Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Carcinoma vulva adalah suatu keganasan pada pertumbuhan sel pada area
vulva yang menyerang wanita berusia berkisar antara 50 70 tahun, umum
ditemukan pada penderita golongan social ekonomi rendah (Sjamsuhidajat, 1997).
Tumor dapat ditemukan dimana mana, di vulva dan dapat berbentuk
eksofitis. Sering tumor bertukak dengan infiltrasi ke jaringan yang jauh terutama ke
vagina, uretra, perineum, anus dan rectum. Diagnosis hanya dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan histologik. Metastasis umumnya menuju ke kelenjar limfe
femoral dan inguinal, unilateral atau bilateral, dan selanjutnya ke kelenjar iliaka
ekstren dan intern.
2. Etiologi
Tidak diketahui secara pasti, diduga karena adanya factor iritasi ekstern dan
kronik atau pada kasus-kasus seperti:
a. Penyakit kelamin (granuloma inguinal) yang menyebabkan vulvitis
kronik.
b. Lesi-lesi kronik menimbulkan gatal, kadang-kadang multifokal dari
vulva (leukoplakia dan kraurosis).
3. Patofisiologi
Pembengkakan
Neoplasma non-neoplasma
(tumor)
Karsinoma Sarkoma
Menyebar
Sel ca keluar organ Sal limfe kapiler darah Dinding sal suatu system Tindakan
medik
(sal cerna, kemih, nafas)
f. Tanda lanjut:
1) Tumor bunga kol.
2) Tukak
g. Pembesaran kelenjar limfe lipat paha.
h. Untuk diagnosis diperlukan biopsi.
b. Tumor maligna
1) karsinoma planoselular (90% kasus).
Kebanyakan menunjukkan kornifikasi dan diferensiasi yang tinggi,
pertumbuhan kedalam diukur dari membrane basal papil deral yang paling
superficial yang berbatasan.
2) Karsinoma verukosa (5% kasus).
Adalah varians dari Ca planoselular, menunjukkan sususnan papilar, terdiri
atas epitel diferensial tinggi dengan atipi sedikit dan kornifikasi luas superficial.
3) Melanoma maligna (5% kasus).
Terjadi dari nevus yang preeksisten atau de novo, bersifat amelanotik, perlu
pemeriksaan imunohistologik.
6. Penetapan Stadium
a. Menurut klasifikasi FIGO:
Stadium I : tumor terbatas pada vulva dan atau peritoneum, diameter terbesar
maksimal 2 cm, kelenjar inguinal negative.
Stadium Ia : kedalaman invasi kurang dari 1 mm.
Stadium Ib : Kedalaman invasi lebih dari 1 mm.
Stadium II : Tumor terbatas pada vulva dan atau perineum, diameter lebih besar
daripada 2 cm, kelenjar inguinal negative.
Stadium III : Tumor denagn perluasan ke bagian distal uretra dan atau vagina
dan anus, atau metastasis unilateral pada kelenjar inguinal.
Stadium IVa : Tumor denagn infiltrasi kandung kencing, selaput lender atau
selaput lender rectum atau kedua-duanya atau bagian proksimal
mukosa uretra dan atau fiksasi pada tulang atau metastasis blateral
kelenjar inguinal.
Stadium IVb : Tiap metastasis jarak jauh, termasuk metastasis kelenjar limfe di
pelvis.
7. Terapi
a. Karsinoma in situ: eksisi local atau vulvektomi sederhana,
penanganan dengan terapi laser dan salep 5-FU dapat digunakan.
b. Tumor invasive (stadium I-III): vulvektomi radikal dengan ikut
mengambil klitoris, labia, otot-otot superficial dan fascia, dilakukan ekstirpasi
kelenjar limfe bilateral dengan reseksi en bloc semua jaringan lemak.
c. Pada stadium IV umumnya tidak dilakukan pembedahan, terapi
paliatif lebih banyak digunakan dengan penyinaran megavolt (radioterapi).
8. Prognosis
Ketahanan hidup 5 tahun semua stadium memberi gambaran berikut:
a. Stadium I: 85-95%
b. Stadium II: 65-80%
c. Stadium III: 25-40%
d. Stadium IV: 0-25%
e. Adanya metastasis kelenjar membuat prognosis lebih buruk, tetapi
tidak tanpa harapan.
2. Intra operasi
a. Pengkajian data dasar
1) Kaji tingkat kesadaran pasien, vital sign setiap 5 menit.
2) Kaji kesiapan instrument, operator, asisten operasi dan
instrumentator operasi.
3) Kaji kesiapan obat-obat anestesi dan anafilaktik syok.
4) Kaji kesiapan cairan pengganti.
b. Diagnosa keperawatan
1) Resiko kekurangan volume cairan b/d penurunan cardiac output
akibat penggunaan obat anestesi, perdarahan durante operasi.
2) Resiko hipotermi b/d pembedahan lama dengan pengeluaran
darah atau cairan yang banyak.
Kriteria evaluasi: Tak ada manifestasi hipotermi, suhu tubuh pasien stabil.
Rencana tindakan:
No Intervensi Rasional
1. Catat suhu pra operasi. Sebagai dasar untuk memantau suhu intra
operasi. Elevasi suhu pra operasi adalah
indikasi dari proses penyakit.
2. Pantau: Mengidentifikasi adanya penyimpangan
- Vital sign. dari criteria yang diharapkan. Kehilangan
- Keseimbangan cairan durante operasi dapat
cairan durante operasi. meningkatkan suhu tubuh.
- Kestabilan suhu
ruangan operasi.
3. Kaji suhu lingkungan dan Membantu mempertahankan suhu pasien.
modifikasi sesuai
kebutuhan.
4. Lindungi area kulit diluar Kehilangan panas dapat trejadi waktu kulit
wilayah operasi. dipajankan dengan suhu dingin.
5. Sediakan selimut Anestesi dapat menekan hipotalamus dan
penghangat pada saat- mnegakibatkan gangguan regulasi suhu
saat darurat untuk tubuh.
anestesi.
3. Pasca operasi
a. Pengkajian data dasar
1) kaji tingkat kesadaran.
2) Ukur tanda-tanda vital.
3) Auskultasi bunyi nafas.
4) Kaji kulit: warna, adanya bengkak, suhu (hangat, kering, dingin,
lembab).
5) Inspeksi status balutan.
6) Kaji terhadap nyeri atau mual.
7) Kaji status alat intrusive:
a) Infus intravena: tipe cairan, kecepatan aliran, sisi infuse
terhadap tanda-tanda infiltrasi atau flebitis.
b) Alat drainase luka.
c) Kateter foley: selang bebas lipatan, warna dan jumlah
urine, selang ditempelkan pada paha.
d) Selang NG untuk penghisapan: warna dan jumlah
drainase.
e) Selang dada.
8) Periksa laporang ruang pemulihan (recovery room/RR)
terhadap:
a) adanya obat yang diberikan.
b) Masukan dan haluaran urine.
c) Adanya masalah khusus.
d) Perkiraan kehilangan darah.
9) Palpasi nadi pedalis secara bilateral.
10) Evaluasi kembalinya refleks gag.
11) Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan
dan lamanya waktu di bawah anestesi.
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri b/d pembedahan.
2) Resiko kurang volume cairan b/d dampak penggunaan obat
anestesi terhadap penurunan cardiac output, perdarahan intra operasi.
3) Kurang perawatan diri b/d keterbatasan mobilitas fisik skunder
terhadap pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA