Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
permasalahannya harus diketahui sejak awal untuk membangun suatu
perencanaan yang baik. Sebagai mana yang dikemukaka oleh Hadi
(2001) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan secara implisit
juga mengandung arti untuk memaksimalkan keuntungan pembangunan
dengan tetap menjaga kualitas dari sumber daya alam dan pengelolaan
lingkungan bagi industri di bidang usaha minyak dan gas bumi merupakan
hal terpenting dari suatu kegiatan usaha yang harus dilakukan agar
industri dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
Corporate Social Responsibility merupakan bentuk tanggung jawab
suatu perusahaan dalam membantu pemerintah daerah guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Corporate Social Responsibility
(CSR) berlandaskan UU No. 22 Tahun 2001 tentang Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi Bab VIII pasal 40 ayat 3,4,5 dan 6 yang berisikan
badan usaha dan bentuk usaha tetap yang melaksanakan kegiatan usaha
minyak dan gas bumi ikut bertanggung jawab dalam mengembangkan
lingkungan dan masyarakat setempat.
2
5. Bagaimana perusahaan melakukan perbaikan dan penyempurnaan
terus menerus berdasarkan hasil evaluasi untuk menciptakan HSE
yang baik di lingkungan perusahaan.
3
dampak. Istilah besarnya digunakan sebagai singkatan untuk
mencakup semua dimensi meramalkan dampak yang meliputi :
a) Sifat perubahan (apa yang dipengaruhi dan bagaimana).
b) Batas geografisnya dan distribusi.
c) Ukurannya, skala atau intensitas.
d) Durasi, frekuensi,reversibilitas dan
e) Jika relevan, kemungkinan dampak yang terjadi sebagai akibat
dari disengaja atau tidak direncanakan peristiwa.
Manfaat dari pelaksanaan Environmental Basseline Assessment
(EBA) pada Lapangan Beta ini :
7. Sebagai bahan pertimbangan SKK Migas serta Pemda dalam
memberikan izin pengembangan Lapangan Beta, Kecamatan
Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
8. Sebagai media informasi bagi masyarakat yang berbeda di
wilayah sekitar lokasi operasi mengenai dampak lingkungan
serta tindakan peminimalisirkan dampak oleh pihak Kontrak
Karya Kerjasama (KKKS).
4
dengan aman . Program ini mendorong cara berpikir dimana keselamatan
kerja adalah diskusi yang terjadi setiap hari , bukan hanya ketika
melakukan observasi formal.
5
3. Kemudian MENGAMATI karyawan dengan cara yang
seksama dan sistematis , perhatikan segala sesuatu yang
dikerjakan, fokuskan pada perilaku aman dan tidak aman.
4. Setelah anda mengamati karyawan, anda BERTINDAK . Hal
ini melibatkan pembicaraan dengan karyawan yang
bersangkutan, hal ini juga untuk membina tata kerja yang
aman dan memperhatikan perilaku yang beresiko.
5. Pada sewaktu waktu setelah anda bertindak dengan cara
berbicara kepada karyawan, anda MELAPOR observasi dan
tindakan anda meanggunakan Kartu observasi keselamatan
STOP.
6
8.5. LOKASI KAJIAN
Secara administratif lokasi Lapangan Beta sebagian besar berada
di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera
Selatan. Secara geografis Kabupaten Musi Banyuasin terletak pada
posisi 1,3 - 4 LS dan 103 - 105 BT dengan batas wilayah sebelah
Barat berbatasan dengan Kabupaten, sebelah Utara berbatasan dengan
Provinsi Jambi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Muara
Enim , sebelah Timur berbatasan Kabupaten Banyuasin. Cakupan wilayah
administrasi pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin saat ini terdiri dari 14
Kecamatan, 236 desa dan 13 kelurahan, dengan luas wilayah 14.265,96
Km2. Pola penggunaan lahan menurut data GIS (Geographic Information
System) Bapeda Kabupaten Musi Banyuasin, wilayah seluas 204.011 Ha
tersebut terdiri dari Sawah Irigasi 121.355 Ha (59,50%); Sawah tadah
hujan 12.420 ha (06,09%); Perkebunan 42.130 ha (15,75%); Pemukiman
17.980 ha (08,81%); Empang 12.600 ha (06.18%); Lainnya 7.526 ha
(03,67%).
