Вы находитесь на странице: 1из 17

MAKALAH

HUKUM KEKEKALAN MASSA

Disusun oleh :

NAMA : INDAH PURNAMA TARA

NIM : 1748201 180599 0206

DOSEN : IKHWANI, M.Pd

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS SAINS CUT NYAK DHIEN LANGSA

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas hukum kekekalan massa.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai hukum dasar kimia. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan - kekurangan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

LANGSA, 21 NOVEMBER 2017


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum kimia adalah suatu keteraturan dalam ilmu kimia yang berlaku secara umum.
Hukum-hukum kimia perlu dipahami karena merupakan dasar untuk mempelajari kimia baik
secara kuantitatif, seperti ketertaitan jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, maupun
secara kualitatif, seperti penentuan jenis zat.
Hukum-hukum dasar kimia terbagi menjadi lima hukum, yaitu hukum kekekalan massa
(hukum Lavoisier), hukum perbandingan tetap (Hukum Proust), hukum kelipatan berganda
(Dalton), hukum perbandingan volum (Gay-Lussac), dan hipotesis Avogadro. Namun pada
makalah ini hanya membahas tentang hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier).
Hukum ini dikemukan oleh seorang ilmuwan bernama Antonie Laurent Lavoisier. Di
mana, hukum ini berbunyi bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama. Hukum
ini pula yang menumbangkan teori Flogiston. Dalam kehidupan ini, jika sebuah teori sudah
tidak mampu lagi menjelaskan fakta-fakta yang ada, maka teori tersebut dapat diganti dengan
teori baru. Pun halnya dengan teori flogiston, teori ini sudah tidak dapat lagi menjelaskan
fakta teori tentang pembakaran. Pada zaman itu,ilmuwan percaya bahwa zat yang dapat
terbakar mengandung apa yang disebut plogiston. Ketika suatu zat terbakar, plogistonnya
dilepas ke udara. Proses terbakar akan berhenti jika plogistonnya telah dilepas habis atau
udara tidak dapat lagi menyerap plogiston dari zat itu. Sesuai dengan teori ini, maka zat yang
terbakar akan berkurang massanya. Akan tetapi, ilmuwan mengamati bahwa beberapa zat
justru bertambah massanya ketika terbakar. Pada masa itu, ilmuwan belum begitu paham
benar pengertian massa. Malahan, sebagian dari mereka menganggap bahwa plogiston dapat
bermassa negatif.
Hal inilah yang membuat Lavoisier tertarik untuk membuktikan kebenaran dari teori
flogiston. Hingga akhirnya Lavoisier ini dapat menumbangkan teori flogiston. Hukum
kekekalan massa, kekekalan artinya tidak berubah jika direaksikan suatu zat dengan zat lain.
Baik suatu benda itu di bakar maupun dua zat di campur, massa zat tersebut akan tetap.
Fakta ini sangat menarik sekali bukan, sebagai contoh selama ini kita beranggapan bahwa
massa kayu sebelum dibakar dengan sesudah dibakar akan berbeda, namun berdasarkan
hukum kekekalan massa ini ternyata anggapan kita ini salah. Oleh sebab itu, kami ingin
mengetahui sejarah Antonie Laurent Lavoisier serta temuannya tentang hukum kekekalan
massa, sehingga makalah ini kami buat.
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Mengetahui pengertian hukum kekekalan massa
2. Mengetahui sejarah lavoiser, lahirnya hukum kekekalan massa beserta
penemuannya
3. Menemukan hukum kekekalan massa
4. Mengetahui aplikasi dan contoh dari hukum kekekalan massa
5. Mengetahui penyimpangan hukum kekekalan massa

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan hukum kekekalan massa?
2. Bagaimana sejarah lavoiser, lahirnya hukum kekekalan massa dan penemuannya?
3. Bagaimana bunyi hukum kekekalan massa?
4. Bagaimana aplikasi dan contoh dari hukum kekekalan massa?
5. Apa penyimpangan dari hukum kekekalan massa?
BAB II

