Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dasawarsa 1970'an, fenomena kebangkitan Islam terjadi di seluruh dunia. Dampak
fenomena ini terhadap Islam di Indonesia mempengaruhi agama, politik dan keadaan
sosial. Selain perubahan dalam bidang agama, politik dan sosial, salah satu perubahan yang
jelas adalah pemakaian busana Muslim.
Alasan Pilih Topik
Dulu, sambil berkuliah di Australia, saya mengambil mata kuliah 'Kebudayaan Populer di
Asia Tenggara'. Dari mata kuliah itu, saya menjadi tertarik pada bagaimana mode dan agama
digabungkan. Maksud pemakaian jilbab sudah jelas - yaitu, mengapa perempuan Islam
berjilbab - tetapi busana Muslim itu belum diteliti sebagai sebuah komoditi di antara
kebudayaan populer. Karena busana Muslim sudah menjadi populer di Indonesia, saya ingin
mendapat pengertian bagaimana busana Muslim diproduksi, didistribusi, dan dikonsumsi dan
juga dipersepsi oleh kebanyakan Muslimah di Indonesia.
2.Metode
Penelitian ini tentang kebudayaan populer di Indonesia. Busana Muslim adalah komoditi
dari kebudayaan populer itu. Selanjutnya tujuan penelitian ini untuk mencapai pengertian
produksi, distribusi, dan konsumsi busana Muslim. Informasi itu diambil dengan cara
menyebarkan kwesioner, wawancara, dan observasi pribadi. Orang yang diteliti dari semua
unsur industri busana Muslim, misalnya perancang mode Islam, pemilik toko busana Muslim
dan mahasiswi yang memakai busana Muslim. Ada pendapatan yang diambil dari beberapa
orang yang lain, misalnya orang asing. Sebelum bab-bab yang tentang produksi, distribusi
dan konsumsi, ada latar belakang tentang sejarah busana Muslim di Indonesia, dan
keterangan teori kebudayaan populer.
Laporan ini ditulis sebagai kumpulan deskripsi, profil-profil orang yang diwawancarai, dan
juga analisis apa yang ditemukan. Walaupun busana Muslim boleh dipakai oleh kelamin
laki-laki serta perempuan, studi ini memeriksa perempuan saja. Profil-profil ditulis karena
profil itu bisa dimanfaatkan untuk mendapat gambaran yang lengkap dari orang tentang
kepercayaannya, nilai-nilai dan peran-perannya. Selain itu juga bisa mendapat bermacam-
macam cerita dari kelompok yang berbeda kalau melihat berbagai bagian industri mode.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Budaya
Definisi Kebudayaan
Menurut clifford Geertz merujuk kepada Klukhohn (seorang antropologi) berasumsi
bahwa kebudayaan itu sebagai cermin bagi manusia (mirror of man) sehingga dia
mengajukan interpretasi terhadap makna budaya,bahwa kebudayaan itu merupakan:
1. Keseluruhan pandangan hidup dari manusia
2. Sebuah warisan sosial yang dimiliki oleh individu dari kelompoknya
3. Cara berfikir, perasaan dan mempercayai
4. Abstraksi dan perilaku
5. Bagian penting dari te tentang teori para antropolog tentang cara-cara di mana
sebuah kelompok orang menyatakan kelakuannya
6. Sebuah gudang pusat pembelajaran
7. Sebuah unit standarisasi orientasi untuk mengatasi pelbagai masalah yang
berulang-ulang
8. Perilaku yang dipelajari
9. Sebuah mekanisme bagi pengaturan regulatif atas perilaku
10. Kesimpulan teknik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan lain dan orang
lain
11. Lapisan atau endapan dari sejarah manusia
12. Peta perilaku, matriks perilaku dan saringan perilaku
Budaya adalah metakomunikasi sistem dimana tidak hanya kata yang diucapkan
yang memberi makna, tetapi segala sesuatu yang lain juga (Matsumoto &
Matsumoto,1989)
Budaya adalah pikiran, komunikasi, tindakan, keyakinan, nilai, dan lembaga-lembaga
ras dan etnik, agama atau kelompok sosial (OMH,2001)
Budaya adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari kehidupan individu dan
kelompoknya.