LOKASI LAPANGAN
7
Sedangkan Kecamatan Bayung lencir berada di bagian perbatasan
Provinsi Jambi. Bayung Lencir terletak di bagian utara dari Kabupaten
Musi Banyuasin dan berada sekitar 51 kilometer di sebelah Selatan Kota
Jambi itu sendiri. Secara topografi , wilayah Bayung Lencir berada di
dataran rendah berawa. Koordinat Bayung Lencir berada pada 6 28' 0"
lintang Selatan dan 108 17' 0" bujur Timur. Kecamatan Bayung Lencir
berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi di bagian Barat , di sebelah
Selatan berbatasan dengan Tungkal Jaya dan Batanghari Leko,
Kecamatan Lalan di bagian Timur, Provinsi Jambi Utara. Luas wilayah
4.847 km2.
8
Balongan. Perlu diketahui deskripsi karakteristik lingkungan dan sosial
untuk menentukan kawasan sensitif dan permasalahan lingkungan baik
fisik maupun sosial yangberada di daerah tersebut.
8.6.2. Tanah
Wilayah Kecamatan Bayung Lencir memiliki jenis Organosol dan
tanah Gley Humus yang sebagian besar merupakan satuan jenis tanah
yang berada di daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit yang tidak jauh
dari pengaruh aliran sungai. Sedangkan daerah yang jauh dari sungai
terdiridari jenis tanah Podzolik Merah Kuning.
Merupakan tanah hasil pelapukan material organik yang sangat
cocok untuk bercocok tanam. Tanah podzolik adalah tanah yang terbentuk
di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara rendah. Di
Indonesia jenis tanah ini terdapat di daerah pegunungan. Umumnya,
tanah ini berada di daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan
lebih dari 2500 mm per tahun. Di Indonesia, tanah ini tersebar di daerah-
daerah dengan topografi pegunungan, seperti Sumatera Utara dan Papua
Barat.Alfisols adalah tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horizon
argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi, pada umumnya
tanah ini tidak kering. Jika dilihat dari ciri dan karakteristik tanah ini, bisa di
simpulkan bahwa tanah podzolik merupakan tanah yang tergolong tidak
subur baik itu secara fisik maupun kimianya. Akan tetapi mengingat lahan
yang semakin susah dicari maka tanah podzolik pun menjadi sasaran
para petani untuk melakukan proses bercocok tanam.
9
8.6.3.Topografi
Berdasarkan topografinya ketinggian wilayah Bayung Lencir pada
umumnya berkisar antara 100 - 200 m diatas permukaan laut. Secara
garis besar morfologi wilayah Kabupaten Musi Banyuasin di bagi menjadi
daerah perbukitan rendah bergelombang dan dataran alluvial. Perbukitan
Barisan menempati daerah di bagian Barat daya membentuk perbukitan
yang memanjang dengan arah Barat laut - tenggara sedangkan dataran
rendah menempati bagian tengah sampai ke Utara.
10
8.6.5. Hidrologi
Berdasarkan kondisi geografis dan fisiografi wilayah yang
merupakan dataran rendah pada bagian hilir daerah aliran sungai yang
besar, yaitu DAS Lalan dan DAS. Kabupaten Musi Banyuasin menjadi
salah satu wilayah di Sumatera Selatan sebagai daerah sentra pertanian
dan merupakan daerah penyangga pengadaan stok pangan Provinsi dan
Nasional.