PEMBAHASAN TEORI

A. PENGERTIAN HUKUM KEKEKALAN MASSA

Hukum kekekalan massa ditemukan oleh seorang ahli kimia Perancis bernama
Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) pada tahun 1785. Namun, Lavoisier bukanlah yang
pertama mengemukakan teori ini. Sebelumnya, ada seorang ilmuan Rusia yang juga pernah
mempublikasikan teori ini beserta pembuktiannya pada tahun 1748. Nama ilmuan itu adalah
Mikhail Lomonosov (1711-1765). Oleh karena penemuan mereka berdua hukum kekekalan
massa dikenal sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier.
Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-
Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan
konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut(dalam sistem
tertutup Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang
umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah
bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam
suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk.
Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang
seperti kimia, teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan ilmu relativitas
spesial, kekekalan massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Massa partikel yang tetap
dalam suatu sistem ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada beberapa
peristiwa radiasi, dikatakan bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini
terjadi ketika suatu benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya.
Karena massa dan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan
energi, massa dalam jumlah yang sangat sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun,
dalam hampir seluruh peristiwa yang melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massa
dapat digunakan karena massa yang berubah sangatlah sedikit.
Hukum kekekalan massa ini menjelaskan tentang massa suatu materi takkan pernah
berkurang ataupun bertambah. Massanya akan tetap sama sebelum atau sedudah dilakukan
reaksi. Seperti yang dikatakan oleh Lavoisier pada tahun 1785 yaitu :
Tidak ada suatupun yang diciptakan, baik itu dari proses seni atau dari alam semesta
sendiri. Dan ini dapat dijadikan konsep umum dimana pada suatu proses terdapat kuantitas
yang sama dari materi sebelum dan sesudah proses tersebut. Kualitas dan kuantitas unsur
tetap sama, yang terjadi hanya perubahan atau modifikasi. Hal ini berlaku untuk semua rekasi
kimia, semua reaksi harus mengasumsikan kesetaraan antara unsur dari suatu zat yang
direaksikan.Dari apa yang dikatakan diatas, jelas bahwa suatu materi itu hanya bisa diubah
bentuknya tetapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan. Artinya, selama perubahan
bentuk atau bereaksi tidak ada atom-atom pereaksi dan hasil reaksinya yang hilang. Seperti
contoh pada kasus kayu yang terbakar, terjadi perubahan bentuk zat yaitu dari awalnya
berbentuk kayu kemudian menjadi abu. Sebenarna selain berubah menjadi abu, ada
perubahan bentuk lainnya yang terjadi. Ada beberapa zat berpindah tempat karena reaksi
terjadi pada wadah yang terbuka. Zat-zat tersebut seperti karbon dioksida, asap dan uap air.
Jika dapat dijumlahkan massanya maka massa abu ditambah karbon dioksida, asap dan uap
air akan sama dengan massa kayu sebelum dibakar. Hukum kekekalan massa dapat
dibuktikan bila dilakukan dalam wadah tertutup yang dapat mencegah adanya suatu rekasi
yang keluar dari wadah. Sehingga massanya tetap terjaga.

B. SEJARAH ANTONIE LAURENT LAVOISIER

Antoine Laurent Lavoisier, demikian nama lengkap ilmuwan kimia Perancis.


Selain menguasai ilmu kimia, Lavoisier juga menguasai berbagai ilmu lainnya, seperti
hukum, ekonomi, pertanian,biologi,keuangan dan geologi. Lavoisier menyatakan hukum
kekekalan massa, mengenali dan memberi nama pada oksigen pada tahun 1778 dan hidrogen
tahun 1783, yang dibuktikan dari teori phlogiston, memperkenalkan sistem metrik, menulis
lebih dulu daftar unsur-unsur, dan membantu untuk mengubah tatanama kimia, sehingga
beliau dijuluki bapak kimia modern karena keberhasilannya menggabungkan semua
penemuan di bidang kimia yang sebelumnya terpisah menjadi satu kesatuan yang dapat
dibenarkan dan mengemukakan arah yang tepat dalam teori ilmu kimia.
Antoine Laurent Lavoisier lahir pada tanggal 26 Agustus 1743 di Paris. Beliau
dibesarkan dalam lingkungan. Antoine Laurent Lavoisier menerima warisan kekayaan besar
ketika ibunya meninggal waktu beliau berumur lima tahun. Lavoisier menuntut ilmu di
Perguruan tinggi Mazarin dari tahun 1754 sampai 1761. Beliau belajar ilmu kimia, ilmu
tumbuh-tumbuhan, ilmu perbintangan, dan matematika. Dari tahun 1761 sampai 1763, beliau
belajar hukum di beberapa Universitas Paris. Beliau menerima Sarjana Hukumnya pada tahun
1763. Pada waktu yang sama, beliau melanjutkan kuliah di bidang ilmu pengetahuan alam.
Dari tahun 1763 sampai dengan 1767 Lavoisier belajar geologi pada Etienne Jean Guettard.
Pada umur 25 tahun, Lavoisier terpilih menjadi anggota Academie Royale des
Sciences (Akademi Sains Kerajaan Perancis), suatu komunitas ilmuwan sains dan pada tahun
yang sama, ia membeli Ferme Generale, perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa
pengumpulan pajak untuk kerajaan.
Pada tahun 1771 Lavoisier menikah dengan Marie-Anne Pierrette Paulze yang
berumur 13 tahun, putri suatu pemilik Ferme. Dari waktu ke waktu, Marie membuktikan
dirinya untuk menjadi rekan kerja ilmiah bagi suaminya. Dia menerjemahkan tulisan
kimiawan Inggris, Joseph Priestley dan Richard Kirwan tentang phlogiston. Selain itu, Marie-
Anne Pierrette mempunyai keterampilan menggambar. Keterampilannya ini digunakan untuk
menggambar hasil-hasil penelitian Lavoisier.