2.1.3 Jamu
Suwe ora jamu, jamu godhong telo
Di masyarakat indonesia khususnya masyarakat jawa, jamu merupakan obat alternatif
yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu dimana pertama kali jamu dikenalkan di
lingkungan keraton Jogjakarta dan Surakarta.
Jaman dulu jamu merupakan resep rahasia keraton. Seiring dengan perkembangan
jaman, jamu mulai dikenal di masyarakat sampai dengan sekarang dan dianggap
sebagai salah satu warisan leluhur yang harus dilestarikan.
Sejak dulu Indonesia terkenal dengan kekayaan alamnya, tanah yang subuh dengan
beraneka ragam kekayaan hayatinya. Bahan-bahan jamu sendiri diambil dari tumbuh-
tumbuhan baik dari akar, daun, batang, bunga maupun kulit kayu.
Jamu digunakan untuk mendapatkan kesehatan serta menyembuhkan berbagai
penyakit serta digunakan pula sebagai perawatan kecantikan muka dan tubuh.
Di jaman modern sekarang ini jamu masih tetap mendapat tempat di hati
konsumennya, bahkan sudah berkembang menjadi industri besar dan dengan kemasan
yang instan sehingga konsumen lebih mudah dalam mengkonsumsinya.
Selama tahun 2009 berbagai institusi telah melaksanakan berbagai aktivitas untuk
meningkatkan peran jamu dan produk herbal lainnya. Pusat Studi Biofarmaka LPPM-
IPB, telah melaksanakan berbagai aktivitas penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang berkaitan dengan penyiapan bahan baku jamu/herbal terstandar
dengan GAP dan BMP teruji dan pengembangan berbagai produk berbasis penelitian.
Kementerian Kesehatan RI saat ini juga sedang mengembangkan Program Saintifikasi
Jamu, yakni suatu upaya dan prosesn pembuktian ilmiah jamu. Program ini bertujuan
untuk memberikan landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu secara empiris
melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan karena pada doktern dan Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) telah amat kuat keinginannya bersama ilmuwa/akademisi
untuk mengangkat jamu sebagai icon Sehat, Bersama Rakyat, dan mendorong
terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai
peneliti dalam rangka upaya preventif, promotif dan paliatif melalui penggunaan
jamu.
Tahun 2010 ini ditetapkan oleh PBB sebagai Tahun Internasional Keanekaragaman
Hayati, sebagai tonggak untuk melestarikan keragaman kehidupan di bumi dan
tanggal 22 Mei adalah hari khusus dimana setiap tahun dunia merayakannya. Hari
tersebut dinyatakan PBB sebagai The International Day for Biological Diversity
(IDB) atau Hari Internasional Keanekaragaman Hayati yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan kepedulian akan masalah keanekaragaman hayati.
2.1.4 Pantangan Ibu Hamil dan Nifas
Di pedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis (misalnya:
Ikan) karena menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan
darah nifas tidak berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak dibenarkan karena
justru ikan harus dikonsumsi karena mengandung protein sehingga mempercepat
pemulihan ibu nifas.
Ada juga kebudayaan yang menganjurkan ibu menyusui untuk makan jagung goreng
(di Jawa disebut marning) untuk melancarkan air susu. Hal ini tidak bertentangan
dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung goring maka dia akan mudah haus. Karena
haus dia akan minum banyak. Banyak minum inilah yang dapat melancarkan air susu.
Jawa Barat
2.3.1 Konsep Sehat Sakit
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja, tetapi juga bersifat sosial
budaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat (orang Sunda)
adalah muriang untuk demam, nyeri sirah untuk sakit kepala, gohgoy untuk batuk dan
salesma untuk pilek/flu. Penyebab sakit umumnya karena lingkungan, kecuali batuk
juga karena kuman. Pencegahan sakit umumnya dengan menghindari penyebabnya.
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat yang
ada di desa tersebut, sebagian kecil menggunakan obat tradisional. Pengobatan sendiri
sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas
atau mantri.
Menurut orang Sunda, orang sehat adalah mereka yang makan terasa enak walaupun
dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan, sedangkan
sakit adalah apabila badan terasa sakit, panas atau makan terasa pahit, kalau anak
kecil sakit biasanya rewel, sering menangis, dan serba salah / gelisah. Dalam bahasa
Sunda orang sehat disebut cageur, sedangkan orang sakit disebut gering.