1) Air Permukaan
sebagai berikut :
11
Sungai Lalan ( Anak 243 830.300 196,8
Sungai A.Banyuasin )
Sungai Merang ( Anak 66 83.900 24,4
Sungai Lalan )
Sungai Bohar ( Anak 20 10.000 2,2
Sungai Lalan )
Sungai Medak ( Anak 72 108.300 25,7
Sungai Lalan )
Sungai Tungkal ( Anak 25 5.900 1,9
Sungai Lalan )
Sungai Serdang ( Anak 34 8.300 2,4
Sungai Lalan )
Sungai Meranti ( Anak 28 15.100 4,4
Sungai Lalan )
Sungai Kepahiang ( Anak 16 13.300 3,9
Sungai Lalan )
Sungai Mangsang ( Anak 18 7.400 1,8
Sungai Lalan )
Sungai Mendis ( Anak 19 3.900 0,9
Sungai Lalan )
Sungai Batang Hari Leko 176 374.600 103,9
(Anak Sungai Musi)
Sungai Kapas (Anak S. 63 71.300 16,9
Batang Hari Leko)
Sungai Meranti (Anak S. 38 26.400 8,8
Batang Hari Leko)
Sungai Putat (Anak S. 38 20.100 8,6
Batang Hari Leko)
Sungai A. Aur (Anak S. 19 12.700 5,4
Batang Hari Leko)
Sungai Rampasan (Anak 19 11.600 4,9
S. Batang Hari Leko)
Sungai Angit (Anak S. 13 5.300 2,3
Batang Hari Leko)
Sungai Kukui (Anak S. 15 10.200 4,3
Batang Hari Leko)
Sungai Lalang (Anak S. 25 21.900 5,2
Batang Hari Leko)
12
Daerah Bayung Lencir mermpunyai akumulasi air tanah dalam tawar
yang cukup besar.
13
Gambar 8.5 Peta kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Kabupaten
Musi Banyuasin
14
sepanjang sungai Musi. Khususnya pada daerah-daerah yang terjadi
diwilayah sungai musi, selain itu wilayah lainnya mencakup sebagian Kec.
Bayung Lencir dengan luasan keseluruhan 30.457,750 Ha. Pengelolaan
daerah yang sering mengalami banjir adalah dengan membatasi kegiatan
pembangunan khususnya perumahan dan permukiman pada daerah
tersebut. Pada beberapa daerah tertentu perlu diarahkan menjadi ruang
terbuka hijau (RTH)
Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oelh faktor alam yang berupa
cuaca kering serta faktor manusia yang berupa pembakaran baik sengaja
maupun tidak sengaja, kebakaran ini akan menimbulkan efek panas yang
sangat tinggi sehingga akan meluas dengan cepat kerusakan yang
ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, jiwa dan harta benda. Dampak
lebih lanjut adalah adanya asap yang ditimbulkan yang dapat
mengakibatkan pengaruh pada kesehatan terutama pernafassan serta
gangguan aktivitas sehari-hari, seperti terganggungnya jadwal
penerbangan. Tebalnya asap juga dapat menggagu cuaca.wialyah
bencana kebakaran ini mencakup wilayah: Kec.Babat Toman, Kec.Bayung
Lencir, Kec Lalan, Kec.Lais, Kec.Plakat Tinggi, Kec. Sanga Desa dengan
luas keseluruhan 218.608,803 Ha.
15
Perencanaan pembangunan dan pengawasan sistem pengolaan limbah
yang dikasilkan harus diperatikan agar tidak mengganggu kawasan
lindung.
16
memenuhi kebutuhan air bersih. Ini tercermin dari seringnya pemerintah
memberi bantuan air bersih untuk beberapa desa yang rawan kekeringan
terutama untuk musim kemarau.
2. Telekomunikasi
Sebagian desa di Kecamatan Bayung Lencir ada yang sudah
terjangkau oleh jaringan telepon kabel dan ada juga yang masih belum.
