Вы находитесь на странице: 1из 5

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BERBASIS KOMPETENSI DAN EKOLOGI:

KENDALADAN ALTERNATIF

PENANGGULANGANNYA23

Simon Sabon Ola

Universitas Nusa Cendana, Kupang

e-mail: sabon_ola@yahoo.com

PENDAHULUAN

Sebagian besar diskusi dan seminar tentang bahasa indonesia selalu menjadikan konsep
jati diri sebagai kata kunci. Hal ini menunjukan bahwa jati diri (bangsa Indonesia) terus-
menerus diperjuangkan. Di samping sebagai sarana penguatan rasa kebangsaan, fungsi jati
diri bahasa Indonesia juga dimaksudkan agar Indonesia mampu menjadi dirinya sendiri
dalam konteks Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia.

Perjuangan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
resmi secara politis tidak sebangun dengan perjuangan para ilmuwan untuk menjadikan
Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks). Secara politik
bangsa ini mencita-citakan sebuah bahasa resmi dan bahasa nasional, yang pencapaiannya
terwujud melalui sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928. Di balik sukses tersebut, ternyata
semangat sumpah pemuda dimengerti secara semakin longgar dan memudar, bahkan teksnya
pun tidak lagi menjadi pengetahuan kolektif bangsa.

Kebijakan bahasa yang digagaskan dan dikembangkan belakangan ini melalui badan
bahasa (yang sebelumnya bernama pusat bahasa) telah memperlihatkan kemajuan yang
mengagumkan. Pada tataran kebijakan, upaya untuk meningkatkan martabat bahasa
Indonesia telah dirumuskan secara komprehensif . Namun, sikap negatif terhadap bahasa
Indonesia masih saja tampak didalam perilaku bahasa, seperti menganggap bahasa Indonesia
lebih rendah dari pada bahasa asing (simpen, 2008: 18-19). Sikap ini tidak boleh

23
Disampaikan pada Seminar Bahasa Indonesia di Universitas Udayana, Denpasar, 29-30 oktober 2012
menyurutkan perjuangan, apalagi sampai mengubur odsesi untuk menjadikan bahasa
indonesia bermartabat bagi bangsanya dan bagi banngsa-bangsa lain.

PEMBAHASAN

KONSEP-KONSEP TERKAIT

Tiga konsep yang dirujuk di dalam makalah ini, yakni: strategi pembelajaran,
kompetensi, dan ekologi bahasa. Penjelasan ketiga konsep tersebut seperti berikut ini.

Strategi Pembelajaran

Konsep pembelajaran mulai popular setelah dominasi guru terhadap situasi belajar
siswa mulai dirasakan tidak efektif lagi. Proses belajar mengajar yang memberikan kesan
bahwa guru mengajar dan siswa belajar seakan-akan merupakan aktivitas yang memiliki
hubungan yang longgar. Peserta didik dipandang sebagai individu yang tidak memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga guru merupakan sumber yang bertugas
mengalihkan pengetahuan dan keterampilan di maksud kepada peserta didik/siswa.

Asumsi seperti tersebut di atas kini telah terbukti tidak efektif lagi. Di samping secara
sosial anak memiliki pengalaman-pengalaman aktual dan memiliki potensi dan kompetensi
awal secara mental psikologis yang harus berkembang melalui proses belajar. Dalam konteks
ini, guru berperan memberikan kemudahan-kemudahan (sebagai fasilitator) dan dorongan
(sebagai motivator) kepada anak untuk mengembangkan potensi dan kompetensinya secara
optimal. Atas dasar itulah kemudian muncul konsep pembelajaran.

Pembelajaran artinya hal membelajarkan yang menyiratkan aktivitas peserta didik.


Pembelajaran ialah proses memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk belajar sesuai dengan
kompetensi yang sudah dimilikinya. Kalaupun ada kompetensi baru yang dihasilkan dari
suatu proses pembelajaran, kompetensi baru tersebut merupakan proses pengalihan dengan
menghubungkan berbagai pengalaman belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran sesunggunya proses menjadikan anak belajar mengembangkan potensi dan
kompetensinya secara optimal. Pengembangan kompetensi haruslah seoptimal mungkin.
Sekolah sering terjebak oleh pencapaian minimal yang dapat melemahkan motivasi peserta
didik. Konsep ketuntasan minimal sebagai ketentuan batas bawah dari kompetensi, namun
rencana dan orientasi hasil harus menyarasari kompetensi optimal agar peserta didik tidak
menjadi individu yang minimalis.
Untuk mencapai kompetensi optimal diperlukan strategi pembelajaran aktif, inivatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Prinsip dasar strategi ini ialah penciptaan
situasi kondusif yang memungkinkan peserta didik beraktivitas, baik verbal maupun
nonverbal secara lebih leluasa tanpa merasa tertekan (aktif), mengenalkan atau menemukan
hal baru (inovatif), mengajukan gagasan-gagasan cemerlang (kreatif), mencapai kompetensi
yang ditetapkan sebelumnya secara optimal (efektif), suasana yang mengasikan sehingga
perhatian peserta didik terpusat secara penuh untuk (menyenangkan) (syaifuddin dkk., 2007).

Kompetensi

Kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang mencakup pengetahuan, nilai, dan


sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (mulyasa, 2004:37-38).
Perangkat kemampuan tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian yang
utuh. Gordon (1988) sebaimana dikutip mulyasa (200438-39) menjelaskan 6 aspek yang
terkandung dalam konsep kompetens, yakni: (1) pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang
kognitif; (2) pemahaman, yaitu kedalaman kognitif dan efektif yang dimiliki oleh individu;
(3) kemampuan, yaitu sesuatu yang dimiliki oleh invidu untuk melakukan tugas yang
dibebankan kepadanya; (4) nilai, adalah standar prilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang; (5) sikap, yaitu perasaan terhadap suatu
rangsangan yang datang dari luar; dan (6) minat, adalah kecenderungan seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan.

Kompetensi dalam kaitan dengan pelajaran bahasa indonesia mencakup: kemampuan


menguasai kaidah kebahasaan, keterampilan menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah
kebahasaan, kaidah pemakaian dan ramah pemakaian, serta bersikap positif terhadap bahasa
indonesia sesuai dengan nilai yang dianut. Kompetensi ini tidak hanya diharapkan
membentuk kebiasaan berpikir dan bertindak sebagaimana disarankan mulyasa (2004) tetapi
menguat menjadi kepribadian secara individu dan kolektif.

Ekologi Bahasa

Istilah ekologi dalam hubungan dengan bahasa mulanya diperkenalkan oleh Carl
Voegelins dan Nowl W. Sehutz, Jr. dalam tulisan berjudul Language Situation in Arizona
(1967). Voegelin telah memberikan perhatian yang serius terhadap masalah masalah ekologi
bahasa, dan memelopori penggunaan istilah yang berkaitan dengan hubungan internal yang
komplek dengan bahasa di Barat Daya Amerika dengan menyoroti masyarakat dwibahasa.
Meskipun demikian, ekologi bahasa sebagai sebuah paradigm baru dimunculkan oleh Einar
Ingvald Haugen pada era 80-an. Profesor di University of Wisconsin-Madison dan Harvard
University mengidentifikasi

Вам также может понравиться