Lavoisier diangkat menjadi Komisaris Polisi Kerajaan ketika berusia 32 tahun.


Lavoisier diberi tangggung jawab mengelola laboratorium serbuk mesiu. Beliau
mengembangkan laboratoriumnya dengan merekrut kimiawan-kimiawan muda dari berbagai
penjuru Eropa. Lavoisier dan anak buahnya bekerja keras memperbaiki metode pembuatan
serbuk mesiu. Beliau dan timnya berhasil meningkatkan kualitas dan kemurnian bahan baku
pembuatan mesiu, yaitu sendawa, belerang, dan batu bara. Hasilnya tidak mengecewakan,
serbuk mesiu yang dihasilkan laboratoriumnya menjadi lebih banyak dan lebih baik
dibandingkan sebelumnya. Itulah awal perkenalan Lavoisier dengan penelitian kimia. Sejak
itu, Lavoisier semakin giat melakukan penelitian di bidang kimia. Kesetiaan dan keinginan
besar Lavoisier untuk ilmu kimia sebagian besar dipengaruhi oleh E tienne Condillac,
seorang sarjana Prancis pada abad ke-18.
Lavoisier menuliskan ide-idenya dalam sebuah buku yang berjudul Traite Elementaire
de Chimie (Pokok-pokok Dasar Ilmu kimia). Buku yang dipublikasikan pada tahun 1789 itu
dianggap sebagai buku kimia modern yang berisi pendapat Lavoisier mengenai definisi unsur
kimia. Lavoisier berpendapat bahwa unsur adalah zat yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi
zat yang lebih sederhana yang tidak bisa dipecah. Hukum Kekekalan Massa, menolak
keberadaan phlogiston karena, teori phlogiston sepenuhnya meleset; tidak ada benda yang
namanya phlogiston. Proses pembakaran terdiri dari kombinasi kimiawi tentang terbakarnya
barang dengan oksigen, air bukanlah barang elementer sama sekali melainkan satu campuran
antara oksigen dan hidrogen. Udara bukanlah juga substansi elementer melainkan terdiri
terutama dari campuran dua jenis gas, oksigen dan nitrogen, dan suatu teori pembentukan
campuran kimiawi dari unsur-unsur. Semua pernyataan ini kini tampak gamblang sekarang,
tetapi belum bisa diterima dengan baik oleh pendahulu-pendahulu Lavoisier maupun rekan
pada masanya. Bahkan sesudah Lavoisier merumuskan teorinya dan mengajukan kepada
kalangan ilmuwan, masih banyak juga pemuka-pemuka ahli kimia yang menolak untuk
percaya pada gagasan teori baru Lavoisier, barulah ahli-ahli kimia angkatan lebih muda
dengan cepat mempercayainya.
Pada tahun 1789, kondisi ekonomi Perancis terguncang. Harga-harga tidak stabil.
Masyarakat pun resah. Pada saat itu Lavoisier tengah asyik melakukan penelitian. Lavoisier
terpaksa mengurangi kegiatan penelitiannya karena waktunya lebih banyak tercurah untuk
memperbaiki kondisi ekonomi negaranya. Mereformasi pajak garam, mencegah
penyelundupan dengan cara membangun benteng di sekeliling Paris, dan memperbaiki
metode pertanian merupakan beberapa usahanya untuk memperbaiki ekonomi.
Walaupun memberikan banyak kontribusi terhadap sains maupun ekonomi, hidup
Lavoisier terpaksa berakhir secara tragis. Ketika terjadi revolusi Perancis, Jean-Paul Marat
dan wartawan lain mulai memfitnah Lavoisier beserta seluruh pejabat dan bangsawan
kerajaan. Akhirnya Lavoisier ditangkap dengan dua puluh tujuh anggota Ferme Generale
beserta pejabat dan bangsawan kerajaan. Pengadilan tidak terlalu teliti sehingga proses
pemeriksaan berjalan cepat. Lavoisier dikenakan dakwaan turut aktif mengambil pajak rakyat
untuk kerajaan melalui perusahaan pajaknya (Ferme Generale), menurunkan kualitas udara
kota karena membangun benteng di sekeliling Paris, mencampurkan tembakau dengan air,
dan memindahkan serbuk mesiu dari gudang senjata. Akhirnya Lavoisier dijatuhi hukuman
mati. Sesaat sebelum eksekusi dilaksanakan, Lavoisier meminta penundaan waktu hukuman.
Saya ilmuwan bukan bangsawan, ujar Lavoisier. Tapi hakim dengan tegas menjawab,
Republik tidak memerlukan ilmuwan!. Pada tanggal 8 mei 1794 Lavoisier, pejabat dan
bangsawan dipenggal dengan guillotine (alat pemenggal kepala). Nyawa Lavoisier melayang.
Dunia berduka. Salah satu permata ilmu hilang secara sia-sia. Benar apa yang dikatakan
Joseph Louis Lagrange, "Hanya perlu sekejap untuk memenggal kepala Lavoisier, namun
seratus tahun pun mungkin tidak bisa melahirkannya kembali." Sayang, nasi telah menjadi
bubur.
Satu setengah tahun setelah kejadian tragis pada tanggal 8 Mei 1749, Lavoisier
dibebaskan dari tuduhan oleh pemerintah Prancis. Ketika barang pribadinya dikirimkan
kepada Marie-Anne Pierrette Paulze dengan pesan singkat Kepada Marie-Anne Pierrette
Paulze, yang dulu suaminya dihukum dengan licik.
Sekitar satu abad setelah kematiannya, patung Lavoisier berdiri tegak di Paris. Saat Perang
Dunia ke II patung tersebut dicairkan dan belum ada gantinya sampai sekarang. Tetapi di
suatu tempat di Paris terdapat patung Lavoisier yaitu di Hotel de Ville Paris.