Namun, untuk saat ini walaupun jaringan telpon kabel sudah ada, banyak
warga yang lebih memilih menggunakan handphone yang dianggap lebih
fleksibel dalam kemudahan dan kenyamanan berkomunikasi.
3.Listrik
Semua desa/ kelurahan di Kecamatan Bayung Lencir terlah teraliri
listrik. Daya listrik yang digunakan juga beragam, namun yang
mendominasi adalah daya listrik 450 dan 900 watt.
4. Drainase
Saluran drainase di kecamaatan Bayung Lencir pada umumnya
masih menggunakan sistem drainase dengan sistem gravitasi. Sunngai
merupakan muara akhir dari pembuangan aliran drainase. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya lintasan air sungai di Kecamatan Bayung Lencir.
Sungai-sungai tersebut masih tergolong sungai sungi kecil dan terdapat
sungai besar di Kecamatan Bayung Lencir yaitu sungai cimanuk yang
memiliki luas 4.325 km.
1. Agama
17
Kehidupan beragama diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 dan Sila
Pertama Pancasila. Kehidupan beragama dikembangkan dan diarahkan
untuk peningkatan akhlak demi kepentingan bersama untuk membangun
masyarakat adil dan makmur. Kabupaten Musi Banyuasin merupakan
salah satu Kabupaten dengan mayoritas penduduknya memeluk Agama
Islam. Pada tahun 2014 penduduk yang beragama Islam tercatat
sebanyak 2.053.372 jiwa, sedangkan sisanya tersebar pada empat agama
lain seperti Protestan tercatat sebesar 4.102 jiwa, Katolik 1.982 jiwa,
Hindu 257 jiwa, Budha 213 jiwa dan Konghucu sebanyak 5 jiwa.
3. Pendidikan
Indikator lain dari keberhasilan pembangunan manusia adalah
kemajuan dibidang pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun ajaran
2012/2013 untuk tingkat Sekolah Dasar jumlah sekolah tercatat sebanyak
885, murid sebanyak 189.726 orang dan guru sebanyak 9.024. Kemudian
di tingkat SLTP jumlah sekolah tercatat sebanyak 157, murid sebanyak
68.850 orang dan guru sebanyak 3.625 orang. Sedangkan di tingkat SLTA
jumlah sekolah tercatat sebanyak 51, murid sebanyak 17.954 orang dan
18
guru sebanyak 1.452 orang. Dan untuk Sekolah Menengah Kejuruan
tercatat memilik sekolah sebanyak 61 sekolah, 23.951 murid dan 1.662
guru.
C. Kependudukan
Dari data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Musi Banyuasin
penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin, rata-rata mengalami kesamaan
untuk tiap kecamatan yaitu yang paling ramai berada di pusat kecamatan
karena disana banyak dijumpai roda perekonomian, sedangkan
permukiman yang lain menyebar di wilayah sekitarnya.
Jumlah penduduk Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2013
sebanyak 1.868.395 jiwa, dengan komposisi jumlah laki-laki sebanyak
858.942 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 809.453 jiwa. Jumlah
rumah tangga Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2013 sebanyak 488.546
KK. Kecamatan Musi Banyuasin merupakan kecamatan dengan jumlah
penduduk terbesar sebanyak 106.688 jiwa. Konsentrasi sebaran jumlah
penduduk terpusat pada kecamatan-kecamatan bagian Utara Kabupaten
Musi Banyuasin.
Pada akhir Tahun 2012 berdasarkan hasil Registrasi Penduduk
jumlah penduduk Kabupaten Musi Banyuasin tercatat sebanyak 1.844.897
jiwa. Sedangkan pada akhir Tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus
Penduduk 2010 angkanya hanya tercatat 1.668.395 jiwa. Bila
dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk 2000 maka terdapat
kenaikan rata-rata laju pertumbuhan penduduksetiap tahunnya 0,54
persen.
