakukan perilaku
perawatan kaki. Selain itu, program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga juga
mengizinkan pasien untuk mengekspresikan secara bebas hal-hal yang menjadi
hambatan dalam perilaku perawatan kaki. Komunikasi antara pasien, petugas dan
keluarga memperkuat implementasi dari program edukasi perawatan kaki berbasis
keluarga. Strategi variasi komunikasi diaplikasikan di setiap intervensi program ini.
Interaksi yang terus-menerus antara petugas, pasien dan anggota keluarga
mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikologis dari pasien.

6
DAFTAR PUSTAKA

Adhiarta. (2011). Penatalaksanaan kaki diabetik. Artikel dalam Forum Diabetes


Nasional V. Diterbitkan oleh Pusat InformasiIlmiah Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUnpad. Bandung.

Corbett, C.F. (2003). A Randomized pilot study of improving foot care in home health
patients with diabetes. The Diabetes Educator, 29, 273.

Dahlan, M.S. (2009). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta:


SalembaMedika.

Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2010). Buku ajar keperawatan
keluarga:Riset, Teori, praktek. Jakarta: EGC.

Orem. (2001). Nursing : Concept of Practice. St. Louis : Mosby Inc.

Perkeni. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di


Indonesia 2011. PB. Jakarta: Perkeni.

Вам также может понравиться