C. SEJARAH LAHIRNYA HUKUM KEKEKALAN MASSA

Sudah lama orang mengetahui bahwa pada pembakaran kayu akan dihasilkan arang
atau abu yang massa lebih ringan, sedangkan logam menjadi lebih berat setelah menjadi karat
atau setelah dibakar. Akan tetapi, sampai pertengahan abad ke-17 pada ilmuwan tidak dapat
menjelaskan adanya perubahan massa dalam reaksi kimia. Hal ini disebabkan keterlibatan
udara dalam suatu reaksi belum dipahami secara jelas pada saat itu.

#1 Teori Flogiston
Ide awal teori flogiston berasal dari Johann Joachim Becker (1635 1682) yang
kemudian menarik perhatian Gerge Ernst Stahl (1660 1734). Teori flogiston pada
prinsipnya menyatakan bahwa:
Semua materi mengandung zat ringan yang disebut flogiston
Suatu reaksi kimia merupakan perpindahan flogiston dari suatu materi ke materi yang lain.
Becker dan Stahl memberikan contoh pada pembakaran suatu logam, massanya akan
berubah menjadi lebih berat dibandingkan massa logam awal. Logam akan kehilangan
phlogiston sehingga berubah menjadi calx logam (sekarang disebut oksida logam).
Untuk memperoleh kembali logam tersebut, calx harus dibakar bersama karbon yang
kaya flogiston, karena flogiston semula sudah menghilang di udara. Calx akan menyerap
flogiston dari udara sehingga akan berubah menjadi logam semula.

#2 Percobaan Joseph Priestley


Hampir satu abad teori phlogiston dianut oleh para ilmuwan. Kemudian pada tahun
1774, Joseph Priestley (1733 1804) dari Inggris melakukan eksperimen dengan
memanaskan calx merkuri (merkuri oksida) yang berupa serbuk merah. Calx merkuri dapat
berubah kembali menjadi logam merkuri hanya dengan pemanasan tanpa penambahan materi
yang kaya akan flogiston.
Calx merkuri terurai menjadi logam raksa dan suatu udara aneh yang berbeda dari
udara biasa. Jika bara api diletakkan dalam udara aneh tersebut, maka ia akan menyala
lebih terang. Menurut Priestley, serbuk calx merkuri menyerap flogiston udara sehingga
berubah menjadi logam raksa. Akibatnya udara di sekitarnya kehabisan flogiston yang
disebut dephlogisticated air.