D. Ekonomi
Dari segi mata pencarian, Kecamatan Bayung Lencir didominasi
oleh pekerjaan sebagai petani dan buruh tani serta peternak . Hal ini juga
disebabkan oleh pengguaan lahan yang sebagian besar digunakan
sebagai lahan pertanian dan juga untuk pengembangan peternakan
19
khususnya peternakan sapi dan unggas. Di pidang pertanian dan
perkebunan warga kabupaten Musi Banyuasin bekerja sebagai Petani
padi dan perkebunan mangga.
Dari segi pendapatan per kapita, daerah kabupaten Musi
Banyuasin tergolong rendah dilihan dari banyaknya keluarga miskin di
daerah kabupaten Musi Banyuasin. Hal ini dikarenakan banyak faktor
seperti kurangnya kesadaran warga kabupaten Musi Banyuasin tentang
pentingnya pendidikan dilihat dari mimimnya kelulusan wajib sekolah 12
tahun.
8.7 PELAKSANAAN
8.7.1. Health and Safety
Kajian dari aspek HSE menguraikan tentang Kesehatan dan
keselamatan kerja(K3) yang akan diupayakan oleh Sangsaka Energy
dalam pengembangan Lapangan Beta . Fungsi dari divisi ini adalah
merencanakan, mengatur , mengenalisa dan mengkoordinasikan
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan tujuan agar
pekerja dapat bekerja dalam suatu lingkungan industri yang aman sesuai
dengan norma keselamatan dan menghindarkan rugi perusahaan. Hal ini
berpedoman pada Undang-undang keselamatan kerja yaitu UU No.1
Tahun 1970, Peraturan Pemerintahan RI No. 13 Tahun 2003 tentang
tenaga kerja pasal 86 tentang hak perlindungan keselamatan kera, dan
pasal 87 tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
21
Dokumentasi
Kontrol dokumen
Kontrol operasi
Membuat kesiapsiagaan dan respon terhadap bahaya darurat
(emergency).
Checking and Corrective Action ( Pemantauan dan Koreksi)
Pengukuran dan Pemantauan
1. Evaluasi
2. Identifikasi kecelakaan
3. Memantau kondisi kenyamanan pekerja
4. Koreksi dan pengambilan kebijakan preventif
5. Menyimpan data yang terekam
6. Audit internal
Management Review
Melihat hasil dari program yang telah dijalanan kemudian menentukan
kebijakan manajemen selanjutnya.
8.7.2. Environment
Divisi Environment adalah divisi yang berfokus pada
penanggulangan dampak lingkungan kegiatan operasi pada lapangan
Beta. Dengan tugas melakukan koordinasi, pengawasan serta memimpin
jalannya pemantauan/pengelolaan limbah baik non-B3 maupun limbah B3,
penjagaan fungsi lingkungan selama jalannya operasi, dan penghijauan
lingkungan.
22
Gambar 8.9. Proses Pengelolaan Limbah PT. Sangsaka Energy
c. Pengelolaan Bioremidiasi
Pengelolaan Fluida pemboran dan cutting mempunyai kandungan
yang sangat berbahaya bagi lingkungan apabila tidak di-treatment dengan
benar. Fluida pemboran merupakan fluida yang memiliki kandungan kimia
23
dari aditif-aditif yang ditambahkan saat pemboran berlangsung. Cutting
sendiri merupakan serbuk batuan akibat tergerusnya batuan formasi dan
disirkulasikan oleh fluida pemboran menuju permukaan, hal ini
menyebabkan cutting yang juga memiliki kandungan kimia dari bawah
permukaan juga akan terkontaminasi oleh kandungan kimia fluida
pemboran.
Pertimbangan dari pembuangan fluida pemboran dan cutting
adalah proses dari peralatan treatment yang berkelanjutan sehingga fluida
pemboran dan cutting dapat aman dibuang tanpa mengganggu
lingkungan. berdasarkan kep. No- 03/BAPEDAL/09/1995, parameter yang
dianalisa dari Drill Cutting TCLP (ToxicityCharacteristic Leaching
Procedure) dan pH. Parameter TCLP yang dites adalah Arsen, Barium,
Boron, Cadmium, Chromium, Copper, Lead, Mercury, Selenium, Silver,
Zinc. Jenis lumpur pemboran yang digunakan pada pengembangan
lapangan ini sebagai berikut.
