Вы находитесь на странице: 1из 4

Praktikum ke-1 Nama Dosen :

Asisten : Darmawan
Kokom Komalasari, SPt. Msi
Yusti Pujiawati, SPt. Msi
Any Anggraeny, SPt. Msi
Rizal Iqhbal P (D24140005)
Ainun Nafisah (D24140066)

PENGARUH RANGSANGAN FISIK DAN KIMIA PADA


GERAKAN OTOT DAN SARAF

Kelompok : 4
Nama Anggota:
1. Syarifah Aini (D24160007)
2. Husnul Dwi S.T (D24160026)
3. Dudung Abdul Malik (D24160033)
4. Mariza Fanny Ayu (D24160046)
5. Nurrahmah Septiandini (D24160079)
6. Yohana Theresia (D24160120)

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem saraf merupakan sistem yang paling kompleks, baik dalam segi
struktur maupun fungsinya. Banyaknya senyawa yang dapat mengakibatkan
keracunan mempunyai target pada system saraf. Peralihan system saraf dengan
organ tertentu, atau jaringan). Produksi hasil sekresi kulit amfibi (peptida,
bioamina, dan alkaloid) selain dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dari
predator, pada konsentrasi yang berbeda dapat menimbulkan berbagai macam
respons. Refleks dapat digambarkan sebagai respons yang spontan dan otomatis.
Refleks dapat terjadi bila ada lengkung refleks yang meliputi reseptor, saraf
sensorik, saraf pusat, saraf motorik dan efektor (Hartati 2008).
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling
sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan
neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak
refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron
sensor dan neuron motor. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang
biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan
yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara
(Wulandari 2009).
Sel saraf terdiri atas tiga bagian utama yaitu dendrit merupakan uluran
pendek dan bercabang-cabang yang berperan menerima rangsang dan lingkungan
serta menghantarkan impuks kearah badan sel, badan sel terdiri atas sitoplasma
dan inti berfungsi sebagai pusat mengatur sel saraf dan akson merupakan uluran
yang panjang dan berfungsi untuk menghantarkan impuls saraf ke sel-sel lain. Sel
saraf biasanya menerima informasi melalui dendrit dan badan sel kemudian
menghantarkan melalui akson, urutan ini dinamakan polariosasi dinamik (Sari
2010).
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak
dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak. Perlindungan bagi otak sangat penting
sebab otak merupakan organ vital yang mengatur kerja sistem organ yang lain.
Otak dapat dibedakan menjadi otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum) dan
sumsum lanjutan (medula oblongata). Otak merupakan alat tubuh yang sangat
penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di
dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian
utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang
otak. Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapisan araknoid, dan
lapisan piameter (Sinaga dan Melva 2011).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari pengaruh fungsi bagian-bagian otak
katak dengan menghilangkan bagian otak tersebut (sereberum dan serebelum) dan
mengamati reaksi yang timbul serta mempelajari pengaruh rangsangan fisik dan
kimiawi terhadap respon yang dihasilkan pada preparat katak normal, deserebrasi,
dan spinal.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat
Praktikum ini menggunakan alat yaitu alat diseksi, sonde, gunting, pinset,
bak berisi air, stopwatch, papan kayu dan jarum pentul, tali, statif dan penjepit.
Bahan
Praktikum ini menggunakan bahan yaitu katak normal, katak deserebrasi,
katak spinal, larutan H2SO4 10% dan asam cuka.
Metode
Pengamatan yang dilakukan terhadap katak normal, katak deserebrasi, dan
katak spinal. Pertama katak normal yang masih mempunyai organ otak lengkap
dengan pengamatan reaksi yaitu sikap badan, gerakan-gerakan spontan,
keseimbangan badan, kemampuan berenang, frekuensi nafas, frekuensi denyut
jantung, pencubitan sedang, pencubitan kuat, perendaman H2SO4, dan perendaman
cuka, kemudian catat dan amati reaksi yang terjadi. Kedua katak deserebrasi yang
telah dihilangkan atau dirusak bagian serebrum dengan menggunakan sonde
runcing yang tajam, tusuk bagian otak foramen oscipitale (lobang yang satu garis
menghubungkan tepi kedua membran timpani) ke arah atas sekitar 0,5 cm.
Tunggu 15 menit agar katak bebas dari keadaan shock, kemudian ikatlah dengan
tali erat-erat pada masing-masing kedua kaki depan, lalu catat dan amatilah reaksi
yang terjadi seperti pada pengamatan katak normal. Ketiga katak spinal yang
masih mempunyai medula spinalis dan telah dihilangkan bagian serebrum,
serebelum, dan medula oblongata. Perusakan dilakukan dengan cara menusukkan
sonde ke otak sekitar 1-1,5 cm ke arah dorsal (ke bawah). Tunggu sampai katak
tidak shock dan catat reaksi yang terjadi seperti pengamatan katak normal.
Sebelumnya ke 3 katak diberikan rangsangan berupa cubitan pada salah satu
kakinya dengan penjepit dan lakukan perendaman dengan menggunakan larutan
H2SO4 10% dan asam cuka. Catat dan Amati respon yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Tabel 1 Pengaruh rangsangan fisik dan kimiawi pada preparat katak normal, katak
deserebrasi, dan katak spinal

DAFTAR PUSTAKA
Sinaga, E. dan Melva Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Medan:
UNIMED Press.
Wulandari I P. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis
Mikrokontroller AT 89S8252. Jurnal Neutrino. Vol1 (2): 208-219.
Sari J L. 2010. Fisiologi Sistem Syaraf pada Katak . Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta.
Hartati M P. 2008. Eksplorasi Jenis-Jenis Katak Beracun Endemik Sulawesi
Selatan. ISSN: 1411-4720. Bionature. Vol 8 (1): 1- 9.

Вам также может понравиться