#3 Percobaan Antonie Laurent Lavoisier


Antonie Laurent Lavoisier (1743 1794) di Paris, Prancis menganggap flogiston
adalah suatu zat khayal yang keberadaanya belum terbukti secara eksperimen. Menurut
Lavoisier, suatu eksperimen kimia harus memakai pengukuran dan perhitungan kuantitatif.
Pada tahun 1779, Lavoisier mengulangi eksperimen Priestly dengan lebih teliti. Ia
memanaskan 530 gram logam merkuri dalam wadah terhubung udara dalam silinder ukur
pada sistem tertutup. Volume udara dalam silinder ternyata berkurang sebanyak 1/5 bagian,
sedangkan logam merkuri berubah menjadi calx merkuri (oksida merkuri) dengan massa
572,5 gram atau terjadi kenaikan massa sebesar 42,4 gram.
Besarnya kenaikan massa tersebut ternyata sama dengan 1/5 bagian udara yang hilang. Ia
menyadari bahwa 1/5 bagian udara tersebut adalah udara tanpa flogiston yang telah
bergabung dengan logam merkuri membentuk calx merkuri. Kemudian Lavoisier menamakan
bagian udara tersebut sebagai oksigen. Secara sistematis, persamaan reaksi hasil percobaan
Lavoisier adalah sebagai berikut.

D. SEJARAH PENEMUAN HUKUM KEKEKALAN MASSA


Pada zaman alkimia yaitu sebelum kimia modern lahir, ada sebuah teori yang
tentunya tidak masuk akal dalam dunia kimia saat ini yang menyatakan jika air pada bejana
gelas dipanaskan terus menerus akan terjadi residu/endapan dalam bejana tersebut. Hal itu
dapat diartikan bahwa air telah berubah menjadi tanah karena proses pemanasan oleh api.
Kemuidian pada masa awal adanya ilmu kimia, berkembang juga suatu pemahaman baru
tentang sifat suatu zat atau materi. Para Ilmuan masa itu berpaham bahwa suatu zat bisa
hilang diakibatkat oleh proses tertentu. Paham ini disimpulkan oleh ahli kimia Jerman,
Becher dan Sthal yang menyatakan bahwa pada setiap benda yang dapat terbakar
mengandung zat flogioston. Dimana, zat ini akan lepas ke udara bila terbakar sehingga massa
benda sesudah terbakar akan menjadi lebih ringan. Pembakaran logam dan peleburan bijih
logam dengan batubara dapat diterangkan dengan teori ini. Namun, tidak semua kimiawan
sepakat dengan pemahaman ini walaupun teori ini merupakan konsep pemersatu sebelum
diakuinya hukum kekekalan massa Lavoisier.
Antoine Laurent Lavoisier, ilmuan perancis menyangkal teori flogioston karena ada
kejanggalan dalam penerapannya dalam aspek yang lebih luas. Lavoisier membantah adanya
penemuan zat flogioston yang hanya merupakan imajinasi dari pemikir dahulu. Untuk
membuktikan pendapatnya, Lavoisier mendemonstrasikan eksperimennya bahwa pada proses
pembakaran, ternyata ada proses pengikatan oksigen oleh zat yang dibakar. Dalam
eksperimennya, beliau memanaskan raksa dalam tabung yang dihubungkan dengan tabung
berisi udara. Ternyata raksa yang dipanaskan berubah menjadi zat padat (oksida raksa) yang
massanya lebih besar dari massa raksa awal.tetapi pertambahan massa pada senyawa yang
terbentuk diikuti juga dengan pengurangan massa di udara. Dalam hal ini diindikasikan
bahwa adanya zat dalam udara yang mempengaruhi pembakaran raksa.
Percobaan lainnya yang pernah dilakukan Lavoisier yaitu dengan memanaskan air
dalam suatu bejana. Air dan bejana yang akan dipanaskan ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui perbedaannya setelah pemanasan. Proses pemanasan dilakukan selama 100 hari.
Setelah pemanasan ia menimbang air dan bejana yang ternyata beratnya sama dengan
sebelum dilakukan pemanasan. Hal ini menjadi tolak ukur bahwa tidak ada sesuatu dari api
yang mempengaruhi massa materi. Walaupun massa keseluruhannya tetap sama, namun ada
sedikit perbedaan antara berat bejana setelah pemanasan dengan sebelum pemanasan. Berat
bejana setelah pemanasan berkurang, tetapi berat air bersama residu bertambah. Pertambahan
air bersama residu sama dengan pengurangan berat bejana.
Percobaan Lavoisier selanjutnya yaitu dengan pengujian menggunakan timah putih.
Timah dimasukkan ke dalam sebuah tabung yang telah ditimbang terlebih dahulu. Kemudian
tabung ditutup dengan rapat dan dipanaskan hingga timah berubah seperti kapur. Setelah
dingin, tabung dan isinya ditimbang. Dan hasilnya sama dengan dua percobaan diatas dimana
berat keseluruhannya tidak berubah. Kemudian tabung dibuka dan terdengar suara udara yang
mulai masuk ke dalamnya. Kemudian tabung ditimbang kembali dan beratnya bertambah.
Pertambahannya berat tabung dan isinya dengan pertambahan berat timah bernilai sama.
Fakta ini menunjukkan bahwa pengapuran adalah perpindahan udara dalam timah.
Dengan 3 percobaan diatas Lavoisier berhasil membuktikan serta mengukuhkan
bahwa massa suatu materi akan tetap sama meski apapun proses yang diberikan padanya.
Dan dengan pembuktian ini teori yang sebelumnya diajukan, yaitu teori flogioston tidak
digunakan lagi dalam pengaplikasian ilmu kimia maupun fisika. Serta dengan penemuan ini
membuat Lavoisier diakui sebagai bapak kimia modern.
E. BUNYI HUKUM KEKEKALAN MASSA
Percobaan yang dilakukan oleh lavoisier telah berhasil membuktikan bahwa teori
flogiston gagal. Hal ini disebabkan, pada massa sebelum Lavoisier, pada ilmuwan belum
memahami keterlibatan gas dalam reaksi kimia. Kemudian teori flogiston itu hilang setelah
Antonie Laurent Lavoisier menerbitkan bukunya yang berjudul Traite Elementaire de
Chemie.
Dalam buku tersebut, Lavoisier mengemukakan bahwa jika suatu reaksi kimia
dilakukan dalam tempat tertutup, sehingga tidak ada hasil reaksi yang keluar dari tempat
tersebut, ternyata massa zat sebelum reaksi dan sesudah reaksi adalah tetap. Inilah yang
disebut sebagai Hukum Kekekalan Massa. Hukum Kekekalan Massa berbunyi:

Dalam sistem tertutup untuk setiap reaksi kimia, jumlah massa zat-zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama.

Setelah menyatakan Hukum Kekekalan Massa, Lavoisier kemudian dikenal


sebagai Bapak Kimia Modern karena ia merupakan orang yang pertama kali menggunakan
metode ilmiah dalam ilmu kimia dan menekankan pentingnya pengamatan kuantitatif dalam
eksperimen.
Perubahan materi yang kita amati dalam kehidupan sehari-hari umumnya berlangsung
dalam wadah terbuka. Jika hasil reaksi ada yang berupa gas (seperti pada pembakaran kertas),
maka massa zat yang tertinggal menjadi lebih kecil daripada massa semula. Sebaliknya, jika
reaksi mengikat sesuatu dari lingkungannya (misalnya oksigen), maka hasil reaksi akan lebih
besar daripada massa semula.
Misalnya, reaksi perkaratan besi (besi mengikat oksigen dari udara) sebagai berikut.
Besi yang mempunyai massa tertentu akan bereaksi dengan sejumlah oksigen di udara
membentuk senyawa baru besi oksida atau Fe2O3(s) yang massanya sama dengan massa besi
dan oksigen mula-mula.

Fe(s) + O2(g) Fe2O3(s)

F. APLIKASI HUKUM KEKEKALAN MASSA


Hukum kekekalan massa sangat bermanfaat dalam pemanfaatannya pada ilmu kimia
modern seperti, teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Sepert pada persamaan reaksi
kimia. Persamaan reaksi kimia harus setara karena reaksi memenuhi hukum kekekalan massa.
Contoh sebuah reaksi kimia dan penyetaraannya :
NaOH(aq) + CuSO4(aq) Na2SO4(aq) + CU(OH)2(s)

Untuk menyetarakannya maka jumlah unsur sejenis di ruas kiri dan kanan harus sama.
Jadi persamaan barunya adalah :

2NaOH(aq) + CuSO4(aq) Na2SO4(aq) + CU(OH)2(s)