Langkah kerja cutting SBM dengan cara bioremediasi adalah
sebagai berikut :
24
Setelah dilakukan pembajakan maka diberi tambahan nutrisi
berupa Urea, TSP, KCL.
25
tergantung jenis sampah yang dihasilkan. Sampah basah (limbah dapur,
sisa makanan) dibuang di trash pit. Sampah kering bisa dibuang di trash
pit atau dibakar di incinerator. Proses incinerator adalah proses tempat
pembakaran limbah domestik yang berupa kertas, kardus, tissue, puntung
rokok.
Limbah non B3 yang dibakar di incinerator yaitu limbah organik
sebanyak 90 % dan anorganik sebanyak 10 %. Dari hasil pembakaran
incinerator menimbulkan emisi udara yang di periksa per 3-6 bulan,
parameter yang diukur adalah CO dan temperatur. Pembakaran
incinerator terdapat 2 ruangan yaitu primary room dan secondary room.
Pembakaran dilakukan diruang primary room dengan temperatur 6000C
8000C, kemudian asap yang ditimbulkan dari proses incinerator disaring
di secondary room dengan temperatur 8000C 10000C, sebelum asap
keluar ke alam bebas, cerobong asap disemprot air agar dapat
mengurangi emisi udara, air dari hasil emisi udara tersebut dibuang
kelingkungan, acuan baku mutu yang dikeluarkan oleh KLH.
Insinerator yang dipantau yaitu abu, kemudian abu diolah
berdasarkan standar baku mutu (KLH), baru dibuang kelingkungan
dengan cara abu disaring, sedangkan abu halus dengan cara TCLP
(Toxicity Characteristic Leaching Procedure) kemudian abu kasar dibuat
batako. Berdasarkan SOP dari KLH daya tampung incinerator 15 Kg/jam
dalam sekali rolling dan dalam sehari hanya bisa melakukan pembakaran
sebanyak 75 Kg/hari dan dibagi menjadi 5 kali rolling.
26
2. Generator turbine
3. Boiler/heater
4. Well testing
5. Drilling dan peralatan atau transportasi yang berkaitan dengan
logistik
6. Venting
7. Oily Water Treatment Unit (OWTU)
8. Figitve emissions
9. Oil Spill incidents dan Bioremediasi
Gas H2S merupakan gas beracun yang berasal dari formasi bawah
permukaan dan sering dijumpai pada lokasi pemboran. Gas ini sangat
berbahaya karena sangat beracun dan sangat mudah terbakar. Gas ini
dapat membunuh apabila dijumpai pada konsentrasi yang tinggi dan tidak
melaksanakan SOP yang tepat. Gas CO2 juga berasal dari bawah
permukaan dan sangat sensitif terhadap isu polusi udara secara global.
Walaupun tidak terlalu berbahaya, namun gas CO2 juga merupakan salah
satu poin dari HSE yang paling penting. Flaring dapat dilakukan dengan
mengacu pada PERMEN ESDM Nomor 31 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring) Pada Kegiatan
Usaha Minyak Dan Gas Bumi.
1. Kebisingan
Polusi suara dapat terjadi akibat peralatan-peralatan berat yang
bekerja pada proses pengembangan lapangan. Tingkat kebisingan
tersebut diukur dan dipantau serta diberikan jarak aman (embarkasi)
sehingga dapat ditentukan jarak aman baik bagi pekerja maupun warga
sekitar yang dekat dengan daerah operasi, karena dapat berpotensi
menggangu warga, bahkan pada level yang terlampau tinggi dapat
memahayakan pendengaran tenaga kerja dan warga. Tingkat kebisingan
yang disarankan adalah 85 dB (A) untuk waktu kerja 8 jam/hari, 40
jam/minggu, atau pada kasus jam kerja lembur, waktu keterlibatan dalam
27
setahun tidak boleh lebih dari 2000 jam. Tingkat kebisingan di ruang
akomodasi yang digunakan untuk kegiatan di luar jam kerja harus tidak
lebih dari 70 dB (A). Namun, tingkat suara 70 dB (A) dapat mengganggu
konsentrasi mental serta kenyamanan tidur. Oleh sebab itu disarankan
agar tingkat kebisingan ruang tidur harus di bawah 45 dB (A). Pada
prakteknya, pengontrolan tingkat kebisingan dan persyaratan untuk
perlindungan pendengaran dapat berjalan apabila dibuat peta kebisingan
lokasi kerja di mana seluruh mesin- mesin dijalankan pada beban kerja
yang normal. Tanda-tanda yang menyatakan bahaya bising harus
dipasang dan pelindung telinga yang layak harus tersedia bagi seluruh
karyawan yang bekerja di daerah yang tingkat kebisingannya tinggi.
Kebisingan yang terjadi dipengaruhi sejak awal proses konstruksi hingga
operasi berlangsung.
28
Corporate Social Resposibility (CSR) berlandaskan UU No.22
Tahun 2001 tentang Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Bab VIII pasal
40 ayat 3,4,5 dan 6 yang berisikan Badan Usaha dan Bentuk Usaha Tetap
yang melaksanakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi ikut
bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat
setempat.
Program-program CSR dimaknai juga sebagai salah satu upaya
untuk mengatasi kesenjangan dan mencegah timbulnya konflik antara
masyarakat dengan perusahaan. Pemberdayaan komunitas secara
berkesinambungan, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki perusahaan,
melalui peran aktif komunitas dengan memanfaatkan potensi yang ada di
dalam masyarakat dan lingkungannya agar meningkat kesejahteraannya
dan mendorong kemandirian masyarakat sekitar wilayah Ring 1
perusahaan, termasuk salah satunya wilayah Struktur Beta. Program yang
diusulkan unuk diimplementasikan di wilayah Lapangan Beta adalah
program Community Empowerment yang difokuskan pada 5 (lima) bidang,
yaitu bidang infrastruktur, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
a. Tujuan
Mengembangkan potensi dari masyarakat kecamatan Bayung
Lencir.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Bayung
Lencir.
Pemerataan pembangunan ekonomi berdasarkan kemampuan dan
potensi komunitas pedesaan.
b. Manfaat
1. Terwujudnya desa-desa yang mandiri secara finansial dan
infrastruktur
2. Teratasinya permasalahan ekonomi di desa tersebut
29
3. Bagi pemerintah, Terbangunnya sistem pengembangan
pemerintahan desa berbasis ekonomi pedesaan yang kokoh,
mandiri dan berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan
4. Bagi Perusahaan Implementasi corporate social responsibility
program funder sebagai wujud nyata pengabdian kepada
masyarakat dan meningkatkan goodwill funder di masyarakat.
d. Konsep Ekowisata
30
Secara konseptual, ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu
konsep pengembangan parawisata berkelanjutan yang bertujuan untuk
mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga
memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah
setempat.
Definisi ekowisata tersebut diatas mengisyaratkan adanya 3
dimensi penting ekowisata yaitu :
1. Konservasi : suatu kegiatan wisata tersebut membantu usaha
pelestarian alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin.
2. Pendidikan : wisatawan yang mengikuti wisata tersebut akan
mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai keunikan biologis,
ekosistem dan kehidupan sosial di kawasan yang dikunjungi.
3. Sosial : masyarakat mendapat kesempatan untuk menjalankan
kegiatan tersebut.
31
mangrove dari kegiatan penduduk setempat dan stekeholders yang hanya
mengejar keuntungan ekonomi tanpa memperlihatkan fungsi ekologi.