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat. Orang disebut sakit
ringan apabila masih dapat berjalan kaki, masih dapat bekerja, masih dapat makan-
minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli di
warung. Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa lemas, tidak dapat melakukan
kegiatan sehari-hari, sulit tidur, berat badan menurun, harus berobat ke dokter /
puskesmas, apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya mahal.
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung. Obat yang
ada di desa tertentu, sebagian kecil menggunakan obat tradisional. Masyarakat
melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya dan hemat
waktu. Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama
sebelum berobat ke puskesmas atau Mantri. Tindakan pengobatan sendiri yang sesuai
dengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceran
sehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada setiap kemasan obat.
2.3.1 Ibu Hamil
Di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuku 8-9 bulan
sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan.
Pantangan lainnya:
a. Tidak boleh keluar rumah sembarangan, terutama sore hari
b. Hanya memakan sayuran (dianggap baik), sedangkan ikan, daging, dan buah-
buahan dianggap tidak baik untuk bayi
c. Tidak boleh melilitkan anduk/ kain di leher ibu hamil, agar bayi tidak terlilit tali
pusat
d. Tidak boleh minum air terlalu banyak karena bila melahirkan nantinya akan terlalu
banyak air atau anak kembar
e. Pantang makan gula merah/ tebu serta nanas karena dapat membuat perut ibu hamil
sakit
f. Dianjurkan minum air kelapa muda
g. Dianjurkan untuk minum minyak kelapa seiring dengan semakin besarnya usia
kehamilan, terutama usia 9 bulan
h. Dilarang menucapkan beberapa kata-kata pantangan
2.4 Subang
Di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar
karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan
memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.
Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.
BAB III
PENUTUP
1.1 Simpulan
Setelah menganalisa kasus tersebut diatas satu hal yang perlu dipahami adalah mengubah
suatu keyakinan atau kepercayaan seseorang itu tidaklah mudah, tapi bukan tidak mungkin
bisa merubahnya. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang kongkret atau
pendekatan-pendekatan personal sehingga timbul rasa saling percaya antara perawat dan
klien/pasien.
Untuk individu sebagai masyarakat, diharapkan mampu mengembangkan budaya yang ada
menjadi budaya yang efeknya lebih ke arah positif. Jika resiko dari kebiasaan atau budaya
masyarakat yang ada hanya merugikan, buat apa dikembangkan?
Agar tidak terjadinya diskriminasi oleh budaya-budaya yang ada maka masyarakat
diharapkan memiliki sikap-sikap sebagai berikut:
1. Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam
upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita
lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah
menerima perubahan dan kemajuan zaman.
2. Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap
terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita
harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi
kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan
pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu
menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana
yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.
3. Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap adaptif
merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi dan
globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki
pengaruh positif bagi si pelaku.
Sebagai pelaku kesehatan,yang perlu dilakukan adalah melakukan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.
Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial,
spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan
dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat
keputusan yang sehat.
Salah satu program kesehatan masyarakat adalah promosi kesehatan yang seharusnya
merupakan kegiatan inti dari program lain, yaitu preventif, kuratif dan rehabilitatif. Berbagai
upaya promosi kesehatan telah dilakukan sejak dulu dengan berbagai bentuk kegiatan, seperti
penyuluhan langsung kepada masyarakat, bisa juga melalui media elektronik televisi, radio
dan media cetak. Berbagai bentuk spanduk, billboard, buku dan lefleat serta stiker yang berisi
pesan-pesan kesehatan sejak dulu sudah diperkenalkan dan diedarkan di mana-mana.
Pelaku medis harus terlibat secara langsung dalam kehidupan kesehatan masyarakat,teruama
para bidan.Berbagai pengertian mengenai kesehatan harus dijelaskan secara baik dan hidup
sehat sendiri harus ditunjukkan terlebih dahulu oleh pelaku medis.
2.Saran
http://www.materikesehatan.com/2014/07/contoh-makalah-kesehatan-masyrakat.html
https://arali2008.wordpress.com/2011/02/11/tentang-kesehatan-masyarakat/
http://ml.scribd.com/doc/86882943/Latar-Belakang-Sosial-Budaya#scribd
http://ml.scribd.com/doc/179221025/teori-teori-tentang-budaya-pdf#scribd