G. CONTOH HUKUM KEKEKALAN MASSA
Hukum kekekalan massa berlaku pada reaksi kimia, di mana massa pereaksi harus
sama dengan massa produk. Hukum kekekalan massa dapat terlihat pada reaksi
pembentukan hidrogen dan oksigen dari air. Bila hidrogen dan oksigen dibentuk dari 36 g air,
maka bila reaksi berlangsung hingga seluruh air habis, akan diperoleh massa campuran
produk hidrogen dan oksigen sebesar 36 g. Bila reaksi masih menyisakan air, maka massa
campuran hidrogen, oksigen dan air yang tidak bereaksi tetap sebesar 36 g.

Air -> Hidrogen + Oksigen (+ Air)


(36 g) (36 g)

H. PENYIMPANGAN HUKUM KEKEKALAN MASSA

Suatu hukum, terkadang tak selamanya berlaku untuk setiap keadaan. Kadang kala,
ada hukum yang tidak sesuai atau bahkan menyimpang. Begitu pun halnya dengan hukum
kekekalan massa, hukum ini pun memiliki penyimpangan, salah satunya adalah tidak berlaku
untuk sistem terbuka. Jika dilakukan dalam system terbuka, maka hukum kekekalan massa ini
tidak lagi berlaku karena dalam system terbuka dapat terjadi perpindahan energy dan
perpindahan atau pertukaran materi. Zat-zat yang direaksikan dalam system terbuka dapat
bereaksi dengan udara dari luar atau dapat pila bereaksi dengan senyawa-senyawa lain yang
ada di udara tersebut, sehingga massa zat sesudah reaksi tidak sama dengan massa zat
sebelum reaksi.
Tetapi penyimpangan hukum kekekalan massa dapat terjadi pada sistem terbuka
dengan proses yang melibatkan perubahan energi yang sangat signifikan seperti reaksi nuklir.
Salah satu contoh reaksi nuklir yang dapat diamati adalah reaksi pelepasan energi dalam
jumlah besar pada bintang. Hubungan antara massa dan energi yang berubah dijelaskan
oleh Albert Einstein dengan persamaan E = m.c2. E merupakan jumlah energi yang terlibat, m
merupakan jumlah massa yang terlibat dan c merupakan konstanta kecepatan cahaya. Namun,
perlu diperhatikan bahwa pada sistem tertutup, karena energi tidak keluar dari sistem, massa
dari sistem tidak akan berubah.
Kekekalan massa vs. penyimpangan
Ketika energi seperti panas atau cahaya diijinkan masuk ke dalam atau keluar dari
sistem, asumsi hukum kekekalan massa tetap dapat digunakan. Hal ini disebabkan massa
yang berubah karena adanya perubahan energi sangatlah sedikit. Sebagai contoh adalah
perubahan yang terjadi pada peristiwa meledaknya TNT. Satu gram TNT akan melepaskan
4,16 kJ energi ketika diledakkan. Namun, energi yang terdapat dalam satu gram TNT adalah
sebesar 90 TJ (kira-kira 20 miliar kali lebih banyak). Dari contoh ini dapat terlihat bahwa
massa yang akan hilang karena keluarnya energi dari sistem akan jauh lebih kecil (dan
bahkan tidak terukur) dari jumlah energi yang tersimpan dalam massa materi.
CONTOH SOAL HUKUM KEKEKALAN MASSA

1. Kawat tembaga dibakar dalam pembakaran bunsen sehingga terbentuk tembaga oksida
(CuO). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
2Cu(s) + O2(g) 2CuO(s)
Jika berat Cu semula adalah 32 g dan CuO yang terbentuk 40 g, berapakah berat O 2 yang
bereaksi?

Jawab
Menurut Hukum Kekekalan Massa, dalam reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa.
Oleh karena itu, berat O2 yang bereaksi adalah 40 g 32 g = 8 g.
32 g Cu(s) + 8 g O2(g) 40 g CuO(s)

2. Unsur hidrogen dan oksigen bereaksi membentuk air (H2O) dengan perbandingan 1 : 8.
Apabila diketahui massa hidrogen yang bereaksi adalah 10 gram, hitunglah berapa massa
air yang dihasilkan.