32
kampung wisata yang berwawasan lingkungan, pendidikan, sosial dan
budaya. Selain itu dengan dibangunnya kampung wisata Musi
Banyuasin dapat meningkatkan roda ekonomi warga sekitar sehingga
taraf hidup masyarakat sekitar dapat berkembang.
33
kemarau sebagian wilayah Bayung Lencir akan mengalami kekeringan
ekstrim yang menganggu akitvitas dari masyarakat. Berdasarkan keadaan
hidrologi Sumber air tanah dapat ditemukan mulai kedalaman 8-9 meter
sedang untuk sumur dalam dapat ditemukan sumber air tanah mulai
kedalaman 20-30 meter.
Pelaksanaan
1. Melakukan pencarian sumber mata air bersih dan uji kualitas air sumur
dalam.
Proses ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya sumber mata
air yang dapat dimaanfaatkan, dan juga untuk mengetahui kualitas dari
air tanah dalam pada daerah agar dapat menentukan masuk kedalam
kelas baku mutu untuk minum atau hanya untuk kebutuhan sehari-hari.
2. Menentukan sumber air bersih yang digunakan
Berdasarkan proses diatas kita dapat mengevaluasi hasilnya apakah
menggunakan sumur atau sumber mata air bedasarkan kuantitas air
dan kualitasnya.
3. Menentukan treatment yang akan digunakan
Berdasarkan uji kualitas dan uji kuantitas akan di desain pengolah air
agar sesuai dengan baku mutu. Bila tidak ekonomis sumber air
didatangkan dari luar kecamatan Bayung Lencir
4. Menentukan alur dan metode distribusi
Penentuan didasarkan pada ketersediaan akses transportasi , jarak,
dana keamanan dari daerah
34
dilakukan dengan suatu model neraca air. Model tersebut disimulasikan
dalam interval harian, persamaan tersebut adalah sebagai berikut.
H + I + R = P + Etc + D
Keterangan:
H= perubahan simpanan air (mm),
I= irigasi (mm), P= perkolasi(mm),
E= evapotranspirasi(mm),
D= drainase (mm)
Besar simpanan air dalam tanah dipengaruhi oleh hujan dan irigasi
sebagai komponen air yang masuk dan evapotranspirasi, drainase dan
perkolasi sebagai komponen air yang keluar. Irigasi dan drainase
dilakukan untuk mengatur kondisi air sehingga simpanan air sesuai
dengan perlakuan yang dikehendaki. Pola irigasi terputus pada metode
SRI dilakukan dengan mengairi lahan (dari sumber hujan maupun irigasi)
saat terjadi retak rambut atau kandungan air mendekati 80% dari jenuh
lapang sampai keadaan jenuh.
35
Sebagai wujud bakti pendidikan dan penjaminan mutupendidikan di
daerah operasi PT. Sangsaka Energy, perusahaan kami membuat
program beasiswa dengan nama Beasiswa PT. Sangsaka Energy.
Program ini khusus diberikan kepada mahasiswa berprestasi atau murid
sma berprestasi yang ingin melanjutkan kuliah namun terkendala biaya.
Dengan harapan para penerima beasiswa ketika lulus nanti mampu
memberikan dampak positif kepada daerah asal mereka kecamatan
Bayung Lencir. Selain biaya mereka juga akan menerima pelatihan dari
beasiswa Sangsaka Energy yang akan sangat berguna bagi mereka.
Disini PT. Sangsaka Energy membagi jenis beasiswa menjadi 3 jenis yaitu
:
a. Beasiswa siswa/siswi berprestasi
Dengan keuntungan dapat melanjutkan perkuliahan secara
gratis di semua Univeritas yang diinginkan siswa/siswi sampai
mencapai sarjana. Dan setelah lulus dapat bergabung secara langsung
ke PT. Sangsaka Energy sebagai tenaga ahli.
36