Вы находитесь на странице: 1из 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolelitiasis merupakan penyakit batu empedu yang dapat ditemukan

didalam kandung empedu atau didalam duktus koledokus atau pada

keduanya. Sebagian besar batu empedu terutama batu kolesterol terbentuk

dalam kandung (kolesistolitiasis). Dan batu empedu dapat berpindah ke

dalam saluran empedu ekstrahepatik disebut batu empedu sekunder atau

koledokolitiasis sekunder (Sjamjuhidajat R, 2010).

Kolelitiasis merupakan penyakit umum yang ditemukan dinegara

berkembang. Di Eropa barat, prevalensinya sebanyak 5-20% dengan kejadian

paling sering di negara Norwegia, Swedia, dan Jerman. Menurut data The

third National Health and Nutrition Examination Survey 2016, di United

States angka kejadian kolelitiasis yaitu 6,3 juta pada laki-laki, dan 14,2 juta

pada perempuan usia 20 sampai 74 tahun (Afdhal NH, 2016).

Angka kejadian kolelitiasis di negara Asia 3-15% lebih rendah

dibandingkan negara barat. Di Indonesia berdasarkan studi kolesitografi oral

didapatkan laporan angka insidensi kolelitiasis terjadi pada wanita sebesar

76% dan pada laik-laki 36% dengan usia lebih dari 40 tahun (Purwanti A,

2016; Islam MH, 2015).

Setengah sampai dua pertiga penderita kolelitiasis asimtomatik. Pada

yang simtomatik keluhannya berupa nyeri didaerah epigastrium, kuadran atas

kanan atau prekordium, kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit.

Dapat berkomplikasi menjadi kolesistitis akut yang dapat menimbulkan


2

perforasi dan peritonitis, Ikterus obstruktif, kolangitis, ileus batu empedu

pankreatititis. Penanganan kolesistolitiasis dengan gejala atau simptomatik

perlu diintervensi dengan tindakan pembedahan. Dikarenakan menurut

penelitian kohort, menunjukan bahwa sekitar 38-50% pasien kolesistolitiasis

dengan keluhan kolik billier, akan mengalami serangan ulangan setiap

tahunya dan kecenderungan mengalami komplikasi billier sekitar 1-2% per

tahun (Sjamjuhidajat R, 2010; Baskara AS, 2014)

Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek sendiri penanganan tindakan

intervensi pembedahan pada kolesistolitiasis dilakukan dengan dua cara, yaitu

mini laparotomi kolesistektomi dan laparoskopi kolesistektomi. Dimana

teknik operasi mini laparotomi mengunakan modifikasi dari metode

laparatomi konvensional dengan inisisi 5 cm pada daerah subcostal atau area

mid line, Sedangkan laparoskopi mengunakan teknik minimal invasif dengan

insisi yang minimal mengunakan alat laparoskopi (Baskara AS, 2014).

Kolesistektomi laparatomi telah menjadi baku emas terapi operatif

kolelitiasis selama satu abad terakhir. Namun terapi ini mulai tergantikan

pada tahun 1990 sejak teknik laparaskopi mulai dikenalkan selain tidak

terlalu invasif dan mempunyai tingkat morbiditas yang rendah dibanding

laparatomi. Akan tetapi teknik terbuka masih dilakukan untuk pasien usia

lanjut, cardiopulmonary compromised, kantung empedu ruptur atau terjadi

perlengketan dengan jaringan sekitar (Islam MH, 2015).

Lama rawat inap menenentukan morbiditas dari pasien. Semakin

lama seseorang dirawat dirumah sakit semakin besar kemungkinan pasien

terkena penyakit yang menambah keparahan dari kondisi pasien. Salah satu
3

faktor yang mempengaruhi lama rawat inap yaitu teknik operasi yang

dilakukan. Berdasarkan penelitian Tapur et al (2011) terdapat perbedaan yang

signifikan khususnya lama rawat inap antara laparatomi dan laparaskopi.

Pada teknik laparatomi rentang lama rawatnya yaitu 4-10 hari, sedangkan

laparaskopi 1-5 hari (Islam MH, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

Perbedaan lama rawat inap pasca kolesistektomi antara laparaskopi dan

laparatomi pasien kolelitiasis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung tahun 2015-2016

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada Perbedaan lama rawat inap pasca kolesistektomi antara

laparaskopi dan laparatomi pasien kolelitiasis di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015-2016

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui perbedaan lama rawat inap pasca kolesistektomi

antara laparaskopi dan laparatomi pasien kolelitiasis di RSUD Dr. H .

Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015-2016

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui rerata usia pasien kolelitiasis yang menjalani

kolesistektomi (laparaskopi atau laparatomi) di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015-2016


2. Untuk mengetahui distribusi jenis kelamin pasien kolelitiasis yang

menjalani kolesistektomi (laparaskopi atau laparatomi) di RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015-2016


4

3. Untuk mengetahui Perbedaan lama rawat inap pasca kolesistektomi

antara laparaskopi dan laparatomi pasien kolelitiasis di RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015-2016


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan untuk pembuktian ilmu kesehatan,

pengembangan ilmu akademis, menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan tenaga kesehatan khususnya tentang Perbedaan lama rawat

inap pasca kolesistektomi antara laparaskopi dan laparatomi pada

pasien kolelitiasis
1.4.2. Manfaat Praktisi
1. Bagi Peneliti:
Peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dengan meneliti dan

mempelajari teori yang berhubungan dengan perbedaan lama rawat

inap pasca kolesistektomi antara laparaskopi dan laparatomi pada

pasien kolelitiasis
2. Bagi Tempat Penelitian:
Memberikan informasi terhadap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Lampung tentang perbedaan lama rawat inap pasca kolesistektomi

antara laparaskopi dan laparatomi pada pasien kolelitiasis

3. Bagi Universitas:
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pustaka ilmiah bagi

Mahasiswa Universitas Malahayati.

1.5. Ruang Lingkup

1. Judul
Perbedaan lama rawat inap pasca kolesistektomi antara laparaskopi dan

laparatomi pasien kolelitiasis di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi

Lampung tahun 2015-2016


5

2. Jenis Penelitian
Menggunakan metode penelitian analitik desain cross sectional

3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pasien kolelitiasis yang menjalani

kolesistektomi di RSUD dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun

2015-2016.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di RSUD dr.H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2015-2016. Dilaksanakan pada bulan Januari 2017
sampai Maret 2017.

5. Prosedur Penelitian dan Analisis Data

Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder menggunakan rekam

medis dengan mendata lama rawat inap pasien kolelitiasis pasca

kolesistektomi dengan teknik operasi laparatomi atau laparaksopi.

Вам также может понравиться