Jawab
massa H : massa O = 1 : 8
massa hidrogen yang bereaksi = 10 gram
sehingga perbandingannya 10 gram : massa O = 1 : 8
massa O = 8/1 10 gram = 80 gram.
Jadi, massa air yang dihasilkan = 10 gram + 80 gram = 90 gram.
10 g H2(g) + 80 g O2(g) 90 g H2O(l)

3. Jika 1 gram gas hidrogen bereaksi dengan 8 gram gas oksigen maka hitunglah massa air
yang dihasilkan ...
Jawab
Persamaan reaksi H2 + O2 H2O
1 gram + 8 gram ==> 9 gram
Jadi massa air adalah sebanyak 9 gram.
4. Pada pembakaran 2,4 gram magnesium di udara, dihasilkan 4 gram oksida magnesium.
Berapa gram oksigen yang terpakai dalam reaksi tersebut...

Jawab
Persamaan reaksi Mg + O2 MgO
2,4 gram + a gram = 4 gram
Massa oksigen = ( 4 2,4) = 1,6 gram
Jadi, massa oksigen yang terpakai adalah 1,6 gram.

5. Pada wadah tertutup, 4 gram logam kalsium dibakar dengan oksigen, menghasilkan
kalsium oksida. Jika massa kalsium oksida yang dihasilkan adalah 5,6 gram, maka berapa
massa oksigen yang diperlukan?

Jawab

Diketahui: m Ca = 4 gram
m CaO = 5,6 gram
Ditanya: m O 2 = ..?
Berdasarkan hukum kekekalan massa :
massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi
maka,
m Ca + m O2 = m CaO
m O 2 = m CaO - m Ca
= (5,6 4,0) gram
= 1,6 gram
Jadi massa oksigen yang diperlukan adalah 1,6 gram.

6. Sebanyak 254 gram tembaga dan 128 gram belerang (sulfur) bereaksi habis membentuk
senyawa tembaga sulfide. Berapa banyak tembaga sulfide yang akan diperoleh dari reaksi
tersebut?

Jawab
Reaksi: Tembaga + Belerang Tembaga sulfida
254 gram 128 gram ?
Menurut hukum kekekalan massa,
Massa tembaga + massa belerang = massa tembaga sulfida
254 gram + 128 gram = massa tembaga sulfida
382 gram = massa tembaga sulfida
Jadi, massa tembaga sulfida yang diperoleh dari reaksi tersebut adalah sebanyak 382 gram.

7. Dalam tabung tertutup ditimbang 32 gram belerang dan 63,5 gram tembaga. Setelah
dicampur lalu dipanaskan dalam tabung tertutup dan reaksi berjalansempurna maka terjadi
zat baru, yaitu tembaga ( II ) sulfida. Berapa massa zat baru tersebut ?

Jawab
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama.
2. Percobaan yang dilakukan sesuai dengan hukum kekekalan massa (lavoisier).
3. Hukum kekekalan massa tidak berlaku untuk sistem terbuka, tetapi dapat
terjadi pada sistem terbuka dengan proses yang melibatkan perubahan energi
yang sangat signifikan seperti reaksi nuklir.
4. Hukum kekekalan digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti kimia,
teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida.

B. SARAN

Dalam makalah ini penulis membahas pengertian hukum kekekalan massa, sejarah
lavoisier beserta lahirnya hukum kekekalan massa dan penemuan hukum kekekalan
massa, bunyi hukum kekekalan massa, aplikasi hukum kekekalan massa serta contoh dan
penyimpangan. Jadi diharapkan kritik dan saran dari dosen sehingga pengetahuan saya
tentang hukum kekekalan massa ini bertambah luas.
DAFTAR PUSTAKA
http://laporanhukumlavosisiersari.blogspot.co.id/2015/04/drflaporan-praktikum-kimia-
hukum.html

http://blogmipa-kimia.blogspot.co.id/2017/08/hukum-kekekalan-massa-lavoisier.html

http://www.softilmu.com/2015/11/Pengertian-Sejarah-Rumus-Penerapan-hukum-kekekalan-
massa-hukum-lavoisier.html

https://tiyasdlshuda.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-kimia-hukum-lavoisier.html

http://edu-gardener.blogspot.co.id/2015/04/makalah-kimia-hukum-kekekalan-massa.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_kekekalan_massa

https://rahmikimia.wordpress.com/kimia-kelas-x/5-hukum-hukum-dasar-kimia/a-hukum-
kekekalan-massa-lavoiser/

https://mfyeni.wordpress.com/kelas-x/hukum-hukum-dasar-kimia/

http://bedahrumus.blogspot.co.id/2016/02/materi-soal-dan-pembahasan-hukum-hukum.html

Вам также может понравиться